“Gak mungkin! Ini gak mungkin.” Lionel tidak terima dengan isi surat itu.
Lionel yakin jika dirinya tidak mungkin memiliki anak karena dia selalu bermain aman. Namun, foto-foto itu mengaburkan keyakinannya. Dia mengirim pesan kepada Jeff untuk menjemputnya besok di rumah ayahnya. Ya, pria itu sekarang sudah menempati rumah ayahnya karena diminta oleh pengacara ayahnya.
**
Di kediaman lain, kedua putra Joanna sedang mengerjakan tugas sekolah malam itu. Mereka tampak serius karena seharian ini mereka bermain di taman bermain dekat rumah mereka.
Joanna menatap sendu kedua putranya dari kursi makan tempatnya duduk. Dia merasa bersalah kepada keduanya karena telah membuat mereka tidak memiliki figur ayah. Namun, wanita itu juga tidak ingin kedua putranya mengalami penolakan sepertinya jika ayah mereka tahu. Dulu pernah, saat mereka di usia 4 tahun, Galaxy bertanya mengapa tidak pernah terlihat sosok ayah.
Ketika ditanya alasan, bocah kecil itu menjawab dengan polosnya bahwa dia ingin dijemput ayahnya seperti teman-temannya di preschool. Joanna sedikit kesulitan menjawab pertanyaan itu sehingga dia hanya berkata bahwa ayahnya sedang berada di tempat yang jauh. Memang wanita itu tidak berbohong, tetapi hatinya merasa sangat bersalah.
“Mom, tolong periksa tugasku biar aku langsung tidur malam ini.” Panggilan Galen menyadarkan Joanna.
“Ah, maaf, ya. Kalo gitu kamu gosok gigi dulu sana baru kembali dulu ke sini,” pinta Joanna menatap jam karena ternyata sudah pukul 09.00 malam.
“Jacob, kamu belum selesai?” tatap Joanna curiga.
Galaxy balas menatap ibunya lalu menampakkan barisan giginya akibat nama tengahnya dipanggil. Biasanya jika dia berbuat salah maka ibunya akan memanggil nama tengahnya atau nama lengkap. Bukan nakal, lebih tepatnya dia lebih aktif dibanding Galen. Energi yang dimiliki sangat besar karena selalu membuat ibunya kewalahan.
“Baiklah, kamu susul Galen ke kamar mandi untuk cuci muka, kaki dan gigi lalu tidur. Besok Mommy bangunkan biar kamu selesaikan tugasmu.” Galaxy langsung mencium pipinya sebelum dia berlari menyusul sang kakak.
Joanna tersenyum menatap kedua putranya. Dia kembali memeriksa tugas yang sudah dikerjakan putra pertamanya. Lalu merapikan buku-buku yang berserakan di meja ruang tamu.
Benar saja, menjelang pagi di hari berikutnya, Joanna membangunkan Galaxy untuk menyelesaikan tugasnya. Meski enggan, bocah kecil itu tetap bangun dan dengan dituntun ibunya, dia tiba di ruang tamu. Saat lampu menyala, dia masih mengerjapkan matanya.
“Ayo, duduk sini. Mommy bantu.” Joanna mendudukkan Galaxy di sampingnya.
Putranya menguap lebar dan matanya kembali terpejam. “Galaxy Jacob!” seru Joanna membuat mata putranya terbuka lebar. Hilang sudah rasa kantuk pria kecil itu.
Terpaksa Galaxy mengerjakan tugas itu dengan bantuan Joanna di beberapa soal. Karena wanita itu yakin bila si bocah tidak akan selesai jika tidak dia bantu. Usai tugas itu selesai, Joanna menyuruh putra keduanya melanjutkan tidur di sofa agar mudah untuk dibangunkan nanti.
Pukul 07.00 pagi, ketiganya sudah siap berangkat. Joanna terpaksa naik taksi lagi hingga satu atau dua minggu ke depan. Dia mengantarkan kedua putranya lebih dulu ke sekolah baru menuju kantornya. Wanita itu berdoa semoga mobilnya cepat selesai digarap dan kembali bisa dia gunakan.
“Lis, hari ini aku boleh menumpang pulang denganmu?” tanya Joanna setelah dia tiba di kantornya.
“Oke, aku suka kalo kamu membutuhkanku,” balas Elise tulus.
Joanna meninggalkan meja milik Elise dan naik ke lantai atas untuk ke ruangannya sendiri. Dia melewati ruangan Jeff yang berada di sebelah kanan ruangan CEO lalu mengetuk pintu itu.
“Masuk, Anna,” jawab Jeff dari dalam. Joanna membuka pintu dengan pelan.
“Permisi, hari ini saya harus melakukan apa?” Joanna memberanikan diri untuk meminta pekerjaan. Dia tidak ingin menyia-nyiakan posisinya ini dengan bersikap pasif.
“Oh, terima kasih untuk rangkumanmu kemarin. Untuk sementara, susun ulang proyek-proyek yang belum rampung dan berikan padaku.” Jeff memeriksa kalender, “dua hari.”
Joanna mengangguk lalu pamit undur diri dari ruangan Jeff. Dia mengintip ke jendela milik ruangan Ceo dan tidak melihat adanya Lionel di sana. Ingin bertanya kepada Jeff, tetapi karena gengsi akhirnya dia pun memilih untuk diam dan memulai bekerja.
Ternyata tugas dari Jeff tidak main-main karena banyak proyek yang belum rampung dan malah ada proyek yang berhenti di tengah jalan. Joanna yang sangat fokus terhadap pekerjaannya tidak melihat jika Jeff sudah meninggalkan ruangannya tanpa berpesan apapun kepadanya.
Sementara pria yang dicari Joanna masih berada di rumah dan memperhatikan lagi foto-foto yang dipegangnya. Jadi, mendiang ayahnya ingin Lionel menikahi ibu dari kedua putranya, tetapi sama sekali tidak memberikan informasi mengenai hal tersebut.
“Sudah meninggal aja, masih menyulitkan hidupku,” gerutu Lionel mengacak rambutnya kesal. “Argh.”
Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa kedua putranya mirip dengannya sewaktu dia berusia tujuh tahun. Lionel masih tidak percaya akan takdir yang tidak bisa ditebak mempengaruhi hidupnya. Dia harus segera membuat keputusan dalam setahun ini. Itu batas waktu yang diberikan oleh mendiang ayahnya.
Tak lama, gawainya berdering dan tertera nama sekretarisnya di sana. Pria itu mengangkatnya dengan terburu-buru karena tidak sabar mendengar informasi yang didapat oleh Jeff.
“Tuan, saya menemukannya, tetapi ada beberapa tempat. Jadi, saya tidak bisa memastikan yang mana sesuai di foto tersebut,” lapor Jeff sesuai yang ditemukan.
“Berikan datanya padaku, Jeff!” seru Lionel menutup panggilan itu.Lalu dia memeriksa tempat-tempat yang sudah dikirim oleh Jeff. Lokasi tersebut berada di lokasi yang berbeda dengan jarak yang berbeda pula. Lionel memilih tempat yang paling dekat dulu dan yang paling jauh dia minta asistennya untuk memeriksa di sana.Tanpa kata, pria itu melangkah dengan kakinya yang panjang untuk menuju tempat itu karena matahari belum berada di atas kepalanya.**Galaxy keluar dari halaman sekolahnya setelah bel berbunyi menandakan istirahat. Dia selalu bermain bersama dengan teman-temannya. Untuk Galen, dia tipe anak yang lebih pendiam dan belajar di perpustakaan. Jadi, anak kedua Joanna memilih untuk bermain dengan yang lain daripada saudaranya sendiri.Saking kencangnya Galaxy berlari, dia terjatuh karena tersandung saat keluar gerbang sekolah bersama teman-temannya.“Kamu baik-baik aja, Nak?” tanya seorang pria yang membantunya
“Whiterloom? Sepertinya aku pernah mendengar nama itu.” Lionel menggumam selama mengendarai untuk menuju ke kantor. Dua hari sudah pria itu absen dari kantor hanya untuk memenuhi permintaan ayahnya yang sebenarnya tidak masuk akal. Jika memang Lionel memiliki anak maka dia bisa memberikan biaya hidup untuk putranya asalkan tidak perlu menikah. Tiba di kantor, dia langsung menuju ke ruangannya dan memanggil Jeff untuk bertanya mengenai sesuatu. Pikirannya hanya terfokus pada satu nama saat ini. “Ya, Tuan?” “Jeff, bantu aku meningat nama Whiterloom? Sepertinya aku familiar, tetapi aku tidak bisa berpikir saat ini.” Jeff mengerutkan dahinya dan mencoba mengingat lalu dia tersenyum. “Tuan, itu adalah nama milik Joanna Whiterloom.” Lionel tercengang mendengar hal itu. ** Suasana hati Joanna sangat gelisah. Ada yang mengganjal di dalam hatinya dan dia tidak mengerti akan ada kejadian apa. Namun, dia berusaha tetap berkonsentrasi terh
“Gak mungkin. Mommy bilang kalo daddy sudah meninggal,” gumam Galen lirih. Saat Joanna selesai menghidangkan makan malam untuk mereka bertiga, kedua putranya diam dan tidak ada obrolan di antara mereka. Padahal biasanya mereka selalu bercanda dan itu aneh bagi ibunya. Namun, Joanna pikir akan bertanya setelah mereka makan malam agar bisa berdebat dalam keadaan tenang. Berbagai macam pertanyaan mampir di otaknya membuat dia tidak siap dengan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan oleh kedua putranya. Apalagi kemarin Galaxy sudah menyinggung masalah ayah mereka. Pastinya putra bungsunya sudah bercerita ke saudaranya karena mereka tidak pernah menyimpan rahasia satu sama lain. “Mommy, ada yang ingin kita tanyain,” ucap Galen mencegah Joanna pergi dari meja makan usai mereka makan. Joanna menjadi gugup karena jika Galen yang sudah seperti itu dia tidak akan bisa menghindar. Jangan-jangan Galaxy sudah bercerita tentang obrolan mereka semalam. Di
“Memang kenapa?” tanya Lionel penasaran. Apakah sang putra tidak tahu bahwa mereka memiliki ayah? Galaxy menggelengkan kepalanya. “Aku melihat om mirip sekali dengan kakakku, sangat mirip. Kalo aku, lebih mirip ibu,” ucap bocah itu polos. Lionel bertanya kepada Galaxy siapa nama saudaranya hanya untuk tetap bercakap-cakap dengan putranya. “Galen. Om ingin ketemu dengannya juga?” Lionel hanya mengangguk. Tak bisa menjawab pertanyaan yang keluar dari mulut si kembar. Jantungnya seakan diremas karena selama 7 tahun tidak pernah tahu keberadaan mereka. Entah, mendadak dia ingin mengambil peran sebagai ayah saat tahu dua orang putranya tidak memiliki sosok ayah saat bertumbuh. Apakah dia akan diterima dengan mudah oleh kedua putranya. Pikiran itu sering sekali memenuhi otaknya akhir-akhir ini. Informasi yang dia terima sungguh sangat mengejutkan dan mengacaukan beberapa aspek hidupnya. Namun, ketika melihat putranya, dia merasa siap untuk menebus kesalahan yang sudah dia lakukan. “La
“Ini tidak mungkin, Tuan,” tolak Joanna. Dia merasa ibunya tidak pernah memiliki hutang di mana pun.Ya, surat itu adalah surat hutang ibunya dengan menjaminkan surat rumah yang saat ini Joanna tempati. Namun, dia melihat secara jelas bahwa di sana terbubuh tanda tangan ibunya.“Kami tidak memalsukan, Nona, jika itu yang anda tuduhkan. Halaman berikutnya silakan dibaca mengenai sejak kapan tagihan tertunggak,” ucap pria yang sejak tadi memilih diam.“Tapi, ibuku tidak memberi informasi padaku. Satu lagi, ibuku meninggal setahun yang lalu,” terang Joanna.Kedua pria itu saling berpandangan lalu kembali menjelaskan kepada Joanna mengenai kontak yang diletakkan di sana. Namanya, tentu saja, dan nama seorang pria yang tidak asing.Joanna mengepalkan genggamannya setelah mengetahui nama pria itu. Sudah lama dia tidak mendengar nama itu. Nama yang sangat-sangat dibenci olehnya karena telah membuat kedua orang tuanya be
“Bisa diskip saja bagian itu? Itu hal pribadi yang tidak ingin kubagikan.” Joanna benar-benar tidak ingin mengingat luka itu lagi. Dia sudah mengubur perasaan bersama luka hatinya terhadap pria itu.“Tap-”“Kalo kamu tidak mau, ya sudah.” Joanna tidak ingin goyah terhadap rengekan Lionel. Lebih cepat dia menjelaskan maka semakin cepat dia pergi dari ruangan itu. “Ya mereka benar anak-anakmu. Jika kamu tidak yakin maka kamu sungguh keterlaluan.”Joanna melirik sinis kepada lelaki itu. Napasnya yang memburu karena dia mengungkapkan semua kekesalan pada pria itu. Wajahnya yang memerah padahal ruangan itu terasa dingin karena AC.“Satu lagi, jika kamu tidak yakin maka aku tidak akan pernah mengizinkanmu untuk bertemu mereka,” pesan Joanna.Wanita itu memilih untuk pergi dari ruang privat restoran tersebut karena dia sungguh tidak tahan berada di dalam satu ruangan dengan Lionel. Berbeda sikap
“Lio! Apa-apaan sih.” Joanna membentak Lionel di depan semuanya.“Nanti kita urus masalah kita. Sekarang kita fokuskan kepada Galaxy, ok?” Lionel berbisik di telinga Joanna untuk menenangkannya dan fokus terhadap masalah sekolah putra mereka.Joanna mengatur napasnya agar tidak terbawa emosi karena masalah ini. Nanti, dia akan meluapkan kemarahannya pada Lionel. Kepalanya bertambah pusing dengan masalah yang sudah ada dalam hidupnya.“Jadi, di sini saya ingin anak anda meminta maaf terlebih dulu kepada anak saya baru nanti anak saya akan meminta maaf kepada anak anda.” Lionel menekankan pengucapan kata maaf itu dengan berat. Agar kedua orang tua si anak laki-laki yang dipukul oleh Galaxy juga sadar bahwa anak mereka bersalah.Kedua orang tua itu hanya diam, hanya tangan ibunya yang mendorong anak itu untuk menuruti permintaan maaf yang dipinta.Lionel sungguh tidak sanggup melihat kedua orang tua itu yang benar-benar lepas tangan, tidak memberikan arahan lebih baik.“Kalian berdua, de
‘Oh, hariku apa bisa tidak lebih buruk, Tuhan? Menangani dua masalah cukup mengacaukan hariku. Sekarang tiga?!’ keluh Joanna dalam hati. Ingin rasanya mengumpat kepada siapapun.Pada Lionel. Pada dua orang petugas bank. Pada Galaxy atau bahkan Galen.“Argh!” teriak Joanna tiba-tiba. Mengejutkan kedua pria tampan di sisinya.Joanna segera menyuruh Galaxy masuk saat dia keluar untuk menemui kedua orang itu. Dia memilih untuk mengunci pintu dari luar agar ketiga laki-laki yang berada di sana tidak keluar dan mengetahui apa yang terjadi. Hari ini memang hari sialnya. Semoga kesialan seumur hidupnya terangkum untuk hari ini.Kedua pria itu mengikuti langkah Joanna yang mengajak mereka menjauhi rumah untuk memastikan agar percakapan mereka tidak terdengar.“Ada apa kalian ke sini lagi? Kalian berjanji dan aku masih ada waktu 3 minggu lagi,” ucap Joanna kesal.“Maaf. Kami membawa kabar buruk dan waktu anda hanya tinggal seminggu, karena pihak bank sudah menjadwalkan pelelangan rumah anda.” P