Share

Bab 86

Author: Meminger
Laura

“Jadi, bagaimana solusinya?” tanyaku pada Jason ketika kita sedang berduaan di kamar dan dia sedang berdiri memunggungiku, menatap keluar jendela dengan wajah yang kelelahan.

Setelah dia dan Anna kembali dari perjalanan kano dengan bersemangat karena mereka telah menangkap beberapa ikan di danau, Rosa dan aku membakar ikannya dan menyajikannya dengan lenyekan labu, kentang panggang, dan salad dingin, yang merupakan makan malam yang lezat, tapi tidak semua hal terselesaikan.

Anna sudah tertidur di kamar sebelah kamar kami, itu adalah kamar yang terdapat pintu yang terhubung langsung dengan kamar kami untuk memudahkan kami, orang tuanya, untuk pergi ke kamarnya kapan pun dia membutuhkannya dan di waktu yang sama memberikan kami privasi. Jason baru saja selesai mandi ketika aku mengatakan kekhawatiranku dan sekarang dia sedang mencari solusinya.

“Aku setuju dengan ibumu, dia benar ketika mengatakan bahwa Anna perlu mengetahui bahwa keluarganya stabil. Kamu melihat ketika dia mera
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Tety Juniarwati Sa
Benar,.Apa Khabar si Kinan, masak diam aja kalau tau Jason dan Laura kembali bersama, Masak mau dipoligami si Laura,.Astaga.. Solusi apa yg akan diambil si Jason, masak kalah sama si kinan,. Seorang Miliarder ditipu sama ...
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

  • Kembalilah Padaku   Bab 87

    Fia“Jadi, bagaimana hasilnya?” tanya Tama ketika dia melihatku meninggalkan kamar mandi dan beranjak ke kamar. Dia sedang duduk di kasur dengan tampang yang gelisah seraya menatapku dengan penuh harapan.Aku menggeleng kepala singkat. “Negatif,” jawabku dan aku melihatnya menghela nafas, terlihat putus asa. Aku duduk di sofa dekat jendela dan menatap ke langit di luar sana tanpa begitu memperhatikannya.“Tidak apa-apa, kita bisa terus mencobanya,” kata suamiku, mencoba berpikir positif seperti biasanya.Aku tertawa pahit, masih menatap jendela. “Sepertinya tidak membaik, menurutku ini sudah waktunya kita untuk menerima bahwa kita memang tidak ditakdirkan untuk menjadi orang tua,” kataku, sudah tidak memiliki harapan sedikit pun.“Jangan berkata begitu, kamu harus yakin. Suatu hari kita bisa melakukannya,” kata Tama, mencoba berpegang pada harapan yang sia-sia itu.“Kapan, Tama? Sampai kapan kita harus berusaha? Kita sudah berusaha selama lebih dari 10 tahun, kita telah menemui be

  • Kembalilah Padaku   Bab 88

    Jason“Apakah kamu masih berhubungan dengannya?” tanya Laura sambil membaringkan kepalanya di atas dadaku. Dia dan aku sedang berbaring dengan malas-malasan di kasur, memanfaatkan pagi hari untuk bertukar belaian dan membicarakan ketakutan dan kekhawatiran kami. Dia sedang menanyakan tentang Kinan, ingin tahu apa yang akan terjadi karena dia dan aku sudah kembali bersama, tapi aku masih harus menangani masalah Kinan ini.Aku menghela nafas mendengar pertanyaannya dan menundukkan kepalanya cukup lama, menghirup aroma rambutnya yang manis dan segar sambil mengelus pundaknya. “Aku masih berhubungan dengannya, tapi jarang sekali. Dia terkadang meneleponku untuk meminta uang dan ketika aku harus muncul di media bersama istriku, aku memintanya untuk hadir,” kataku, dan aku merasakan Laura bergerak-gerak di pelukanku, tidak nyaman dengan jawabannya.Aku memahaminya, mengetahui bahwa aku masih berhubungan dengan wanita itu pasti tidak menyenangkan. “Jadi, apa rencanamu sekarang?” tanyanya.

  • Kembalilah Padaku   Bab 89

    TamaPagi itu, aku terbangun dengan sakit kepala yang luar biasa, lalu aku mengingat semalam mabuk-mabukan tidak terkira. Aku sangat frustrasi kemarin sampai aku berakhir bertengkar dengan Fia lalu pergi ke bar untuk minum-minum supaya aku bisa melupakan masalahku dan sekarang aku memiliki sakit kepala yang menyebalkan sebagai konsekuensinya.“Sakit sekali, aduh,” gumamku pada diri sendiri, berguling di kasur dengan kepalaku masih di keningku, tapi aku langsung membeku ketika aku mendengar suara perempuan cekikikan di sampingku.“Astaga, apakah kamu selalu seperti itu? Kamu terlihat jelek sekali,” kata perempuan itu, masih tertawa.Aku dengan cepat menoleh ke arah suara itu, benar-benar takut. “Suzy? Apa yang kamu lakukan di sini?” tanyaku. Badannya tertutupi oleh selimut mulai dari dadanya. Salah satu sikunya tertanam di kasur sambil menyandarkan kepalanya di tangannya, menatapku dengan posisi itu seolah dia juga baru bangun.“Apa maksudmu? Apakah kamu akan mengatakan bahwa kamu t

  • Kembalilah Padaku   Bab 90

    ”Apakah itu sudah cukup?” tanyaku, menginginkan dia meninggalkan aku sendirian.“Hm, sudah cukup untuk sekarang,” katanya setelah menghitung uangnya dan memasukkannya ke tasnya.“Apa maksudmu untuk sekarang?” tanyaku, tapi dia mengejutkan aku dengan sebuah ciuman yang cepat sampai aku tidak bisa menghindarinya lalu beranjak pergi dari kamar hotel itu, meninggalkan aku yang masih terguncang dan terjatuh.Aku menatap ranjang yang berantakan itu dan kilatan memori dari semalam di antara aku dan Suzy muncul di benakku, membenarkan semua perkataannya. Aku menutup mataku erat-erat dan mengumpat pada diriku sendiri, menggaruk kepalaku. Astaga! Apa yang kulakukan?Aku meraih ponselku dan mendapati banyak pesan dan panggilan tidak terjawab dari Fia. Dia pasti mengkhawatirkan aku, anak malang. Aku malah bersikap seperti bajingan padanya semalam. Ditambah, aku tidak tahu apa lagi yang harus kulakukan. Aku tidak ingin menghancurkan pernikahanku dan aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaku ji

  • Kembalilah Padaku   Bab 91

    FiaSeperti yang kuduga, Tama tidak tidur di rumah semalam. Dia pergi keluar untuk minum-minum karena dia marah padaku dan meninggalkan aku sendirian di rumah mengkhawatirkannya. Aku bahkan hampir tidak tidur semalaman karena menunggunya pulang. Semua pesan dan teleponku tidak dibalas sama sekali dan aku tidak bisa melacaknya karena dia telah mematikan GPS-nya.Namun keesokan harinya, hatiku sedikit tenang ketika mendapati pesan darinya yang mengatakan bahwa dia akan pulang. Dua puluh menit kemudian, aku melihat mobilnya parkir di luar dari jendela dan dia turun dari mobil lalu masuk ke dalam rumah.“Hai,” katanya ketika dia melihatku. “Maafkan aku, seharusnya aku tidak pergi meninggalkanmu kemarin. Bisakah kamu memaafkan aku?” tanyanya.Aku ingin berteriak padanya dan mengatakan padanya bahwa aku membencinya dan aku ingin dia pergi, tapi satu-satunya yang kulakukan adalah berlari ke arahnya dan memeluknya dengan erat dan menangis karena lega. “Aku sangat mengkhawatirkanmu.” Aku ter

  • Kembalilah Padaku   Bab 92

    LauraPagi itu, aku terbangun karena suara putriku yang memanggilku. Kami telah kembali ke Bogor dan Jason tidak bisa tidur di rumahku semalam karena banyak hal yang perlu dia selesaikan di Jakarta. Karena dia telah tinggal di Bekasi selama hampir satu bulan, dia harus kembali dan menyelesaikan urusannya yang tertunda di perusahaan keluarganya di Jakarta, tempat dia pergi.Jadi, malam itu aku harus tidur sendirian dan sekarang putriku sedang membangunkanku. “Mama, bangunlah,” pintanya dengan tangannya di sekitarku.Aku pun cekikikan seraya pelan-pelan membuka mataku. “Sayang, tidak perlu membangunkanku sepagi ini hari ini. Tahun ajarannya belum dimulai,” kataku padanya, mengelus surai hitamnya yang sehitam milik ayahnya.“Baiklah. Namun, Mama, di mana Ayah Ricky? Aku mencari-carinya di seluruh rumah tapi tidak bisa menemukannya,” katanya dengan tampang sedih.Senyumanku menghilang dan aku menghela nafas pasrah sebelum menjawab. “Dia mungkin sedang pergi juga, sayang,” kataku dan An

  • Kembalilah Padaku   Bab 93

    Laura“Apakah kamu akan melakukan prosedur inseminasi buatan?” tanyaku, menatap temanku. Dia dan aku sedang berbelanja di toko baju. Jason telah mengundangku untuk makan malam romantis malam ini, jadi aku ingin memberinya kejutan dengan gaun baru.“Iya, kami akan melakukannya. Tama sedang mencari klinik yang bagus untuk itu,” kata Fia sambil tersenyum tipis. Fia terlihat cantik sekali dengan rambut pendeknya yang seleher, mata yang indah, dan hidung yang mungil. Dia adalah teman yang penyayang dan setia dan walaupun dia jarang membicarakan masalah pernikahannya, terkadang bisa terlihat dengan jelas bahwa hubungannya dengan Tama sedang tidak berjalan dengan baik. Kehidupan pernikahan memang tidak selalu semulus jalan tol.Sebagai contoh, semua beban yang dia pikul sendiri tentang tidak bisa hamil membuatnya kelelahan. Aku hanya ingin semua hal berjalan dengan lancar baginya.“Memang ada klinik bagus yang bisa membantumu untuk melakukannya,” kataku, memberikan dukungan.“Aku tidak sa

  • Kembalilah Padaku   Bab 94

    Laura“Apakah kamu akan mengatakan padaku kenapa benakmu ada di tempat yang lain atau apakah kamu akan terus berpura-pura bahwa itu tidak penting?” tanya Jason, memelukku dari belakang dan mengendus leherkuSetelah makan malam, dia membawaku ke apartemennya untuk menikmati sisa malam. Hari itu sudah sangat larut dan aku baru saja menelepon pengasuh yang sedang menjaga anakku untuk bertanya apakah dia baik-baik saja, apakah dia telah makan malam, dan apakah dia sekarang sudah tidur. Aku sedikit khawatir memikirkannya karena Anna tidak bisa bermalam sendirian dengan seseorang yang baru saja dia kenal, tapi pengasuh itu mengatakan bahwa putriku bersikap dengan baik dan telah tidur cepat, yang membuat kekhawatiranku sedikit mereda, tapi masih sedikit gugup.“Apakah ada masalah dengan putri kita?” tanya Jason lagi dan aku menghela nafas pelan, pemandangan kota di luar sana terlihat di hadapanku karena aku sedang berada di lobi apartemennya, menatap pemandangan malam di luar.“Anna baik-b

Pinakabagong kabanata

  • Kembalilah Padaku   Bab 515

    AnnaAku sedang bersandar di toilet kamar kecil itu, memuntahkan semua yang telah kumakan hari itu. Aku mual dan seluruh tubuhku gemetar, merasa sangat buruk. Aku seharusnya benar-benar tidak minum alkohol sebanyak itu.Lalu, aku mendengar ketukan di pintu bilik. “An, apakah kamu butuh bantuan?” Itu adalah Panca. Dia berada di sisi lain pintu, mengkhawatirkan aku.“Tunggu sebentar. Aku akan keluar,” kataku dengan suara yang tercekat. Aku menyiram toiletnya dan hampir pingsan di lantai. Saat itu sudah pagi. Panca dan aku sedang berada di dalam klub malam, mencoba bersenang-senang. Aku telah memintanya melakukan itu karena aku ingin melupakan masalah-masalah si*lanku, tapi rupanya aku tidak cukup kuat untuk minum alkohol sebanyak itu dalam sekali minum.“Kalau kamu butuh aku, teriak saja,” kata Panca lagi. Dia mengkhawatirkan aku.Aku menghela napas berat dan meninggalkan bilik, beranjak ke wastafel untuk mencuci wajahku. “Ini adalah kamar kecil wanita. Kamu tidak boleh ada di sini,

  • Kembalilah Padaku   Bab 514

    LauraAku duduk di ranjangku sambil memandang ponsel di tanganku. Aku sedang menelepon Anna lagi, setelah ratusan panggilan yang kucoba lakukan. Dia menolak menjawab semua panggilan teleponku. Ponsel dia di luar jangkauan, tapi aku tetap menelepon karena jika tidak, aku akan merasa benar-benar tidak berguna.Aku belum melakukan apa-apa sejak Anna pergi. Berhari-hari telah berlalu dan Anna belum pulang. Kami bahkan tidak bisa menemukan dia. Meskipun kami memiliki kuasa dan pengaruh yang besar, itu semua terlihat tidak berguna ketika berurusan dengan menemukan seseorang yang tidak ingin ditemukan. Tampaknya, Anna berusaha keras sekali untuk tidak ditemukan.Aku meletakkan ponselku di pojokan ranjangku dan menghela napas dengan bahu yang merosot ke depan, merasa sangat kehilangan arah. Ini tampaknya terlalu kejam. Cara putriku bertingkah tidak normal, setidaknya tidak bagi anak perempuan yang jatuh cinta dan pada umumnya membuat keputusan buruk atas nama cinta. Anna mungkin mencintai a

  • Kembalilah Padaku   Bab 513

    AnnaPanca dan aku harus meninggalkan hotel itu karena orang-orang yang dikirimkan ayahku sudah hampir sampai di pintu kami dengan niat untuk menangkap kami.“Bagaimana mereka bisa menemukan kita?” tanya Panca, gundah, seraya dia dan aku berlari pergi dari penginapan itu.Aku juga sangat kebingungan. Aku yakin kami tidak meninggalkan apa-apa. Kami berlari dan bersembunyi di balik sebuah gang, melihat bawahan-bawahan ayahku berlari ke arah yang berlawanan tanpa mengetahui bahwa kami ada di balik pojokan itu.“Apakan mereka akan kembali?” tanyaku, melihat orang-orang itu menghilang.“Jika mereka berhasil menemukan kita di sini, aku yakin mereka akan menemukan kita lagi,” ujar Panca. “Sepertinya ada yang kita lewatkan ….” Dia berpikir, lalu dia menoleh ke arahku dan mulai meraba-rabaku.“Hei! Apa yang kamu lakukan?’ tanyaku, terkejut dengan cara dia merogoh-rogoh tubuhku.“Pasti ada GPS pada dirimu. Itu akan menjelaskan segalanya,” katanya, meraih tasku, membuka ritsletingnya, dan

  • Kembalilah Padaku   Bab 512

    AnnaPanca dan aku berakhir harus pergi ke sebuah penginapan karena saat itu sudah larut malam dan orang-orang yang dikerahkan ayahku tersebar ke seluruh penjuru kota. Kami harus tetap bersembunyi dan menunggu orang-orang itu pergi supaya mereka bisa memberikan kami minuman agar kami bisa melanjutkan perjalanan kami.Ruangan itu biasa saja dengan dekor kasar dan dua kasur di tengah. Karena uang kami menipis, kami tidak bisa pergi ke tempat yang lebih baik. Bukan hanya itu, jika kami melakukan itu, kami bisa menarik perhatian. Begitu kami tiba di sana, Panca langsung mengintip melalui gorden jendela.“Bisakah kamu melihat mereka?” tanyaku, masih ketakutan. Ingatan tentang apa yang terjadi di taman masih segar di dalam diriku.“Sayangnya tidak,” jawab Panca sambil masih melihat-lihat. “Kita berhasil melarikan diri dari mereka. Namun, kita sebaiknya pergi dari kota ini sesegera mungkin.”Aku menghela napas sambil mengangguk dan duduk dengan berat di ranjang, merasa lelah dan kehabisa

  • Kembalilah Padaku   Bab 511

    Anna“Namaku tidak penting,” jawabnya, dengan ketenangan yang membuatku curiga. “Ayahmu menyuruhku untuk menjemputmu. Waktunya pulang.”Jantungku berdegup di dalam tulang rusukku. Bagaimana bisa ayahku menemukanku? Panca dan aku telah sangat berhati-hati hingga sekarang, kami tidak meninggalkan banyak petunjuk yang akan membuat dia atau siapa pun menemukan kami dengan mudah, tapi pria yang dikirimkan oleh ayahku ini mengatakan bahwa dia ada di sana untuk menjemputku pulang.“Dengar, pasti kamu salah orang, oke? Aku bukan orang yang kamu cari,” kataku pada pria itu, tetap waspada.“Ayolah, Nona Santoso,” jawab pria itu. “Ikutlah bersamaku. Keluargamu membutuhkanmu.” Dia mengulurkan tangannya dan mencoba menggenggam lenganku, tapi aku dengan cepat menghindarinya, menyembunyikan lenganku di balik tubuhku.“Sudah kubilang kamu salah orang. Aku bukan orang yang kamu cari,” kataku lagi, dengan cepat melihat ke arah Panca pergi. Aku telah meminta minum di waktu yang tidak tepat.“Untung

  • Kembalilah Padaku   Bab 510

    AnnaTamannya terang, disinari oleh ribuan lampu berwarna-warni. Aku melihat-lihat ke sekitar, terkagum oleh tempat itu. Aku tidak pernah pergi ke taman hiburan di malam hari dan suasana yang semarak membuatku seperti sedang berada di dalam film. Panca terlihat sama gembiranya seperti diriku, dengan mata yang berbinar dan senyuman lebar di wajahnya.“Jadi, apa rencananya?” tanyanya, menawarkan lengannya untukku seperti seorang tuan.“Bianglala,” jawabku dengan cepat. “Aku ingin melihat semuanya dari atas!”Panca tertawa dan membuat gestur dramatis dengan tangannya. “Sesuai keinginan Anda, Nona An!” candanya. Kami pun beranjak ke arah bianglala.Di samping kami, taman itu sangat ramai. Anak-anak tertawa dan berlari di mana-mana. Seorang penjual berondong jagung, mengenakan topi yang besar dan penuh warna, berteriak untuk menarik lebih banyak pembeli. “Berondong jagung panas, berondong jagung manis, berondong jagung asin! Ayo, ayo, jangan lewatkan!”Aku menatap Panca dan tertawa. “

  • Kembalilah Padaku   Bab 509

    Layla“Aku sedang membicarakan dirimu, Layla,” katanya. “Kembalilah padaku.”Aku terkekeh skeptis. “Apa yang kamu lakukan sekarang? Kenapa kamu mengatakan ini? Apakah kamu benar-benar ingin aku memercayai itu?” tanyaku, skeptis terhadap perkataannya.Maksudku, pernikahan kami sudah berjalan selama bertahun-tahun dan sepanjang waktu itu, aku melakukan segala hal yang bisa kulakukan untuk membuat dia menyadari bahwa ini adalah hal yang penting bagi kami berdua, untuk membuat dia sadar betapa aku mencintainya dan betapa aku bersedia untuk membuat dia bahagia, tapi dia tidak pernah mendengarkan aku. Kebalikannya, malah. Gideon membenciku dan memperlakukan aku seolah-olah dia membenciku.Aku harus menelan banyak hal dalam pernikahan itu untuk tetap berada di sisinya dan berjuang untuk kami berdua. Akan tetapi, begitu aku telah memutuskan untuk akhirnya melihat diriku sendiri dan meninggalkan hubungan yang tidak sehat itu, dia muncul dan mengatakan bahwa dia menginginkan aku kembali. Apa

  • Kembalilah Padaku   Bab 508

    LaylaKetika bel pintuku berbunyi dan aku pergi menjawabnya, aku mengernyit ketika Gideon Nalendra ada di pintuku. “Kamu? Apa yang kamu inginkan di sini?” tanyaku, lebih terkejut dibandingkan tertarik. Sejak aku bercerai dengannya, dia tidak pernah mendatangiku secara langsung, dia selalu mengirimkan seseorang untuk menjemput putranya dan kemudian mengembalikan dia dengan aman setelah beberapa hari, tapi dia tidak pernah datang secara langsung sebelumnya.“Em, hai, Layla,” gumamnya, masih berdiri di pintu apartemenku.“Papa!” Itu adalah Wira kecil yang berlari begitu dia melihat ayahnya di pintu.“Hei, petarung kecil!” seru Gideon, berjongkok untuk menggendong putranya dan memeluknya.“Aku senang sekali bertemu dengan Papa!” ucap anak itu dengan bahagia, memeluk ayahnya. Meninggalkan Surabaya adalah hal yang sulit, terutama karena anak itu sangat menempel dengan ayahnya, tapi dia masih terlalu muda untuk berada jauh dari ibunya bagiku untuk meninggalkan dia bersama Gideon, bukanny

  • Kembalilah Padaku   Bab 507

    AnnaRasanya seakan-akan dunia di sekitar kami menghilang. Panca dan aku sedang menjalani hari yang sempurna, yang mana segala hal tampak memungkinkan, yang mana tidak ada kekhawatiran, hanya kebahagiaan. Musik pop tahun 2000-an terputar dengan lembut melalui pengeras suara toko dan rasanya seperti musik pengiring untuk kisah kami yang mulai tertulis sendiri.Panca menggenggam tanganku dan menarikku ke area aksesori dengan senyuman konyolnya. “Lihat ini!” Dia mengambil sepasang kacamata besar dengan lensa bundar dan bingkai berwarna neon. Dia memasang itu di wajahnya dan membuat pose yang dilebih-lebihkan seolah-olah dia adalah seorang model papan atas. “Sempurna untuk tampilan futuristik, ‘kan?”Aku tertawa dan mengambil kacamata lain, hanya saja kacamata itu memiliki bingkai berbentuk hati. Aku memakainya di wajahku dan menatap Panca sambil tersenyum. “Sekarang iya! Kita siap untuk mendominasi dunia!”Dia tertawa dan mencium pipiku. “Tentunya dunia tidak akan sama jika kita memak

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status