LauraAku kabur dari atap setelah pidato dari Jason. Aku tahu Jason tidak akan menyerah, jadi aku harus melakukan sesuatu.“Hai, sayang. Apa kabar?” Terdengar suara Richard dari ujung telepon begitu dia mengangkat teleponku.“Hai, Rick. Senang mendengar suaramu,” ucapku, menyaksikan para petugas pembersih membersihkan semua buket bunga konyol itu dari ruanganku.“Hm, untunglah aku membuatmu merasa seperti itu,” katanya, dan aku bisa membayangkan dia tersenyum dengan konyol. Sejak kami berpacaran, kami hanya sesekali berbicara melalui telepon, dan sebagian besar topik yang kami bicarakan adalah Anna karena dia adalah anakku dan sedang bersama Richard ketika aku bekerja di Jakarta.“Namun, sepertinya kamu meneleponku untuk alasan yang lain,” tebaknya.“Hari ini hari Jumat, ‘kan? Bisakah kamu datang dan menjemputku di Nemesis ketika aku sudah selesai bekerja supaya kita bisa pulang bersama?” tanyaku dan aku mendengar kesunyian dari ujung telepon seperti dia sedang memikirkannya. Aku
JasonMelihat Laura mencium pria lain sangat menyakitkan bagiku sampai aku tidak bisa menjelaskan rasanya, rasanya seolah-olah aku baru saja ditabrak oleh kereta. Mereka ada di depanku, berciuman dan menghancurkan aku. Aku merasakan rasa benci yang dahsyat sampai aku tidak berpikir dua kali untuk memukul orang bodoh itu, benar-benar ingin membunuhnya. Namun, Tama memang benar. Sekeras apa pun aku memukul orang bodoh itu, Richard, aku tahu semuanya adalah salahku. Aku telah kehilangan Laura dan kamu tidak akan mendapatkan kesempatan kedua dalam hidupmu.“Tenanglah, Tuan Santoso,” kata salah satu satpam yang berada di dekatku, masih memegangiku ketika aku menyaksikan Laura pergi bersama Richard dengan putus asa. “Lepaskan aku!”Aku melepaskan diri darinya dan berlari menuju lift. Aku mencoba membukanya, tapi lift itu sedang sibuk, jadi aku berlari menuruni tangga dengan cepat, berlari seolah hidupku bergantung pada itu. Jika aku berlari dengan cepat, mungkin aku sempat menyusul Laur
LauraDari apa yang terjadi beberapa hari kemudian, aku bisa merasakan bahwa Jason mencoba menjauh dariku. Dia berhenti muncul di Nemesis dan berhenti mencoba mengusikku seperti yang dia lakukan sebelumnya. Aku diberi tahu bahwa dia telah kembali ke perusahaan utamanya, yang merupakan berita baik bagiku karena sekarang aku bisa bekerja tanpa diganggu. Dia sudah tidak menghubungiku lagi atau muncul di Nemesis. Para karyawan Nemesis menyampingkan semua hal yang berhubungan dengan kehidupan pribadiku dengan Jason Santoso dan semua hal yang mereka saksikan, terutama pertengkaran yang terjadi karena aku. Mereka semua menyampingkan pertanyaan-pertanyaan terkait hal tersebut dan kembali fokus pada pekerjaan.Sementara itu, di luar pekerjaanku, aku terus berhubungan baik dengan anakku dan Richard yang sedang berada di Bogor. Setiap akhir pekan aku pergi ke sana untuk bersama dengan mereka, tapi aku tidak pernah menunjukkan kasih sayang yang lebih pada Richard. Ciuman yang aku berikan itu han
Aku bisa mendengar para petinggi tertawa dengan lembut, merasa bahwa presentasiku menyenangkan. Aku tersenyum pada mereka dan menyetel video pertama. Para model yang cantik mempertunjukkan koleksi akhir tahun Nemesis yang baru dengan menarik dan menawan. Ada sesuatu pada pencahayaan, latar belakang, penyuntingan, dan penempatan pakaian-pakaian tersebut yang membuatnya lebih menarik. Itu adalah sesuatu yang inovatif dan diprogram dengan baik yang tidak dimiliki oleh merek pesaing. Sekarang, Nemesis memiliki keunggulan itu. Produk tersebut mungkin banyak ditemui, tapi periklanan yang baik membuatnya menjadi eksklusif dan diinginkan.Aku memperhatikan bahwa semua petinggi di sana senang sekali dengan presentasiku. Mereka memujiku dan mengangguk, menyukai apa yang mereka lihat, tapi ketika aku melihat ke arah Jason, dia terlihat tidak menarik karena dia sedang memandangi ponselnya. Astaga, dia bahkan tidak menyaksikan penampilannya! Aku begitu marah sampai ingin berteriak padanya, tapi ma
Laura“Astaga, arogan sekali pria itu! Bajingan sialan! Bagaimana bisa kamu menikah dengannya bertahun-tahun?” kata Mia, salah satu desainer yang bertanggung jawab pada proyek itu.Beberapa menit yang lalu, Jason telah meninggalkan ruang rapat setelah menolak proyek besar kami dengan cara yang menyedihkan. Aku tahu dia masih membenciku, tapi dia tidak perlu melampiaskan kebenciannya pada pekerjaan yang sudah dikerjakan oleh banyak orang profesional handal hanya karena dia ingin membalas dendam padaku. Jason terlalu kekanak-kanakkan, dia tidak masalah melukai seseorang jika dia ingin menyerangku.“Kita harus mengulang semuanya dari awal sampai akhir. Waktunya tidak akan cukup karena sebentar lagi sudah hari Senin,” kata sutradaranya, dan kami semua memperhatikan kalender yang terpampang di dinding dekat sana. Sekarang sudah Jumat sore, yang berarti kami hanya memiliki satu akhir pekan untuk menyelesaikan proyek baru. “Waktunya terlalu singkat, sialan!”Sampai titik itu, semua orang
“Jadi, kamu melakukan semua ini hanya untuk mempermalukan aku dan menunjukkan bahwa kamulah pemegang kendalinya?” tanyaku dengan kepala yang masih tegak. Dua minggu telah berlalu sejak terakhir kali aku melihatnya, di hari ketika aku mencium Richard di depan semua orang dan perkelahian itu. Dua minggu telah berlalu dan kukira Jason akan melupakan aku dan kembali menjalani hidupnya, tapi rasanya dia masih terpaku padaku dan sekarang dia ingin membalas dendam padaku karena telah menolaknya. “Bisakah kamu setidaknya berubah?”“Berubah, Laura? Kamu mencium pria lain di depanku dan kamu ingin aku berubah? Menurutku, aku pantas membuatmu sedikit menderita!” Dia masih belum merelakan aku.Aku tidak tahu apakah aku merasa sedih atau senang mengetahuinya, mungkin gabungan dari keduanya, tapi aku memutuskan untuk tetap menyimpan wajahku. “Richard adalah pacarku, Jason. Itulah yang dilakukan orang yang berpacaran, mereka terkadang berciuman,” jawabku, berdiri dengan tegas.“Mau sampai kapan ka
LauraAku menatap Jason tidak percaya mendengar perkataannya yang tidak masuk akal. Ciuman? Dia ingin aku menciumnya supaya dia menyetujui proyekku? Astaga, dia benar-benar tidak bisa dipercaya!“Apakah kamu sudah gila? Omong kosong macam apa yang kamu pinta dariku?” tanyaku, terkejut atas apa yang dia baru saja katakan. Aku belum pernah menciumnya lagi setelah lima tahun. Bagaimana bisa dia tiba-tiba meminta hal itu?“Ciuman itu hanya sekedar ciuman saja,” katanya, masih bersikeras. “Kamu mencium pria itu. Kenapa kamu tidak bisa menciumku juga?”Aku memutar mataku, menghela nafas. “Aku tidak percaya semua perkataanmu yang tidak masuk akal ini,” kataku.“Kamu tidak berpikir aku lebih tampan, begitu? Aku tidak membuatmu tertarik lagi?”“Astaga, Jason. Tentu saja kamu menarik,” kataku tanpa pikir panjang. Aku begitu gugup karena permintaan itu. Menciumnya? Astaga, jantungku berdegup dengan sangat kencang.“Jadi, kalau kamu masih menganggapku menarik, kenapa kamu tidak mau menciumk
LauraAku menghabiskan keseluruhan akhir pekan bekerja untuk proyek itu. Aku hampir tidak makan dan aku baru tidur sekitar pukul empat pagi dan bangun sekitar pukul 6 pagi, lalu minum kopi dan kembali bekerja. Namun, sekeras apa pun aku bekerja dan mengerahkan seluruh tenagaku, aku menyadari bahwa pekerjaan yang aku lakukan kehilangan esensinya. Itu bukan lagi sebuah karya yang layak mendapat merek ternama seperti Nemesis, jadi aku menyadari bahwa itu semua sia-sia.Aku menghela nafas frustasi, menatapi langit-langit apartemenku. Aku sudah merelakan waktu bersamaku dengan putriku akhir pekan itu hanya untuk menyelesaikan pekerjaan sialan ini dan pekerjaanku tidak berjalan dengan lancar. Semua itu adalah salah Jason. Ditambah, aku membencinya, tapi aku harus mengakuinya dan menyerah. Aku harus menyenangi pria itu jika aku ingin proyek ini sukses.Aku bangkit dari sofa dan beranjak ke balkon untuk menghirup udara segar sembari membiarkan angin membawa pergi pikiranku. Apakah aku harus
LauraSore itu, aku meninggalkan anak-anakku dengan ayah mereka dan pergi ke penjara tempat Suzy ditahan. Aku sudah ingin mengunjunginya dari beberapa waktu lalu. Itu adalah sore yang indah, dedaunan di pohon-pohon mulai berubah menjadi cokelat.Sejujurnya, aku merasa senang dengan kehidupan yang kujalani dalam beberapa bulan belakangan. Jason dan aku lebih memahami satu sama lain dan berusaha membuat cinta kami berhasil setiap harinya. Anak-anak kami pun makin bersinar. Si kembar sudah berusia tiga bulan, tumbuh menjadi makin kuat dan sehat. Bisnis berjalan dengan lancar. Ibuku kian pulih dari traumanya setiap hari tanpa banyak hambatan. Ada malam-malam ketika dia terbangun di pagi buta ketakutan, berteriak, dan memanggil-manggil Ernest karena mimpi buruk yang dia miliki membuatnya menerima masa lalu dengan mengerikan dan menakutkan.Di malam-malam seperti itu, aku berlari ke kamarnya untuk memeluknya dan menenangkannya, memberitahunya bahwa semuanya baik-baik saja dan bahwa monste
LauraAku menggenggam tangannya dan dengan lembut mendekat ke tempat tidur bayi. “Tidak apa-apa, Ma. Kamu tidak perlu takut,” ujarku menyemangatinya.Dia tersenyum padaku dan menatap para bayi dengan senyuman manis di wajahnya, tapi kemudian senyumannya hancur dan ekspresi terkejut terpampang di wajahnya. “Ernest?”Dia menatapku. “Kenapa bayi-bayimu terlihat seperti suamiku?” Dia terlihat tertekan dan bingung.Aku mengedipkan mata, terkejut oleh perkataannya. “Apa maksudmu?”“Aku membicarakan bayi-bayimu. Mereka mirip sekali dengan Ernest. Kamu terus mengatakan kalau kamu adalah putriku. Jadi, itu benar?” tanyanya dengan alis yang berkerut.Aku mengusap tangannya berantisipasi. Apakah dia akan mendapatkan kembali ingatannya sekarang? “Vivian?”“Dia sudah mati, ya? Brian berhasil menjauhkan aku darinya, ya?” tanyanya dengan sedih, mengingat bagaimana Brian Tanusaputera telah berdosa padanya.“Ini semua sudah tidak penting lagi, Ma. Yang penting adalah kamu ada di sini bersamaku
Laura“Bayi-bayinya lahir dengan sehat seperti yang diduga. Perjalanan kita yang panjang berakhir hari ini,” kata Dokter Joanna, memberi selamat pada Jason dan aku yang menghadiri kelahiran mereka.“Kami juga berterima kasih padamu, Joanna, karena telah banyak membantu,” ujar Jason. Dia memelukku dari belakang selagi dia dan aku memandang bayi-bayi kami, sekarang sudah bersih dan diselimuti dengan baik, tertidur di tempat tidur mereka seperti dua malaikat kecil.“Sama-sama, saya hanya melakukan pekerjaan saya,” jawab wanita itu sambil tersenyum.“Mereka mirip sekali,” komentarku, masih terkagum oleh penampilan mereka. Mereka adalah bayi yang baru lahir, tapi aku sudah dapat melihat betapa miripnya mereka dengan satu sama lain.“Yah, kemungkinan besar mereka membawa genom yang sama karena mereka kembar identik,” jelas sang dokter, membuat Jason dan aku mengangguk setuju. “Sekarang, kita hanya perlu mengetahui siapa yang akan menjadi Daniel dan siapa yang akan menjadi Stefan,” katan
Laura“Pembukaannya sudah memungkinkan untuk proses persalinan,” kata Dr. Joanna, “dan dalam beberapa menit kita bisa memulainya. Apakah Anda sudah siap, Mama?” Dia tersenyum padaku dengan penuh harapan.Aku balas tersenyum. “Iya, aku sudah siap. Aku menantikannya, malah. Aku hanya berharap Jason bisa tetap waras untuk menyaksikan momen ini,” kataku sambil memandang Jason yang berada di sampingku dengan sebuah kamera, merekam momen itu. Aku telah memberikannya ide untuk merekamnya karena dengan begitu, dia bisa fokus pada hal lain selain kehilangan akalnya.Dr. Joanna dan aku tertawa ketika kami melihat ekspresi yang Jason buat. “Aku akan ada di sini, sangat waras, dengan mata yang terbuka lebar untuk melihat bagaimana keseluruhan prosesnya berjalan. Percayalah aku, sayang,” katanya sambil menggenggam tanganku.Aku tidak perlu melahirkan di rumah sakit atau sebuah klinik karena itu hanya akan membuatku lebih tidak nyaman, jadi aku lebih memilih untuk melakukannya di rumah, di ruang
LauraHari-hari berlalu dan hal-hal terjadi secara bertahap. Ibuku mulai menunjukkan kemajuan dan perlahan mendapatkan kewarasannya kembali. Ada hari-hari ketika dia akan terbangun dan mengingat hal-hal dari masa lalunya, tapi di hari selanjutnya dia akan merasa kebingungan lagi. Jadi, dia terus-menerus berjuang untuk pulih dari kegilaannya dan tidak memahami dunia saat ini yang sedang dia jalankan, sebab apa yang dia ketahui sebagai kebenarannya sudah berlalu beberapa tahun yang lalu.Hari ini, dia sudah merupakan wanita paruh baya dan putrinya sudah merupakan wanita dewasa. Jadi, setelah hambatan mental yang dia miliki selama ini, kami harus memiliki kesabaran dan kegigihan yang besar dalam pemulihannya karena itu terjadi hari demi hari.Jason telah kembali berkomunikasi dengan ayahnya dengan lebih natural. Dia telah memutuskan untuk meninggalkan semua rasa sakit yang dia terima dari ayahnya dan sekarang menjalankan kehidupan yang baru, pengalaman baru tanpa dendam, hanya menjadi
JasonLaura mendatangi tempat ayahku dan aku sedang duduk dengan nampan berisi es kopi. Ada senyuman yang cantik di wajahnya saat dia berjalan ke arah kami, seakan-akan kami mendapatkan kedamaian di tengah-tengah segala hal.“Kurasa kalian mungkin butuh minuman dingin,” ujarnya sambil tersenyum, menghampiri kami dengan nampan di tangannya.Aku mengusap wajahku untuk mengelap air mata dan aku tertawa padanya. “Kamu memang pengertian, cintaku,” kataku padanya, bangkit berdiri untuk membantunya membawa nampan. Perutnya terlihat besar dan dia mulai lebih lelah dibandingkan biasanya. Dalam beberapa bulan lagi, bayi-bayi kami akan lahir di dunia.“Dia adalah wanita terbaik yang bisa kamu temukan, putraku,” komentar ayahku juga sambil terkekeh.“Wah, jadi aku mendapatkan pujian? Terima kasih banyak, Satria.” Dia tersenyum dan kemudian duduk di sampingku, membiarkan aku mengambil tangannya dengan penuh kasih dan mencium pipinya.“Astaga, kalian adalah pasangan yang indah. Tolong jangan p
Jason“Itukah mengapa kamu ingin bercerai dengan ibuku? Apakah kamu juga akan melakukan hal yang sama dengan Joshua dan menikah lagi? Kamu tidak akan mengatakan padaku bahwa kamu sudah bersiap-siap untuk menikah, ‘kan?” Aku berkata seperti itu pada ayahku hanya sebagai candaan, tapi dia tahu aku menganggapnya dengan serius.“Sejujurnya, aku bukan pria yang ideal untuk dinikahi. Para wanita seharusnya mengetahui hal itu,” komentarnya sambil terkekeh, hanya untuk menyembunyikan konflik apa pun. “Kalau ibumu, meskipun aku mencintai dia, aku tidak dapat membuatnya bahagia.”“Apakah kamu mengatakan bahwa setelah hampir 40 tahun, kamu memutuskan untuk memberikan ibuku perceraian karena kamu akhirnya menyadari bahwa kamu tidak dapat membuatnya bahagia? Aku benar-benar berpikir kamu hanya menikah dengannya karena kamu ingin memanfaatkan nama baik keluarganya untuk membuat kariermu di pasar saham,” jelasku. Lagi pula, posisiku bukanlah sebuah misteri. Aku selalu mengatakan dengan jelas pada
JasonLaura sedang bersama ibuku dan Vivian seraya mereka dengan lembut menunjukkan pada Vivian foto-foto lamanya di dalam album yang telah ibuku bawa dari Bekasi untuk membantu pemulihannya. Vivian masih tidak dapat menghubungkan foto-foto yang sedang dia lihat sekarang dengan masa lalunya. Kondisinya masih kacau. Itu akan membutuhkan waktu lebih lama, tapi dengan sedikit kesabaran, kita akan sampai di sana.Aku meninggalkan mereka melihat-lihat foto itu dan berbincang bersama. Ibuku menceritakan Laura tentang masa lalu, tentang saat-saat ketika dia dan orang tuaku yang tersayang berteman dan tinggal bersama, membuat Laura mendapatkan pengalaman yang menarik.Sementara itu, aku pergi ke taman di luar, tempat ayahku sedang duduk dalam diam dan merokok cerutu. Beberapa saat yang lalu, ibuku telah membawaku memojok dan memberitahuku bahwa ayahku telah setuju untuk menceraikannya, sesuatu yang tidak pernah dia mau lakukan dalam waktu yang lama—bertahun-tahun, malah.Kenyataan bahwa di
LauraKetika ibu mertuaku kembali dari Bekasi ke rumah besar kami di Jakarta Selatan, dia membawakan album foto yang sangat dia ingin tunjukkan padaku, membuktikan bahwa apa yang dia katakan tentang kami yang sudah bertemu itu benar.“Lihat aku di sini?” tanyanya seraya dia menunjuk foto yang diambil lebih dari dua puluh tahun yang lalu. Dia dan aku sedang duduk di sofa dan album foto yang tebal itu diletakkan di pahaku seraya aku membukanya dan menikmati foto-foto lama itu. “Itu adalah hari ketika Satria dan aku sedang merayakan 10 tahun pernikahan kami. Itu adalah pesta yang menyenangkan yang kami habiskan bersama teman-teman dekat. Orang tuamu juga ada di sana.”Dia menunjuk pasangan muda yang sedang berdiri di sampingnya dan ayahnya Jason. Pasangan itu sedang berpegangan tangan dan tersenyum pada kamera.“Aww … mereka terlihat sangat menggemaskan,” kataku dengan gembira seraya aku memandang orang tuaku. Mereka benar-benar terlihat seperti dua orang yang sangat mencintai satu sa