“Ooohhh temannnnnn,” ujar Nana dengan sengaja memanjangkan kata-katanya dan nada menggoda. Matanya berbinar dan kemudian mengangguk sambil berkata, “Semoga semua lancar, Kak.”Sambungan telepon terputus dan bola mata Nana yang besar tersebut bergerak-gerak mencari nama Darren di ponselnya. Saat sambungan terhubung, terdengar suara Darren yang meminta ampun.“Anggun! Kakak minta maaf karena Kakak masih belum tahu jadwalnya Kak Eddy!” ujar Darren dengan nada emmelas.“Kemarin malam Kakak terlalu malam sampai rumah. Kak Eddy menghirup aroma parfum wanita di tubuh Kakak jadi dia terus tanya hubungan Kakak dengan asistenmu itu sudah sampai tahap apa. Kakak ketakutan sampai kabur dan sembunyi di kamar. Tiba-tiba sudah pagi saja,” jelas Darren.“Nggak apa-apa, Kak. Aku tahu Kakak nggak bisa diandalkan, jadi aku sudah terbiasa,” ujar Nana.“Anggun, kalimatmu buat Kakak sedih,” ujar Darren.Nana bercanda dan menggoda lelaki itu dan setelah itu dia berkata, “Kak, aku sudah tanya jadwalnya Kak Ed
“Anggun! Kamu nggak apa-apa?” tanya Darren terkejut sambil memeluk pinggang adiknya dengan panik.“Kak! Kalau Kakak masih nggak pergi, aku akan mengadu pada Kak Eddy!” ujar Nana mengancam sambil melayangkan tatapan galak.Darren langsung menyerah dan berkata, “Iya, Kakak bawa kamu pergi dari sini.”“Permisi, permisi,” ujar Darren sambil melindungi adiknya untuk keluar dari kerumunan. Sebelum masuk ke mobil, dia melayangkan kecupan jauh pada para perempuan itu dan berkata, “Hari ini aku masih ada urusan, kita janjian lagi di lain waktu, ya!”Lelaki itu tidak lupa mengedipkan sebelah matanya penuh menggoda hingga mengundang teriakan histeris dari orang-orang di sekitar. Nana hanya menutup wajahnya karena tidak tahan dengan pemandangan di depannya.Darren membawanya meninggalkan tempat itu dengan ditatap oleh puluhan pasang mata perempuan cantik.“Aku pernah lihat lelaki itu dan sering masuk majalah bisnis. Seharusnya dia anak dari keluarga Tanjaya.”“Keluarga Tanjaya? Keluarga yang terke
Yoko tahu Anggun merupakan nama kecilnya Nana, dia mengangguk dan berkata, “Kami satu tim produksi. Aku manajer salah satu artis yang lainnya, sedangkan Bu Nana pernah meminta kontak aku.”Kalimat lelaki itu sukses membuat raut dingin di wajah Darren luruh seketika.“Oh, orang kenal? Ngomong dong! Maaf sudah salah paham,” ujar Darren sambil menepuk bahunya dengan santai.Yoko merintih tertahan karena tepukan mendadak yang cukup kuat itu dan bertanya, “Kamu siapa?”Darren terkekeh dan berkata, “Aku pelindungnya Bu Nana, siapa yang berani macam-macam, aku yang akan menghajarnya!”Yoko menyentuh hidungnya dan berkata, “Tenang saja, aku nggak ada pemikiran aneh-aneh pada Bu Nana.”Yang ada niat pada perempuan itu bukan dirinya. Melihat raut jujur lelaki itu membuat senyuman Darren semakin melebar.“Maaf, aku sudah salah paham. Lain waktu aku traktir kamu minum. Sekarang aku harus cari Anggun, kemungkinan dia sudah panik.”“Hati-hati,” ujar Yoko dengan tenang.Setelah Darren pergi, Yoko jug
Nana tampak bahagia sekali ketika bertemu dengan Michael yang sudah lama sekali tidak dia temui. Perempuan itu menggelantung di tubuh Michael seperti seekor kuala dan enggan melepaskan pelukannya.“Huhuhu, Kak Michael akhirnya datang juga. Kak Michelle pasti bakalan bahagia sekali! Kenapa waktu mau datang nggak bilang sama aku? Aku kangen sekali dengan Kakak!”“Bagaimana kabar Kak Michael akhir-akhir ini? Bahagia, nggak? Kenapa orang tua itu rela membiarkan Kak Michael datang? Kalau Kakak pergi, jaringan internet negara itu bagaimana? Mereka bisa mengerjakannya?”Nana memeluk lengan kekar lelaki itu sambil berceloteh panjang lebar. Sorot matanya ketika menatap Michael penuh akan sorot sayang dan kagum. Michael sejak kecil memang sudah terkenal cerdas dan menjadi seorang peretas yang terkenal.Setelah dewasa, lelaki itu langsung ditarik oleh salah satu kelompok khusus di suatu negara untuk bergabung dalam tim keamanan jaringan internet negara yang hebat. Selain itu, Michael sering melak
“Aku sering datang ke sini dan aku hafal!” ujar Darren sambil merangkul kedua adiknya.“Pokoknya ikut Kakak saja! kalian nggak akan menderita dan makan enak saja!”“Kalau begitu Kak Darren yang bayar semuanya!” ujar Nana sambil terkekeh riang.“Kenapa? Jelas-jelas uangnya Michael lebih banyak dari Kakak!” kata Darren.“Karena kamu paling tua!” sahut Michael.“Kamu mengakuiku sebagai kakakmu di saat bayar-bayaran?!”Suara tawa mereka membuat semua orang iri.Ketiga kakak beradik itu duduk di salah satu restoran terkenal di Jarman. Di sudut restoran terdapat pemain biola yang sedang memainkan alunan musik. Nana meletakkan ponselnya kemudian mendengar sambil berkata, “Tadi aku sudah kirim pesan ke Kak Michelle dan katanya akan segera ke sini.”“Bilang sama dia pelan-pelan saja, nggak perlu buru-buru,” ujar Michael mengingatkan.“Tenang saja, aku sudah bilang,” kata Nana dengan mata melengkung tersenyum. Setelah itu dia kembali menambahkan, “Kita-kita Papa dan Mama datang atau nggak? Aku k
“Sudah! Hentikan, kak!” ujar Nana menghentikan. Akan tetapi Darren tampak asik sendiri dan tidak ada keinginan untuk berhenti. Nana hanya mengusap wajahnya frustasi dan meminta bantuan Michael melalui tatapannya. Sedangkan Michael sendiri hanya mengeluarkan ponselnya dan mulai merekam permainan biola Darren.Lelaki itu melangkah dengan alis terangkat dan menarik pemain biola itu untuk keluar dari ruangan. Nana segera mengikuti lelaki itu dan kabur dari ruangan tersebut.“Astaga! Kita baru saja melewati kejadian antara hidup dan mati! Kak Darren menyeramkan sekali! Aku nggak mau dengar dia main biola lagi, aku trauma!” ujar Nana.“Tenang saja, Kakak bantu kamu balas dendam,” ujar Michael.“Maksudnya?”“Kakak sudah rekam permainan dia. Nantinya akan diputar di semua alat elektronik di rumah dia,” ujar Michael.Nana mengacungkan kedua ibu jarinya sambil berkata, “Kak, Kakak benar-benar kejam!”Dengan tenang Michael berkata, “Kita keluar dulu, kemungkinan Darren bakalan masuk berita utama.
“Cih!” Michael menyentil kening perempuan itu dan berkata, “Kalau sembarangan bicara lagi, Kakak kurung kamu bersama dengan Kak Darren.”Nana langsung diam sambil mengelus keningnya.“Kak Michael, long time no see,” ujar Michelle dengan lembut. Dia menatap Michael dengan sorot lembut dan bahagia.Di antara mereka bersaudara, Michelle dan Michael memang yang paling dekat. Mereka sejak kecil terus bersama hingga dewasa dan jarang sekali terpisahkan. Sayangnya setelah dewasa, karir keduanya berbeda sehingga harus berada di tempat yang berbeda pula. Justru sekarang yang berpisah paling lama adalah mereka berdua.Mata Michelle sedikit memerah ketika memikirkan hal lampau. Saat kecil dia melewati masa-masa kelam hingga akhirnya membuat Michelle tidak suka berbicara dan bersikap dingin. Sedangkan sekarang, perempuan itu sudah mampu mengungkapkan semua perasaannya dengan baik.Michael tidak berbicara apa pun lagi dan langsung maju untuk mengelus kepala Michelle dan membawa perempuan itu ke dal
“Kak Darren kenapa?” tanya Nana sambil berjongkok di samping tubuh Darren. Matanya membulat dan tampak tidak mengerti.Melihat adiknya yang perhatian dengannya membuat Darren terlihat terharu. Sebelum dia sempat menjawab, terdengar Nana yang berkata lagi, “Jelas-jelas yang mau Kakak bunuh itu orang lain, kenapa sekarang justru Kakak yang nggak mau hidup?”“Kalian tahu kalau aku main biola begitu buruk, kenapa nggak tahan aku?” seru Darren dengan kesal.Michael yang ada di sampingnya hanya menjelaskan dengan pelan, “Tadi waktu perjalanan ke sini, Kakak minta dia dengar permainan dia sendiri sebanyak sepuluh kali. Akhirnya dia muntah.”“Lain kali aku nggak mau main biola lagi! benci! Harga diriku sudah habis semua di restoran itu.” “Nggak hanya itu, sekarang seharusnya kamu sudah masuk berita utama karena nyaris membunuh pemain biola. Jadi kamu kehilangan harga dirimu nggak hanya di restoran saja, tapi di seluruh negara Jarman,” ujar Michael sambil tersenyum miring.“Ada jurang, nggak?