Share

157. Kehangatan yang Sirna

Author: Henny Djayadi
last update Last Updated: 2024-11-28 17:06:11

Saat mobil memasuki area parkir Diamond Restaurant, Lila mengerutkan kening. "Kenapa kita berhenti di sini?" tanya Lila yang terlihat terkejut.

Sean tersenyum kecil sambil mematikan mesin mobil. "Aku sudah mereservasi tempat untuk makan malam. Kupikir kita butuh waktu berdua untuk berbicara lebih santai."

Mata Lila melebar. Seketika itu juga, perasaan hangat menjalari hatinya. Dia mengenali tempat ini sebagai restoran favoritnya, juga tempat di mana takdir mempertemukan mereka kembali setelah perceraian mereka.

"Kenapa di sini?" gumamnya pelan, masih terkejut.

Sean membuka pintu mobil untuk Lila dan mengulurkan tangannya. "Karena aku tahu tempat ini spesial bagimu. Juga bagiku," jawabnya sambil menatap mata Lila dengan lembut.

Lila menelan ludah, mencoba menyembunyikan perasaan bahagia yang membuncah. Bukan hanya makan malam yang diinginkan oleh Lila. Sebagai seorang istri tentu hidupnya tidak bebas lagi, dia butuh izin untuk sekedar keluar agar tidak ada salah paham dan juga demi kea
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Isnia Tun
Pasti ketemu sama Miranda
goodnovel comment avatar
Asri Widiastuti
jgn sampai hubungan mereka dingin lg thor. Sean sdh berusaha utk memperbaiki dan Lila sdg berusaha utk menerima dan melupakan. smg sumber masalah itu akan membuat Lila sadar agar sama" berjuang dgn Sean utk hubungan mereka lbhbaik lg
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   158. Past and Future

    Pandangan Sean dan Miranda bertemu. Ada keheningan yang rumit di antara mereka, seolah waktu berhenti sejenak.Miranda tampak salah tingkah, jelas tidak menyangka akan bertemu Sean di tempat itu. Semantara pria di sampingnya melingkarkan tangan di pinggang Miranda, memberi isyarat kepemilikan.Sean mengalihkan pandangan dan mengangguk kecil, sekadar menyapa tanpa kata. Miranda membalasnya dengan senyum kaku. Tidak ada ucapan, hanya gestur canggung yang terasa lebih berbicara dari apa pun.Lila memperhatikan interaksi itu dengan wajah datar, tetapi ia merasakan perasaan tidak nyaman menjalar di dadanya. Melihat bagaimana Sean menatap Miranda dengan begitu intens, membuat Lila ingin melepaskan belitan tangannya. Tetapi dengan sigap Sena segera memeganginya saat merasa belitan itu mulai mengendur.“Sudah malam, kita harus segera pulang,” ucap Sean singkat, sambil membimbing langkah Lila menuju ke mobil mereka.Setelah berjarak cukup jauh dari Miranda dan pasangannya, Lila tiba-tiba melep

    Last Updated : 2024-11-28
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   159. Masalah Lain Lagi

    Lila duduk di depan meja rias, menatap cermin dengan ekspresi gelisah. Tisu basah di tangannya mulai pudar warnanya, penuh dengan sisa makeup yang dia hapus perlahan. Namun, bukan pantulan wajahnya di cermin yang menarik perhatian Lila, melainkan layar ponsel yang sejak tadi menyita perhatiannya.Jari-jarinya kembali menyentuh ikon panggil, berharap kali ini ada jawaban di ujung sana. Nada sambung terdengar, tapi hanya beberapa detik sebelum langsung terputus. Ia mencoba lagi, namun hasilnya sama. Perasaan panik mulai merayap ke dalam dirinya."Kenapa tidak diangkat?" gumam Lila dengan suara pelan, nyaris seperti berbisik pada dirinya sendiri. Ia menggigit bibir, menahan rasa frustrasi yang semakin memuncak. Dalam benaknya, berjuta alasan muncul, mencoba menjelaskan kenapa panggilannya tidak diterima.Lila membuka aplikasi pesan, mencoba mengirim teks, tapi sebuah notifikasi muncul ‘Pesan tidak terkirim’. Kening Lila berkerut, dan dia mencoba hal lain, menelusuri kontaknya. Mata Lila

    Last Updated : 2024-11-29
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   160. Menjadi Istri yang Baik

    Lila terdiam, matanya membeliak lebar. Kata-kata Sean menggantung di udara, seolah mengguncang kamar mereka dengan gelombang emosi yang sulit diungkapkan.“Singapura? Transplantasi ginjal?” tanya Lila dengan suara bergetar, campuran antara kebingungan dan harapan yang tiba-tiba menyala.Sean tidak langsung menjawab. Dia hanya meraih tangan Lila dengan lembut, menggenggamnya erat seolah ingin menyampaikan kekuatan melalui sentuhan.“Ya, Lila,” ucap Sean akhirnya, suaranya tenang namun penuh keyakinan. “Aku tahu betapa kamu menyayangi Bapak. Karena itu, aku tidak mau menunggu lebih lama. Saat ini Bapak sudah berada di rumah sakit terbaik di Singapura. Tim dokter di sana siap melakukan transplantasi ginjal begitu semua persiapannya selesai.”Air mata menggenang di mata Lila, tetapi kali ini bukan karena kesedihan yang selama ini menghantuinya. Perempuan hamil itu menatap wajah suaminya dengan ekspresi yang sulit dijelaskan, antara terkejut, lega, dan rasa syukur yang begitu mendalam.“Se

    Last Updated : 2024-11-29
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   161. Rekonsiliasi

    Dalam keheningan yang penuh makna, Sean hanya bisa menatap tangan Lila yang kecil dan lembut dalam genggamannya. Dia mengusap punggung tangan itu dengan perlahan, seperti mencoba menyampaikan sesuatu yang tidak mampu diungkapkan dengan kata-kata.Ada gejolak membara dalam dirinya yang sebenarnya sudah tidak bisa dia bendung lagi. Tetapi Sean tidak memiliki keberanian seperti sebelumnya, dia seolah menunggu, berharap ada celah kecil dari Lila yang memberinya tanda, sekadar isyarat bahwa hubungan mereka saat ini baik-baik saja.“Kangen,” ucap Lila tiba-tiba dengan suara lirih, hampir seperti bisikan, memecah keheningan yang menenggelamkan mereka.Sean tersentak. Kata itu menggema di telinganya, menyalakan harapan yang perlahan mulai memudar. Dia tersenyum kecil, senyum yang mengandung kebahagiaan sekaligus kerinduan yang tertahan.Dengan perlahan, Sean mendekatkan wajahnya. Hatinya berdebar kencang, dia ingin melabuhkan satu kecupan, menyatukan kehangatan yang selama ini terasa menjauh.

    Last Updated : 2024-11-29
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   162. Ujian Berupa Wanita

    Waktu terus bergerak, dan malam berganti pagi. Suasana rumah Sean dan Lila terasa hangat, seolah semua ketegangan yang pernah ada telah menguap begitu saja. Lila berdiri di depan Sean, tangannya dengan luwes memasangkan dasi pada kemeja suaminya. Sebuah kebiasaan baru dalam rumah tangga mereka. Wajah Sean terlihat serius, tetapi tatap matanya tidak lepas dari raut wajah cantik istrinya yang kini terlihat begitu menenangkan. Sean menyesali telah menyia-nyiakan dua tahun pernikahan mereka dahulu. Membuang waktu demi egonya. Pada dua tahun pernikahan mereka dulu, Sean dan Lila bertemu di pagi hari sudah dalam keadaan rapi dan siap untuk menjalani aktivitas masing-masing. Tidak ada komunikasi yang berarti, hingga membuat pernikahan mereka terasa hambar.“Bagaimana, terlalu kencang?” tanya Lila sambil merapikan dasi itu dengan hati-hati.Sean tersenyum kecil, menatap wajah Lila yang begitu dekat dengannya. “Tidak. Pas sekali.” Tangan Sean terulur, dengan lembut membelai pipi cubby Lila.

    Last Updated : 2024-11-30
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   163. Akankah Memperjuangkan Secara Ugal-ugalan

    Di ruang kerja yang terorganisir rapi, Rangga duduk di hadapan Sean, menyerahkan laporan proyek luar kota yang baru saja dia selesaikan. “Semua sudah selesai dengan baik, Mas. Tim lokal sangat kooperatif, dan masalah teknis sudah ditangani,” lapor Rangga dengan nada penuh percaya diri. Sean hanya mengangguk pelan sambil menatap dokumen di tangannya. “Baik. Bagus sekali,” jawabnya singkat, tanpa mengangkat pandangannya dari laporan. Rangga menunggu reaksi lebih, mungkin pujian sedikit pujian atau mungkin perintah untuk tugas yang lain. Meski raga Sean berada di ruang kerjanya, tetapi tampaknya hati dan pikirannya sedang berada di tempat yang lain Rangga memiringkan kepalanya sedikit, mencoba membaca ekspresi bosnya. Biasanya, Sean akan memberikan komentar detail atau setidaknya terlihat puas dengan hasil kerja tim. Namun, hari ini berbeda. Wajah Sean tampak lebih muram, seolah ada beban yang mengganggu pikirannya. “Ada masalah, Mas? Mbak Lila? Atau … Miranda?” cecar Rangga seolah

    Last Updated : 2024-11-30
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   164. Mahendra Securitas

    Seperti biasa, setiap awal bulan Sekar akan menerima laporan keuangan dari Mahendra Securitas. Perempuan paruh baya itu duduk di kursi kerjanya, menatap layar laptop dengan ekspresi serius. Laporan keuangan dan kinerja Mahendra Securitas terpampang jelas di depan matanya. Semua grafik menunjukkan penurunan, dari laba bersih hingga pertumbuhan investasi klien. Angka-angka itu berbicara dengan keras, seolah memberikan pesan yang jelas, ada sesuatu yang salah. Sekar mengambil laporan cetak yang berada di meja, membacanya sekali lagi dengan alis berkerut. Tidak ada alasan signifikan yang menjelaskan semua penurunan ini, setidaknya bukan yang tercantum dalam laporan. Sekar merasa ada yang disembunyikan atau mungkin sesuatu yang tidak diawasi dengan baik. Sekar menghela napas panjang, lalu mengambil ponselnya. Dengan sangat terpaksa, Sekar harus menekan nama kontak yang paling dia hindari ‘Andika’. “Saya perlu bicara dengan Anda sekarang,” ucap Sekar sesaat setelah panggilan terhubung,

    Last Updated : 2024-12-01
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   165. Konfrontasi

    Andika menatap Sekar dengan tenang, meskipun jelas terlihat dia sedikit gugup. "Saya tidak mengerti maksud Anda, Bu Sekar.” Jika boleh jujur sebenarnya Andika ingin sekali memanggil sayang kepada perempuan di hadapannya. “Penurunan yang terjadi diakibat oleh banyak faktor eksternal, salah satunya adalah perekonomian global yang sedang memburuk." Sekar mendengus, wajahnya memerah oleh amarah yang tertahan. "Jangan beri saya alasan klise seperti itu! Beberapa bulan lalu, saat kondisi ekonomi global juga tidak stabil, perusahaan ini masih menunjukkan kinerja yang sangat baik. Lalu apa yang terjadi setelah itu?” Sekar menunggu jawaban, tetapi Andika hanya terdiam. Dia tahu, apa pun yang dia katakan saat ini hanya akan menjadi bahan amunisi untuk Sekar menyerangnya lebih keras. “Apakah ini rencanamu untuk memberikan perusahaan yang tidak sehat kepada Sean?" tanya Sekar lagi, setelah Andika tidak juga memberi jawaban. Andika menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. "Sekar, say

    Last Updated : 2024-12-01

Latest chapter

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   470. Takdir yang Sempurna

    Setelah memastikan Brilian tidur, Sean melangkah menuju ke kamarnya. Dia harus segera membantu Lila untuk menidurkan Bintang dan Berlian. Semakin hari, bocah kembar itu semakin aktif, bahkan hanya untuk tidur saja akan banyak drama.Lila menatap suaminya yang baru saja masuk ke kamar. Senyum hangatnya masih sama seperti dulu, tetapi ada sesuatu yang membuatnya sedikit gelisah.Sean bertambah usia, tetapi justru semakin menawan di matanya.Lila menelan ludah pelan. Sebagai istri, tentu saja ia bangga memiliki suami seperti Sean, tetapi di sisi lain… ia juga merasa was-was. Sampai sekarang masih banyak perempuan di luar sana yang mengincar suaminya, meskipun mereka tahu jika Sean sudah menikah dan memiliki tiga anak.Sementara itu, Sean berjalan mendekat. Tatapan matanya lembut saat melihat si kembar yang sudah terlelap di dalam boks.“Mereka tidur lebih cepat dari biasanya,” ucap Sean pelan terdengar nyaris seperti bisikan, takut membangunkan bayi-bayi mereka.Lila mengangguk. “Hari ini

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   469. Rama dan Cinta

    Suasana kafe yang semula tenang mendadak ricuh ketika pintu terbuka dengan keras. Seorang perempuan paruh baya melangkah masuk dengan ekspresi penuh amarah, diikuti oleh seorang perempuan muda yang cantik, sama garangnya."Mana Cinta?! Keluar kau sekarang juga!" seru perempuan paruh baya itu, suaranya menggema di seluruh ruangan, menarik perhatian para pengunjung dan pegawai kafe.Beberapa pelanggan yang sedang menikmati kopi mereka langsung menoleh, ada yang membeku di tempat, ada yang berbisik penasaran. Sementara itu, seorang barista yang berdiri di belakang meja kasir tampak panik, ragu-ragu apakah harus menenangkan situasi atau membiarkan saja.Perempuan cantik yang berdiri di sampingnya menyusuri ruangan dengan tatapan tajam, matanya berkilat penuh amarah. Sepertinya dia tahu betul siapa yang sedang mereka cari.Salah satu pegawai kafe memberanikan diri mendekat. "Maaf, Bu. Ada yang bisa kami bantu?" tanyanya dengan suara hati-hati.Perempuan paruh baya itu menoleh tajam. "Panggi

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   468. Hidup yang Lebih Berwarna

    Waktu berlalu dengan tenang, membawa kebahagiaan yang seolah tak pernah habis bagi keluarga Wismoyojati. Kehidupan penuh berbagi dalam keluarga diisi oleh tawa renyah dan kehangatan. Perdebatan tentu tetap ada sebagai bumbu dalam kehidupan, tetapi mereka bisa menyelesaikan dengan bijaksana.Lila menjalani perannya sebagai ibu dengan penuh cinta, merawat Brilian, Bintang, dan Berlian dengan kesabaran dan kasih sayang yang tak terbatas. Ia tetap aktif dalam berbagai kegiatan sosial, menemukan kebahagiaan dalam membantu sesama, sambil tetap menyeimbangkan perannya sebagai istri dan ibu.Setelah Sekar dan Prabu memutuskan untuk pindah ke rumah mereka sendiri, suasana di kediaman Sean dan Lila sedikit berubah. Tidak ada lagi suara teguran tegas Sekar atau candaan ringan Prabu di meja makan, tapi bukan berarti rumah itu kehilangan kehangatan.Sean yang memahami betapa besarnya tanggung jawab Lila dalam mengurus tiga anak mereka, mengambil keputusan besar. Ia mencari pengasuh anak profession

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   467. Paket dari Delisa

    Malika berdiri tak jauh dari ayunan, matanya membulat melihat kejadian yang baru saja terjadi. Ia datang ingin bermain bersama Brilian, tapi malah menyaksikan sesuatu yang menghancurkan dunianya.Brilian, sahabat kecilnya, kakak yang dia banggakan baru saja dicium oleh Almahira.Gadis kecil yang masih duduk di TK itu merasakan sesuatu yang aneh di dadanya. Seperti ada beban besar menekan hatinya. Wajahnya menegang, bibirnya sedikit bergetar.Brilian masih berdiri di tempatnya, memegangi pipinya dengan ekspresi terkejut, sementara Almahira sudah berlari pergi dengan riang.Malika mengepalkan tangannya kecil-kecil. Brilian sudah ternoda.Entah dari mana gadis mungil itu mendapatkan pemikiran seperti itu, tapi itulah yang muncul di kepalanya. Sejak kecil, ia selalu menganggap Brilian adalah miliknya, teman bermain yang paling seru, kakak yang selalu membelanya dan menjaganya. Tapi sekarang?Brilian sudah dicium gadis lain.Matanya mulai berkaca-kaca. Ia ingin berteriak, ingin menangis, t

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   466. Ditandai

    466Lila membuka matanya perlahan saat mendengar suara rengekan bayi. Seketika, nalurinya sebagai ibu membuatnya ingin segera bangkit. Namun, saat menoleh ke samping, tempat tidur Sean kosong.Dia menoleh ke arah boks bayi dan menemukan suaminya sudah lebih dulu terjaga. Sean duduk di kursi di samping boks, memangku salah satu bayi mereka sambil memberikan dot. Dengan satu tangan lainnya, dia berusaha menenangkan si kecil yang masih berada di boks, menyentuhnya dengan lembut agar tidak terus menangis.Lila menggeleng pelan. Kenapa dalam keadaan repot seperti itu Sean tidak membangunkannya?Dia mengamati suaminya yang tampak begitu telaten. Mata Sean terlihat sedikit sayu karena mengantuk, tetapi senyumnya tetap ada saat membisikkan sesuatu pada anak mereka. Lila merasa hangat melihat pemandangan itu.Dia bangkit perlahan, mendekati Sean, lalu bertanya pelan, "Kenapa tidak membangunkanku?"Sean menoleh dan tersenyum kecil. "Kau masih butuh istirahat, sayang. Aku bisa mengurus mereka."

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   465. Kemarahan Ibu Hamil

    Ryan menghela napas panjang, berdiri di samping tempat tidur rumah sakit tempat Rina berbaring. Sejak sadar, istrinya berubah total. Biasanya Rina adalah perempuan yang mandiri, kalem, dan penurut. Tapi sekarang? Manja, gampang marah, dan yang paling membuat Ryan frustasi, diam seribu bahasa setiap kali mereka hanya berdua."Rina, kau mau sesuatu?" tanya Ryan pelan, berharap mendapat jawaban.Rina hanya membuang muka, menatap ke arah jendela.Ryan mengusap wajahnya, mencoba bersabar. Sejak dokter memberi kabar tentang kehamilan Rina, perubahan sikap istrinya semakin menjadi-jadi. Setiap kali ia mencoba membicarakannya, Rina malah menutup diri.Namun, saat Sekar dan Prabu datang bersama Brilian dan Renasya, suasana langsung berubah. Seakan-akan Rina adalah orang yang berbeda."Bunda!" Renasya berlari kecil mendekati ranjang, matanya berbinar.Rina tersenyum hangat, membuka tangannya untuk menyambut putrinya. "Sayang, ke sini, Bunda kangen."Ryan memandangi pemandangan itu dengan kening

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   464. Janji tak Terucap

    Sean melepas dasinya dengan satu tarikan kasar. Rumah besar itu terasa begitu sepi.Tidak ada suara Sekar yang biasanya sibuk memberi perintah. Tidak ada tawa Prabu yang sering menggoda Brilian. Bahkan Brilian sendiri tak terdengar, padahal biasanya selalu berlari-lari dengan ocehan tak ada habisnya.Setelah mencuci tangan, Sean melangkah menuju kamar bayi, membuka pintu perlahan.Di dalam, Lila sedang menggendong Berlian yang masih mengenakan baju tidur, sementara Bintang terbaring di boks bayi, menggeliat pelan. Wajah Lila tampak lelah, rambutnya berantakan, tetapi senyumnya tetap ada saat menenangkan putri kecil mereka.Sean bersandar di ambang pintu, matanya melembut. "Kenapa sendirian?"Lila menoleh, sedikit terkejut, lalu tersenyum tipis. "Mama dan Papa mengantar Renasya ke rumah sakit. Brilian ikut, nanti pulangnya langsung ke rumah Om Prabu. Mereka akan menginap kurang lebih satu minggu di sana sampai Paksi berangkat ke London."Sean mengangguk pelan, beberapa hari yang lalu P

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   463. Masa Tua yang Bahagia

    Di perjalanan pulang, Sekar sesekali melirik ke arah Renasya yang tertidur di pangkuannya. Wajah mungil itu tampak lelah, sesekali bergumam dalam tidurnya, mungkin memanggil ibunya. Prabu yang menyetir pun sesekali melirik ke kaca spion, memastikan keadaan mereka baik-baik saja."Kasihan anak ini, tidak ada yang asuh karena mamanya harus di" gumam Sekar pelan, mengusap rambut Renasya dengan lembut."Kita jaga dia baik-baik sampai ibunya pulang," sahut Prabu, suaranya tenang tetapi tegas.Sesampainya di rumah, Sekar langsung memanggil Bi Siti. "Bi, tolong mandikan Renasya dulu, ya. Pakaiannya ada di kamar tamu yang dulu dia pakai waktu menginap di sini."Bi Siti mengangguk. Dengan penuh kesabaran, ia membimbing Renasya yang masih setengah sadar karena mengantuk. Anak itu berjalan dengan langkah gontai, menggenggam tangan Bi Siti erat-erat.Sekar dan Prabu menghembuskan napas lega. "Semoga besok Rina sudah bisa dibawa pulang," kata Sekar pelan, lebih kepada dirinya sendiri.“Ya, tapi Re

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   462. Ada Apa dengan Rina

    Ryan duduk di kursi tunggu ruang UGD, masih mengenakan kaus rumahan dan celana training. Melihat keadaan istrinya yang tidak sadarkan diri, ayah satu anak itu mengambil pakaian sedapatnya dari lemari.Napas Ryan tersengal, dadanya naik turun cepat. Di pelukannya, Renasya meringkuk, masih mengenakan piyama tidurnya, kepalanya bersandar di bahu Ryan dengan wajah bingung dan takut."Ayah, Bunda kenapa?" Suara kecil putrinya bergetar.Ryan mengeratkan pelukannya, berusaha menenangkan anaknya meski dirinya sendiri diliputi ketakutan yang luar biasa."Bunda sakit, Nak. Kita doain Bunda, ya?" Suara Ryan terdengar serak, matanya terus terpaku pada pintu ruang gawat darurat yang tertutup rapat.Tadi pagi, setelah menemukan Rina tidak sadarkan diri, Ryan nyaris kehilangan akal. Ia menggendong istrinya keluar kamar, berlari ke garasi, dan tanpa berpikir panjang, memasukkan Rina ke mobil.Renasya, yang terbangun karena suara ayahnya berteriak, ikut dibawa serta dalam keadaan setengah mengantuk.P

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status