Dalam perjalanan kembali ke rumahnya, Sandra hanya diam membisu. Bayangan kebahagiaan Hadi dan keluarganya kembali membuatnya cemburu.Mario, putra Hadi selalu berusaha melindungi keluarganya. Hana juga bisa menerima kembali suaminya yang telah melakukan kesalahan. 'Kenapa ada keluarga yang sempurna seperti mereka? Kenapa Hadi bisa bahagia, sementara aku harus sendirian dan mengalami ini?' Pertanyaan itu timbul dalam hati Sandra. 'Kalau aku menderita, Hadi dan keluarganya juga harus menderita. Aku gak rela mereka bahagia. Aku harus melakukan sesuatu.'Sandra tiba di rumah dan kembali ke kamarnya. Perawat yang selalu menjaganya bertanya, apakah Sandra membutuhkan sesuatu. Namun, Sandra memilih sendirian di dalam kamarnya. Ia meminta perawat itu keluar dan meninggalkan dirinya. Sandra menatap pantulan dirinya di cermin. Ia merasa kondisinya sangat menyedihkan saat ini. 'Apa yang harus aku lakukan?' pikir Sandra. Ia sadar, ia tidak mungkin mengusik keluarga Hadi dengan cara yang sam
Hana menatap Sandra yang duduk di kursi roda di hadapannya. Ia merenungkan kata-kata Sandra yang baru ia dengar. Sewajarnya memang, jika seseorang dalam kondisi sakit dan lemah seperti Sandra saat ini, ia akan bertobat dan tidak mengulangi kesalahan yang sama. 'Apa Sandra benar-benar menyesali perbuatannya? Bila aku membayangkan apa yang terjadi saat ini padanya, itu memang sangat gak mudah baginya. Perubahan yang begitu drastis telah terjadi dalam hidupnya. Apa aku harus mempercayai dia?' pikir Hana dalam hatinya. Air mata Sandra mengalir dengan deras dan tubuhnya bergetar. "Hana, kecelakaan yang aku alami saat itu telah membangkitkan trauma dan ketakutan yang berusaha aku kubur dalam-dalam dan lupakan. Aku teringat pada saat aku mengalami kecelakaan menjelang hari pernikahanku dengan Hadi. Aku sangat ketakutan kalau aku harus mati saat itu. Aku sadar bahwa diriku telah bersalah dan mempunyai dosa besar. Aku memohon pada Tuhan agar memberi aku kesempatan untuk berubah dan bertobat
Riana dan David sore itu sedang berada di sebuah kafe. Seperti biasanya, David menjemput Riana di kampusnya setelah. selesai kuliah. David sudah terjun langsung membantu bisnis papanya sejak lulus kuliah. "Ah, aku senang sekali karena kondisi di rumah sudah mulai membaik. Hubungan ibu dan ayah sudah kembali harmonis. Orang yang meneror dan mengancam keluarga kami juga sudah diketahui identitasnya. Semoga tetangga kami itu jera dan gak akan berbuat seperti itu lagi. Teror kecil kemarin memang sederhana, tapi itu sudah berhasil membuat kami cemas," kata Riana. "Iya, aku turut senang karena keluargamu kembali mampu melewati masalah. Aku sangat kagum pada ibu dan ayahmu, karena bisa bertahan dalam pernikahan sampai saat ini. Itu bukan hal yang mudah, Ria. Banyak pasangan yang gak bisa mempertahankan pernikahan mereka, walaupun sudah melewati usia pernikahan yang cukup panjang. Sebagian mengatakan bahwa mereka sudah jenuh dan gak saling mencintai lagi. Ada pula yang gak setia dan berseli
Senyum kecil tersungging di bibir Sandra setelah ia membaca pesan yang masuk ke ponselnya. Anak buahnya berhasil menemukan keberadaan Raka, pria yang menyukai Cindy selama ini. "Bagus! Akhirnya aku berhasil menemukanmu, Raka. Ternyata kamu juga cukup tampan. Aku yakin kita bisa bekerja sama dengan baik. Aku bisa menghancurkan Mario dan keluarganya, sedangkan kamu bisa sepenuhnya memiliki Cindy," kata Sandra saat melihat foto Raka di layar ponselnya. Tak sabar rasanya Sandra untuk menjalankan rencananya. Sayangnya malam sudah larut, ia harus menunggu hingga pagi supaya anak buahnya bergerak dan menemui Cindy. Walaupun saat ini Sandra tidak mempunyai sumber pendapatan lagi, ia cukup puas karena dahulu berhasil mengambil sebagian besar harta dan aset milik Hadi. Ia juga membeli banyak perhiasan dan barang-barang mewah. Dahulu Sandra berencana untuk menikmati uang dan kekayaan itu bersama Richard. Mereka ingin pergi jauh dan hidup bahagia berdua. Sayangnya kecelakaan telah membuat Ric
"Kamu gak perlu tahu apa keuntungan yang akan saya dapatkan nanti. Yang perlu kamu pikirkan adalah, kamu akan mendapatkan Cindy, wanita yang kamu cintai itu. Berhentilah menjadi pecundang, Raka!" kata Sandra. "Tapi Cindy memang gak mencintai saya, Tante. Saya ragu apa dia bisa bahagia jika saya memaksakan keadaan untuk memiliki dia.""Dasar bodoh! Seharusnya kamu berjuang, bukan mengalah dan diam saja! Saya akan mendukung semua yang kamu butuhkan untuk mendapatkan dia, Raka. Saya juga akan memberi uang dalam jumlah yang cukup banyak kalau kamu berhasil mendapatkan Cindy. Saya tahu, kalau kamu membutuhkan uang dan menjadi tulang punggung untuk keluargamu, Raka.""Apa Tante menyelidiki keluarga saya? Sejujurnya saya ragu, apa saya bisa mempercayai Tante saat ini," kata Raka. "Raka, kesempatan gak akan datang untuk kedua kalinya. Kalau kamu menerima tawaran ini, kamu akan mendapatkan semua yang selama ini kamu inginkan. Kamu bisa bersama dengan Cindy, dan melunasi hutangmu dan keluarga
Cindy membuka matanya perlahan dan mengerjapkannya berulang kali. Ia merasa bingung dengan apa yang terjadi dan mengapa dirinya ada di sebuah tempat yang terasa asing. Ia mengedarkan pandangannya ke ruangan berdinding putih itu dan berusaha mengumpulkan kesadarannya. "Kamu sudah bangun?" Suara seorang pria mengejutkan Cindy. Ia menoleh ke arah sumber suara itu dan terkejut saat melihat Raka. Cindy memijat kepalanya yang masih terasa berat. Ia merasa ada yang aneh dengan dirinya. "Apa yang terjadi? Kenapa aku ada di sini?" tanya Cindy. "Cin, apa kamu baik-baik saja?" tanya Raka. Cindy meraba selimut yang menutupi tubuhnya, ia tersentak saat menyadari bahwa tubuhnya polos tanpa pakaian di balik selimut itu. Dengan gemetar Cindy memeluk tubuhnya yang berbalut selimut tebal. "Raka, apa yang sudah kamu lakukan padaku? Kenapa aku gak ingat apa-apa?" seru Cindy. "Maafkan aku, Cin," kata Raka. "Apa yang kamu lakukan? Kenapa kita bisa berada di sini? Katakan apa yang sebenarnya terjad
Mario enggan mendengarkan penjelasan apapun dari Cindy. Entah mengapa suara sang kekasih yang selalu ia rindukan berubah menjadi sangat menyebalkan. Mario merasa ditipu mentah-mentah oleh Cindy dan Raka. Ia menatap kembali foto-foto di ponselnya. Foto itu menunjukkan adegan mesra sang kekasih dengan pria lain. Siapa yang tidak merasa sakit saat menemukan kenyataan bahwa sang kekasih telah berkhianat. "Ternyata benar kecurigaanku pada mereka. Dasar pembohong! Aku benci kamu, Cindy! Teganya kamu berkhianat, padahal kita telah resmi bertunangan dan berencana untuk menikah," gumam Mario pilu. Tak mampu menahan perasaannya, Mario pun melemparkan ponselnya hingga berhamburan di lantai. "Argh... Kenapa semua jadi kacau seperti ini? Apa salahku padamu, Cindy?" teriak Mario. Hana yang sedang berada di kamar terkejut mendengar keributan yang berasal dari kamar putranya. Ia segera berlari dan membuka pintu kamar itu. Hana melihat Mario duduk di lantai dan menutup wajahnya. "Rio, ada apa in
Akhir pekan itu Riana pulang ke rumah ibunya. Hana bercerita padanya bahwa setelah Mario memutuskan hubungan dengan Cindy, suasana hati Mario berubah drastis. Wajahnya terlihat muram dan lebih sering mengurung diri di kamar. Riana yang merasa cemas dengan kondisi kakaknya pun mencoba menghiburnya. Siang itu Riana mengetuk pintu kamar kakaknya. Ia tahu sebenarnya Mario sudah bangun sejak pagi, tetapi memilih tetap berada di kamarnya. Riana membuka pintu yang tidak terkunci dan melihat Mario masih berbaring. Ia masuk dan duduk di tepi tempat tidur Mario. "Mas masih patah hati, ya?""Aku gak serapuh itu," jawab Mario. Riana tersenyum dan menatap kakaknya yang selalu ketus padanya, tetapi sebenarnya mempunyai hati yang baik. "Benarkah? Kata ibu, Mas Rio selalu melamun dan sedih. Apa itu bukan patah hati namanya?" tanya Riana lagi. "Sudah, jangan berisik! Keluar sana! Aku masih mau tidur," jawab Mario. "Ini sudah siang, Mas. Ayo keluar dari kamar! Jangan berlarut-larut dalam kesedih