"Foto-foto itu sudah menjadi bukti yang jelas tentang apa yang terjadi kemarin, Miranda," tegas David. Mario masih diam dan mengepalkan tangannya. Miranda duduk di hadapannya dan berusaha meredakan amarah Mario. Mario menghembuskan nafas kasar dan bertanya pada Miranda, "Aku kecewa dan menyesal karena sudah mempercayai kamu, Mir. Ternyata kamu sama saja dengan Cindy. Kemarin aku sudah mengantar kamu pulang ke rumah. Sebenarnya kamu ke mana lagi? Siapa pria yang bersamamu? Ada hubungan apa di antara kalian berdua?" "Dia itu saudara sepupuku," jawab Miranda. "Apa?! Kemarin kamu mengatakan padaku bahwa di kota ini kalian gak punya saudara sedarah. Kenapa sekarang ucapanmu berbeda? Jangan berbohong, Mir! Aku gak suka dengan kebohongan," kata Mario. "Mas, aku minta maaf karena sudah berbohong. Laki-laki itu adalah sepupuku, namanya Martin. Dia sebenarnya tinggal di kota ini, tetapi dari seluruh keluarganya, hanya dia yang dekat denganku. Orang tuanya sangat angkuh dan gak mau mengakui
David melirik Mario yang duduk di kursi penumpang di sampingnya. Wajah Mario tampak kesal, bahkan tidak mau menatapnya. Ada rasa bersalah dalam benak David, karena kali ini kecurigaannya tidak terbukti. Akan tetapi dirinya benar-benar tidak punya niat buruk pada Mario. "Maafkan aku, Rio," ucap David setelah beberapa saat lamanya mereka hanya diam membisu. "Aku harap itu bukan kesengajaan, Vid. Selama ini aku mempercayai kamu dan selalu berpikir bahwa kamu akan mendukung setiap langkahku," jawab Mario. "Rio, mana mungkin aku sengaja membuat hubunganmu dan Miranda hancur? Aku dan Riana hanya gak mau kalau hatimu kembali tersakiti. Seandainya memang Miranda adalah wanita yang baik dan tepat untuk menjadi jodohmu tentu aku dan Riana akan mendukung kalian.""Jadi Riana juga sudah tahu tentang foto-foto itu?" tanya Mario. David menganggukkan kepalanya. "Iya, aku memberi tahu dia.""Kamu terlalu ceroboh, Vid. Kamu menyebarkan berita yang belum pasti kebenarannya. Aku jadi sepemikiran den
Satu jam sebelumnya"Halo, Miranda. Apa yang terjadi di sana?" Suara Sandra terdengar kesal. "A-apa maksud Tante? Gak ada apa-apa koq, Tante. Semuanya baik-baik saja di sini. Memangnya kenapa?" tanya Miranda dengan panik. "Jangan bohong, Mir! Aku tahu kalau Mario dan David baru saja datang ke rumah. Rahasia kita hampir terbongkar karena kebodohanmu, kan? Kenapa kamu gak hati-hati dan nekat pergi berdua bersama pria lain? Apa kamu gak sanggup menahan diri sebentar saja sampai rencana kita berhasil?" cecar Sandra. Miranda terkejut, karena Sandra sudah mengetahui apa yang terjadi. 'Sial! Pasti Bu Ijah yang memberi tahu semuanya pada Tante Sandra. Dasar wanita tua cerewet! Aku akan memberinya pelajaran besok,' batin Miranda. "Kenapa diam? Jangan pikir kamu bisa menyembunyikan apapun dari tante!" "Tante, maaf. Ini terlalu berlebihan. Bu Ijah pasti sengaja menjelek-jelekkan aku di depan Tante. Apa yang terjadi tadi gak seburuk itu, Tante. percayalah padaku!" jawab Miranda. "Eh, tante
Akhir pekan yang dinantikan akhirnya tiba. David bangun pagi-pagi untuk menemui sang kekasih di kota tempatnya menuntut ilmu. Mungkin orang lain memilih menghabiskan waktu akhir pekan mereka dengan beristirahat dan bersantai, tetapi bagi David, itu adalah kesempatan yang dinantikan untuk bertemu dengan Riana. Banyak hal yang terjadi dalam sepanjang masa pacaran mereka. Dimulai sejak duduk di bangku SMA, hingga kini mereka harus saling berjauhan. Akan tetapi sejauh ini hubungan mereka tetap terjaga karena David dan Riana berusaha menjaga komunikasi mereka tetap baik. Saat sedang cuti bekerja atau di akhir pekan, David akan mengunjungi Riana. Mereka menghabiskan waktu dengan bersantai, menonton film di bioskop, atau berjalan-jalan. Semuanya terasa sangat manis dan indah bagi mereka. "David pergi dulu, ya Ma," ucap David pagi itu sambil mencium tangan sang mama. "Wah, semangat sekali kamu, Nak. Apa kamu sudah benar-benar sembuh?""Iya, Ma. Aku sudah sehat kembali. Lukaku gak terasa
"Ayo kita pergi!" ajak Riana yang baru masuk ke mobil. Ia melihat David sedang memperhatikan sesuatu dengan serius. "Ada apa, Mas?" tanya Riana. David melihat mobil itu berlalu meninggalkan tempat itu. Ia berusaha berpikir positif bahwa mungkin mobil itu milik salah seorang penghuni kos atau pengunjung. Ia tidak mau kecemasan mengganggu kencan yang berharga itu. "Oh, bukan apa-apa. Kita berangkat sekarang, ya." David menghidupkan mesin mobilnya. Riana sangat bahagia menikmati kebersamaannya dengan David. Walaupun hanya satu atau dua minggu sekali mereka bisa bertemu, tetapi itu sudah cukup menyenangkan baginya. "Apa ada sesuatu yang mau kamu beli?" tanya David. "Gak ada, Mas. Cuma mau jalan-jalan saja," jawab Riana. "Oke, kita jalan-jalan sepuasnya hari ini. Aku akan menemani kemana pun kamu mau pergi." "Oh ya, Mas. Ada teman sekolah kita yang akan segera menikah," celoteh Riana. "Siapa?" tanya David. "Ira dan Budi. Entah sejak kapan mereka berpacaran, padahal dahulu rasany
"Ria, aku bisa jelaskan ini. Aku juga gak kenal siapa dia." David menunjuk wanita yang menangis tersedu-sedu itu. "Kasihan kamu, Nak. Papamu gak mengakui mama dan kamu. Maafkan mama karena sudah begitu bodoh dan mempercayai dia. Kamu jadi menderita seperti ini sejak dalam kandungan mama," kata wanita itu sambil terus menangis.Tangisannya menarik perhatian semua orang yang ada di situ. Beberapa orang wanita mendekati dan memeluknya, seolah turut larut dalam adegan menyedihkan yang biasa terlihat di drama televisi. Sementara itu beberapa orang pria dan wanita lain berdiri di dekatnya dan menantang David. Mereka seolah tersulut emosi dan menjadi pahlawan yang rela melindungi wanita itu. "Dasar gak tahu malu! Kamu merebut suami orang lain? Ingat ada karma yang menantimu!" kata seorang wanita tua dengan rambut mulai memutih pada Riana. Riana tersentak, wajahnya pucat karena tuduhan yang disematkan padanya sebagai wanita yang menjalin hubungan khusus dengan pria beristri. "Ternyata se
Riana kembali ke kamar dan mengunci pintu. Ia bersandar dan terduduk di lantai. "Kenapa semua jadi begini?" Riana yang sejak tadi menahan perasaannya mulai menangis tersedu-sedu. Ia tidak pernah menyangka, kekasih yang sudah lama menjalin hubungan dengannya, bahkan telah mengajaknya untuk menikah telah berkhianat. "Sejak kapan dia membohongi aku? Kenapa aku terlalu bodoh untuk membaca kepalsuannya?" ratap Riana. Riana hampir tidak bisa mempercayai, bahwa David telah menghamili wanita lain. Selama ini sama sekali tidak ada celah baginya untuk merasa curiga. Riana berusaha mengingat setiap detail peristiwa yang ia lalui bersama dengan David.Selama ini ia berpikir bahwa David adalah pria yang nyaris sempurna. David sangat pengertian dan dewasa. Ia juga menolong keluarga Riana tanpa pamrih setiap kali ada masalah yang mendera. Teman-teman SMA mereka dahulu, bahkan teman kos Riana saat ini juga sering merasa iri pada Riana, karena mempunyai pacar seperti David. David tampan dan kaya,
David baru saja tiba di halaman rumahnya yang luas. Ia tidak pernah membayangkan kencannya kali ini berakhir dengan putusnya hubungan mereka. Bagi David dan Riana, ini adalah persoalan terbesar yang mereka alami dalam hubungan mereka.Sepanjang perjalanan hubungan mereka selama beberapa tahun ini, tidak ada masalah besar yang menimpa mereka. Mungkin masalah terbesar mereka adalah saat Ayah Riana masih menjalin hubungan dengan Sandra. David melangkah gontai dan masuk ke dalam rumahnya. Wajah muram dan lesu terlihat dengan sangat jelas saat David melintas di hadapan mamanya dan langsung masuk ke dalam kamar. Sang mama tentu bisa melihat bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan David. Mama David menyusul masuk ke dalam kamar dan duduk di atas tempat tidur David. "Kenapa wajahmu muram? Biasanya kamu selalu ceria setelah bertemu dengan Riana. Apa kalian bertengkar?" "Hubungan kami sudah berakhir, Ma," jawab David. "Apa?! Kenapa bisa begitu?" tanya sang mama. David menghembuskan nafa