Laura“Apakah kalian berdua mencintai atau membenci satu sama lain? Waktunya meluruskan kisah ini. Di antara benci dan cinta, yang mana yang akan bertahan? Kalian memiliki satu minggu untuk memutuskannya,” kata isi dari surat itu.“Apa? Satu minggu?” gumamku dengan kebingungan seraya aku membaca tulisan yang sangat singkat itu yang hampir tidak memberikan informasi konsisten apa-apa.“Ternyata mereka ingin kamu dan aku mendiskusikan hubungan kita,” komentar Jason, masih duduk dalam diam.“Hubungan apa? Sejauh pengetahuanku, kamu dan aku sudah bercerai!” Suaraku keluar beberapa oktaf lebih tinggi. Aku jelas sekali terlihat gugup, terkejut, dan kebingungan. Aku baru saja terbangun dari kasur dan menemukan bahwa aku berada di tempat yang tidak diketahui. Aku tidak tahu bagaimana aku tiba di sini dan, selain itu, ditemani oleh Jason.Kemudian, aku melempar kertas itu ke atas kasur dan meninggalkan ruangan itu, mengamati seluruh rumah itu untuk mencari tahu di mana aku. Rumah itu beruk
LauraKILAS BALIKMalam itu, Fia dan aku pergi ke klub malam naratama khusus orang-orang dari kelas sosial atas. Aku bukan orang kaya, tapi Fia sangat menyukaiku sehingga dia selalu membawaku ke tempat-tempat mewah dan mahal sebagai tamunya.Jadi, hari ini pun tidak ada bedanya. Dia mengirimkan kotak hadiah yang berisi gaun cantik dari merek mewah, sepatu, dan aksesori bersamaan dengan catatan yang bertuliskan, “Bersiaplah, malam ini adalah malam para gadis.”Kami berdua berada di kelompok umur yang sama dan meskipun dia dan aku berasal dari kelas sosial yang sangat berbeda, dia memperlakukan aku dengan begitu banyak cinta dan kelembutan, seakan-akan aku adalah adiknya atau semacamnya. Dia adalah sebuah anugerah di hidupku. Dia mengajariku tentang etiket dan bagaimana orang-orang kelas atas di Jakarta hidup. Dia bahkan memperkenalkanku pada teman-teman dan kenalannya yang juga berasal dari keluarga yang sekaya keluarganya.“Em, tutupi tubuhmu. Seseorang yang tidak diinginkan baru
Laura“Kenapa kamu menatapku dengan sangat dalam? Kamu ingin menciumku, ya?”Kata-kata itu mengingatkanku akan masa lalu. Aku ingat sekali malam di teras klub malam itu ketika dia menciumku untuk pertama kalinya. Sekarang kami begini lagi, seakan-akan ini adalah kali pertama kami. Lebih dari sepuluh tahun sudah berlalu sejak malam itu, tapi dia terus mengacaukan indraku seperti dulu.“Kamu tahu tidak ada yang menghentikanmu untuk melakukan itu, ‘kan?” usulnya sambil mendekatiku hingga dia sangat dekat.Aku menggelengkan kepalaku dengan panik. “Kamu tidak akan bisa memilikiku lagi?” Dengan begitu, aku berlari keluar rumah di tengah-tengah pulau itu, berlari darinya untuk menjauh dan tidak jatuh pada pesonanya lagi.“Laura! Tunggu, ayo bicara,” pintanya sambil berlari mengejarku.Namun, aku tidak berhenti. Aku menuruni tangga depan rumah dan berlari. Aku mencoba mencari perahu atau sesuatu yang bisa membawaku pergi dari sini.“Tidak ada kapal di sekitar sini. Sudah kubilang aku su
LauraAku merasakan tangan Jason mencengkeram punggungku dan menarikku lebih dekat padanya seraya ciumannya menjadi kian nafsu. Aku berada di dalam daerah kekuasaannya sekarang. Ketika dia mencengkeramku seperti itu, aku tahu tidak ada cara bagiku untuk melarikan diri, bahwa semuanya sudah hilang.Aku melemparkan kepalaku ke belakang, mendesah dengan berat. Bola mataku hampir berputar ke belakang saat aku merasa bibirnya mencium dan mengisap setiap sudut rahang, leher, dan tulang selangkaku. Bajunya yang tidak dikancing mudah untuk dilepas. Yang perlu kulakukan hanyalah menariknya dan bahunya yang lebar pun dapat kulihat dan kusentuh, jadi aku memanfaatkannya. Tidak setiap hari hal ini terjadi, jadi jika ini terjadi sekarang, ini harus menjadi momen yang tidak dapat dilupakan.Dengan satu kaki di setiap sisi tubuhnya yang maskulin, di antara ciuman dan belaian, aku merasa dia mengangkatku dan membawaku bersamanya seraya dia menggendong tubuhku dengan tangannya yang kuat. Terkadang,
LauraApa yang terjadi beberapa saat yang lalu di antara Jason dan aku tidak boleh dilihat oleh siapa pun.“Wajahmu memerah karena malu sekarang,” komentar Jason sambil tertawa kecil, terhibur oleh kenekatanku.“Aku tidak malu. Aku hanya tidak mau privasiku diusik, itu saja. Sudah cukup mereka membawa kita kemari tanpa seizin kita,” jawabku, menghela napas dan menarik selimut ke atas supaya dadaku tertutup.“Tenang saja. Mustahil mereka memasang kamera di sini untuk mengamati kita. Jangan terlalu paranoid.” Dia dengan lembut menurunkan selimut yang menutupiku dan memandang tubuhku.“Jangan halangi pemandanganku.” Dia terus mencium bahuku dan mencium kulitku, membuatku terkesiap, tersenyum dan mengubur jari-jariku di rambutnya yang selembut awan.“Aduh …. Sepertinya aku sedikit terluka,” kataku sambil mengerang kesakitan saat dia mengusapkan tangannya di pahaku.“Sudah selesai? Astaga, sepertinya kamu sudah mulai menua.” Dia terkekeh, mengelus pipiku dengan ujung hidungnya. “Dulu
LauraKILAS BALIKJason sedang tertidur dengan pulas di sampingku di kasurnya. Dia menggemaskan, sedang memegangi bantal dan memunggungiku. Aku tidak berbusana dan aku ingat betul apa yang telah terjadi di antara aku dan dia semalam. Aku telah memberikan keperawananku padanya dan meskipun aku tahu hatinya mungkin tidak menanggapiku, aku tidak menyesali apa pun.Setelah itu, aku bangkit berdiri, beranjak ke kamar mandi untuk mandi dan mengenakan pakaian yang nyaman. Aku memutuskan untuk membuatkan sarapan untuknya karena kemarin sulit sekali menyuruhnya makan. Dia sangat kacau dan murung sehingga dia menghabiskan semalaman minum-minum. Jika aku tidak menemaninya, aku hampir yakin dia akan mencoba melukai dirinya sendiri.Tentu saja, melihatnya hancur seperti itu karena gadis dangkal seperti Kinan Gunawan membuatku sedih. Fia bilang aku harus menjauh dari Jason dan bahwa, meskipun aku sangat mencintainya, dia tidak pantas untukku. Akan tetapi, aku terus bertahan karena aku merasa dia
Laura“Hmm, aku berujung tidak mengikuti kelas hari ini. Kamu lebih membutuhkan aku daripada kuliah sekarang,” jawabku sambil tertawa kecil.“Wah, aku merasa makin spesial sekarang. Lain kali aku merasa buruk, aku akan meneleponmu supaya bisa dimanja olehmu,” katanya sambil terkekeh.Aku pun tertawa juga. “Dasar bodoh, kamu tidak perlu menelepon aku hanya ketika kamu merasa buruk. Aku akan selalu ada untukmu.” Aku mencium keningnya.“Baguslah. Aku menghargainya.” Dia tersenyum padaku. “Namun, aku harus pergi hari ini. Ayahku menjadwalkan pertemuan denganku di Bekasi. Urusan perusahaan dan hal-hal semacamnya. Karena umurku sudah cukup sekarang dan sudah memiliki gelar dalam administrasi, dia harus memberiku posisi sebagai CEO di Perusahaan Santoso,” katanya. Dia lalu terdiam selama beberapa saat.“Sejujurnya, aku tidak sabar mengambil warisan Santoso dari tangan b*jingan itu. Dia selama ini memimpinnya karena aku masih belum cukup umur, tapi itu semua dimiliki oleh keluarga ibuku,
Hari ini, aku memutuskan untuk memasak makanan kesukaan suamiku. Aku selalu suka membuatnya senang dan menjaga pernikahan kami. Aku ingin dia tahu betapa aku mencintainya dan betapa bahagianya aku karena dia menikahiku.Kami langsung menikah setelah lulus kuliah dan kami sudah menikah selama lima tahun. Suamiku yang merupakan seorang miliarder, Jason Santoso, agak dingin dan tidak peduli padaku, tapi setiap hari aku terus mencoba untuk memenangkan hatinya. Kukira aku sudah membuat kemajuan hingga hari penentuan itu yang membuat semuanya berantakan.Malam itu, Jason masuk ke rumah kami dan langsung pergi ke dapur untuk mencariku. Kehadirannya begitu mencolok. Dia tinggi, tampan, dan berpakaian bagus dengan pakaian CEO-nya. Dia terlihat menarik, terutama ketika dia mengenakan dasi cokelat tua yang senada dengan mata cokelatnya dan rambutnya yang hitam legam. Aku jatuh cinta padanya saat pertama kali bertemu dengannya.Aku tersenyum dengan hangat ketika aku melihatnya di pintu masuk da
Laura“Hmm, aku berujung tidak mengikuti kelas hari ini. Kamu lebih membutuhkan aku daripada kuliah sekarang,” jawabku sambil tertawa kecil.“Wah, aku merasa makin spesial sekarang. Lain kali aku merasa buruk, aku akan meneleponmu supaya bisa dimanja olehmu,” katanya sambil terkekeh.Aku pun tertawa juga. “Dasar bodoh, kamu tidak perlu menelepon aku hanya ketika kamu merasa buruk. Aku akan selalu ada untukmu.” Aku mencium keningnya.“Baguslah. Aku menghargainya.” Dia tersenyum padaku. “Namun, aku harus pergi hari ini. Ayahku menjadwalkan pertemuan denganku di Bekasi. Urusan perusahaan dan hal-hal semacamnya. Karena umurku sudah cukup sekarang dan sudah memiliki gelar dalam administrasi, dia harus memberiku posisi sebagai CEO di Perusahaan Santoso,” katanya. Dia lalu terdiam selama beberapa saat.“Sejujurnya, aku tidak sabar mengambil warisan Santoso dari tangan b*jingan itu. Dia selama ini memimpinnya karena aku masih belum cukup umur, tapi itu semua dimiliki oleh keluarga ibuku,
LauraKILAS BALIKJason sedang tertidur dengan pulas di sampingku di kasurnya. Dia menggemaskan, sedang memegangi bantal dan memunggungiku. Aku tidak berbusana dan aku ingat betul apa yang telah terjadi di antara aku dan dia semalam. Aku telah memberikan keperawananku padanya dan meskipun aku tahu hatinya mungkin tidak menanggapiku, aku tidak menyesali apa pun.Setelah itu, aku bangkit berdiri, beranjak ke kamar mandi untuk mandi dan mengenakan pakaian yang nyaman. Aku memutuskan untuk membuatkan sarapan untuknya karena kemarin sulit sekali menyuruhnya makan. Dia sangat kacau dan murung sehingga dia menghabiskan semalaman minum-minum. Jika aku tidak menemaninya, aku hampir yakin dia akan mencoba melukai dirinya sendiri.Tentu saja, melihatnya hancur seperti itu karena gadis dangkal seperti Kinan Gunawan membuatku sedih. Fia bilang aku harus menjauh dari Jason dan bahwa, meskipun aku sangat mencintainya, dia tidak pantas untukku. Akan tetapi, aku terus bertahan karena aku merasa dia
LauraApa yang terjadi beberapa saat yang lalu di antara Jason dan aku tidak boleh dilihat oleh siapa pun.“Wajahmu memerah karena malu sekarang,” komentar Jason sambil tertawa kecil, terhibur oleh kenekatanku.“Aku tidak malu. Aku hanya tidak mau privasiku diusik, itu saja. Sudah cukup mereka membawa kita kemari tanpa seizin kita,” jawabku, menghela napas dan menarik selimut ke atas supaya dadaku tertutup.“Tenang saja. Mustahil mereka memasang kamera di sini untuk mengamati kita. Jangan terlalu paranoid.” Dia dengan lembut menurunkan selimut yang menutupiku dan memandang tubuhku.“Jangan halangi pemandanganku.” Dia terus mencium bahuku dan mencium kulitku, membuatku terkesiap, tersenyum dan mengubur jari-jariku di rambutnya yang selembut awan.“Aduh …. Sepertinya aku sedikit terluka,” kataku sambil mengerang kesakitan saat dia mengusapkan tangannya di pahaku.“Sudah selesai? Astaga, sepertinya kamu sudah mulai menua.” Dia terkekeh, mengelus pipiku dengan ujung hidungnya. “Dulu
LauraAku merasakan tangan Jason mencengkeram punggungku dan menarikku lebih dekat padanya seraya ciumannya menjadi kian nafsu. Aku berada di dalam daerah kekuasaannya sekarang. Ketika dia mencengkeramku seperti itu, aku tahu tidak ada cara bagiku untuk melarikan diri, bahwa semuanya sudah hilang.Aku melemparkan kepalaku ke belakang, mendesah dengan berat. Bola mataku hampir berputar ke belakang saat aku merasa bibirnya mencium dan mengisap setiap sudut rahang, leher, dan tulang selangkaku. Bajunya yang tidak dikancing mudah untuk dilepas. Yang perlu kulakukan hanyalah menariknya dan bahunya yang lebar pun dapat kulihat dan kusentuh, jadi aku memanfaatkannya. Tidak setiap hari hal ini terjadi, jadi jika ini terjadi sekarang, ini harus menjadi momen yang tidak dapat dilupakan.Dengan satu kaki di setiap sisi tubuhnya yang maskulin, di antara ciuman dan belaian, aku merasa dia mengangkatku dan membawaku bersamanya seraya dia menggendong tubuhku dengan tangannya yang kuat. Terkadang,
Laura“Kenapa kamu menatapku dengan sangat dalam? Kamu ingin menciumku, ya?”Kata-kata itu mengingatkanku akan masa lalu. Aku ingat sekali malam di teras klub malam itu ketika dia menciumku untuk pertama kalinya. Sekarang kami begini lagi, seakan-akan ini adalah kali pertama kami. Lebih dari sepuluh tahun sudah berlalu sejak malam itu, tapi dia terus mengacaukan indraku seperti dulu.“Kamu tahu tidak ada yang menghentikanmu untuk melakukan itu, ‘kan?” usulnya sambil mendekatiku hingga dia sangat dekat.Aku menggelengkan kepalaku dengan panik. “Kamu tidak akan bisa memilikiku lagi?” Dengan begitu, aku berlari keluar rumah di tengah-tengah pulau itu, berlari darinya untuk menjauh dan tidak jatuh pada pesonanya lagi.“Laura! Tunggu, ayo bicara,” pintanya sambil berlari mengejarku.Namun, aku tidak berhenti. Aku menuruni tangga depan rumah dan berlari. Aku mencoba mencari perahu atau sesuatu yang bisa membawaku pergi dari sini.“Tidak ada kapal di sekitar sini. Sudah kubilang aku su
LauraKILAS BALIKMalam itu, Fia dan aku pergi ke klub malam naratama khusus orang-orang dari kelas sosial atas. Aku bukan orang kaya, tapi Fia sangat menyukaiku sehingga dia selalu membawaku ke tempat-tempat mewah dan mahal sebagai tamunya.Jadi, hari ini pun tidak ada bedanya. Dia mengirimkan kotak hadiah yang berisi gaun cantik dari merek mewah, sepatu, dan aksesori bersamaan dengan catatan yang bertuliskan, “Bersiaplah, malam ini adalah malam para gadis.”Kami berdua berada di kelompok umur yang sama dan meskipun dia dan aku berasal dari kelas sosial yang sangat berbeda, dia memperlakukan aku dengan begitu banyak cinta dan kelembutan, seakan-akan aku adalah adiknya atau semacamnya. Dia adalah sebuah anugerah di hidupku. Dia mengajariku tentang etiket dan bagaimana orang-orang kelas atas di Jakarta hidup. Dia bahkan memperkenalkanku pada teman-teman dan kenalannya yang juga berasal dari keluarga yang sekaya keluarganya.“Em, tutupi tubuhmu. Seseorang yang tidak diinginkan baru
Laura“Apakah kalian berdua mencintai atau membenci satu sama lain? Waktunya meluruskan kisah ini. Di antara benci dan cinta, yang mana yang akan bertahan? Kalian memiliki satu minggu untuk memutuskannya,” kata isi dari surat itu.“Apa? Satu minggu?” gumamku dengan kebingungan seraya aku membaca tulisan yang sangat singkat itu yang hampir tidak memberikan informasi konsisten apa-apa.“Ternyata mereka ingin kamu dan aku mendiskusikan hubungan kita,” komentar Jason, masih duduk dalam diam.“Hubungan apa? Sejauh pengetahuanku, kamu dan aku sudah bercerai!” Suaraku keluar beberapa oktaf lebih tinggi. Aku jelas sekali terlihat gugup, terkejut, dan kebingungan. Aku baru saja terbangun dari kasur dan menemukan bahwa aku berada di tempat yang tidak diketahui. Aku tidak tahu bagaimana aku tiba di sini dan, selain itu, ditemani oleh Jason.Kemudian, aku melempar kertas itu ke atas kasur dan meninggalkan ruangan itu, mengamati seluruh rumah itu untuk mencari tahu di mana aku. Rumah itu beruk
LauraAku suka menyisir rambut hitam putriku yang halus dan menatanya dengan baik supaya terlihat rapi. Kami harus pergi ke pernikahan sekarang. Mengurus tuan putriku entah mengapa terasa menenangkan. Itu membuatku merasa tenang dan senang dan itu membuatku merasa membaik.Jadi, aku mengurusnya, menata rambutnya dengan cantik, dan memakaikan gaun uan putrinya yang cantik. Gaun itu berwarna biru muda seperti gaun milikku. Aku memasangkan sepatu kecilnya dan menyelesaikannya dengan mencium hidungnya, selalu memujinya.Setelah itu, aku pun bersiap-siap, memakai gaun panjang elegan yang jatuh di tubuhku dengan indah untuk upacara pernikahannya. Gaun itu hanya memiliki satu bahu dan potongan di bagian punggungnya rendah, menampilkan tubuhku, tapi tidak terlalu berlebihan. Aksesoriku adalah berlian minimalis dan riasan wajah yang tipis tapi cantik. Aku juga mengikat rambutku menjadi gulungan rumit yang cantik. Dengan tas dan sepatu hak tinggi yang nyaman, aku pun merasa siap.Memang bena
TamaKetika kami tiba di ruangan yang dituju, penjaga keamanan membukakan pintu untuk kami dan kami bisa melihat Joshua dan tunangannya di dalam ruangan yang mewah dan modern dengan dinding terbuka bertirai di sisinya, membiarkan udara segar memasuki tempat itu. Seluruh ruangan itu terasa amat sangat mewah. Itu tidak membuat kami terkejut, tapi aku senang mengetahui bahwa Joshua tidak segan-segan menghabiskan semua uangnya untuk menyenangkan orang tersayangnya.“Kemarilah. Duduk dan minum bersama kami,” undangnya dengan terbuka pada kami. Fia dan aku pun bergabung dengan mereka. Mereka berdua sedang mengenakan jubah mandi dan aku bertanya-tanya kapan mereka akan bersiap-siap untuk upacara pernikahannya yang telah dijadwalkan sebentar lagi. Demi semua orang, mereka mungkin telah menghabiskan beberapa jam terakhir untuk memperbaiki hubungan mereka.Pacar Joshua tersenyum separuh pada kami saat kami saling menyapa satu sama lain, tapi aku dapat melihat bahwa dia belum melupakan kejadia