“Michelle akhir-akhir mulai belajar piano, jadi aku ikut pelajari sedikit.” Michael mengerutkan kening dan berkata, “Tapi ada beberapa bagian yang nggak aku mengerti. Om Ronald mengerti soal piano, nggak?”Ronald pernah belajar piano ketika dia baru berusia lima atau enam tahun. Namun, itu hanya sebentar karena dia merasa tidak tertarik.Meskipun begitu, membaca buku semacam itu tidak memberinya tekanan. Dia mengambil buku dari tangan Michael dan langsung duduk di sofa. Setelah itu, dia bertanya, “Bagian mana yang nggak kamu mengerti?”Michael berjalan ke sisinya dan ikut duduk di sofa. Jarak keduanya begitu dekat. Ronald agak terkejut dengan sikap anak itu hari ini.Sebelumnya, Michael selalu menjaga jarak dari Ronald. Anak itu selalu menatapnya dengan mata yang menyembunyikan semacam permusuhan. Namun sekarang, anak itu justru begitu dekat dengannya. Apakah Michael telah menerimanya?Ronald tersenyum tipis, lalu berkata dengan lembut, “Ini balok not piano paling dasar. Setiap nada me
“Den, buruan bangun, di lantai dingin sekali.”Hilmi bergegas menggendong Darren dan meletakkannya di atas sofa. Dengan sabar dia berkata, “Non Michelle sedang makan kue, Den Darren datang langsung dan lengannya langsung kena krim kue. Non Michelle takut mengotori baju Den makanya dorong Den Darren menjauh.”“Benar kah?” tanya Darren sambil menatap Michelle.Michelle menenggelamkan kepalanya sibuk makan kue. Kepalanya tertunduk sehingga tidak ada yang bisa melihat ekspresi bocah itu. Akan tetapi Darren tahu kalau Michelle tidak menyukainya. Dulu bocah itu juga tidak bicara, tetapi kedua matanya menatapnya dengan hangat hingga mampu membuat Darren merasa senang. Sekarang Darren merasa dunianya berubah gelap.Hilmi mencoba menenangkan Darren dan langsung duduk di sisi Michelle sambil membujuk bocah itu, “Non Michelle, ayo minum dulu. Jangan sampai keselek.”Darren terdiam karena merasa Hilmi juga sudah tidak menyayangi dia. Bocah itu berjalan dengan kepala tertunduk ke sisi Michael samb
Michelle menghela napas lagi dan membuat wajah Michael tampak sangat terkejut. Adiknya tidak mungkin berbohong dan dia jarang sekali berinteraksi dengan dunia luar. Begitu ada interaksi, berarti artinya adiknya ingin mengatakan hal tersebut. Darren sudah pasti anaknya Siska.Siska adalah musuh terbesar mama mereka berdua. Ternyata Darren adalah anaknya musuh ibu mereka berdua. Kalau begitu Darren dan Eddy berarti anaknya Siska!Kenapa bisa begini?Wajah Michael yang tenang mendadak terlihat terkejut dalam waktu yang cukup lama.“Apa yang terjadi?” tanya Ronald yang merasakan suasana yang aneh di antara anak-anak tersebut. Awalnya dia tidak ingin memedulikan mereka, tetapi Ronald justru mendapati ekspresi terkejut di wajah Michael.Anak itu sangat cerdas dan pintar, sepertinya jarang sekali terlihat luar biasa diluar kendali seperti saat ini. Apakah Darren melakukan sesuatu yang keterlaluan pada Michelle? Ronald berjalan mendekat dengan kening berkerut sedangkan Michael mencoba menormal
“Michelle, kamu boleh kasih tahu Om Ronald.”Ronald menggendongnya dan duduk di sofa. Dia menatap bocah perempuan itu dengan lembut dan juga nada bicara yang sangat lembut juga.Michelle mengatupkan mulutnya dan menarik telapak besar Ronald hendak menulis sesuatu. Akan tetapi Rachel berjalan keluar dari dapur dngan membawa makanan sambil tersebyum lebar dan berkata, “Makanan sudah selesai! Ayo makan.”Darren segera menoleh dan berlari sambil berkata, “Tante, aku kangen sekali!”Rachel buru-buru meletakkan piring yang ada di tangannya dan menggendong Darren. Dengan lembut dia berkata, “Kemarin kita baru ketemu, tapi hari ini kamu sudah kangen?”“Hari ini guru aku ada ajarin salah satu contoh kalimat hiperbola yang mengatakan satu hari nggak bertemu bagaikan tiga musim terlewati. Aku berharap setiap waktunya bisa dilalui bersama Tante Rachel!” kata Darren sambil memeluk leher Rachel dan mengecupnya.Hati perempuan itu menghangat seketika. Dia menunduk dan membalas kecupan Darren yang mem
Darren memutuskan sambungan telepon dan berlari turun lagi ke lantai bawah untuk makan. Eddy menggenggam ponselnya dan matanya menyapu karyawan yang berdiri di sampingnya sambil bertanya, “Masih butuh berapa lama?”“20 menit,” jawab karyawan tersebut dengan santun. “Kemarin setelah menerima telepon dari Anda, kepala toko kami langsung melapor ke pabrik luar. Piano ini baru dirilis dan ada banyak sekali yang pesan. Den Eddy tunggu sebentar, pianonya akan segera di kirim ke sini.”Eddy mengangguk. Semenjak tahu kalau Michelle suka memainkan piano, dia sudah menelepon untuk memesan sebuah piano. Di toko ini ada terdapat banyak sekali piano yang biasa saja. Dia harus memesan langsung di pabrik untuk mendapatkan piano yang paling bagus.Untungnya Eddy cukup cepat, karena jika tidak maka piano ini akan direbut oleh orang lain. Seharusnya Michelle akan sangat senang jika mendapatkan hadiah pertemuan kali ini.“Den Eddy, pianonya sudah tiba.”Sebuah mobil barang berhenti di depan toko. Pintu b
“Kata siapa pianonya untuk Mama?” kata Eddy sambil menghentikan langkahnya.Dia berbalik dan mata hitamnya dengan tenang menatap wajah Shania dengan sedikit sorot dingin. Shania menarik napas dalam dan bertanya, “Kalau gitu kamu mau kasih ke siapa?”Eddy hanya menatapnya dalam dia. Dia juga tidak tahu apa yang dia pikirkan dan rasakan sekarang. Rasanya seperti ada rasa benci dan dendam serta beberapa perasaan terpendam selama sekian tahun yang sudah hendak dilampiaskan.Dengan perlahan dia berkata, “Ini hadiah untuk Michelle sebagai hadiah pertemuan pertama.”Kedua bola mata Shania melebar dan berseru, “Apa? Michelle? Anaknya Rachel?! Eddy, kamu gila?! Bisa-bisanya kamu kasih hadiah yang begitu mahal pada anak haram itu?!”Ucapan Shania tadi membuat wajah Eddy berubah sangat dingin dan berkata, “Ma, kalau aku dengar Mama sebut Michelle anak haram lagi ….”Ucapan Eddy terpotong oleh suara lengkingan Shania yang berkata, “Mau apa?! Kamu mau putus hubungan sama Mama?! Eddy, Mama yang meng
Dia ingin menjadi Nyonya Tanjaya! Shania mengusap air matanya dan kedua bola matanya menatap mobil di jalan raya dengan kosong. Tidak mudah menjadi Nyonya Tanjaya karena dia tidak ada pegangan apa pun lagi. Apa yang harus dia lakukan?Detik selanjutnya ponselnya berdering. Tertera nama Alice di layar ponselnya. Setiap hari Sabtu sore Alice pasti akan mengajarinya secara langsung. Akan tetapi sekarang Ronald sudah mengusirnya dan piano sudah hancur. Apakah Alice menghubunginya untuk membatalkan pelajaran?Shania menarik napas dalam dan menerima panggilan telepon tersebut.“Shania, kabari baik!” ujar Alice dengan antusias.“Sebuah konser piano mengundangku untuk menjadi guru pelatih di sana, aku bisa menggunakan hak istimewa dengan membiarkan muridku sendiri tampil di sana. Bakat piano kamu bagus, aku ingin memintamu untuk ikut konser dengan aku.”“Aku?” tanya Shania dengan terkejut.“Iya, kamu. Aku janji dengan Den Eddy untuk melatih kamu. Kesempatan sebagus ini tentu saja harus membiar
Eddy naik ke lantai atas dan mengetuk pintu ruang baca.“Masuk,” sahut Ronald dari dalam.Eddy masuk dan memberikan dokumen yang ada di tangannya sambil berkata, “Daddy, ini laporan keuangan triwulan pertama dari Tales Technology.”Tales Technology adalah perusahaan kecil yang hampir bangkrut yang diberikan oleh Ronald pada Eddy. Selama satu tahun terakhir dikelola oleh Eddy, perusahaan tersebut bangkit kembali dan menjadi salah satu anak perusahaan yang besar dari Tanjaya Group. Demi melindungi Eddy, semua data perusahaan tersebut dirahasiakan.Orang-orang di luar tidak tahu kalau Tales Technology merupakan anak perusahaan dari Tanjaya Group. Selain itu juga tidak tahu kalau direktur dari perusahaan itu adalah anak dari keluarga Tanjaya.Ronald membuka laporan keuangan dan membacanya sambil berkata, “Bagus, profitnya naik dan ke depannya akan meledak. Perusahaan ini dikelola oleh kamu dengan sangat bagus! Setelah semua urusan Tales Technology selesai, Daddy ingin memasukkan kamu ke pu