Michael langsung memahami apa maksud Eddy. Kedua alisnya terangkat dan matanya tampak berbahaya sambil berkata, “Kak, Kakak menganggap aku pasti akan kalah?”Eddy berdeham mencoba menutupi pemikirannya dan berkata, “Bagaimana mungkin? Kamu pasti akan menang.”Michael memutar bola matanya dan berkata, “Ya sudah, aku juga sudah harus berangkat. Kasih tahu aku tentang perkembangan masalah Anggun.”Karena mendadak pulang, masih ada banyak sekali pekerjaan yang harus dia selesaikan.“Pergilah, hati-hati. Jangan lupa pantau Keanu dan Wilson,” ujar Eddy mengingatkan.Michael mendengus pelan dan berkata, “Yang ini nggak perlu aku lagi, kan? Kevin bukannya jauh lebih hebat dari aku?”Mendengar itu Eddy terdiam dan mencoba menahan kekesalannya. Ternyata pemuda di hadapannya ini pendendam juga.“Bagaimana mungkin? Kamu yang nomor satu di dunia ini!”Michel mengabaikannya dan memunggungi Eddy sambil melambaikan tangannya masuk ke ruang tunggu. Melihat itu Eddy hanya tersenyum tipis saja. Setelah s
Nadira malu dan kesal sehingga dia menginjak kaki Eddy dengan kuat. Ketika lelaki itu meringis kecil kesakitan, Nadira memanfaatkan kesempatan tersebut mendorongnya menjauh dan langsung masuk dalam mobil.Eddy hanya merasa punggung kakinya kebas dan sakit. Untungnya dia sanggup menahan sakit tersebut dan tidak membuatnya merintih kesakitan. Dia tersenyum tipis pada orang-orang semuanya dan mengikuti Nadira melangkah ke mobil.Di belakangnya terdengar seruan heboh, “Astaga! Lelaki yant tampan dan begitu kaya kenapa sudah ada pasangan?!”“Pasangannya cantik sekali! Hubungan keduanya sepertinya sangat harmonis!”Mobil melaju meninggalkan keramaian. Di dalam mobil, Nadira mendelik tajam ke arah Eddy sambil bertanya, “Nana di mana? Aku pulang untuk melihat dia.”“Kebetulan sekali dia baru pergi. Pergi bareng Michelle,” jawab Eddy.“Nana sudah pergi? Sudahlah, aku pulang saja. Pulang juga nggak ada artinya,” ujar Nadira dengan sengaja. Dia berpura-pura hendak bangkit, tetapi ditahan oleh seb
Di dalam terdapat Anji yang mengenakan setelan jas putih dan tampak sangat tampan. Di tangannya terdapat satu ikat mawar putih. Tatapannya tertuju pada Michelle dengan lekat. Terdapat sorot gugup dan panik di kedua matanya.“Welcome back, Kak Michelle!” “Anji, kamu ….” Suara Michelle tercekat dan dia tampak melongo karena tidak menyangka akan mendapat kejutan yang seperti ini. bukankah kejutan ini terlalu berlebihan?Anji yang bisa menebak kebingungan Michelle terlihat sedikit malu sambil menjelaskan, “Kemarin aku marah dan nggak antar kamu berangkat. Tapi aku merasa menyesal dan berjanji untuk menjemputmu waktu kembali dan memberikanmu kejutan. Semoga kamu bisa memaafkan aku.”Semua orang yang ada di sana tampak sibuk mengambil gambar dan video. Sedangkan Michelle tampak sudah memerah di tempat. Mata yang sering terlihat dingin itu terdapat kebingungan. Dia tidak tahu harus bersikap salah tingkah atau bahagia.Anji berjalan mendekat dan memberikan bunga itu dengan ekspresi penuh har
“Kamu kenal aku?” tanya Darren dengan nada malas. Matanya menatap Anji dengan tajam.Anji berdiri tegap dan mengangguk sambil berkata, “Halo, Kak Darren.”“Karena kamu mengenalku, kita berbincang di sana dengan baik, ok?” ajak Darren dengan nada tanpa penolakan. Dia menarik Anji ke ruang tunggu tersendiri.“Anji!” panggil Michelle dengan suara khawatir.Anji menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Michelle. Lelaki itu memberikan senyum menenangkan dan melanjutkan langkahnya mengikuti Darren.“Khawatir ada drama luar biasa yang akan terjadi! Coba kalian tebak siapa yang menang dan kalah?” tanya Laura dengan mata berbinar dan tidak sabar.“Kemungkinan kakakku yang menang karena dia cukup terlatih,” tulis Nana di ponselnya dengan girang. “Lihat tubuh Anji yang tipis dan kemampuannya yang hanya bermain musik, kemungkinan dia akan habis!”“Mau taruhan? Kita bertaruh seberapa lama Anji bisa bertahan,” ujar Laura.“Nggak perlu. Anji pasti bisa menang,” sahut Michelle.“Eh? Kenapa seperti
“Michelle sayang, kenapa? Apakah tempat kami ada yang kurang nyaman?” tanya ibunya Anji dengan lembut. Nenek dan ayahnya Anji juga terlihat khawatir dan panik. Mereka seakan khawatir telah melakukan sesuatu yang mengusik ketenangan Michelle.“Nggak, di sini benar-benar nyaman sekali! Kalian semua juga sangat baik. Tapi adikku masih kecil dan dia senang bermain. Dia takut mengusik semua orang yang ada di sini,” terang Michelle.“Apa yang sedang kamu katakan? Kami senang kalau rumah ini ramai!” sahut neneknya Anji.Ayahnya Anji tampak berpikir sejenak dan berkata, “Nggak apa-apa, boleh juga kalau kalian mau tinggal di luar sana. Yang paling penting kalian senang dan merasa bebas.”Dengan lembut ibunya Anji ikut menambahkan, “Kalau boleh, kasih tahu kami alamat hotelnya saja. Kalau kalian ingin makan sesuatu, kami bisa minta koki masak dan antar ke sana.”Kalimat mereka berhasil membuat rasa tidak nyaman Michelle berkurang cukup banyak. Keramahan keluarganya Anji memang terlalu berlebihan
Lalu kapan Nana bersedia membantunya menjodohkan kakaknya?Setelah selesai makan, Nana kembali ke hotel yang sudah dipesan oleh Darren. Ketika tiba di kamar, dia langsung mengeluarkan ponselnya dan menelepon Kevin melalui video. Dia menatap sosok yang ada di layar dan terlihat jauh lebih kurus dan lesu. Nana merasa dirinya tidak tega melihat keadaan Kevin.“Sayang, kamu kenapa? Nggak enak badan?” tanya Nana dengan menuliskannya di sebuah papan tulis kecil. Setelah selesai menuliskannya, dia mengangkat papan tulis tersebut dan menunjukkannya ke arah Kevin. Tubuh Kevin berubah kaku ketika melihat gerakan Nana. Sebersit tatapan perih terlihat di kedua bola mata lelaki itu.Dia memaksakan seulas senyum dan berkata, “Nggak, aku baik-baik saja, jangan khawatir.”Dengan lembut Kevin berkata, “Aku ingin menyelesaikan urusanku di sini dengan cepat dan setelah itu menjemputmu.”“Kamu harus hati-hati. Keanu itu begitu kejam dan licik, dia juga banyak cara-cara keji. Kamu jangan berhadapan secara
Malam berlalu dengan begitu cepat. Proses persiapan konser musik Michelle tetap dijalankan secara intens. Nana terlihat kagum dan bangga ketika melihat tiket konser terjual habis dalam hitungan detik.Kapan dia bisa seperti kakaknya yang disukai banyak orang?“Iri?” tanya Laura yang berhasil menebak pikiran Nana. Dia terkekeh dan berkata, “Kalau kamu bisa bertahan sedikit lebih lama di dunia hiburan, kamu akan melihat sesuatu yang lebih besar.”Nana tersenyum dan menuliskan kalimat di papannya, “Ada yang lebih besar dari konser Kevin?”Dulu dia merupakan penggemar sejati Kevin. Meski lelaki itu lebih fokus pada dunia film, karir Kevin dimulai dari pemilihan ajang pencarian bakat. Dia unggul dalam bernyanyi dan menari. Konsernya juga berhasil menggemparkan seluruh penonton. Kala itu sering sekali disebut sebagai keajaiban dan legenda dalam industri musik.Ekspresi Laura berubah kaku ketika membaca kalimat tersebut. “Aku lupa betapa bersinarnya prestasi lelaki itu. Sepertinya aku nggak b
Lihat mereka semua yang berpasangan. Pasti iri, bukan? Alis Michelle menyatu ketika melihat ekspresi Nana. Apakah sekarang Anggun sudah mabuk kepayang karena cinta? Kakak-kakaknya yang lain tidak menolak permintaan Nana yang tinggal di sini untuk sementara karena mempertimbangkan keadaan perempuan itu. Akan tetapi kenapa menjadi semakin berlebihan?Sebelum Michelle sempat berkata apa pun, dia sudah ditarik oleh Nana untuk masuk ke dalam studio bioskop dan duduk di sana. Mereka memeluk satu baskom besar ember berisi popcorn dan dengan pasrah menonton bersama. Di dalam film itu tengah menceritakan bagaimana pertemuan sepasang kekasih hingga akhirnya menikah dan hidup bahagia. Jalan ceritanya sangat mirip dengan kehidupan sehari-hari. Michelle sedikit tersentuh dengan cerita di fim tersebut. Dia menoleh ke arah Nana dan memikirkan seharusnya adiknya dengan Kevin bukan pasangan sejak kecil, kan?Sesaat kemudian, film yang baru akan mulai diputar kembali. Mereka berpindah ke studio yang l