“Kebetulan Rachel ada di TKP waktu kecelakaannya terjadi, dan dia juga yang donorin darahnya untuk Darren. Apa Papa nggak merasa ini terlalu kebetulan?” ucap Eddy dengan sikap yang sangat tenang dan suara yang berat, sama sekali tidak seperti mendengar ucapan seorang anak berusia empat tahun.“Kamu curiga kalau kecelakaan ini sudah diatur sedemikian rupa sama Rachel, begitu?”“Dia punya motivasi untuk berbuat itu,” tutur Eddy, “Papa pasti tahu kayak apa hubungan antara Rachel sama Mama, ‘kan …?”“Nggak mungkin dia pelakunya,” bantah Ronald.Sebelumnya, sudah ada bawahan Ronald yang terlebih dahulu memberikan laporan terkait kecelakaan ini padanya. Insiden ini memang merupakan kecelakaan yang sudah direncanakan, hanya saja Ronald masih tidak bisa membayangkan orang macam mana yang berani-berani menyakiti anaknya. Namun yang jelas, orang itu sudah pasti buan Rachel.“Pa, masalahnya masih belum jelas, kenapa Papa yakin kalau bukan dia pelakunya?” tanya Eddy dengan nada bicara sinis, “Kala
Di saat yang bersamaan, Rachel juga memanfaatkan Darren untuk mendapatkan kepercayaan seisi keluarga Tanjaya. Rupanya … siasat Rachel benar-benar licik. Oleh karena itulah, Eddy harus mempersiapkan dirinya dengan baik. ***Setelah Rachel menjemput anak-anak dan sedang memasak makan malam di dapur, dia mendapat panggilan video call dari Darren.“Tante Rachel kenapa ngga jenguk aku lagi!” ujarnya dengan suara yang masih terdengar lesu, “Aku bosan sendirian di sini. Tante bisa temani aku, nggak? Aku mau dengar ceritanya Tante ….”“Hari ini sudah malam, besok saja Tante baru jenguk kamu lagi. Sekalian besok Tante bawain semangkuk sup iga buat kamu.”“Wah, Tante Rachel memang yang terbaik, deh! Aku paling suka sama Tante!”“Ya sudah, cepat istirahat sana, jangan bergadang.”“Kalau begitu Tante harus kasih aku ciuman sebelum tidur.”Darren menjulurkan bibirnya ke layar. Kepalanya masih dililit perban sehingga kelakuannya ini membuatnya terlihat konyol tapi juga lucu. Rachel menyambut ciuman
Tales Technology merupakan sebuah perusahaan yang berkecimpung di bidang media internet. Dua tahun yang lalu, perusahaan tersebut dikabarkan bangkrut, tapi setelah diakuisisi, tiba-tiba Tales Technology hidup kembali dan menjadi ujung tombak di bidangnya. Hanya saja, informasi mengenai perusahaan ini tidak bisa ditemukan di internet sedikit pun. Rachel membaca sekilas profil terkait perusahaan itu dan berkata, “Mereka bikin janji jam berapa?”“Jam 14.30 siang, lokasinya di Peninsula Cafe.”Setelah membereskan semua pekerjaannya di pagi hari, siangnya Rachel berangkat ke lokasi yang telah dijanjikan dengan mobilnya. Dia tiba sepuluh menit lebih awal dan memesan secangkir kopi, kemudian lanjut mencari informasi Tales Technology di internet. Namun, upaya ini tidak membuahkan hasil sama sekali, bahan informasi mengenai investornya pun tidak ada. Perusahaan Tales Technology ini tentunya dikepalai oleh seseorang yang hebat, tapi entah alasan apa yang membuat mereka menghubungi Rachel yang
Setelah membacanya sampai habis, Rachel menutup surat kontrak tersebut dan berkata, “Nak, siapa yang nyusun kontrak ini?”“Pak Eddy sendiri yang bikin,” jawab Yoshi, “Apabila Bu Rachel tidak ada pertanyaan terkait kontraknya, silakan tanda tangan.”Rachel memiliki paras yang cantik luar biasa. Sudut matanya ikut menukik ke atas saat dia tersenyum, kualitas inilah yang membuatnya begitu memikat lawan jenis. Akan tetapi, matanya di balik sorot matanya yang jernih itu ada pula daya tarik khusus yang berbaur dengan sempurna, yang seakan menembus sifat dingin dan cuek Eddy.Eddy merasa jengkel seketika dia menyadari bahwa dirinya telah menatap lekat Rachel selama beberapa menit. Dia berpikir pasti wanita ini menggunakan senyumannya untuk menggoda ….“Ada keberatan,” ujar Rachel seraya menarik kembali senyumnya. Lalu perlahan dia memajukan tubuhnya disertai aura yang cukup untuk membuat lawan bicaranya terdesak.“Anak kecil seharusnya belajar di sekolah yang benar, jangan banyak pamer,” kata
Setelah menjemput anak-anak, Rachel langsung mengajak mereka pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Darren.“Hore, Tante Rachel datang jengukin aku!” seru Darren bahagia, “Wah, Michelle juga datang!”“Eeh … kamu kan lagi diinfus, jangan terlalu banyak gerak,” tegur Rachel.Darren menuruti kata Rachel dan langsung berbaring di ranjangnya. Matanya sesekali melirik Rachel dan Michelle sambil tersenyum centil.Di balik perban yang membalut kepalanya masih bisa terlihat sedikit bercak darah yang merembes. Punggung tangan Darren juga tampak kehijauan karena disuntik jarum infus. Sepertinya infus ini sudah berjalan selama semalam penuh, makanya tangan Darren terlihat seperti itu.Michael berjalan ke depan ranjang Darren dan mengambil rekam medis yang tergantung di ujung ranjang.“Ka-kamu ngapain. Tante Rachel ada di sini, kamu masih berani bully aku?”“.…, tulisan tangannya dokter bagus banget. Aku mau pelajari sebentar.”Michael pun mengambil rekam medis itu dan membawanya ke balkon.“.…”Kali
Matilah … apa jangan-jangan Darren memang bodoh seperti apa yang dikatakan olehnya tadi?Rachel tak kuat lagi menahan tawanya melihat tingkah laku kedua anak itu. Biasanya Michael sangat tertutup dan jarang sekali memamerkan kecerdasannya. Namun hari ini dia malah mendesak Darren dengan kepandaiannya. Dari sini terlihat jelas bahwa Michael sudah menganggap Darren sebagai teman dekatnya sendiri. Padahal dulu dia begitu membenci Darren, tapi kenapa tiba-tiba hubungan mereka berubah?Rachel menatap wajah Michael seakan ingin mencari jawaban darinya. Michael yang ditatap seperti itu oleh ibunya pun merasa tidak nyaman dan berkata, “Ma, aku mau ke toilet dulu.”Begitu Michael membuka pintu dan berjalan keluar, dia bertabrakan dengan seseorang yang kebetulan sedang berdiri di depan kamar. Eddy sudah datang dari tadi, tapi dia sudah mendengar suara canda tawa yang begitu ceria sebelum dia membuka pintunya. Tanpa harus masuk pun, dia sudah tahu Rachel pasti ada di dalam.Harus diakui bahwa sua
Eddy melihat Rachel sedang mengupas apel untuk Darren melalui celah pintu.Suasana di ruang pasien itu sangat hangat. Dia mengatupkan bibirnya dan akhirnya memutuskan untuk tidak masuk.Setidaknya saat ini, dia merasa Rachel tulus menyayangi Darren ....Dia berbalik badan dan hendak pergi ketika melihat Shania berjalan ke pintu ruang pasien itu.“Ma, kenapa Mama datang ke sini?” tanya Eddy heran.Shania memandangi apa yang sedang terjadi di kamar pasien itu untuk waktu yang lama, kemudian memalingkan muka.Dia meraih tangan Eddy dan berkata dengan suara rendah, “Ini bukan tempat untuk berbicara. Ayo keluar dan bicara.”Eddy mengangguk dan mengikuti Shania ke dalam mobil.“Eddy, kamu juga melihatnya barusan. Papamu memperbolehkan Rachel mengurus Darren sendirian. Kalau wanita itu meracuni makanan yang Darren makan, maka Darren ....” Shania menutup mulutnya, “Darren membenci Mama, nggak mau Mama muncul di dalam kamar pasien itu. Kalau nggak, Mama pasti sudah masuk dan mengusir Rachel ...
“Ma, tenanglah sedikit!”Eddy memegang bahu Shania dan berkata dengan suara rendah, “Aku masih menyelidiki masalah ini. Orang-orang di balik semua ini pasti akan membayarnya!”Bibir Shania bergetar. Dia akhirnya tenang.Bagaimanapun juga, dia harus membuat Rachel yang disalahkan dalam masalah ini.Hanya cara ini yang bisa membuat Ronald menyerang Rachel!Rachel berada di rumah sakit sampai pukul delapan, kemudian membawa kedua anaknya pulang ke rumah.Setelah bersih-bersih dan mandi, waktu sudah menunjukkan pukul sembilan lewat. Michelle tidur dengan tenang. Michael juga kembali ke kamarnya. Dia selalu mandiri dan melakukan segalanya sendiri.Saat sedang menyikat gigi, Michael mendengar bunyi alarm dari laptop yang dia sembunyikan di bawah tempat tidur.Dia menyipitkan matanya, berlutut di depan tempat tidur sambil menggigit sikat giginya dan mengeluarkan laptop itu.Laptop itu adalah laptop yang dia rakit sendiri. Semua spesifikasi dan kinerjanya adalah yang terbaik. Ibunya tahu kala