Nana mengelus dagunya dan mulai memikirkan bagaimana menyusun rencana untuk membantu Anji. Selena tersenyum menyaksikan keluarga bahagia tersebut. Matanya memancarkan sorot iri dan juga bahagia. Sepertinya dia tidak akan pernah bisa merasakan rasa bahagia seperti itu.Perempuan itu tersenyum miris. Sifatnya yang memang pendiam terlihat menjadi penyendiri jika dibandingkan dengan keributan yang terjadi di sekelilingnya. Selena menggelengkan kepalanya dan mencoba menyembunyikan perasaan sedih di hatinya. Sorot sedih di kedua matanya dengan cepat digantikan dengan senyuman.Dia lanjut menyaksikan keributan Darren dan juga Eddy yang sibuk menitipkan pesan pada Nana. Yang tidak diketahui olehnya adalah, semua sikapnya sedari tadi tidak luput dari tatapan seseorang yang ada di dalam mobil.Michael dan Michelle memilih untuk tidak turun dari mobil. Jika mereka semua turun, maka akan membuat orang merasa tertekan. Bagaimana pun mereka adalah teman-temannya Nana. Sudah lebih dari cukup jika Edd
Nana menoleh ke arah lelaki itu dengan sorot bingung. Setelah itu dia mengikuti tatapan Michael dan terdiam sesaat dengan mata melengkung. Perempuan itu mengeluarkan ponselnya dan mengetik, “Siapa orang yang Kakak tanya?”Michael menatap Nana dan menemukan sorot menggoda di kedua bola mata gadis itu. Dia menyentil kening Nana dengan pelan hingga membuat Perempuan itu mengusap keningnya dan meringis sakit.“Kamu berani meledek kakakmu? Sudah hebat?”Lelaki itu mendelik pada Nana sedangkan yang dilirik hanya sibuk mengetik, “Kak, kalau Kakak begini terus bisa nggak dapat istri!”Michael mengabaikan adiknya dan tidak bertanya lagi. Dia bersandar pada kursi mobil dan memejamkan matanya untuk beristirahat. Bibirnya sedikit terangkat ke atas. Apakah dia peduli jika dirinya dapat istri atau tidak? Mengenai nama Perempuan itu, dia akan mengetahuinya suatu saat nanti.Mobil melaju menuju bandara dengan Laura dan Darren yang sibuk beradu mulut sepanjang perjalanan. Michael dan Eddy memejamkan ma
Di kedua bola matanya dipenuhi sorot keyakinan dan percaya diri. Eddy tidak terkejut ketika melihat tatapan seperti itu. Eddy juga memiliki sorot mata serupa yang sering dia gunakan untuk menghadapi lawannya”Michelle juga memiliki tatapan serupa ketika Perempuan itu berdiri di atas pentas. Tatapan seperti itu membuat semua orang tidak bisa menolaknya.“Kak, Anggun sungguh suka sekali dengan dunia hiburan. Aku pernah diam-diam lihat dia syuting. Dia punya bakat dan juga tampak sangat bahagia,” kata Darren ikut menimpali.Dia merupakan orang pertama yang menyadari betapa Nana mencintai pekerjaannya sendiri. Oleh karena itu dia bersedia berinvestasi di dunia hiburan agar bisa membantu dan menjaga adiknya.“Aku tahu kalian semua takut karena kejadian yang pernah menimpa Nana, tapi kita nggak bisa memutuskan Impian Nana hanya karena rasa takut dan khawatir kita.”“Kalau khawatir dengannya, lain kali atur lebih banyak orang untuk jaga dia. Negara kita sangat aman, nggak akan ada banyak keja
Michael langsung memahami apa maksud Eddy. Kedua alisnya terangkat dan matanya tampak berbahaya sambil berkata, “Kak, Kakak menganggap aku pasti akan kalah?”Eddy berdeham mencoba menutupi pemikirannya dan berkata, “Bagaimana mungkin? Kamu pasti akan menang.”Michael memutar bola matanya dan berkata, “Ya sudah, aku juga sudah harus berangkat. Kasih tahu aku tentang perkembangan masalah Anggun.”Karena mendadak pulang, masih ada banyak sekali pekerjaan yang harus dia selesaikan.“Pergilah, hati-hati. Jangan lupa pantau Keanu dan Wilson,” ujar Eddy mengingatkan.Michael mendengus pelan dan berkata, “Yang ini nggak perlu aku lagi, kan? Kevin bukannya jauh lebih hebat dari aku?”Mendengar itu Eddy terdiam dan mencoba menahan kekesalannya. Ternyata pemuda di hadapannya ini pendendam juga.“Bagaimana mungkin? Kamu yang nomor satu di dunia ini!”Michel mengabaikannya dan memunggungi Eddy sambil melambaikan tangannya masuk ke ruang tunggu. Melihat itu Eddy hanya tersenyum tipis saja. Setelah s
Nadira malu dan kesal sehingga dia menginjak kaki Eddy dengan kuat. Ketika lelaki itu meringis kecil kesakitan, Nadira memanfaatkan kesempatan tersebut mendorongnya menjauh dan langsung masuk dalam mobil.Eddy hanya merasa punggung kakinya kebas dan sakit. Untungnya dia sanggup menahan sakit tersebut dan tidak membuatnya merintih kesakitan. Dia tersenyum tipis pada orang-orang semuanya dan mengikuti Nadira melangkah ke mobil.Di belakangnya terdengar seruan heboh, “Astaga! Lelaki yant tampan dan begitu kaya kenapa sudah ada pasangan?!”“Pasangannya cantik sekali! Hubungan keduanya sepertinya sangat harmonis!”Mobil melaju meninggalkan keramaian. Di dalam mobil, Nadira mendelik tajam ke arah Eddy sambil bertanya, “Nana di mana? Aku pulang untuk melihat dia.”“Kebetulan sekali dia baru pergi. Pergi bareng Michelle,” jawab Eddy.“Nana sudah pergi? Sudahlah, aku pulang saja. Pulang juga nggak ada artinya,” ujar Nadira dengan sengaja. Dia berpura-pura hendak bangkit, tetapi ditahan oleh seb
Di dalam terdapat Anji yang mengenakan setelan jas putih dan tampak sangat tampan. Di tangannya terdapat satu ikat mawar putih. Tatapannya tertuju pada Michelle dengan lekat. Terdapat sorot gugup dan panik di kedua matanya.“Welcome back, Kak Michelle!” “Anji, kamu ….” Suara Michelle tercekat dan dia tampak melongo karena tidak menyangka akan mendapat kejutan yang seperti ini. bukankah kejutan ini terlalu berlebihan?Anji yang bisa menebak kebingungan Michelle terlihat sedikit malu sambil menjelaskan, “Kemarin aku marah dan nggak antar kamu berangkat. Tapi aku merasa menyesal dan berjanji untuk menjemputmu waktu kembali dan memberikanmu kejutan. Semoga kamu bisa memaafkan aku.”Semua orang yang ada di sana tampak sibuk mengambil gambar dan video. Sedangkan Michelle tampak sudah memerah di tempat. Mata yang sering terlihat dingin itu terdapat kebingungan. Dia tidak tahu harus bersikap salah tingkah atau bahagia.Anji berjalan mendekat dan memberikan bunga itu dengan ekspresi penuh har
“Kamu kenal aku?” tanya Darren dengan nada malas. Matanya menatap Anji dengan tajam.Anji berdiri tegap dan mengangguk sambil berkata, “Halo, Kak Darren.”“Karena kamu mengenalku, kita berbincang di sana dengan baik, ok?” ajak Darren dengan nada tanpa penolakan. Dia menarik Anji ke ruang tunggu tersendiri.“Anji!” panggil Michelle dengan suara khawatir.Anji menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Michelle. Lelaki itu memberikan senyum menenangkan dan melanjutkan langkahnya mengikuti Darren.“Khawatir ada drama luar biasa yang akan terjadi! Coba kalian tebak siapa yang menang dan kalah?” tanya Laura dengan mata berbinar dan tidak sabar.“Kemungkinan kakakku yang menang karena dia cukup terlatih,” tulis Nana di ponselnya dengan girang. “Lihat tubuh Anji yang tipis dan kemampuannya yang hanya bermain musik, kemungkinan dia akan habis!”“Mau taruhan? Kita bertaruh seberapa lama Anji bisa bertahan,” ujar Laura.“Nggak perlu. Anji pasti bisa menang,” sahut Michelle.“Eh? Kenapa seperti
“Michelle sayang, kenapa? Apakah tempat kami ada yang kurang nyaman?” tanya ibunya Anji dengan lembut. Nenek dan ayahnya Anji juga terlihat khawatir dan panik. Mereka seakan khawatir telah melakukan sesuatu yang mengusik ketenangan Michelle.“Nggak, di sini benar-benar nyaman sekali! Kalian semua juga sangat baik. Tapi adikku masih kecil dan dia senang bermain. Dia takut mengusik semua orang yang ada di sini,” terang Michelle.“Apa yang sedang kamu katakan? Kami senang kalau rumah ini ramai!” sahut neneknya Anji.Ayahnya Anji tampak berpikir sejenak dan berkata, “Nggak apa-apa, boleh juga kalau kalian mau tinggal di luar sana. Yang paling penting kalian senang dan merasa bebas.”Dengan lembut ibunya Anji ikut menambahkan, “Kalau boleh, kasih tahu kami alamat hotelnya saja. Kalau kalian ingin makan sesuatu, kami bisa minta koki masak dan antar ke sana.”Kalimat mereka berhasil membuat rasa tidak nyaman Michelle berkurang cukup banyak. Keramahan keluarganya Anji memang terlalu berlebihan