Share

343. Menjelang Sidang

Author: Henny Djayadi
last update Last Updated: 2025-02-09 14:51:24

Sore itu, matahari bersinar cerah, menerangi halaman belakang rumah tempat Sean dan Brilian bermain basket. Brilian yang masih berusia lima tahun tampak bersemangat, meskipun tubuhnya yang kecil jelas tidak bisa menandingi postur tinggi ayahnya.

“Ayo, Nak, coba rebut bolanya dari Papa,” tantang Sean sambil memantulkan bola ke lantai dengan lincah.

Brilian mengerutkan dahi, berusaha fokus. Ia mencoba merebut bola dengan lompatan kecil, tetapi Sean dengan mudah menghindar sambil tertawa.

“Kamu harus lebih cepat dari itu,” ujar Sean sambil menepuk kepala putranya pelan.

Brilian cemberut sejenak, lalu kembali bersiap. Kali ini, Sean membiarkannya sedikit unggul. Brilian berhasil menepuk bola dari tangan ayahnya, dan dengan tawa bahagia, ia berlari ke arah ring kecil yang dipasang khusus untuknya.

“Dunk, dunk!” serunya sambil melompat dan memasukkan bola.

Lila yang duduk di teras bersama Sekar tersenyum melihat kebahagiaan anak dan suaminya. “Dia makin jago,” ucap Lila bangga.

Dia tidak he
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Isnia Tun
Lebih baik biarkan saja orang tuamu tau Lila kelakuan adikmu yg gak tau diri,biar ga dibela trs...denger nama Delisa kok jadi keinget Davina Karamoy,cocok jadi visualnya Delisa
goodnovel comment avatar
Asri Widyastuti
mmg harus begitu, kebenaran mmg pahit tp klw tdk diungkapkan Inayah skan terus membela anaknya, pdhl sebelumnya sdh diingatkan oleh Sekar. smg dengan kejadian ini tdk ada lagi yg berusaha utk merusak kebahagiaan Sean dan Lila. & Lila segera punya anak perempuan sebagai pelengkap kebahagiaan mereka
goodnovel comment avatar
Dewi Febriana
kalo aku sihh iyess.. biar saja bapak dan ibunya Lila tahu selama ini gimana kelakuan anak kesayangannya itu. Delisa bukan anak kecil, dia tahu apa yang dia lakukan dan dengan sadar sepenuh hati melakukannya. Semoga semua sehat wal afiat biar sidang berjalan lancar. semangat yaa kak author
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   344. Sidang Pertama

    Sean menatap Lila tanpa ada keinginan menekan. Tatapannya tenang, seolah memberi ruang kepada istrinya untuk mengambil keputusan sendiri. Lila menahan napas sejenak, lalu menghembuskannya dengan kasar.Lila sadar, cepat atau lambat, semua ini akan terbuka. Tidak mungkin selamanya ia menyembunyikan perbuatan Delisa dari kedua orang tuanya.Jika mereka tahu sejak awal, mungkin adiknya tidak akan terus melangkah sejauh ini. Mungkin, mereka bisa menasihatinya sebelum semuanya menjadi lebih buruk.“Baiklah,” ujar Lila akhirnya. Suaranya datar, tetapi ada ketegasan di dalamnya. “Jika ini memang yang terbaik, aku tidak akan menghalangi.”Rangga mengangguk pelan. Ia menatap Lila dengan penuh pengertian sebelum kembali berbicara.“Masalahnya, jika ini tidak diungkap, Nadya justru akan berada di posisi yang lemah.”Rangga melirik ke arah Sean sejenak sebelum melanjutkan. “Delisa bisa membalik keadaan. Nadya akan terlihat seperti seseorang yang julid, iri, dan suka mengganggu kehidupan orang lai

    Last Updated : 2025-02-10
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   345. Semua Salah

    Sidang demi sidang telah dilalui. Setiap persidangan membawa bukti-bukti baru yang semakin menguatkan dakwaan terhadap Delisa. Hari ini, jaksa bersiap untuk menunjukkan bukti-bukti yang dianggap memberatkan.Layar di ruang sidang menyala, memperlihatkan rekaman CCTV dari kantor Sean. Dalam video itu, terlihat jelas bagaimana Delisa mendorong Nadya yang sedang berbicara kepadanya. Lalu, suara dari rekaman audio diputar, memperdengarkan pertengkaran sengit antara Delisa dan Nadya.Ruangan menjadi hening. Semua orang menatap ke arah Delisa, yang kini menundukkan kepala.Jaksa melanjutkan dengan memperlihatkan bukti lain. Beberapa foto dari Alex, sekretaris Sean yang tidak sengaja mendokumentasikan jalannya rapat, ditampilkan di layar. Dalam foto itu, Delisa yang tidak ada hubungan apa pun dengan perusahaan Sean tampak selalu mengekori Sean, saat rapat. Ada juga gambar yang menunjukkan Delisa berusaha menyentuh tangan Sean saat mereka akan menemui klien di sebuah hotel.Waluya dan Inayah

    Last Updated : 2025-02-10
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   346. Tidak Butuh Perempuan Lain

    Siang itu, Sean dan Lila membawa Brilian ke rumah Rangga dan Nadya untuk melihat bayi kedua mereka yang baru lahir. Bayi mungil itu diberi nama Mikhaila, dan wajahnya yang cantik membuat Brilian terpikat sejak pertama kali melihatnya.Brilian mendekat, tangannya pelan-pelan menyentuh selimut putih yang membungkus tubuh Mikhaila. Matanya berbinar.“Mama, aku mau adik seperti ini. Yang cantik.”Lila terkesiap sejenak, lalu tersenyum kecil. “Doakan saja, Nak.”Di sudut ruangan, Malika, kakak Mikhaila yang berusia empat tahun, memperhatikan Brilian dengan tatapan kesal. Sejak tadi, Brilian terlalu sibuk dengan adiknya, seolah keberadaannya tidak penting.“Mikhaila adikku!” kata Malika tiba-tiba, melipat tangan di dadanya.Brilian menoleh, bingung. “Iya, aku tahu.”“Jangan dekat-dekat, nanti dia lebih suka sama kamu daripada aku.”Nadya tertawa kecil sambil mengelus kepala putrinya. “Malika, adikmu tidak akan ke mana-mana. Brilian cuma mau melihatnya.”Tapi Malika tetap cemberut, lalu mend

    Last Updated : 2025-02-10
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   347. Kembali

    Sidang putusan Delisa akhirnya tiba.Ruang sidang dipenuhi suasana tegang. Delisa duduk di kursi terdakwa dengan kepala tertunduk. Waluya dan Inayah duduk di barisan depan, tatapan mereka penuh harap.Sementara itu, Lila, Sean, dan Rangga duduk agak jauh, mengamati jalannya persidangan dengan ekspresi tenang.Hakim mengetukkan palu, lalu mulai membacakan putusan."Setelah mempertimbangkan seluruh fakta persidangan, bukti-bukti yang diajukan, serta keterangan saksi-saksi, majelis hakim memutuskan bahwa terdakwa, Delisa Aruna Fahira, terbukti bersalah atas tindak penganiayaan ringan sebagaimana diatur dalam Pasal 352 KUHP."Delisa menggigit bibirnya, tubuhnya menegang. Inayah menutup mulut dengan tangan, sementara Waluya menghela napas panjang."Dengan ini, majelis hakim menjatuhkan pidana kepada terdakwa dengan hukuman tiga bulan penjara dan denda sebesar empat juta lima ratus ribu rupiah. Namun, dengan mempertimbangkan masa tahanan yang telah dijalani, terdakwa dapat langsung dibebask

    Last Updated : 2025-02-11
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   348. Kalah dan Malu

    Lila membuka aplikasi perpesanan di ponselnya. Matanya menelusuri pesan dari ayahnya yang singkat dan terasa tanpa basa-basi."Kami sudah dalam perjalanan pulang bersama Lisa. Jaga dirimu."Tidak ada pertanyaan apakah dia baik-baik saja. Tidak ada ajakan untuk bertemu sebelum mereka pergi. Untuk pertama kalinya, kedua orang tuanya datang ke kota ini dan pergi tanpa menemuinya terlebih dahulu.Lila meletakkan ponselnya di meja dengan pelan. Tapi di dalam hatinya, ada sesuatu yang terasa kosong. Hingga tanpa Lila sadari air matanya mulai menetes, kala menyadari hubungan dalam keluarganya telah terjadi kerenggangan.Sean mendekatinya tanpa suara, lalu melingkarkan lengannya di pinggang Lila dari belakang. Dia menyandarkan dagunya di bahu istrinya, merasakan ketegangan di tubuhnya.“Percayalah, semua akan baik-baik saja.”“Ini yang aku takutkan, Sean.”Sean menghela napas dalam-dalam, lalu melabuhkan kecupan di punggung Lila. “Setiap hubungan akan menemukan ujian masing-masing. Tentu buka

    Last Updated : 2025-02-11
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   349. Tidak Bisa Dibagi

    Waktu terus berlalu, bulan demi bulan berganti, tetapi hubungan Lila dengan keluarganya masih terasa hambar. Tidak ada lagi pesan-pesan singkat dari Waluya yang biasanya memberi kabar tentang perkembangan peternakan mereka.Jika dulu ayahnya selalu antusias bercerita tentang ayam-ayamnya atau panen yang melimpah, kini ponselnya lebih sering sepi dari kabar kedua orang tuanya.Bahkan Brilian yang biasanya hanya menunggu panggilan dari kakeknya, kini harus lebih dulu menghubungi Waluya setiap kali rindu. Bocah itu masih ceria seperti biasa, tidak menyadari dinginnya hubungan antara ibunya dan kakeknya.Lila hanya bisa tersenyum pahit setiap kali mendengar suara ayahnya di telepon yang diloudspeaker, terdengar hangat untuk cucunya, tetapi terasa jauh darinya.Suatu sore, saat Lila sedang duduk di sofa dengan pikiran yang terus melayang, Brilian tiba-tiba berlari menghampiri dengan ponsel di tangannya.“Mama, akum au telepon Kakek,” ucap Brilian penuh semangat.Lila mengusap kepala putran

    Last Updated : 2025-02-12
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   350. Pergi

    Waluya terdiam beberapa saat setelah mendengar kabar yang datang begitu mendadak. Matanya yang tajam, biasanya penuh wibawa, kini tampak redup, seperti ada beban besar yang menekan. Delisa, dengan sikap tegas namun sedikit gugup, melanjutkan penjelasannya.“Saya diterima di sebuah perusahaan di Australia, Pa. Saya akan bekerja di sana dengan visa Working Holiday. Masa berlaku paspor saya masih lima tahun, dan visa ini bisa dipakai selama satu tahun, dengan kemungkinan perpanjangan jika saya memenuhi persyaratan mereka.”Inayah yang sejak tadi hanya mendengarkan, tak dapat menahan air mata yang mulai mengalir. Dia memegangi dada, merasa sesak. “Jadi, kamu mau pergi begitu saja? Tanpa ada penyesalan? Tanpa merasa salah?” tangannya menggenggam erat.Delisa menunduk, sedikit terkejut dengan reaksi ibunya. "Bu, saya hanya ingin mencari pengalaman, mencari pekerjaan yang benar-benar bisa saya banggakan. Selama ini, saya terlalu sering bermain-main, terutama saat bekerja bersama Lila. Saya t

    Last Updated : 2025-02-12
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   351. Luka Hati Lila

    Lila menatap layar laptopnya dengan fokus, jari-jarinya lincah mengetik di atas keyboard. Tumpukan dokumen yang perlu ia periksa semakin menggunung, tapi pikirannya terusik oleh sesuatu yang tak biasa.Biasanya, mendekati jam makan siang, Delisa akan datang ke ruang kerjanya. Kadang mengajak makan siang bersama, kadang hanya sekadar meminta uang jajan.Tetapi sejak Delisa tidak lagi bekerja di Mahendra Securitas, kebiasaan itu tidak ada lagi. Tidak ada ketukan di pintu, tidak ada suara Delisa yang selalu ceria mengganggunya.Lila menghela napas dalam-dalam. Mungkin saat ini Delisa sedang sibuk dengan urusannya sendiri.Tiba-tiba, pintu ruangannya terbuka dengan tergesa-gesa. Nadya masuk dengan ekspresi panik sambil membawa ponselnya."Lila, kamu lihat ini?" Nadya bertanya tanpa basa-basi, lalu menyodorkan layar ponselnya.Lila mengernyit. "Apa?"Ia mengambil ponsel itu dan melihat sebuah unggahan di media sosial. Matanya membelalak saat melihat foto yang terpampang di layar.Delisa be

    Last Updated : 2025-02-13

Latest chapter

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   470. Takdir yang Sempurna

    Setelah memastikan Brilian tidur, Sean melangkah menuju ke kamarnya. Dia harus segera membantu Lila untuk menidurkan Bintang dan Berlian. Semakin hari, bocah kembar itu semakin aktif, bahkan hanya untuk tidur saja akan banyak drama.Lila menatap suaminya yang baru saja masuk ke kamar. Senyum hangatnya masih sama seperti dulu, tetapi ada sesuatu yang membuatnya sedikit gelisah.Sean bertambah usia, tetapi justru semakin menawan di matanya.Lila menelan ludah pelan. Sebagai istri, tentu saja ia bangga memiliki suami seperti Sean, tetapi di sisi lain… ia juga merasa was-was. Sampai sekarang masih banyak perempuan di luar sana yang mengincar suaminya, meskipun mereka tahu jika Sean sudah menikah dan memiliki tiga anak.Sementara itu, Sean berjalan mendekat. Tatapan matanya lembut saat melihat si kembar yang sudah terlelap di dalam boks.“Mereka tidur lebih cepat dari biasanya,” ucap Sean pelan terdengar nyaris seperti bisikan, takut membangunkan bayi-bayi mereka.Lila mengangguk. “Hari ini

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   469. Rama dan Cinta

    Suasana kafe yang semula tenang mendadak ricuh ketika pintu terbuka dengan keras. Seorang perempuan paruh baya melangkah masuk dengan ekspresi penuh amarah, diikuti oleh seorang perempuan muda yang cantik, sama garangnya."Mana Cinta?! Keluar kau sekarang juga!" seru perempuan paruh baya itu, suaranya menggema di seluruh ruangan, menarik perhatian para pengunjung dan pegawai kafe.Beberapa pelanggan yang sedang menikmati kopi mereka langsung menoleh, ada yang membeku di tempat, ada yang berbisik penasaran. Sementara itu, seorang barista yang berdiri di belakang meja kasir tampak panik, ragu-ragu apakah harus menenangkan situasi atau membiarkan saja.Perempuan cantik yang berdiri di sampingnya menyusuri ruangan dengan tatapan tajam, matanya berkilat penuh amarah. Sepertinya dia tahu betul siapa yang sedang mereka cari.Salah satu pegawai kafe memberanikan diri mendekat. "Maaf, Bu. Ada yang bisa kami bantu?" tanyanya dengan suara hati-hati.Perempuan paruh baya itu menoleh tajam. "Panggi

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   468. Hidup yang Lebih Berwarna

    Waktu berlalu dengan tenang, membawa kebahagiaan yang seolah tak pernah habis bagi keluarga Wismoyojati. Kehidupan penuh berbagi dalam keluarga diisi oleh tawa renyah dan kehangatan. Perdebatan tentu tetap ada sebagai bumbu dalam kehidupan, tetapi mereka bisa menyelesaikan dengan bijaksana.Lila menjalani perannya sebagai ibu dengan penuh cinta, merawat Brilian, Bintang, dan Berlian dengan kesabaran dan kasih sayang yang tak terbatas. Ia tetap aktif dalam berbagai kegiatan sosial, menemukan kebahagiaan dalam membantu sesama, sambil tetap menyeimbangkan perannya sebagai istri dan ibu.Setelah Sekar dan Prabu memutuskan untuk pindah ke rumah mereka sendiri, suasana di kediaman Sean dan Lila sedikit berubah. Tidak ada lagi suara teguran tegas Sekar atau candaan ringan Prabu di meja makan, tapi bukan berarti rumah itu kehilangan kehangatan.Sean yang memahami betapa besarnya tanggung jawab Lila dalam mengurus tiga anak mereka, mengambil keputusan besar. Ia mencari pengasuh anak profession

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   467. Paket dari Delisa

    Malika berdiri tak jauh dari ayunan, matanya membulat melihat kejadian yang baru saja terjadi. Ia datang ingin bermain bersama Brilian, tapi malah menyaksikan sesuatu yang menghancurkan dunianya.Brilian, sahabat kecilnya, kakak yang dia banggakan baru saja dicium oleh Almahira.Gadis kecil yang masih duduk di TK itu merasakan sesuatu yang aneh di dadanya. Seperti ada beban besar menekan hatinya. Wajahnya menegang, bibirnya sedikit bergetar.Brilian masih berdiri di tempatnya, memegangi pipinya dengan ekspresi terkejut, sementara Almahira sudah berlari pergi dengan riang.Malika mengepalkan tangannya kecil-kecil. Brilian sudah ternoda.Entah dari mana gadis mungil itu mendapatkan pemikiran seperti itu, tapi itulah yang muncul di kepalanya. Sejak kecil, ia selalu menganggap Brilian adalah miliknya, teman bermain yang paling seru, kakak yang selalu membelanya dan menjaganya. Tapi sekarang?Brilian sudah dicium gadis lain.Matanya mulai berkaca-kaca. Ia ingin berteriak, ingin menangis, t

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   466. Ditandai

    466Lila membuka matanya perlahan saat mendengar suara rengekan bayi. Seketika, nalurinya sebagai ibu membuatnya ingin segera bangkit. Namun, saat menoleh ke samping, tempat tidur Sean kosong.Dia menoleh ke arah boks bayi dan menemukan suaminya sudah lebih dulu terjaga. Sean duduk di kursi di samping boks, memangku salah satu bayi mereka sambil memberikan dot. Dengan satu tangan lainnya, dia berusaha menenangkan si kecil yang masih berada di boks, menyentuhnya dengan lembut agar tidak terus menangis.Lila menggeleng pelan. Kenapa dalam keadaan repot seperti itu Sean tidak membangunkannya?Dia mengamati suaminya yang tampak begitu telaten. Mata Sean terlihat sedikit sayu karena mengantuk, tetapi senyumnya tetap ada saat membisikkan sesuatu pada anak mereka. Lila merasa hangat melihat pemandangan itu.Dia bangkit perlahan, mendekati Sean, lalu bertanya pelan, "Kenapa tidak membangunkanku?"Sean menoleh dan tersenyum kecil. "Kau masih butuh istirahat, sayang. Aku bisa mengurus mereka."

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   465. Kemarahan Ibu Hamil

    Ryan menghela napas panjang, berdiri di samping tempat tidur rumah sakit tempat Rina berbaring. Sejak sadar, istrinya berubah total. Biasanya Rina adalah perempuan yang mandiri, kalem, dan penurut. Tapi sekarang? Manja, gampang marah, dan yang paling membuat Ryan frustasi, diam seribu bahasa setiap kali mereka hanya berdua."Rina, kau mau sesuatu?" tanya Ryan pelan, berharap mendapat jawaban.Rina hanya membuang muka, menatap ke arah jendela.Ryan mengusap wajahnya, mencoba bersabar. Sejak dokter memberi kabar tentang kehamilan Rina, perubahan sikap istrinya semakin menjadi-jadi. Setiap kali ia mencoba membicarakannya, Rina malah menutup diri.Namun, saat Sekar dan Prabu datang bersama Brilian dan Renasya, suasana langsung berubah. Seakan-akan Rina adalah orang yang berbeda."Bunda!" Renasya berlari kecil mendekati ranjang, matanya berbinar.Rina tersenyum hangat, membuka tangannya untuk menyambut putrinya. "Sayang, ke sini, Bunda kangen."Ryan memandangi pemandangan itu dengan kening

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   464. Janji tak Terucap

    Sean melepas dasinya dengan satu tarikan kasar. Rumah besar itu terasa begitu sepi.Tidak ada suara Sekar yang biasanya sibuk memberi perintah. Tidak ada tawa Prabu yang sering menggoda Brilian. Bahkan Brilian sendiri tak terdengar, padahal biasanya selalu berlari-lari dengan ocehan tak ada habisnya.Setelah mencuci tangan, Sean melangkah menuju kamar bayi, membuka pintu perlahan.Di dalam, Lila sedang menggendong Berlian yang masih mengenakan baju tidur, sementara Bintang terbaring di boks bayi, menggeliat pelan. Wajah Lila tampak lelah, rambutnya berantakan, tetapi senyumnya tetap ada saat menenangkan putri kecil mereka.Sean bersandar di ambang pintu, matanya melembut. "Kenapa sendirian?"Lila menoleh, sedikit terkejut, lalu tersenyum tipis. "Mama dan Papa mengantar Renasya ke rumah sakit. Brilian ikut, nanti pulangnya langsung ke rumah Om Prabu. Mereka akan menginap kurang lebih satu minggu di sana sampai Paksi berangkat ke London."Sean mengangguk pelan, beberapa hari yang lalu P

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   463. Masa Tua yang Bahagia

    Di perjalanan pulang, Sekar sesekali melirik ke arah Renasya yang tertidur di pangkuannya. Wajah mungil itu tampak lelah, sesekali bergumam dalam tidurnya, mungkin memanggil ibunya. Prabu yang menyetir pun sesekali melirik ke kaca spion, memastikan keadaan mereka baik-baik saja."Kasihan anak ini, tidak ada yang asuh karena mamanya harus di" gumam Sekar pelan, mengusap rambut Renasya dengan lembut."Kita jaga dia baik-baik sampai ibunya pulang," sahut Prabu, suaranya tenang tetapi tegas.Sesampainya di rumah, Sekar langsung memanggil Bi Siti. "Bi, tolong mandikan Renasya dulu, ya. Pakaiannya ada di kamar tamu yang dulu dia pakai waktu menginap di sini."Bi Siti mengangguk. Dengan penuh kesabaran, ia membimbing Renasya yang masih setengah sadar karena mengantuk. Anak itu berjalan dengan langkah gontai, menggenggam tangan Bi Siti erat-erat.Sekar dan Prabu menghembuskan napas lega. "Semoga besok Rina sudah bisa dibawa pulang," kata Sekar pelan, lebih kepada dirinya sendiri.“Ya, tapi Re

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   462. Ada Apa dengan Rina

    Ryan duduk di kursi tunggu ruang UGD, masih mengenakan kaus rumahan dan celana training. Melihat keadaan istrinya yang tidak sadarkan diri, ayah satu anak itu mengambil pakaian sedapatnya dari lemari.Napas Ryan tersengal, dadanya naik turun cepat. Di pelukannya, Renasya meringkuk, masih mengenakan piyama tidurnya, kepalanya bersandar di bahu Ryan dengan wajah bingung dan takut."Ayah, Bunda kenapa?" Suara kecil putrinya bergetar.Ryan mengeratkan pelukannya, berusaha menenangkan anaknya meski dirinya sendiri diliputi ketakutan yang luar biasa."Bunda sakit, Nak. Kita doain Bunda, ya?" Suara Ryan terdengar serak, matanya terus terpaku pada pintu ruang gawat darurat yang tertutup rapat.Tadi pagi, setelah menemukan Rina tidak sadarkan diri, Ryan nyaris kehilangan akal. Ia menggendong istrinya keluar kamar, berlari ke garasi, dan tanpa berpikir panjang, memasukkan Rina ke mobil.Renasya, yang terbangun karena suara ayahnya berteriak, ikut dibawa serta dalam keadaan setengah mengantuk.P

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status