Laura“Apakah kamu akan melakukan prosedur inseminasi buatan?” tanyaku, menatap temanku. Dia dan aku sedang berbelanja di toko baju. Jason telah mengundangku untuk makan malam romantis malam ini, jadi aku ingin memberinya kejutan dengan gaun baru.“Iya, kami akan melakukannya. Tama sedang mencari klinik yang bagus untuk itu,” kata Fia sambil tersenyum tipis. Fia terlihat cantik sekali dengan rambut pendeknya yang seleher, mata yang indah, dan hidung yang mungil. Dia adalah teman yang penyayang dan setia dan walaupun dia jarang membicarakan masalah pernikahannya, terkadang bisa terlihat dengan jelas bahwa hubungannya dengan Tama sedang tidak berjalan dengan baik. Kehidupan pernikahan memang tidak selalu semulus jalan tol.Sebagai contoh, semua beban yang dia pikul sendiri tentang tidak bisa hamil membuatnya kelelahan. Aku hanya ingin semua hal berjalan dengan lancar baginya.“Memang ada klinik bagus yang bisa membantumu untuk melakukannya,” kataku, memberikan dukungan.“Aku tidak sa
Laura“Apakah kamu akan mengatakan padaku kenapa benakmu ada di tempat yang lain atau apakah kamu akan terus berpura-pura bahwa itu tidak penting?” tanya Jason, memelukku dari belakang dan mengendus leherkuSetelah makan malam, dia membawaku ke apartemennya untuk menikmati sisa malam. Hari itu sudah sangat larut dan aku baru saja menelepon pengasuh yang sedang menjaga anakku untuk bertanya apakah dia baik-baik saja, apakah dia telah makan malam, dan apakah dia sekarang sudah tidur. Aku sedikit khawatir memikirkannya karena Anna tidak bisa bermalam sendirian dengan seseorang yang baru saja dia kenal, tapi pengasuh itu mengatakan bahwa putriku bersikap dengan baik dan telah tidur cepat, yang membuat kekhawatiranku sedikit mereda, tapi masih sedikit gugup.“Apakah ada masalah dengan putri kita?” tanya Jason lagi dan aku menghela nafas pelan, pemandangan kota di luar sana terlihat di hadapanku karena aku sedang berada di lobi apartemennya, menatap pemandangan malam di luar.“Anna baik-b
”Aku tidak mengelak hal itu, tapi dia selalu menghargaiku dan selalu berada di sisiku walaupun aku menolaknya. Dia selalu tahu untuk menungguku dan menghargai keputusanku,” jelasku.Jason mendengus seolah dia tidak menyukai itu. “Pria itu hanya melakukan itu dan sudah menjadi seorang pahlawan?” ejeknya.Aku menengadah kepalaku dan menatapnya. “Jika hanya itu yang bisa kamu lakukan, iya, dia akan menyerah,” kataku dan berbalik darinya, beranjak ke kasur supaya aku bisa berbaring dan tidur.“Aku bisa menjadi jauh lebih baik darinya, jika itu yang kamu suka, Laura,” desak Jason, menghampiriku.“Apa yang akan kamu lakukan? Apakah kamu akan menawarkanku uang dan uang lagi, seperti yang selalu kamu lakukan?” tanyaku dengan sarkastis.“Kamu meremehkan semua usaha yang sedang kulakukan untuk mengembalikan kepercayaanmu,” katanya.“Bagaimana jika aku mengatakan padamu kalau semua ‘usaha’ yang kamu lakukan itu sia-sia dan tidak ada artinya bagiku? Jason, tidak ada hal yang kamu lakukan yan
LauraKami berdiskusi panjang malam itu karena banyak yang harus kita perbincangkan, jadi terkadang diskusinya memanas dan terkadang lebih tenang. Diriku sekarang yang telah berubah dan berdiskusi dengannya mungkin membuat Jason takut, tapi aku ingin memperjelas padanya apa pandanganku terhadap beberapa hal yang, dulu, aku lebih memilih untuk diam saja untuk menyenanginya.Keesokan harinya, aku terbangun dan mendapati wajahnya berjarak hanya beberapa sentimeter dariku, menatapku dengan keramahan dan kekaguman. “Kamu cantik sekali,” bisiknya, meletakkan jarinya ke tulang pipiku dan mengelusnya. Aku menghela nafas ketika aku merasakan sentuhannya dan menutup mataku lagi. “Aku tahu ini tidak mudah bagimu,” tambahnya.“Memang tidak mudah,” kataku, sedikit terengah-engah. Terkadang, aku memikirkan apakah aku telah melakukan hal yang benar dengan kembali bersamanya. Apakah aku terlalu gegabah? Apakah dia benar-benar berubah ataukah dia hanya melakukan semua ini untuk membuatku kembali pada
”Anna, kemari, Nak,” pintaku pada anakku, memanggilnya dengan tangan yang terbuka. Jantungku berdegup dengan liar, takut akan apa yang bisa wanita itu lakukan pada anakku.“Dia cantik sekali, Mama. Dia terlihat seperti boneka,” kata anakku, terpana oleh kecantikan Kinan, membuatnya tertawa mendengar pujian itu.“Kumohon, Nak… Kemarilah,” panggilku lagi dengan suara yang gemetaran, tapi anakku tidak mendengarkan aku, masih terkesima oleh penampilan Kinan.“Ibumu memanggilmu, sayang,” kata Kinan pada Anna, membuat gadis itu menoleh padaku sambil terkesiap dan berlari ke arahku. Aku memeluknya dengan protektif dan langsung menjauhinya dari wanita itu. Anna adalah harta karunku yang paling berharga dan aku tidak akan membiarkan Kinan berada di dekatnya.“Tolong bawa dia ke atas dan jangan biarkan dia pergi sampai aku memperbolehkannya,” pintaku pada pengasuh Anna seraya menyerahkan anakku padanya dan menunjuk ke arah tangga. Pengasuh itu mengangguk dan beranjak ke lantai atas sambil me
Fia“Kinan datang ke rumahmu?” tanyaku pada Laura yang berada di ujung telepon, tercengang. Aku tidak bisa memercayai bahwa wanita itu berani mengganggu Laura.“Aku benar-benar ketakutan ketika melihatnya di sini. Ditambah, dia sedang bersama anakku! Astaga, bagaimana jika dia ingin melukai Anna?” kata Laura ketakutan.“Oh, sayang, jangan memikirkan hal-hal itu. Yang terpenting adalah anakmu sekarang aman,” kataku, mencoba menenangkannya. Aku mendengar helaan nafas darinya seraya dia mencoba menenangkan dirinya sendiri dan berpegangan pada perkataanku.“Aku bersyukur akan hal itu,” katanya. “Namun, aku tidak bisa tidak merasa bersalah, Fia. Semua hal berjalan dengan lancar sampai Jason datang kembali ke hidupku. Aku takut sekali bahwa aku telah melakukan kesalahan karena telah mengikuti kata hatiku dan kembali bersama dengannya.”“Kamu tidak salah apa-apa, sayang,” kataku menenangkannya. “Tidak ada salahnya jika kamu melakukan keinginanmu, kamu tidak melakukan kejahatan apa-apa kar
LauraAku harus pulang ke rumah untuk membawa Anna pergi bersamaku ke Jakarta Selatan dan ketika aku tiba di klinik, aku diberi tahu bahwa Fia sudah masuk ke dalam ruang operasi, jadi Anna dan aku harus menunggunya di ruang tunggu. Aku juga menyadari bahwa Tama belum tiba dan dari yang kudengar dari Fia sebelumnya, dia tidak bisa dihubungi karena dia tidak mengangkat teleponnya. Khawatir, aku memutuskan untuk menelepon Jason karena mungkin dia mendapatkan kabar dari Tama karena mereka adalah teman baik dan Tama selalu bekerja untuk Jason.Walaupun aku takut menelepon Jason karena kami belum berbincang sejak pagi ketika dia mengantarku pulang setelah menghabiskan malam bersamaku, di hari yang sama ketika aku melangkah masuk ke dalam rumahku sendiri aku mendapati pemandangan tidak menyenangkan yaitu anakku duduk di pangkuan Kinan, bermain dan tersenyum padanya. Jason dan aku belum bertemu satu sama lain sejak hari itu karena dia sedang bepergian untuk urusan yang penting, urusan miliard
LauraAnakku menginginkan cemilan, jadi aku membawanya ke kantin klinik supaya bisa membelikannya sesuatu untuk dimakan. Aku memesan beberapa cemilan dan jus stroberi yang dia sukai, lalu kami berdua duduk di salah satu meja di ruangan itu, seperti yang dilakukan oleh pasien dan staf lainnya.“Apakah kamu menyukainya?” tanyaku pada putriku yang kemudian mengangguk.“Enak,” katanya dengan mulut yang penuh oleh kentang goreng, membuatku tertawa dan menggeleng.“Jangan berbicara kalau masih ada makanan di mulutmu, oke?” kataku padanya, mengelap ujung bibirnya dengan tisu. Dia mengangguk dan lanjut mengunyah sambil mengayun-ayunkan kaki mungilnya di bawah meja.Pada saat itu, ponselku berdering dan aku melihat bahwa itu adalah Jason. Aku menghela nafas dan menjawab teleponnya. “Halo.”“Hai, sayang. Apakah semuanya baik-baik saja? Kendra bilang kamu meneleponku. Maaf aku tidak menjawab, tadi aku masih sibuk,” katanya merasa bersalah.Aku bangkit dan berjalan menjauh dari Anna karena a
JasonDi dalam klub malam itu, tempat itu jauh lebih ramai daripada di dalam limosin. Sang pengantin pria sedang mengadakan pesta lajangnya dengan caranya sendiri. Lagi pula, sudah lebih dari satu dekade dia menjalankan hidupnya tanpa berkomitmen kepada siapa pun. Karena sekarang hanya tersisa beberapa jam lagi sebelum dia menjadi suami seseorang, hal itu patut dirayakan. Ruangan tempat kami berada hanya diperuntukkan untuk para naratama untuk teman-teman Joshua dan orang-orang yang diperbolehkan masuk. Lagi pula, akan terlalu bahaya jika membiarkan orang-orang dengan uang sebanyak itu membaur dengan kerumunan orang biasa, terutama ketika sebagian besar dari mereka sudah sangat mabuk.Di suatu titik, Tama menghampiri sofa tempatku terduduk, masih mencekoki dirinya sendiri dengan minuman. Dia menghempaskan dirinya di sampingku di sofa itu dengan helaan napas panjang dan segelas minuman di kedua tangannya. “Sial, kamu benar ketika kamu bilang teman-teman ayahmu tidak bisa santai. Merek
Jason“Oh, ya ampun! Haruskah kita pergi menggunakan limo?” seru Tama yang terpana ketika kami berdiri di depan rumah Joshua. Sebuah limosin panjang hitam sedang menanti kami. Kami semua telah memutuskan untuk mendengarkan Andri, salah satu teman si pengantin pria, dan kami memutuskan untuk menghabiskan pesta lajangnya di tempat yang lebih menyenangkan.“Apakah kalian menyukainya? Yah, kalau begitu, masuklah. Ayo. Aku jamin kalian akan lebih menyukai hadiah kecil di dalamnya,” kata Andri dengan nakal sambil menarik kami ke dalam limosin.Dari luar, musik elektronik itu terdengar kecil dan teredam seakan-akan suara itu berasal dari tempat yang jauh, tapi di dalam sana, suaranya begitu keras hingga hampir meledakkan gendang telingaku. Lampu LED terpantul di interior mobil mewah itu. Ada makanan manis, minuman, dan obat-obatan terlarang untuk dinikmati siapa pun yang menginginkannya. Bagian dalam limosin itu begitu luas sehingga seseorang bisa menari-nari di lantai. Di limo itu bahkan
LauraCassandra Maharani, tunangan Josh, pergi bersama kami dan temannya menuju kamarnya, tempat para tamu lainnya seharusnya berada. Fia dan aku mengikutinya dalam diam, mendengarkan gadis itu mengatakan betapa dia sangat bersemangat karena besok adalah hari pernikahannya. Flatnya kecil, tapi dijaga dengan baik dan wangi, menunjukkan bahwa gadis itu bersih dan pandai merawat dirinya sendiri. Ketika dia tiba di kamarnya, kami mendapati beberapa wanita lainnya di sana—beberapa wanita yang lebih muda adalah teman-teman Cassie juga, satu wanita tua yang dia perkenalkan sebagai ibunya, dan, mengecewakan bagiku, Niken Aditama—dokter dan pacar Jason—juga ada di sana.“Senang bertemu denganmu, Laura,” katanya padaku, sambil melambaikan tangannya dengan senyum yang sedikit angkuh. Sebenarnya, aku tidak yakin apakah dia dan Jason benar-benar berpacaran, tapi jika dia ada di pesta lajang tunangan Joshua, yang merupakan perkumpulan yang sangat privat, jelas sekali bahwa dia ada di sana sebagai
Laura“Apakah kamu yakin tunangan Josh tinggal di gedung ini?” tanyaku pada Fia setelah kami turun dari mobil dan memasuki bangunan sewa rendah di pinggiran Bekasi.“Alamat di undangannya bilang memang di sini,” jawabnya sambil melihat tempat itu.Aku membaca undangannya untuk memeriksanya, lalu menaikkan sebelah alisku. “Yah, tampaknya kita memang berada di tempat yang benar,” komentarku sambil meletakkan catatan itu di tasku.“Kamu kenal dia, ‘kan?” tanya Fia padaku.Aku mengangguk. “Aku sudah pernah bertemu dengannya sekali. Joshua waktu itu mengundang Gideon dan aku untuk makan siang bersama. Sejujurnya, aku bahkan sebelumnya tidak tahu dia mengenal Gideon.” Dunia di antara para miliarder kecil sekali, jadi pada akhirnya mereka semua bertemu satu sama lain.“Em, keren. Menurutmu dia orang yang seperti apa?” tanya temanku sambil menatap struktur bangunan itu. Kami sedang berjalan ke arah lift. Aku tidak bisa menyangkal bahwa aku sedikit takut oleh tatapan sekumpulan wanita di
JasonKetika Tama dan aku tiba di apartemen Joshua, kami langsung menyadari bahwa dia sudah sedikit mabuk dan gila meskipun pesta lajangnya baru saja dimulai.“Jason Santoso, kamu datang! Ini membuatku luar biasa bahagia,” kata pria itu dengan suara yang lantang seraya dia membuka pintu, memelukku, dan menepuk-nepuk punggungku dengan keras sambil tertawa dengan gembira. Kebahagiaannya tercampur dengan minuman, membuatnya lebih bahagia daripada yang seharusnya.“Tentu saja aku datang. Aku tidak akan melewatkan acara yang amat sangat penting ini,” jawabku, memeluknya juga.“Ini luar biasa,” gumamnya sambil menarikku ke sebuah pojokan di lorong masuk rumahnya. “Dengar …. Kamu harus tahu bahwa ayahmu ada di sini. Aku tahu kamu dan dia tidak akrab dan aku mengerti, tapi dia adalah salah satu sahabatku.” Dia terlihat merasa bersalah ketika dia mengatakannya.Aku menggelengkan kepalaku. “Tentu saja aku mengerti. Kamu tidak perlu minta maaf. Ini adalah pesta lajangmu, hari untuk mengesamp
TamaKami baru saja tiba di Bekasi. Karena kami memiliki anak-anak, bepergian sekarang terasa jauh berbeda dan lebih menegangkan daripada sebelumnya ketika kami hanyalah sebuah pasangan yang bebas. Sekarang, kami jarang berlibur di akhir pekan, tidak sampai kami telah selesai mengurus anak-anak kami. Jadi, karena ada pernikahan Josh dan dia telah mengundang Fia dan aku juga, kami harus membawa anak-anak kami ke Bekasi supaya bisa menghadiri upacara pernikahan teman kami yang sangat ditunggu-tunggu oleh semua orang.Karena Joshua telah bercerai dengan mantan istrinya sepuluh tahun yang lalu, dia tidak pernah menjalin hubungan serius lagi karena dia bilang urusan cinta tidak cocok dengannya, tapi tampaknya wanita yang muncul ke kehidupannya ini mampu merubah pikirannya itu hingga membuatnya ingin menikah lagi setelah sekian lama. Jadi, kami semua yang dekat dengan Josh benar-benar ingin menyaksikan momen spesial ini untuk teman kami.“Kamu bilang pesta lajang Josh akan diadakan di apa
LauraKarena Jason dan aku memutuskan bahwa kali ini kami akan mengenyampingkan perselisihan kami supaya tidak menghancurkan kenangan yang akan putri kami miliki hari itu, hidup bersamanya bahkan terasa nikmat. Sungguh menakjubkan betapa mudahnya kami tertawa ketika perdamaian terwujud—meskipun itu hanya kepura-puraan.Jadi, kami pergi ke taman hiburan bersama Anna dan kami benar-benar bersenang-senang dengan banyak mainan raksasa di sana. Selama beberapa saat, kami dapat melupakan segala hal dan hanya menikmati waktu bersama putri kami.Setelah itu, kami pergi ke sebuah restoran dan makan sambil berbincang. Aku sedang memisahkan bawang bombai dari makanan putriku karena dia tidak menyukainya, tapi Jason memakan bawang bombai itu untuknya, mungkin untuk mendorong gadis itu agar dia mau memakannya karena anak itu suka meniru ayahnya.“Papa suka makanan yang manis atau yang gurih?” tanya gadis itu dengan bersemangat.“Hei, singkirkan makanan-makanan manis dari pandanganku. Itu membu
LauraJason dan aku tetap di sana, menonton penampilan gadis kecil itu seraya dia tampil bersama teman-teman sekelasnya. Aku senang sekali melihat Anna tumbuh menjadi anak yang makin bahagia hari demi hari.“Dia anak yang manis. Benar, ‘kan? Sangat menggemaskan,” komentar Jason juga, tersenyum dengan bahagia.“Iya, dia tampil dengan baik,” jawabku, juga sepenuhnya jatuh cinta padanya.“Harus kuakui bahwa kamu telah membesarkannya dengan baik,” komentarnya, membuatku menoleh ke arahnya.“Menarik sekali mendengar itu darimu ketika kamulah yang mencoba merenggutnya dariku,” tuduhku.“Ah, jangan begitu. Biarkan aku menikmati penampilan putriku dengan tenteram,” katanya sambil membetulkan posisi duduknya.Aku menggeram dan mengembalikan perhatianku pada putriku yang hanya menghiasi kami dengan pesonanya. “Oh, sial. Aku harus menghapus bagian ini,” komentarku pada diri sendiri, melihat video yang sedang kurekam. Aku tidak ingin bagian bodoh ketika aku dan Jason berdebat tertangkap di
LauraMalam itu, aku lebih memilih untuk tidur di kantorku lagi ketika jam kerja sudah berakhir. Aku berbincang dengan putriku melalui ponsel hingga dia tertidur. Lalu, aku memandang langit-langit ruang tengahku, mencoba mencari rasa kantuk yang tidak kunjung datang. Pada saat itu, aku berujung memikirkan tentang pesan yang kuterima dari penggemar rahasia itu dan aku bertanya-tanya siapa pengirimnya.Apakah itu Gideon? Karena kami sekarang berpisah, dia mungkin ingin mencari cara yang kreatif untuk membuatku terkesan. Aku merasa itu sedikit mencurigakan jika dia adalah Gideon karena dia tidak seromantis itu. Dia jarang memikirkan hal-hal seperti ini. Aku juga berpikir mungkin itu dari Jason, tapi setelah percakapan terakhir kami mengenai perasaan kami, sudah jelas bahwa dia tidak akan mencoba lagi dan bahwa kisah kami telah berakhir. Dia bahagia sekarang, mencoba menjalin hubungan dengan wanita baru itu, jadi sangat tidak mungkin bahwa itu adalah surat dari Jason.Ini membuatku berp