”Ibu Anna ingin tahu apakah kamu melihat Anna hari ini ketika kamu pulang dari tempat penitipan anak, Nak,” kata Natasha pada anaknya.“Iya, aku melihatnya, kami bermain di lapangan sampai ayahnya datang untuk menjemputnya,” kata anak itu dengan tenang.Aku menatap pasangan itu dan menggeleng kepalaku, berkata, “Tidak ada yang menjemput Anna dari tempat penitipan hari ini…” Pasangan itu terlihat sedikit ketakutan ketika mereka mulai menyadari seberapa serius situasi ini.“Apakah kamu yakin ayah Anna menjemput temanmu dari tempat penitipan, kawan?” tanya ayahnya pada anak itu dan anak itu mengangguk.“Dia bilang dia adalah ayahnya dan dia akan membelikannya cokelat panas dan burger untuk Anna. Aku juga mau, tapi dia bilang lain kali dia akan membelikannya untukku,” kata anak yang polos itu.“Astaga,” kata Natasha, badannya bergidik. Ada sesuatu yang tercekat di tenggorokanku. Ternyata, anakku telah diculik.“Bisakah kamu mendeskripsikan ayah Anna, Ciko?” tanya Natasha pada anaknya
JasonSegera setelah aku menjemput anakku dari tempat penitipan anak, aku memenuhi janjiku dan membawanya ke toko jajanan dan memakan jajanan bersamanya. Dia sangat menggemaskan dan tidak berhenti berbicara mengenai apa pun, terutama ibunya dan kehidupan yang mereka jalani. Dia juga anak yang penasaran dan banyak bertanya padaku.“Apakah kamu mengenal ibuku?” tanyanya seraya meminum jusnya.“Tentu saja. Aku mengenalnya dengan baik,” jawabku padanya.“Siapa namamu?”“Panggil aku Papa,” kataku dan matanya membelalak kesenangan.“Sungguh? Aku bisa memanggilmu Papa?”“Tentu, aku ayahmu, ‘kan? Kamu boleh memanggilku Papa,” kataku padanya, tersenyum dan mengusap rambutnya.“Aku selalu ingin memanggil seseorang Papa. Ibu melarangku memanggil Ricky Papa,” katanya, melahap kentangnya.“Karena dia bukan ayahmu yang sebenarnya, dia hanyalah temannya ibumu.” Aku bersikeras memberi tahunya dan dia tersenyum lebar.“Apakah kamu akan tinggal dengan kami? Orang tua Jacob tinggal bersama denga
”Bisakah kita berfoto di depan pohon Natal itu?” tanyanya setelah beberapa saat jadi kami mengambil banyak foto sambil tertawa-tawa dan membicarakan tentang hari Natal, Santa, dan hal-hal yang tidak terlalu penting.Ketika aku bersamanya, rasanya seperti berada di orbit yang berbeda, di sebuah dunia yang mana aku merasa sangat bahagia dengan anakku. Rasanya luar biasa bagaimana aku bisa melupakan semua hal ketika aku bersama dengan gadis kecil ini. Aku terus bermain dengannya di plaza sampai hari makin malam dan udara makin dingin.“Hatchim!” Gadis itu bersin.“Kedinginan, ya?” tanyaku dan dia tertawa kecil. “Sebaiknya kita ke tempat yang lebih hangat.” Aku menggendongnya dan membawanya kembali ke mobil.“Apakah kita akan pulang? Mama pasti menungguku,” katanya saat aku membawanya ke dalam mobil dan memasangkan sabuk pengaman.“Mama tinggal bersamamu selama lima tahun. Bukankah sudah waktunya untukmu menghabiskan waktu dengan Papa?” tanyaku, mengusap ujung hidungnya yang kemerahan
Laura“Aku tidak menginginkan apa-apa darimu, tapi Anna ingin kamu datang dan makan malam bersama dengan kami,” kata suara mantan suamiku.Tenggorokanku tiba-tiba terasa kering dan aku tidak bisa berkata apa-apa selama beberapa saat. Jadi, Jason bersama Anna? Apakah dia orang yang menjemput putriku dari tempat panti asuhan? Kenapa dia akan melakukan hal seperti itu? Rasa takut mulai menggerogotiku dan jantungku berdegup dengan kencang dan kuat di dalam rusukku.“Apakah kamu sadar bahwa aku telah mengetahui kebenarannya, Laura?” tanyanya dengan tenang, tapi menuduh.“Apa maksudmu?” Aku terbata-bata, tidak bisa memikirkan sesuatu yang menyambung. Aku terkejut, dalam jutaan tahun, aku tidak menyangka Jason akan mengetahui kebenarannya seperti ini.“Apakah kamu akan menyembunyikannya selamanya? Rencanamu itu tidak akan berhasil, Laura. Kamu memisahkannya dariku selama lima tahun, jadi inilah giliranku untuk bersama dengannya,” katanya dengan pelan dan kasar, pelan karena sepertinya dia
LauraAku tidak bisa membantahnya karena mau aku menyukainya atau tidak, Jason memang benar, jadi aku menghela nafas dan mengangguk pelan. Aku tidak mengira aku akan tidur di tempat yang sama dengan Jason lagi, apalagi bersama anakku, tapi banyak hal membawaku ke titik ini.Aku menyadari bahwa anakku sudah menguap dan mengusap matanya mengantuk, jadi aku berdiri dan menggendongnya. Tangan kecilnya memeluk pundakku dan dia menyandarkan kepalanya ke pundakku, mencari kasih sayang. “Waktunya tidur, bayiku,” kataku padanya, meraih tasnya. Aku selalu memasukkan perlengkapan pribadinya dan baju bersih di tasnya untuk berjaga-jaga jika sesuatu terjadi di tempat penitipan anak dan dia harus mandi dan mengganti bajunya.Namun, Jason lebih cepat dariku dan mengambil tas itu lebih dulu. “Biar aku bantu. Apakah kamu mau ke kamar mandi? Di sini,” tunjuknya, mengikuti jalan menuju kamar mandi. Aku menghela nafas dan mengikutinya.Setelah masuk kamar mandi, aku membantu anakku menggosok giginya da
LauraAnna bukanlah anakmu, dan dia tidak pernah menjadi anakmu.Kata-kata itu memang kasar dan menyakitkan seperti bilah tajam yang menusuk hati. Pernyataan itu tiada ampun, mematikan, dan jahat, bahan tidak manusiawi untuk mengatakan hal itu pada seorang ayah, tapi itu diperlukan. Setelah semua hal yang kulakukan untuk memenangkan hatinya di masa lalu dan semua kerja keras yang aku berikan untuk hubungan itu untuk membuat rumah yang sehat dan penuh kasih sayang untuk anak kami di masa depan, Jason dengan mudah menghancurkannya karena perasaan konyolnya dan karena keegoisan dan kesombongannya.Dia telah menghancurkan semuanya tanpa berpikir dua kali. Dia telah mengakhiri semuanya dan membuatku menderita. Dia telah membuat aku dan Anna menderita ketika kami melalui berbagai macam kesulitan tiada henti. Semua yang kami alami adalah kesalahannya. Aku harus membalikkan badan dan melakukan yang terbaik untuk anakku di dunia yang berbahaya ini. Aku harus membesarkan anakku sendirian dan m
LauraJason masih berlutut di hadapanku di lantai, menatapku sambil menangis seperti orang yang kehilangan martabatnya. Setelah aku berbicara, dia bangkit dan mengelap wajahnya, mencoba menenangkan dirinya sendiri.“Yah, benar, ini sudah larut,” katanya, menghela nafas. “Kamu bisa menggunakan kamar mandinya kalau kamu mau.” Aku mengangguk, bangkit dan beranjak ke kamar mandi. Setelah aku mandi, aku menyadari bahwa Jason menyiapkan baju ganti untukku, itu adalah bajunya karena aku tidak membawa baju ganti, jadi dia menyiapkan blus dan baju dalam yang sepertinya belum pernah dia pakai. Aku menghela nafas dan mengenakan blus yang terlihat seperti gaun padaku karena ukurannya terlalu besar. Mantan suamiku tinggi dan berotot sementara aku kecil dan kurus, jadi memakai salah satu blus nya sudah seperti aku memakai gaun.Dia menungguku di lorong ketika aku keluar dari kamar mandi. “Selain kamarnya Anna, tempat ini hanya memiliki satu ruangan lainnya. Aku akan tidur di lantai dan kamu bisa t
Laura“Laura… Apa yang kamu lakukan?” Jason tergagap melalui mulutnya, mencoba berpegangan pada sisa kesadarannya. “Ini berbahaya, kamu bisa menyesalinya besok.” Tangannya menyentuh pundakku dengan berhati-hati, siap untuk menjauh dariku jika diperlukan atau menarikku lebih dekat, wajah kami hanya berjarak beberapa sentimeter dari satu sama lain, nafas kami menyatu di momen yang panas itu.“Shh… Aku tidak mau memikirkan hari esok, aku hanya memerlukan… Aku memerlukannya,” kataku, benakku kabur oleh perasaanku. Ditambah, aku meletakkan tanganku pada dadanya, menarik kain bajunya dengan pelan seolah aku memohon padanya. Mata kami terpaku pada satu sama lain, cokelat dan hitam, membaca pikiran satu sama lain.Apakah di antara semua perasaan yang bertolak belakang dan hasrat yang memekakkan telinga, ada cinta di sana? Apakah kami melakukan ini atas nama cinta? Jason terengah-engah berat sebelum mencium bibirku lagi dalam ciuman yang berbeda dari ciuman sebelumnya yang tidak menarik. Dia
LauraAku sedang mengenakan jubah berbulu setelah mandi dengan air panas, jadi aku bisa pulang dengan aman bersama keluargaku dan orang-orang yang kusayangi.Fia ada di sana bersamaku, merawatku dan menghiburku melalui peristiwa menegangkan yang baru saja kualami beberapa saat yang lalu.“Bagaimana reaksi para tamu ketika kamu harus mengumumkan bahwa pernikahannya dibatalkan?” tanyaku padanya saat dia dengan pelan menyisir rambutku.Dia terkekeh dengan lemah sekarang. “Seperti biasa, terkejut dan berspekulasi, tapi kamu tidak perlu memikirkan hal itu. Yang penting adalah kamu ada di sini dengan aman,” katanya padaku.“Hmm, tidak apa-apa.”“Kuharap Suzy tidak pernah keluar dari penjara lagi dan dia akan dikirimkan ke penjara dengan keamanan tingkat tertinggi di sisi lain dunia supaya dia tidak pernah bisa melarikan diri dari sana,” katanya, membuatku sedikit tertawa.“Itu benar, Fia. Kinan juga mendapatkan akhir yang dia cari, semua karena keserakahannya,” komentarku, lalu aku me
LauraAir di dalam danau itu dingin meskipun saat itu masih musim kemarau. Tubuh Kinan dan perabotan masih terikat denganku, mencengkeramku dan menarikku ke dasar danau. Aku mencoba membebaskan diriku dari mayatnya, mendorongnya menjauh dariku, dan mencoba berenang ke permukaan. Akan tetapi, dengan tangan yang terikat, itu bukanlah hal yang mudah.Ada air yang memasuki lubang hidung dan mulutku, membuatku panik. Aku mencoba melepaskan diriku dari ikatan di pergelangan tanganku dan mencoba memperjuangkan hidupku. Namun, dengan tangan yang terikat, aku pasti mati. Ketika aku mempertimbangkan untuk menyerah, aku merasa tangan Jason yang kuat mencengkeram pinggulku dan menarikku ke permukaan.Jason berenang bersamaku ke dek yang ada di dekat sana. Petugas polisi dan petugas pemadam kebakaran menarik kami keluar dari air. Aku terbatuk-batuk dan memuntahkan air yang telah kutelan. Gaun pengantin dan rambutku basah oleh air. Tubuhku gemetar karena kedinginan dan Jason pun memelukku. Mereka
Laura“Sudah kubilang lepaskan dia!” Matanya menyala dengan amarah.Kinan terlepas dariku dan berdiri di samping Suzy, menertawaiku dengan lantang. Suzy tetap mengarahkan pistolnya kepadaku, menatapku dengan tajam, seakan-akan dia sudah mendapatkan aku di tempat yang dia inginkan.“Apakah kamu tahu sudah berapa kali aku memimpikan momen ini, Laura? Aku akhirnya akan membunuhmu,” katanya, hatinya dipenuhi oleh kebencian dan dendam.Aku menghela napas di saat itu. Bayangan anak-anakku dan suamiku terbesit di benakku. Aku memikirkan tentang hal-hal yang masih bisa kulalui bersama mereka dan ditemani mereka. Meskipun aku sangat menyesali hal itu di hatiku pada saat itu, aku tidak takut mati. Aku memiliki jiwa yang bersih dan tidak memiliki penyesalan sedikit pun.“Aku hanya bisa berduka tentangmu, Suzy,” kataku pada akhirnya, berpikir hidupku akan berakhir pada saat itu.Namun, mengejutkan bagiku, ketika dia menarik pelatuknya, seseorang mendorongnya dengan sangat keras sehingga dia
LauraAku sedang menunggu sebuah kesempatan untuk kabur dari tempat itu. Itu tidak semudah yang kubayangkan dan mereka tidak memberiku jeda sedikit pun. Tepat ketika kukira aku memiliki waktu untuk merencanakan pelarian diri, Kinan dan Suzy melepaskan ikatanku dan membawaku ke sebuah kapal pesiar kecil. Mereka terlihat gugup, seakan-akan mereka telah menerima sebuah peringatan atau semacamnya.“Apa yang kalian lakukan? Kalian mau membawaku ke mana?” tanyaku seraya mereka memaksaku untuk berjalan di dek danau. Gaun pengantinku merayap di bawah papan kayu, tanganku masih terikat.“Diam saja. Itu bukan urusanmu,” jawab Kinan dengan kasar.Aku menghela napas pasrah dan memandang ke semua tempat untuk fokus pada apa pun yang bisa membantuku nanti. Namun, dalam gelombang harapan, aku sudah mendengar suara-suara helikopter beroda mobil menghampiri tempat itu. Jason telah menangkap mereka. Akhirnya!“Itu Jason,” gumamku dengan penuh emosi. Sesaat, aku sempat kehilangan harapan dan berpiki
LauraTangan-tanganku terikat di belakang tubuhku di sebuah kursi seraya aku menghadap Suzy di hadapanku. Aku tidak tahu bagaimana dia telah berhasil melarikan diri dari penjara dan memasuki mansion untuk menculikku dan membawaku ke tempat ini. Aku mencoba memahami itu semua. Itu adalah hari pernikahanku, tapi tetap saja, orang-orang ini tidak mau membiarkan aku sendirian.“Bagaimana kamu bisa kabur dari penjara, Suzy?” tanyaku padanya sambil menatapnya dengan tajam. Aku sedang mengambil kesempatan. Sekarang aku berkomunikasi dengannya karena Kinan telah beristirahat sebentar. Kami sedang berada di rumah kayu di dekat danau kecil. Ada pohon-pohon rindang yang menutupi seluruh tempat itu.Keseluruhan skenario itu, cara dia dan Kinan bersikap, membuatku berpikir mereka telah merencanakan hal ini sejak lama.Suzy terkekeh sinis seraya dia mengikat kakiku dengan tali tambang yang kuat, menggagalkan rencanaku untuk mencoba kabur. “Ternyata, bukan kamu saja yang memiliki sekutu, Laura,”
Jason“Tidak apa-apa, Kinan. Aku akan mengirimkan uangnya, cukup berikan nomor rekeningmu dan aku akan mengirimkannya hari ini,” kataku padanya, mendapatkan anggukan setuju dari Juan.Namun, Kinan, di ujung telepon lainnya, menertawaiku seakan-akan aku adalah orang bodoh. “Kamu pikir aku benar-benar akan menerima uang elektronik? Kamu sangat meremehkanku, ya? Aku ingin kamu memenuhi satu mobil, dua mobil, atau seratus mobil, terserah! Aku ingin kamu mengisi mereka dengan uang tunai sah dan bawa itu semua padaku. Barulah saat itu aku akan membebaskan wanita j*lang ini. Kamu dengar, ‘kan?” katanya, berteriak.Aku sangat terkejut oleh kata-katanya. Juan maupun aku tidak menduga hal itu. Kinan telah memetakan rencananya dengan sangat baik dan itu adalah tantangan bagi kami.“Kenapa, Jason? Kenapa kamu diam sekali sekarang? Lidahmu dicuri kucing?” ejeknya.“Tidak apa-apa, Kinan. Kamu ingin uang triliunan rupiah, ‘kan? Kalau begitu, aku akan memberimu uangnya. Dalam bentuk uang tunai, s
JasonTiba-tiba, pintu ruangan terbuka dan Anna berlari ke arahku dengan wajah yang khawatir. “Apakah benar Mama menghilang, Papa? Di mana dia? Di mana Mama?” Dia ingin tahu, ketakutan, matanya dipenuhi oleh rasa takut.Aku menoleh ke atas dan melihat Fia berjalan memasuki ruangan sambil memegangi si kembar. Aku merasa terganggu bahwa dia telah membawa anak-anak pada saat itu. Ini semua sudah sulit untuk dipahami, lebih baik jangan libatkan anak-anak untuk sekarang. Fia, melihat ekspresiku yang tidak senang, menggelengkan kepalanya dengan raut wajah tidak berdaya. “Anna ada di sampingku ketika Tama meneleponku. Mustahil untuk menahannya,” jelasnya.Si kembar, meskipun sangat muda, bisa menafsirkan bahwa ada yang salah hanya dari ketegangan di tempat itu.“Kumohon, Papa, jawab aku. Di mana Mama?” tanya Anna lagi, hampir menangis.Aku berlutut untuk menyesuaikan diri dengan tingginya dan memegang pundaknya, menghela napas. “Aku tidak bisa menjawab ini sekarang, tuan putriku, tapi ak
JasonAku mencoba menelepon Laura, tapi dia tidak mengangkat teleponku. Semua ini mulai membuatku panik dan kata-kata Kinan mulai menggema di kepalaku. “Aku sedang bersamanya ….”Gemetar ketakutan, aku kembali menelepon nomor yang digunakan Kinan untuk meneleponku. Dia tidak membutuhkan waktu lama untuk mengangkatnya. “Jadi, apakah kamu sudah melihat bahwa aku mengatakan kebenarannya? Sekarang, kamu bisa memercayaiku,” ejeknya.“Aku bersumpah, Kinan, jika kamu menyakiti Laura, aku akan benar-benar menghabisimu.” Aku mengancamnya dengan suara rendah, sangat ingin menemukan wanita j*lang itu dan membunuhnya supaya dia berhenti menggangguku dan orang-orang tersayangku.“Kamu benar-benar riskan, ya, mengancamku? Tidakkah kamu takut pada apa yang mungkin kulakukan pada wanita j*langmu? Dia ada persis di depanku, Jason Santoso. Aku hanya perlu menarik pelatuk untuk menghabisinya,” ancamnya dengan aura jahatnya.Hatiku gemetar. “Kamu tidak bisa melakukan itu semua, Kinan. Aku bersumpah a
JasonAku tidak dapat menunggu lebih lama lagi untuk mendengarkan apa yang ingin dikatakan wanita menjengkelkan itu, jadi aku hanya mematikan ponsel dan berlari ke ruangan tempatku berada sebelumnya, terburu-buru ingin memeriksa apakah yang dia katakan memang benar.“Jason? Apa yang terjadi? Kenapa kamu tergesa-gesa?” tanya Tama padaku, tapi aku bahkan tidak memiliki waktu untuk menjelaskan hal-hal kepadanya.“Aku hanya perlu memeriksa apakah Laura baik-baik saja,” kataku padanya dengan terburu-buru seraya aku berlari menyusuri lorong menuju ruangan pengantin di dekat sana.Khawatir, teman-temanku menyusulku. “Apa yang kamu lakukan? Apakah itu tentang telepon yang baru saja kamu terima? Siapa itu?” tanya mereka, kebingungan.Namun, aku tidak berhenti untuk menjawab pertanyaan mereka. Aku hanya menarik diriku untuk berlari ke ruangan tempat Laura seharusnya berada, tapi ketika aku tiba di sana dan membuka pintunya, aku dihadapi oleh kenyataan pahit bahwa tidak ada siapa-siapa di da