“Buka pintunya!” teriak Joanna kali ini lebih keras.
Wanita itu semakin panik, sementara Lionel terkejut melihat seorang bocah laki-laki memanggil Joanna dengan sebutan ibu dan membuat wanita
itu gelisah. Akhirnya ia membuka pintu sesuai permintaan Joanna. Lionel melihat sekretarisnya menghampiri bocahkecil itu dan cepat mengajaknya masuk ke dalam. Saking paniknya Joanna, pria itu jadi tidak fokus melihat wajah si bocah.Karena pintu rumah sekretarisnya tidak terbuka lagi, Lionel memutuskan untuk pergi dari sana. Entah
bagaimana caranya dia sampai di hotelnya dengan selamat, saking terkejutnya dia dengan kenyataan bahwaJoanna sudah memiliki anak.Sementara itu, Joanna meminta kedua putranya untuk berkumpul di ruang tamu. Dia khawatir apabila
Lionel sempat melihat putranya. Kedua putranya yang berusia 6 tahun itu menurut dan menunggu di ruang tamu sementara ibunya selesai mandi.“Dengar, kalian berdua, lain kali jika sudah malam jangan keluar rumah sembarangan seperti tadi,” tegur
Joanna tegas. “Tidak ada menyambut ibu dengan keluar rumah seperti itu. Bahaya!”“Tapi-”
“Tidak ada tapi-tapi, Galen. Cukup kamu turuti kata ibu.” Joanna sedikit menaikkan nada suaranya yang
membuat kedua putranya ketakutan. “Sekarang, cuci kaki dan tidur di kamar kalian.”Kedua putranya pergi meninggalkan Joanna sendirian di ruang tamu karena takut jika sang ibu lebih marah lagi. Lalu wanita itu menunduk dengan kedua tangannya menyangga kepala. Dia takut besok hal ini akan
dibahas oleh pimpinannya.***
Pagi yang diharapkan Lionel ternyata tidak sesuai dengan harapannya. Pria itu hanya berharap dia tidak
canggung setelah kejadian kemarin. Jeff mengetuk pintu kamarnya untuk menjemput atasannya danberangkat bersama.Joanna sudah berada di ruangan barunya ketika Lionel tiba. Wanita itu pun menyusul ke
ruangan kerjanya, dan Lionel mempersilakannya masuk.“Jeff, kenalkan ini Joanna yang diangkat sebagai sekretaris di kantor ini untuk membantumu,” ucap Lionel
memperkenalkan mereka. “Nona Joanna, pekerjaan anda nanti akan diberikan oleh Jeff. Untuk sementara, tunggusaja di ruangan anda.”“Permisi, Tuan semua.” Joanna keluar dari sana dan sedikit heran karena pria itu berubah dingin.
Tak lama, Jeff menghampiri Joanna untuk meminta bahan yang akan dibuat rapat pagi ini karena asisten
Lionel itu diberitahu jika biasanya dirinya yang bertugas akan hal tersebut. Wanita cantik itu pun memeriksarapat yang dimaksud dan mencetak bahan rapat tersebut, lalu, memberikan pada Jeff dan Lionel diruangannya.Akhirnya, rapat pun dimulai dan tim riset dan pengembangan sedang memberikan presentasi untuk
menambah cabang minimart di beberapa kota kecil yang memiliki potensi. Mereka membicarakan hal tersebutdengan diskusi terbuka sehingga didapatkan hasil yang lebih maksimal.“Tuan,” panggil Jeff saat suasana hening sebentar setelah diskusi selesai.
Melihat tatapan kecemasan yang tergambar dari wajah asistennya, Lionel berpamitan dari ruang rapat dan
mengajak Jeff keluar.“Ada apa?” tanya Lionel setelah mereka berada di luar menuju ruangan CEO.
“Barusan pengacara ayah anda menghubungi saya karena kondisi Tuan Franklin semakin buruk,” ucap Jeff
lirih karena tidak ingin didengar siapapun.Lionel bergegas keluar disusul oleh Jeff di belakangnya karena sang asisten khawatir atasannya mengemudi dalam
keadaan panik.Joanna yang berada di ruangan rapat tidak mengetahui jika Lionel sudah pergi dari kantor, karena dia harus
membuat notulen dari rapat pertama yang dipimpin oleh Lionel. Wanita itu kembali ke ruangannya setelahmenyelesaikan dan bermaksud untuk meminta pekerjaan lain karena sudah tidak ada lagi yang dia kerjakan.Karena tak menemukan kedua orang itu, dia memilih untuk menunggu hingga jam pulang kantor tiba.Hari berikutnya sewaktu Joanna tiba di kantor, ia melihat semua orang di kantor tidak bekerja, mereka malah berkumpul untuk
membicarakan sesuatu.“Hey, Lis, ada apa? Kok ramai sekali?” tanya Joanna yang bingung.
“Anna, ada kabar jika Tuan Franklin kemarin meninggal dan akan dimakamkan hari ini. Jadi, semua orang
akan berangkat untuk melayat. Kamu ikut?” tutur Elise.“Tentu saja, itu busnya sudah datang.” Joanna dan rombongan karyawan naik ke bus yang disediakan untuk
melayat pimpinan lama.Siang itu, proses pemakaman berlangsung tenang dan semua karyawan merasa kehilangan dengan meninggalnya pemimpin lama mereka. Meskipun Franklin tidak bisa dikatakan sebagai pemimpin yang baik, tetapi ia juga tidak buruk dalam
memperlakukan karyawannya. Mereka mendoakan pria tua itu agar tenang, lalu mulai membicarakan tentang nasib mereka setelah pergantian pemimpin.Joanna mendekati Lionel saat terlihat pria itu sendirian dan menyesap minumannya. Wanita itu hanya ingin berbagi semangat karena dia tahu bagaimana rasanya kehilangan orang tua.
“Lionel, aku turut berduka ya. Semoga kamu kuat, dan bisa melewati ini,” kata Joanna menguatkan pria itu. Lionel hanya
menatap dan tersenyum sekilas, tidak sengaja ia melihat kilauan sebuah benda yang melingkar di jari manis wanitaitu saat tangan ia menyentuh tangannya.Tak lama, Joanna berpamitan kepada Lionel karena harus kembali ke kantor untuk melanjutkan pekerjaan. Setibanya di kantor, Joanna baru teringat jika saat ini ia tidak ada pekerjaan, sehingga dia hanya memeriksa email dan
jadwal atasannya.Baru saja ia ingin bersantai, masuklah sebuah pesan ke email kantornya. Ternyata dari Jeff, yang
menyuruhnyauntuk mempersiapkan beberapa bahan materi agar dirangkum dan dibuat seperti laporan yang ringkas, sebab Lionel masih belum terlalu paham tentang operasional perusahaan.“Yah, gagal bersantai deh,” sungut Joanna pelan, tapi tetap melakukan kewajibannya.
Sisa sore itu, Joanna sibuk menyelesaikan laporan karena ternyata materi yang diberikan oleh Jeff tidak
sedikit. Dia memastikan untuk menyelesaikan paling tidak tiga laporan agar besok bisa melanjutkanmateriyang lain.Sementara di kediaman ayahnya, Lionel pulang ke sana setelah ayahnya dimakamkan. Dia masih belum
percaya jika ayahnya telah meninggal. Begitu sakit rasanya ditinggalkan, sesak yang dirasakan dalam hatinyabelum juga hilang. Pria itu sudah menghabiskan setengah botol whiski karena dipikirnya bisa melegakanhatinya.Lionel teringat dengan nasihat Joanna yang berbagi bagaimana caranya dia bangkit saat kehilangan ayahnya.
Tak lama, pria itu tertidur karena efek minuman yang memabukkan.Keesokan harinya pengacara ayahnya menemuinya. “Tuan Lionel, saya ingin berbicara empat mata dengan anda, tentang
wasiat Tuan Franklin.”"Baiklah!" Lionel mengajaknya ke ruang kerja ayahnya yang berada di lantai satu. Mereka duduk berhadapan, lalu pengacara itu mengeluarkan beberapa surat dan amplop berwarna coklat.
“Baik, jadi begini, Tuan Lionel. Seperti yang anda tahu, anda adalah satu-satunya ahli waris sehingga semua
kekayaan akan jatuh ke tangan anda, mulai dari mansion ini, perusahaan serta cabang-cabang lain. Namun,ada syarat yang harus anda lakukan untuk menerima wasiat tersebut. Selama anda belum melakukan haltersebut, maka anda hanya mendapatkan 10% dari warisan di luar gaji jabatan pemimpin.” Pengacara itumerangkum singkat penjelasannya.“Lalu, apa syaratnya?” tanya Lionel yang masih penasaran.
Sang pengacara berdeham, lalu mengucapkan satu kata sakral, “Menikah.”
“Apa??” Lionel terkejut dengan permintaan ayahnya.“Iya, Tuan. Menikah dengan wanita yang fotonya ada di dalam amplop ini, atau sisa warisan ayah anda akan disumbangkan kepada yayasan yang sudah dipilih. Waktu yang diberikan ayah anda adalah satu tahun sejak anda menerima foto tersebut. Hanya itu yang bisa saya sampaikan. Saya permisi,” pamit pengacara itu setelah menyerahkan amplop tersebut.Lionel masih termenung dan tidak bergerak dari posisinya. Saat Jeff menghampirinya, baru dia berdiri dan menyimpan amplop itu di laci kedua ruang kerja ayahnya. Dia masih tidak percaya dengan apa yang dijadikan syarat oleh ayahnya.“Maaf, Tuan, mengganggu istirahat anda, tetapi ini laporan yang harus anda periksa dan tanda tangani untuk kerja sama dengan Soft Game Inc karena sudah tertahan selama tiga hari kemarin.” Jeff meletakkan dokumen tersebut di meja kerja. Dia meninggalkan tuannya sendirian karena dia masih berkabung."Baiklah, terima kasih, Jeff. Untuk sementara, kamu gantikan aku berada
“Gak mungkin! Ini gak mungkin.” Lionel tidak terima dengan isi surat itu. Lionel yakin jika dirinya tidak mungkin memiliki anak karena dia selalu bermain aman. Namun, foto-foto itu mengaburkan keyakinannya. Dia mengirim pesan kepada Jeff untuk menjemputnya besok di rumah ayahnya. Ya, pria itu sekarang sudah menempati rumah ayahnya karena diminta oleh pengacara ayahnya.**Di kediaman lain, kedua putra Joanna sedang mengerjakan tugas sekolah malam itu. Mereka tampak serius karena seharian ini mereka bermain di taman bermain dekat rumah mereka. Joanna menatap sendu kedua putranya dari kursi makan tempatnya duduk. Dia merasa bersalah kepada keduanya karena telah membuat mereka tidak memiliki figur ayah. Namun, wanita itu juga tidak ingin kedua putranya mengalami penolakan sepertinya jika ayah mereka tahu. Dulu pernah, saat mereka di usia 4 tahun, Galaxy bertanya mengapa tidak pernah terlihat sosok ayah. Ketika ditanya alasan, bocah kecil itu menjawab dengan polosnya bahwa dia ingin di
“Berikan datanya padaku, Jeff!” seru Lionel menutup panggilan itu.Lalu dia memeriksa tempat-tempat yang sudah dikirim oleh Jeff. Lokasi tersebut berada di lokasi yang berbeda dengan jarak yang berbeda pula. Lionel memilih tempat yang paling dekat dulu dan yang paling jauh dia minta asistennya untuk memeriksa di sana.Tanpa kata, pria itu melangkah dengan kakinya yang panjang untuk menuju tempat itu karena matahari belum berada di atas kepalanya.**Galaxy keluar dari halaman sekolahnya setelah bel berbunyi menandakan istirahat. Dia selalu bermain bersama dengan teman-temannya. Untuk Galen, dia tipe anak yang lebih pendiam dan belajar di perpustakaan. Jadi, anak kedua Joanna memilih untuk bermain dengan yang lain daripada saudaranya sendiri.Saking kencangnya Galaxy berlari, dia terjatuh karena tersandung saat keluar gerbang sekolah bersama teman-temannya.“Kamu baik-baik aja, Nak?” tanya seorang pria yang membantunya
“Whiterloom? Sepertinya aku pernah mendengar nama itu.” Lionel menggumam selama mengendarai untuk menuju ke kantor. Dua hari sudah pria itu absen dari kantor hanya untuk memenuhi permintaan ayahnya yang sebenarnya tidak masuk akal. Jika memang Lionel memiliki anak maka dia bisa memberikan biaya hidup untuk putranya asalkan tidak perlu menikah. Tiba di kantor, dia langsung menuju ke ruangannya dan memanggil Jeff untuk bertanya mengenai sesuatu. Pikirannya hanya terfokus pada satu nama saat ini. “Ya, Tuan?” “Jeff, bantu aku meningat nama Whiterloom? Sepertinya aku familiar, tetapi aku tidak bisa berpikir saat ini.” Jeff mengerutkan dahinya dan mencoba mengingat lalu dia tersenyum. “Tuan, itu adalah nama milik Joanna Whiterloom.” Lionel tercengang mendengar hal itu. ** Suasana hati Joanna sangat gelisah. Ada yang mengganjal di dalam hatinya dan dia tidak mengerti akan ada kejadian apa. Namun, dia berusaha tetap berkonsentrasi terh
“Gak mungkin. Mommy bilang kalo daddy sudah meninggal,” gumam Galen lirih. Saat Joanna selesai menghidangkan makan malam untuk mereka bertiga, kedua putranya diam dan tidak ada obrolan di antara mereka. Padahal biasanya mereka selalu bercanda dan itu aneh bagi ibunya. Namun, Joanna pikir akan bertanya setelah mereka makan malam agar bisa berdebat dalam keadaan tenang. Berbagai macam pertanyaan mampir di otaknya membuat dia tidak siap dengan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan oleh kedua putranya. Apalagi kemarin Galaxy sudah menyinggung masalah ayah mereka. Pastinya putra bungsunya sudah bercerita ke saudaranya karena mereka tidak pernah menyimpan rahasia satu sama lain. “Mommy, ada yang ingin kita tanyain,” ucap Galen mencegah Joanna pergi dari meja makan usai mereka makan. Joanna menjadi gugup karena jika Galen yang sudah seperti itu dia tidak akan bisa menghindar. Jangan-jangan Galaxy sudah bercerita tentang obrolan mereka semalam. Di
“Memang kenapa?” tanya Lionel penasaran. Apakah sang putra tidak tahu bahwa mereka memiliki ayah? Galaxy menggelengkan kepalanya. “Aku melihat om mirip sekali dengan kakakku, sangat mirip. Kalo aku, lebih mirip ibu,” ucap bocah itu polos. Lionel bertanya kepada Galaxy siapa nama saudaranya hanya untuk tetap bercakap-cakap dengan putranya. “Galen. Om ingin ketemu dengannya juga?” Lionel hanya mengangguk. Tak bisa menjawab pertanyaan yang keluar dari mulut si kembar. Jantungnya seakan diremas karena selama 7 tahun tidak pernah tahu keberadaan mereka. Entah, mendadak dia ingin mengambil peran sebagai ayah saat tahu dua orang putranya tidak memiliki sosok ayah saat bertumbuh. Apakah dia akan diterima dengan mudah oleh kedua putranya. Pikiran itu sering sekali memenuhi otaknya akhir-akhir ini. Informasi yang dia terima sungguh sangat mengejutkan dan mengacaukan beberapa aspek hidupnya. Namun, ketika melihat putranya, dia merasa siap untuk menebus kesalahan yang sudah dia lakukan. “La
“Ini tidak mungkin, Tuan,” tolak Joanna. Dia merasa ibunya tidak pernah memiliki hutang di mana pun.Ya, surat itu adalah surat hutang ibunya dengan menjaminkan surat rumah yang saat ini Joanna tempati. Namun, dia melihat secara jelas bahwa di sana terbubuh tanda tangan ibunya.“Kami tidak memalsukan, Nona, jika itu yang anda tuduhkan. Halaman berikutnya silakan dibaca mengenai sejak kapan tagihan tertunggak,” ucap pria yang sejak tadi memilih diam.“Tapi, ibuku tidak memberi informasi padaku. Satu lagi, ibuku meninggal setahun yang lalu,” terang Joanna.Kedua pria itu saling berpandangan lalu kembali menjelaskan kepada Joanna mengenai kontak yang diletakkan di sana. Namanya, tentu saja, dan nama seorang pria yang tidak asing.Joanna mengepalkan genggamannya setelah mengetahui nama pria itu. Sudah lama dia tidak mendengar nama itu. Nama yang sangat-sangat dibenci olehnya karena telah membuat kedua orang tuanya be
“Bisa diskip saja bagian itu? Itu hal pribadi yang tidak ingin kubagikan.” Joanna benar-benar tidak ingin mengingat luka itu lagi. Dia sudah mengubur perasaan bersama luka hatinya terhadap pria itu.“Tap-”“Kalo kamu tidak mau, ya sudah.” Joanna tidak ingin goyah terhadap rengekan Lionel. Lebih cepat dia menjelaskan maka semakin cepat dia pergi dari ruangan itu. “Ya mereka benar anak-anakmu. Jika kamu tidak yakin maka kamu sungguh keterlaluan.”Joanna melirik sinis kepada lelaki itu. Napasnya yang memburu karena dia mengungkapkan semua kekesalan pada pria itu. Wajahnya yang memerah padahal ruangan itu terasa dingin karena AC.“Satu lagi, jika kamu tidak yakin maka aku tidak akan pernah mengizinkanmu untuk bertemu mereka,” pesan Joanna.Wanita itu memilih untuk pergi dari ruang privat restoran tersebut karena dia sungguh tidak tahan berada di dalam satu ruangan dengan Lionel. Berbeda sikap