“Jadi, kondisi suami saya bagaimana, Dok? Kenapa hingga saat ini dia belum bangun,” tanya Joanna pada waktu menjelang malam itu. Sejak siang tadi suaminya belum bangun lagi.
“Reaksi tubuh tuan Lionel sepertinya agak lambat terhadap obat sehingga terlihat tidak bangun padahal secara medis, tubuhnya baik-baik saja. Kita perhatikan hingga nanti malam,” jelas dokter jaga tersebut.
Joanna hanya mengangguk yang berarti dia tetap berada di ruang rawat. Ben tiba tak lama kemudian dan menawarkan untuk menggantikan menjaga sehingga dia dan si kembar pulang ke mansion.
Wanita itu menerima tawaran tersebut karena dia juga kasihan melihat kedua putranya. Edie mengantarkan Joanna pulang dan sebelum pulang, Ben menitipkan untuk menjaga majikannya saat di mansion. Jadi, kepala pelayan itu menjaga Lionel sendirian.
Begitu tiba di rumah, Joanna dan kedua putranya makan malam dengan keadaan yang bersedih. Mereka sedikit khawatir terhadap pemimpin kel
Seseorang merekam kelakuan Laura yang sedang berteriak di sana lalu dia pergi sebelum wanita itu sadar jika ada orang lain di sana.Sementara wanita yang direkam itu akhirnya keluar dengan memakai pakaian seragam yang sudah ditentukan. Seragam pekerja yang warnanya saja sudah pudar. Laura dibawa ke tempat daging segar, di sana dia harus membantu pelanggan untuk membungkus daging yang mereka pilih. Begitulah keseharian wanita itu selama bekerja di hari pertamanya.“Halo, Tante Janice, kenapa ini tidak seperti yang dijanjikan? Aku bekerja sebagai penjaga daging di supermarket bukan sekretaris yang kerjanya duduk di meja!” protes Laura sepulang bekerja sore itu.“Hah. Aku tidak salah dengar, Lau? Sepertinya ada yang salah di sini. Tidak mungkin Lionel memberimu pekerjaan rendah seperti itu,” bantah Janice yang terkejut dengan omelan wanita muda itu.“Jika Tante tidak percaya, aku kirimkan semua buktinya,” timpal Laura keuk
“Jeff,” panggil sebuah suara menyapa dari belakang pria itu.Sepulang dari kantor, Jeff pergi ke sebuah diner tapi bukan tempat Leia bekerja. Dia hanya ingin suasana baru karena pria itu masih bingung dengan dirinya. Namun, di sana malah dia bertemu dengan wanita yang membuat hatinya bingung.“Eh, Leia. Kamu membeli makanan di sini juga?” tanya Jeff berbasa basi.“Ah, tidak. Kebetulan aku bekerja di sini karena di tempat kemarin aku hanya pengganti saja,” cerita Leia. “Kalo gitu aku pergi ya.”“Tunggu, Lei,” panggil Jeff yang tidak ingin kehilangan kesempatan lagi.Jeff menawari Leia untuk menemani pria itu makan malam tapi sepupu Elise malah mengajak ke tempat lain. Karena dia sedang malas mendapatkan atensi berlebih dari pegawai lain. Apalagi dia baru bekerja di diner itu.Asisten Lionel itu menuruti dan memilih untuk menahan laparnya sebentar lagi. Ketika tiba di tempat yang dima
Beberapa minggu kemudian. Semuanya berjalan dengan sukses bagi Joanna dan Lionel. Kedua putranya juga sangat bersemangat dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan sekolah.Pria itu mendapatkan hasil percobaan terakhir dari game terbaru miliknya sehingga minggu depan mereka sudah bisa meluncurkan aplikasi tersebut. Kali ini juga terdapat versi ponselnya karena dia membuat game ini untuk putra-putranya.“Tuan, berikut adalah versi mobile yang lebih dulu dirilis daripada versi komputer,” lapor Jeff yang disuruh oleh Lionel untuk memprioritaskan BioOne Tech.“Oke, letakkan dulu di meja. Aku sedang mengerjakan laporan milik Microsite,” sahut Lionel tanpa melihat asistennya itu. “Oh, jangan lupa nanti aku pergi makan siang bersama istriku ya. Jadi, kamu bisa keluar.”“Terima kasih, Tuan,” balas Jeff.Asistennya meninggalkan Lionel sendiri. Pria itu lalu mengambil laporan dan mulai mengerjakan yang sudah ditandai penting oleh Joanna.Sementara Joanna sendiri berada di ruang rapat bersama
“Baiklah.” Jeff tersenyum mendengar hal itu keluar dari mulut Leia. Kalimat berikutnya membuat pria itu lemas. “Aku akan memberikan jawaban Minggu malam.”“Hmm, kupikir tadi sudah setuju untuk menikah denganku,” gerutu Jeff pelan. Namun itu terdengar oleh Leia.“Kamu sendiri yang memberi tenggat waktu. Minggu malam datanglah ke rumah Elise,” balas Leia tersenyum.Karena waktu 10 menit sudah habis, Leia pun pamit dari hadapan Jeff untuk kembali bekerja. Pria itu tampak memperhatikan Leia hingga sosok itu hilang kembali ke dalam diner sementara dia pergi ke cafe dekat kantor untuk makan siang.Dia lega sudah mengatakan yang ingin dia utarakan kepada Leia. Cemburu semakin membuatnya yakin terhadap perasaannya kepada wanita itu. Dia benar-benar serius ingin memiliki keluarga kecil seperti Lionel. Kehadiran si kembar membuatnya ingin memiliki anak sendiri. Kadang dia membayangkan anaknya akan seperti apa.
“Mau kubelikan tespack di apotek luar?” tawar Elise. Dia berusaha menenangkan temannya itu. Terlihat dia tidak mengantisipasi kehamilan tersebut.Joanna masih terpaku tak percaya. Dia masih belum bisa mencerna apakah dia sudah hamil atau belum, tetapi dia yakin sudah terlambat untuk periode bulanannya. Kali ini Lionel ada bersamanya meski mereka hanya sekilas membicarakan tentang memiliki anak lagi.“Boleh, Lise, makasih ya,” ucap Joanna lemas.“Aku keluar dulu ya,” timpal Elise.Wanita itu segera keluar dan buru-buru menekan tombol lift agar dia tidak bertemu lagi dengan Edie saat turun. Beberapa kali menekan tapi lift itu masih belum terbuka juga. Giliran terbuka, pria yang ingin dihindari oleh Elise keluar dari ruangan Lionel.Saat mendapat kesempatan seperti itu, langkah kaki Edie percepat agar dia bisa mengejar Elise dengan pintu lift yang hampir tertutup.Elise yang berada di dalam berdoa dengan seku
“Iya,” timpal Leia lirih. Dia hanya menurut saja saat Jeff membukakan pintu mobil untuknya.Setelahnya, pria itu memasuki mobil dan membawa mobil ke sebuah tempat makan favoritnya. Kedai di pinggir jalan kecil yang jarang orang tahu. Hanya pelanggan yang kebetulan tersesat yang menjadikan tempat itu favorit. Selain makanan yang dimasak enak, pelayanan yang diberikan juga ramah.Jeff sudah memesan tempat di rooftop di bangunan berlantai dua itu. Mereka berdua duduk di salah satu meja di sana. Setelah memilih menu, pesanan mereka datang dan mereka mulai menyantap perlahan.“Jeff, aku ingin bertanya,” ucap Leia membuka pembicaraan.“Silakan.” Pria itu menghentikan makannya dan tatapan tertuju pada si wanita.“Jika aku bercerita padamu mengenai sesuatu hal, apakah itu akan menyebabkanmu mundur karena mungkin kamu tidak ingin mengenalku lagi?” Leia sedikit takut menceritakan masa lalunya.Karena dia
“Iya,” jawab Joanna tersenyum lebar.Wanita itu melihat raut wajah bahagia suaminya. Sebenarnya, Joanna sedikit takut jika ternyata sang suami tidak berkenan. Namun, semua harapannya pupus karena yang terjadi malah sebaliknya.“Hari ini kepengen makan apa?” tanya Lionel yang bersemangat menyambut kehamilan sang istri.“Hari ini, aku harus berangkat ke rumah sakit dulu. Untuk memeriksakan usia berapa kehamilanku,” jelas Joanna.Lionel langsung mengambil asal baju milik istrinya karena Joanna memang belum ganti baju. Meski memprotes baju tersebut, tetapi wanita itu tetap mengenakannya. Itu adalah dress terusan tanpa lengan sehingga Joanna menambahkan cardigan untuk menutupi lengannya.Ben yang heran melihat majikan prianya tersenyum sedari tadi dan lebih ceria itu hanya bisa mendoakan keduanya selalu berbahagia dengan kedua putranya. Karena dia tidak enak untuk bertanya apalagi keadaannya mereka akan berangkat beke
“Iya, Tuan,” ucap Laura tersentak.Wanita itu berdiri tegak dan kembali menata barang-barang display dengan rapi. Ternyata dia diawasi oleh manajer supermarket itu. Laura menjadi tidak bebas bergerak. Apalagi barang yang harus dia letakkan di display masih banyak sehingga dia tidak bisa beranjak sebelum selesai.Chris masih juga tidak bergerak dari tempatnya. Dia sedikit penasaran apa yang menarik dari Laura hingga Jeff sendiri menyuruhnya untuk mengawasi. Ohya, Chris merupakan adik tingkat dari Jeff dan Lionel saat kuliah dulu. Mereka menilai pria itu bisa dipercaya sehingga dia diberikan kepercayaan untuk mengelola supermarket cabang kedua belas milik Microsite.Sebenarnya, pria itu juga baru mengelola cabang ini sejak Lionel memegang kendali atas Microsite karena sempat terjadi kerugian besar.Tiga puluh menit kemudian, pria itu kembali menghampiri Laura yang masih berada di posisi yang sama.“Sekarang karena kamu sudah selesai. Ikut aku, Laura,” perintah Chris meninggalkan deretan
“Duh, malu-maluin gak ya,” gerutu Avery yang telah mengirim pesan kepada Galaxy.Setelah kejujuran pemuda itu, dia bermaksud untuk memaafkan karena saat Galaxy menggodanya tidak terlalu merugikan. Toh, pesan yang diberikan sangat berbeda dengan kepribadian pemuda yang dia kenal itu.Avery hanya ingin memberikan jawaban sebelum Galaxy mengakhiri masa magangnya. Ya, sebelum pemuda itu meninggalkan perusahaan dan rasa sesal di hatinya berkurang.Mendadak gawainya bergetar karena mendapat balasan dari Galaxy. Pemuda tampan itu hanya membalas singkat dan mengucapkan selamat malam. Dia memutuskan untuk tidak membalas karena pesan itu dia anggap sebagai ucapan penutup hari itu.“Mungkin gini ya perasaan orang yang diberi ucapan oleh gadis pujaan,” celoteh Galaxy selesai dia mengirim pesan.****Lima bulan kemudian, si kembar telah selesai melewati ujian dan hasilnya akan keluar hari ini. Saat ini mereka sedang berada di sekolah. Bersama Jayden dan Perry menunggu hasil ujian keluar.Mereka be
“Oke, deal!” angguk Galaxy setuju.Bekerja di cafe sambil kuliah bisa membuatnya cepat belajar karena dia langsung menerapkan apa yang dia dapat. Dengan dasar yang dia miliki, pastinya pemuda itu bisa. Kedua saudara kembar itu berpelukan setelah berjabat tangan.Mereka pun keluar dan menuju mobil untuk kembali ke mansion. Dengan kerja sama yang sudah terjalin, keduanya menjadi lebih bersemangat untuk bekerja sambil kuliah.Tiba di rumah, mereka langsung masuk kamar dan membersihkan debu dan kotoran yang menempel. Keduanya keluar dari kamar secara bersamaan lalu mengangguk sebelum turun karena mereka ingin bicara dengan Lionel.“Mom, daddy belum datang?” tanya Galen.“Daddy masih lembur, Sayang. Mungkin nanti pulang pukul 8,” balas Joanna yang jarang sekali menemukan putranya mencari sang ayah.“Oke, nanti kalo misalnya habis makan malam aku di atas. Tolong panggil aku dan Galaxy ya, Mom.” Galen
Yang ditanya hanya mengangkat bahunya. Galaxy tidak melanjutkan pembahasan yang sepertinya masih sensitif itu. Akibat mendapatkan pertanyaan dadakan seperti itu membuat Galen meninggalkan kamar adiknya.Dia masuk ke kamarnya dan menghela napas panjang lalu merebahkan dirinya di ranjang. Pemuda itu menatap langit-langit kamarnya, membayangkan ingatan terakhir saat bersama Brooke. Tatapan kesedihan yang terpancar di netra sang gadis. Semakin lama, mata Galen lelah hingga terpejam.Keesokan harinya , sepulang sekolah sesuai rencana. Si kembar berangkat tanpa kedua temannya yang biasa menemani. Masing-masing dari mereka memiliki keperluan sendiri.“Len, kayaknya kita kesasar deh. Di maps kita semakin jauh lho,” ucap Galaxy yang bertugas memperhatikan peta di ponselnya.Galen menepikan mobilnya lalu dia memperhatikan titik posisi mereka pada ponsel adiknya. Dari sekolah mereka ke kampus itu memakan hampir waktu 40 menit tapi belum juga sampai. Setelah berdebat sedikit dengan Galaxy, dia pu
Galaxy mengepalkan tangannya ke udara kosong sepeninggal Avery yang menerima telepon. Padahal pemuda itu telah mengumpulkan keberanian. Dia menghela napas panjang karena keberaniannya seperti sia-sia dan tidak tepat.Pintu terbuka dan wanita yang ditunggu masuk lalu Galaxy tanpa pikir panjang berdiri dengan tiba-tiba sehingga mengejutkan Avery.“Ada apa, Gal?” tanya Avery yang terhenti sesaat karena pemuda itu berdiri mendadak.“Uhm … aku ingin minta maaf,” ucap Galaxy yang akhirnya keluar. Raut kebingungan tergambang di wajah sang programmer membuat Galaxy gemas. “Jadi ….”Galaxy menjelaskan apa yang membuat dia minta maaf kepada gadis itu dan mengeluarkan pesan pada ponselnya sebagai bukti. Dengan penjelasan singkat dan bukti yang dia tunjukkan, Avery mencebik dan mengerutkan dahinya. Merasa kecewa dengan sikap pemuda itu.Avery beranjak dan duduk di kursinya. Wanita itu masih mencerna informasi yang mengejutkan. Untung kemarin dia tidak terlalu menanggapi pesan iseng itu. Jika dia
“Iya, ada tanggung jawab juga di sana,” balas Galaxy.Galen mengangguk dan berkata jika mereka berangkat terpisah. Pemuda itu sedang bosan memakai mobil sehingga besok dia akan naik motornya. Dia ingin pergi ke suatu tempat.Nyatanya, saat di sekolah dan ketika bel istirahat berbunyi, Galen tampak berjalan ke arah perpustakaan, dia pergi ke ruang khususnya. Pemuda itu memilih tiduran di sofa panjang untuk bermalas-malasan sebentar.Pikirannya menerawang membayangkan masa depan karena dia sedikit mengkhawatirkan apakah dia bisa mengelola perusahaan dengan baik seperti ayahnya. Mendadak bayangan Brooke hadir dalam pikirannya. Membuat Galen bangkit dari posisinya.“Ya ampun, pikiranku kenapa sih?” Galen menepuk dahinya agar bayangan gadis pujaan hilang. “Malah bayangin yang aneh-aneh.”Galen pun memilih untuk memejamkan mata dengan menyetel musik sedikit kertas. Masih ada waktu untuk beristirahat sebentar. Lima belas menit kemudian, Perry dan Jayden masuk untuk bertanya mengenai ketidakh
Dengan gerakan cepat Galen membuka laci meja belajarnya dan meletakkan amplop itu di sana. Dia belum siap membaca isi surat itu. Laci yang tertutup itu langsung dia kunci dan kuncinya dia simpan di rak tersembunyi.“Maaf ya, Brooke,” gumam Galen lirih.Pemuda itu lalu membuka kantong buku yang dia beli dan mengeluarkan buku tersebut. Namun, sebelum dia mempelajari buku itu, dia beranjak untuk mengganti seragamnya dengan kaos dan celana pendek agar lebih santai. Setelah itu dia kembali duduk di meja belajarnya dan mulai membuka buku tersebut.Sementara Galaxy masih rebahan dengan seragamnya. Kemarin pemuda itu sudah membeli nomor baru tapi dia masih ragu untuk memberikan nomor tersebut ke Ryan. Dia teringat ibunya pernah mengatakan jika apapun yang diawali dengan kebohongan, selanjutnya pasti tidak akan baik.“Sial!” umpat Galaxy bangkit dan duduk di sisi ranjangnya.Besok sepulang sekolah dia juga memulai aktivitasnya di kantor BioOne. Jadi, dia menyiapkan kebutuhan untuk dia gunakan
Dua minggu kemudian.“Galen, kamu kenapa lemes banget?” tanya Lionel menatap putra sulungnya saat turun dan duduk di meja makan.Galen hanya menggeleng tanpa menjawab pertanyaan sang ayah. Hari ini adalah hari pertama masuk untuk semester baru. Empat bulan lagi mereka akan melewati ujian kelulusan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi.Lionel tidak ingin kedua putranya hilang fokus dan tidak bisa mencapai nilai yang mereka harapkan. Tujuan kampus yang mereka tuju tidak main-main perkara nilai sehingga membuat sang ayah khawatir.Galaxy menyusul dari atas dengan sedikit berlari pagi itu. Dia dengan kebiasaan yang sama, bangun sedikit terlambat dibanding saudaranya.“Galen lagi galau, Dad. Ingin fokus belajar tapi pikirannya menerawang entah ke mana,” balas Galaxy asal membuat kening ayahnya berkerut.“Apa sih, Gal. Ngawur!” sanggah Galen menyangkal.Galaxy hanya memamerkan deretan giginya karena respon kakaknya. “Kamu itu ditanya Daddy malah dicuekin lho. Potong uang bul
“Om, kenapa tidak bisa mengerti keinginan anak sendiri!” teriak Galen membela Brooke. Dia tahu gadis itu tidak ingin pergi dari Springham.“Kenapa? Dia anak saya, putri saya satu-satunya. Siapa kamu!” bentak ayah Brooke murka. “Brooke, apa benar kamu tidak ingin kembali bersama daddy?”Brooke menunduk, air matanya telah jatuh tak tertahankan karena dia tidak ingin mendengarkan pertengkaran. Dia meninggalkan sisi pemuda yang dia sukai karena percuma, dia tidak bisa meninggalkan sang ayah. Setidaknya untuk saat ini.Lebih baik berpisah sekarang dan dia akan menyusun masa depannya seperti yang ayahnya mau. Ya, gadis muda itu yakin jika bukan saatnya menjadi anak yang durhaka.Brooke kembali ke ruang tamu dengan membawa dua buah koper yang berisi dengan pakaiannya selama ini. Tangannya digandeng oleh ayahnya tapi ditepis karena dia ingin meminta maaf kepada si kembar atas kebaikan mereka selama ini.“Kamu yakin
“Galen kenapa sih, main jatuhin ponsel orang,” gerutu Galaxy kesal menatap ponselnya yang di lantai.Galaxy mengambil ponselnya yang terjatuh dan penasaran apa yang membuat saudaranya panik. Lekas dia nyalakan ponsel tersebut. Matanya membelalak menatap pesan panjang dari Brooke yang berpamitan.Pemuda yang baru saja selesai dari kamar mandi langsung mengganti kaosnya dan menyusul saudaranya yang masih ada di parkiran mobil.“Kamu mau apa, Len?” tanya Galaxy menghalangi sebelum saudaranya berbuat macam-macam.“Aku harus menemui Brooke sebelum dia pergi, Gal. Aku merasa hanya ini kesempatanku menemuinya. Bisa jadi kita gak akan ketemu dia lagi setelah ini,” ucap Galen lemah.“Oke, aku yang menyetir karena aku gak ingin kamu kenapa-kenapa. Sekarang lebih baik kamu cuci muka dan ganti baju dulu,” saran Galaxy yang melihat saudaranya masih berantakan.Galen pun harus didorong adiknya untuk mencapai