“Istrimu ini sangat subur setiap lepas KB saja dia langsung bisa hamil, kamu bisa memanfaatkan nya dan membuat dia hamil ya paling setahunan gitu jaraknya, dan lagian dia itu nggak susah kalau melanjutkan tidak ada pendarahan atau tekanan tinggi, sangat gampang,” cerca Bu Citra bersemangat.
“Bukannya Ibu yang menyuruh Salsa untuk pakai KB agar Salsa, nggak punya anak lagi?”“Iya memang, tetapi setelah kejadian ini kamu nggak dengar kata Desi, temannya mau membayar dengan harga mahal satu milyar Sadam.”“Bayangkan saja kamu jual anakmu dengan satu milyar apa kita nggak kaya mendadak, apalagi kamu bisa melahirkan anak laki-laki seperti bayi yang di jual itu, lebih besar harganya dari pada yang perempuan.”“Tidak Bu, Sadam tidak mau itu sama saja kita melawan hukum, Ibu mau masuk penjara, cukup sekali ini saja Bu, Sadam nggak mau membuat Salsa menderita.”“Sadam nggak mau melakukan kesalahan lagi, cukup sekali saja, jika Salsa tahu kalau Sadam terlibat dia akan marah besar dan akan meninggalkan Sadam,” jawab Sadam memelas.“Kamu bagaimana sih Sadam, nggak bakalan ketahuan lah, selama kita bermain cantik lagian kamu mau hidup begini terus, hidup miskin, wanita yang kamu nikahi ini adalah anak yatim piatu, miskin, jika dia minta cerai, lakukan saja.”“Kamu itu ganteng, tinggi, putih, berotot dan kekar, siapa yang nggak mau dengan kamu, banyak kok.”“Cari wanita yang orang kaya dan kamu bisa menikmatinya juga, sekarang Ibu akan mencarikan menantu orang kaya dan kamu harus menikah dengannya.”“Bisa juga kamu memiliki dua istri yang satu untuk cinta sejatimu dan yang satu untuk keuanganmu, enak nggak sih begitu?” rayu Bu Citra dengan penuh percaya diri.“Apa Ibu sudah nggak waras, Sadam tidak mau, apalagi sampai poligami, Sadam sudah mempunyai anak Bu?”“Bagaimana dengan kehidupan Syakira dan Shakila, mereka masih sangat kecil, Bu?”“Dam, kamu harus berpikir realistis lah jangan takut sama istrimu, kamu seperti nggak punya harga diri saja, pikirkan saja dulu, kamu pasti akan menyetujui apa yang Ibu katakan barusan,” jelas Bu Citra masih berusaha untuk menghasut Sadam.Bu Citra meninggalkan Sadam yang masih terdiam dengan perkataan ibunya. Sedangkan wanita paruh baya itu sudah memikirkan rencana lain untuk bisa membujuk Sadam dan bisa mencarikan jodoh seorang wanita yang kaya raya.Sadam kembali memperhatikan wajah Salsa yang masih tertidur dengan pulas, efek obat tidur itu masih berpengaruh sampai menjelang pagi. Sadam belum bisa memejamkan kedua matanya karena masih terniang-niang dengan perkataan ibunya sendiri, hatinya menjadi dilema.Di satu sisi dia ingin menyetujui permintaan Bu Citra, kapan lagi menurutnya bisa mendapatkan banyak uang dengan jalan seperti itu, tetapi di sisi lain apakah Salsa mau menyetujui rencana, pastinya dia akan sangat marah dan meminta cerai dan itu yang tidak bisa dia lakukan, karena Sadam sangat mencintai Salsa apa pun alasannya. ***Matahari sudah menyinari kamar wanita itu, walaupun pun jarum jam masih menunjukkan pukul enam pagi. Pantulan sinar itu akhirnya membuat Salsa terbangun. Rasa pusing kemudian langsung menderanya. Dengan mata yang belum terbuka sempurna dia pun segera merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku.Selamat pagi Sayang, bagaimana tidurmu sudah agak mendingan?” tanya Sadam sambil mengecup kening istrinya dan duduk di pinggir ranjang.“Aku kenapa Mas, kenapa kepalaku pusing sekali?”“Kamu hanya kecapean Sayang, dan ini sudah aku buatkan sarapan pagi untukmu kebetulan hari ini hari Minggu jadi aku bisa menemanimu sepanjang hari,” jawabnya bersemangat.Salsa kemudian membetulkan duduknya, lalu menatap sarapan pagi yang sudah dibuat khusus oleh Sadam di dalam nampan itu dan meja kecil itu. Ada senyuman menghiasi wajahnya saat bentuk perhatian kecil itu baru di lakukan oleh Sadam dan pastinya membuat Salsa bingung dan tersentuh.“Mas, apa ini, kamu membuatkan aku sarapan pagi, tetapi untuk apa Mas?” tanyanya bingung.“Aju hanya ingin kamu bahagia Sayang, apa salahnya aku memberikan perhatian sama kamu ibu dari anak-anakku,” jawabnya tanpa dia sadari telah menyinggung atasan nama anak-anak.Salsa menatap wajah Sadam, dia lalu memberikan pelukan hangat dan mengucapkan terima kasih, karena baru kali ini Sadam bisa seromantis ini, padahal hanya membuatkan sarapan pagi berupa nasi goreng dengan telur ceplok dan segelas jus jeruk.Salsa pun langsung menikmati sarapan buatan suaminya itu dengan nikmat, walaupun sedikit asin Salsa tetap memakannya karena menurutnya ini adalah momen yang sangat indah.“Oh ya Mas, anak-anak sudah makan?”“Sudah Sayang, ya sama seperti kamu bilangnya sedikit asin tetapi habis juga, sekarang mereka lagi main dengan neneknya di depan,” jawab Sadam tersenyum bangga.“Dan Mbak Desi, kamu nggak kasih nasi goreng ini? Biasanya dia datang dan membawa ... Salsa berhenti makan saat mengingat sesuatu.Ya bayi yang bersama Desi. Salsa kembali mengingat peristiwa kemarin. Sadam mulai diliputi rasa was-was karena Salsa pasti akan menanyakan di mana bayi itu.“Mas, bukannya kemarin kita mau mengadakan acara aqiqahan ya?”“Dan ya di mana bayiku?” tanya Salsa yang mulai ingat dengan kejadian kemarin.Sadam segera menyingkirkan meja makan kecil itu takut akan dilempar olehnya. “Sayang minum dulu, atau mau kusuapi saja makannya?” Sadam berusaha mengalihkan arah pembicaraan.“Mas, aku baru ingat sekarang, kemarin kita memang mengadakan acara aqiqahan, tetapi Mbak Desi bilang kalau bayi kita ...“Ya bayi kita hilang Mas!”“Mas, katakan apa yang terjadi saat ...saat aku pingsan dan setelah itu apa Mas?”“Ka-kamu sudah pergi ke kantor polisi kan untuk melaporkan kalau bayi kita hilang di mall itu?”“Sayang, aku sudah melaporkannya kemarin sebaiknya kita menunggu hasil dari penyelidikan saja,” sahut Sadam berbohong.“Apa yang kamu katakan, kita hanya diam saja di rumah begitu, tanpa melakukan apa-apa?”“Bukan kamu yang melahirkan tetapi aku yang mengandung selama sembilan bulan lalu diambil paksa oleh Mbakmu itu.”“Aku sangat menyesal mengikuti permintaan kalian dan sekarang aku betul-betul kehilangan anakku sendiri.”“Dan kamu Mas, bukannya kamu sangat menginginkan seorang anak laki-laki dari dulu kan? Dan kenapa kamu malah memberikannya kepada Mbak Desi, kamu juga yang menyuruhku untuk melepaskan alat KB itu karena sudah ingin mempunyai anak lagi?”“Aku sampai di marahi Ibu karena menganggap aku tidak becus merawat diri padahal kamu yang menyuruhku, setelah itu dengan dalih lagi kamu tidak sanggup membiayainya kamu menyetujuinya!”Salsa turun dari ranjangnya dan segera ke kamar mandi untuk sekedar menyegarkan diri, setelah selesai dan berpakaian rapi dia pun segera ingin keluar kamar tetapi ternyata pintu kamarnya pun di kunci dari luar.“Mas, buka kenapa kamu mengunci pintu kamar ini?”“Aku ingin mencari anakku, aku tidak percaya dengan kalian lagi!”“Buka pintunya!” Salsa menggedor-gedor pintu tetap Sadam tetap tidak mau membukanya.“Sayang aku akan membukakan pintu jika kamu tenang dulu, semua sudah aku lakukan, aku sudah lapor polisi, kita tinggal menunggu hasilnya, lagian kamu juga masih kurang sehat Sayang,” jawabnya berusaha memberi pengertian kepada Salsa.Wanita cantik itu tidak kehilangan akal dia berlari ke jendela tetapi ternyata jendela pun sudah di tutup rapat sehingga nyaris tidak bisa keluar dari kamar itu tanpa persetujuan Sadam.Salsa pun mencari sesuatu yang bisa membuka pintu itu dan idenya pun langsung cemerlang. Wanita itu lalu membuka tempat kunci itu dengan bantuan jepit rambut ya ... dia ingin membuktikan kalau hanya memakai benda ini bisa membuka kunci pintu kamarnya.Dan benar saja tidak sampai lima menit pintu kamar itu bisa terbuka dan dia langsung keluar dari kamar itu.Tampak Sadam dan Bu Citra terkejut saat tahu kalau Salsa bisa keluar dari kamarnya.“Sayang, kamu mau ke mana?”Salsa tidak menjawab membuat Sadam kehilangan kesabarannya.“Berhenti Salsa, jika selangkah lagi kamu keluar dari rumah ini jangan harap kamu bisa bertemu dengan kedua anakmu yang lain!”“Akan kupastikan kamu tidak bisa bertemu dengan mereka, apa itu yang kamu, Salsa?” Ucapan itu terdengar seperti petir di siang bolong menambah luka yang belum kering, kini sudah tercipta luka yang baru.Salsa berhenti sejenak, kini dia pun menjadi dilema antara mencari bayi yang hilang itu atau kedua anaknya yang juga butuh perhatiannya. “Ya Allah apa yang harus aku lakukan? Aku juga tidak mungkin meninggalkan kedua anakku dengan mereka, bagaimana nasib mereka jika tidak ada aku?”“Bisa-bisa mereka juga akan menelantarkan kedua anakku yang lain hanya karena kesal kepadaku.”“Tidak-tidak aku tidak boleh egois, aku akan mencari cara lain,” batinnya berkata.“Kenapa Sayang, apa yang kamu tunggu, Ayuk silakan jika kamu mau pergi aku tidak keberatan tetapi seperti yang aku bilang tadi, selangkah saja kamu keluar jangan harap kamu bisa bertemu mereka lagi!”Sadam mendekati Salsa dan membisikkan sesuatu di telinganya.“Berpikirkah dua kali jika kedua anakmu ingin selamat, Sayang,” ucapnya pe
Tangisan pilu itu semakin kencang terdengar di telinga Salsa, naluri keibuannya pun semakin memanggilnya.“Suara tangisan itu mengingatkan dengan bayiku yang hilang dan kenapa sampai sekarang belum ada kabar dari polisi, apakah Mas Sadam memang sudah melaporkannya atau tidak sih?” gerutunya dalam hati tetapi langkahnya tidak berhenti untuk mencari suara tangisan bayi itu yang menyentuh hatinya.Sampai di sebuah lorong rumah sakit, terlihat seorang wanita cantik tinggi semampai sedang menggendong seorang bayi, dia tampak kewalahan saat bayi itu menangis begitu kencangnya.Salsa mencoba mendekati wanita muda itu dan menyapanya.“Maaf, bayinya kenapa Mbak?” “Nggak tahu kenapa Mbak, hari ini jadwalnya imunisasi tetapi dia terus saja menangis padahal di rumah dia tidur eh malah ke sini jadi begini,” jawab wanita itu kewalahan dan sedikit prustasi.“Kenapa nggak disusui saja bayinya, Mbak? Kasihan banget,” tanyanya lagi merasa kasihan karena mengingat anaknya kembali.“ASI saya nggak kelu
“Aku yakin dengan temanku itu Mbak, mereka memang sih orang miskin dan tidak sanggup membiayai bayinya makanya dia mau memberikannya kepadaku,” jawabnya pelan.“Lebih baik kamu buat surat perjanjian sama temanmu itu, jangan sampai dia akan mengambil lagi anaknya setelah besar apalagi saat dia hidup di rumah orang kaya, kita memang tidak tahu sifat manusia Re.”“Mungkin saat ini dia hanya meminta satu milyar, nggak tahu kan ke depannya jika dia meminta uang kamu lagi atau memeras kamu bagaimana, kamu mengesahkan bayi itu adalah anak kamu, jangan sampai saat kamu sudah terlanjur sayang dengan bayi itu dan ketika besar mengakui kalau mereka adalah orang tua kandungnya, ribet loh Re,” cerca Dokter Shinta berusaha menasihati adiknya.“Ingat Re, bukan berarti kita memutuskan ikatan mereka, biar bagaimana pun mereka adalah orang tua kandungnya dan kamu harus lebih dulu memberitahukannya ketika dia sudah besar, jangan mereka karena Mbak takut mereka akan memutar balikan fakta kamu kamu yang
Wajah Salsa tak lagi murung setidaknya ada secercah harapan untuk bisa bertemu kembali dengan anaknya. Apalagi saat bertemu bayi lucu yang sangat menggemaskan itu terlihat ada guratan senyuman yang terlukis di wajahnya. “Ah kenapa aku merasa dia seperti bayiku yang hilang? Dan bagaimana perkembangan kasus bayiku itu, sepertinya aku harus mencari tahu apakah Mas Sadam memang sudah melaporkan ke kantor polisi atau belum,” ucapnya kesal dalam hati. “Wah hebat kamu Sa, jam segini baru pulang, dari mana saja kamu?” bentak Bu Citra menatap tajam menghadang jalan Salsa yang ingin masuk ke rumah. “Dari luar, kan Ibu sudah lihat Salsa datang dari luar,” ucapnya tanpa ingin berdebat panjang. “Dasar menantu kurang ajar. Kamu nggak lihat ini sudah jam berapa? Apa saya harus mengingatkan kamu tugas kamu, Salsa?” Bu Citra semakin geram dan tidak biasanya wanita yang dianggap lemah itu mulai berontak. “Iya Bu, tapi Salsa butuh istirahat juga. Dari subuh Salsa sudah mengerjakan pekerjaan rumah i
Wanita paru baya itu segera memanggil warga meminta bantuan untuk mengantarkan Desi ke rumah sakit terdekat. Untung masih ada orang yang masih peduli dengan mereka meskipun keluarga itu sering berbuat masalah. Sampai di rumah sakit Desi langsung diperiksa oleh dokter. Tampak sekali raut wajah Bu Citra masih terlihat sangat Khawatir. “Bagaimana Dok, apa yang terjadi dengan Desi, anak saya?” Bu Citra tak sabar menanti penjelasan dokter yang baru saja keluar dari ruangan. “Lebih baik kita pastikan dulu sepertinya pasien sedang hamil tapi kita akan melakukan pengecekan terlebih dahulu agar lebih meyakinkan,” sahut dokter itu membuat mulut Bu Citra menganga.“A—apa yang Dokter katakan? Ha—hamil? Anak saya hamil?” Bu Citra sangat terkejut bercampur bahagia. Dia tak menyangka kalau putrinya akan segera memiliki anak sendiri.“Lebih baik kita memastikan dulu, Bu,” jawab dokter itu lagi. “Baik, terserah dokter saja. Kamu dengar itu Desi, kamu hamil?” Bu Citra sampai menutup mulut dengan ta
Wajah Salsa terlihat semringah begitu juga dengan Sheila dan Sarah setelah sampai di rumah. Bagaimana tidak karena mereka berdua diizinkan untuk ikut ibunya bekerja untuk menjadi baby siter di rumah besar itu. Rupanya Salsa tidak ragu-ragu lagi untuk mengambil keputusan tanpa seizin suaminya . Dia langsung menerima tawaran itu. Meskipun dia tahu kalau Sadam akan tidak mengizinkannya dia tetap nekat untuk bekerja. Bukan Salsa yang gila yang tapi dia ingin membuat kedua anaknya tumbuh dengan makanan yang bergizi dan sehat. “Ma, kok sepi sih pada ke mana yah?” tanya Sheila saat melihat rumah mereka tak melihat satu pun orang di sana. “Biasa kali, mereka pasti keluar. Biarkan saja Sayang, sekarang bawa adikmu dan cepat ganti pakaian , sudah jam lima ternyata, cepat sana!”:perintah Salsa disertai anggukan kepala dengan sikap hormat. “Siap Bos!” sahut Sheila dan Sarah bersamaan. Baru kali ini bisa tawa ceria dari mereka membuat mata Salsa berkaca-kaca. Sheila yang sudah mengerti akan p
Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore. Untung saja Salsa sudah selesai di dapur. Bahkan sudah mandi dan segar. Bersantai sejenak di depan teras sambil menatap layar ponsel jadulnya. Salsa pun melihat story WA yang disematkan di postingan kakak iparnya sepuluh menit yang lalu. “Alhamdulillah, akhirnya Allah mengabulkan doaku. Kalau orang sabar itu pasti mendapatkan pertolongan dari-Nya. Aamiin.”“Mbak Desi posting tulisan seperti ini kayak dapat rezeki nomplok, apa ya?” tanya Salsa penasaran. Sesaat kemudian terlihat kembali status story WA dari Desi. Mata Salsa terbelalak saat melihat dan membacanya. “Akhirnya ada pengganti bayiku yang hilang. Terima kasih ya Allah, Engkau telah mengabulkan doaku untuk menjadi ibu sungguhan.” “Apa maksud Mbak Desi, apakah dia sedang hamil?” ucapnya dalam hati merasa bingung. Di saat Salsa masih bingung dengan perasaannya tiba-tiba saja mereka sudah kembali. Tampak mobil silver memasuki halaman rumah mereka. Sadam pun bersama mereka di dalam mo
“Pokoknya kamu harus menurut apa yang Ibu katakan nggak usah banyak tanya, lagian Sadam itu kerjanya tidak sebagus seperti kakaknya yang mempunyai toko bangunan besar, dia hanya menjadi pegawai kantoran biasa!”“Itu semua gara-gara menikah dengan kamu makanya dia jatuh miskin seperti ini, lagian kamu juga tidak bisa merawat anak kamu, nanti malah keteteran anakmu sudah dua masih-masih kecil juga, pokoknya setelah ini kamu stop hamil, suntik KB kek, pasang IUD, atau apalah yang penting kamu tidak hamil lagi!” bentak Ibu mertua.“Punya badan kok nggak dijaga doyan banget hamil melulu, mengurus dua anak saja nggak becus ini malah yang ketiga!”“Des, setelah melahirkan langsung ambil bayinya!”“Biarkan kakak iparmu saja yang merawat, kamu bisa peras air susumu di botol tanpa perlu menggendongnya!”“Siapa tahu setelah merawat anakmu, Desi bisa hamil, dan punya anak kandung sendiri dan anakmu nanti dikembalikan ke kamu, ini hanya buat pancingan saja siapa tahu berhasil,”jelas Bu Citra deng
Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore. Untung saja Salsa sudah selesai di dapur. Bahkan sudah mandi dan segar. Bersantai sejenak di depan teras sambil menatap layar ponsel jadulnya. Salsa pun melihat story WA yang disematkan di postingan kakak iparnya sepuluh menit yang lalu. “Alhamdulillah, akhirnya Allah mengabulkan doaku. Kalau orang sabar itu pasti mendapatkan pertolongan dari-Nya. Aamiin.”“Mbak Desi posting tulisan seperti ini kayak dapat rezeki nomplok, apa ya?” tanya Salsa penasaran. Sesaat kemudian terlihat kembali status story WA dari Desi. Mata Salsa terbelalak saat melihat dan membacanya. “Akhirnya ada pengganti bayiku yang hilang. Terima kasih ya Allah, Engkau telah mengabulkan doaku untuk menjadi ibu sungguhan.” “Apa maksud Mbak Desi, apakah dia sedang hamil?” ucapnya dalam hati merasa bingung. Di saat Salsa masih bingung dengan perasaannya tiba-tiba saja mereka sudah kembali. Tampak mobil silver memasuki halaman rumah mereka. Sadam pun bersama mereka di dalam mo
Wajah Salsa terlihat semringah begitu juga dengan Sheila dan Sarah setelah sampai di rumah. Bagaimana tidak karena mereka berdua diizinkan untuk ikut ibunya bekerja untuk menjadi baby siter di rumah besar itu. Rupanya Salsa tidak ragu-ragu lagi untuk mengambil keputusan tanpa seizin suaminya . Dia langsung menerima tawaran itu. Meskipun dia tahu kalau Sadam akan tidak mengizinkannya dia tetap nekat untuk bekerja. Bukan Salsa yang gila yang tapi dia ingin membuat kedua anaknya tumbuh dengan makanan yang bergizi dan sehat. “Ma, kok sepi sih pada ke mana yah?” tanya Sheila saat melihat rumah mereka tak melihat satu pun orang di sana. “Biasa kali, mereka pasti keluar. Biarkan saja Sayang, sekarang bawa adikmu dan cepat ganti pakaian , sudah jam lima ternyata, cepat sana!”:perintah Salsa disertai anggukan kepala dengan sikap hormat. “Siap Bos!” sahut Sheila dan Sarah bersamaan. Baru kali ini bisa tawa ceria dari mereka membuat mata Salsa berkaca-kaca. Sheila yang sudah mengerti akan p
Wanita paru baya itu segera memanggil warga meminta bantuan untuk mengantarkan Desi ke rumah sakit terdekat. Untung masih ada orang yang masih peduli dengan mereka meskipun keluarga itu sering berbuat masalah. Sampai di rumah sakit Desi langsung diperiksa oleh dokter. Tampak sekali raut wajah Bu Citra masih terlihat sangat Khawatir. “Bagaimana Dok, apa yang terjadi dengan Desi, anak saya?” Bu Citra tak sabar menanti penjelasan dokter yang baru saja keluar dari ruangan. “Lebih baik kita pastikan dulu sepertinya pasien sedang hamil tapi kita akan melakukan pengecekan terlebih dahulu agar lebih meyakinkan,” sahut dokter itu membuat mulut Bu Citra menganga.“A—apa yang Dokter katakan? Ha—hamil? Anak saya hamil?” Bu Citra sangat terkejut bercampur bahagia. Dia tak menyangka kalau putrinya akan segera memiliki anak sendiri.“Lebih baik kita memastikan dulu, Bu,” jawab dokter itu lagi. “Baik, terserah dokter saja. Kamu dengar itu Desi, kamu hamil?” Bu Citra sampai menutup mulut dengan ta
Wajah Salsa tak lagi murung setidaknya ada secercah harapan untuk bisa bertemu kembali dengan anaknya. Apalagi saat bertemu bayi lucu yang sangat menggemaskan itu terlihat ada guratan senyuman yang terlukis di wajahnya. “Ah kenapa aku merasa dia seperti bayiku yang hilang? Dan bagaimana perkembangan kasus bayiku itu, sepertinya aku harus mencari tahu apakah Mas Sadam memang sudah melaporkan ke kantor polisi atau belum,” ucapnya kesal dalam hati. “Wah hebat kamu Sa, jam segini baru pulang, dari mana saja kamu?” bentak Bu Citra menatap tajam menghadang jalan Salsa yang ingin masuk ke rumah. “Dari luar, kan Ibu sudah lihat Salsa datang dari luar,” ucapnya tanpa ingin berdebat panjang. “Dasar menantu kurang ajar. Kamu nggak lihat ini sudah jam berapa? Apa saya harus mengingatkan kamu tugas kamu, Salsa?” Bu Citra semakin geram dan tidak biasanya wanita yang dianggap lemah itu mulai berontak. “Iya Bu, tapi Salsa butuh istirahat juga. Dari subuh Salsa sudah mengerjakan pekerjaan rumah i
“Aku yakin dengan temanku itu Mbak, mereka memang sih orang miskin dan tidak sanggup membiayai bayinya makanya dia mau memberikannya kepadaku,” jawabnya pelan.“Lebih baik kamu buat surat perjanjian sama temanmu itu, jangan sampai dia akan mengambil lagi anaknya setelah besar apalagi saat dia hidup di rumah orang kaya, kita memang tidak tahu sifat manusia Re.”“Mungkin saat ini dia hanya meminta satu milyar, nggak tahu kan ke depannya jika dia meminta uang kamu lagi atau memeras kamu bagaimana, kamu mengesahkan bayi itu adalah anak kamu, jangan sampai saat kamu sudah terlanjur sayang dengan bayi itu dan ketika besar mengakui kalau mereka adalah orang tua kandungnya, ribet loh Re,” cerca Dokter Shinta berusaha menasihati adiknya.“Ingat Re, bukan berarti kita memutuskan ikatan mereka, biar bagaimana pun mereka adalah orang tua kandungnya dan kamu harus lebih dulu memberitahukannya ketika dia sudah besar, jangan mereka karena Mbak takut mereka akan memutar balikan fakta kamu kamu yang
Tangisan pilu itu semakin kencang terdengar di telinga Salsa, naluri keibuannya pun semakin memanggilnya.“Suara tangisan itu mengingatkan dengan bayiku yang hilang dan kenapa sampai sekarang belum ada kabar dari polisi, apakah Mas Sadam memang sudah melaporkannya atau tidak sih?” gerutunya dalam hati tetapi langkahnya tidak berhenti untuk mencari suara tangisan bayi itu yang menyentuh hatinya.Sampai di sebuah lorong rumah sakit, terlihat seorang wanita cantik tinggi semampai sedang menggendong seorang bayi, dia tampak kewalahan saat bayi itu menangis begitu kencangnya.Salsa mencoba mendekati wanita muda itu dan menyapanya.“Maaf, bayinya kenapa Mbak?” “Nggak tahu kenapa Mbak, hari ini jadwalnya imunisasi tetapi dia terus saja menangis padahal di rumah dia tidur eh malah ke sini jadi begini,” jawab wanita itu kewalahan dan sedikit prustasi.“Kenapa nggak disusui saja bayinya, Mbak? Kasihan banget,” tanyanya lagi merasa kasihan karena mengingat anaknya kembali.“ASI saya nggak kelu
“Akan kupastikan kamu tidak bisa bertemu dengan mereka, apa itu yang kamu, Salsa?” Ucapan itu terdengar seperti petir di siang bolong menambah luka yang belum kering, kini sudah tercipta luka yang baru.Salsa berhenti sejenak, kini dia pun menjadi dilema antara mencari bayi yang hilang itu atau kedua anaknya yang juga butuh perhatiannya. “Ya Allah apa yang harus aku lakukan? Aku juga tidak mungkin meninggalkan kedua anakku dengan mereka, bagaimana nasib mereka jika tidak ada aku?”“Bisa-bisa mereka juga akan menelantarkan kedua anakku yang lain hanya karena kesal kepadaku.”“Tidak-tidak aku tidak boleh egois, aku akan mencari cara lain,” batinnya berkata.“Kenapa Sayang, apa yang kamu tunggu, Ayuk silakan jika kamu mau pergi aku tidak keberatan tetapi seperti yang aku bilang tadi, selangkah saja kamu keluar jangan harap kamu bisa bertemu mereka lagi!”Sadam mendekati Salsa dan membisikkan sesuatu di telinganya.“Berpikirkah dua kali jika kedua anakmu ingin selamat, Sayang,” ucapnya pe
“Istrimu ini sangat subur setiap lepas KB saja dia langsung bisa hamil, kamu bisa memanfaatkan nya dan membuat dia hamil ya paling setahunan gitu jaraknya, dan lagian dia itu nggak susah kalau melanjutkan tidak ada pendarahan atau tekanan tinggi, sangat gampang,” cerca Bu Citra bersemangat.“Bukannya Ibu yang menyuruh Salsa untuk pakai KB agar Salsa, nggak punya anak lagi?” “Iya memang, tetapi setelah kejadian ini kamu nggak dengar kata Desi, temannya mau membayar dengan harga mahal satu milyar Sadam.”“Bayangkan saja kamu jual anakmu dengan satu milyar apa kita nggak kaya mendadak, apalagi kamu bisa melahirkan anak laki-laki seperti bayi yang di jual itu, lebih besar harganya dari pada yang perempuan.”“Tidak Bu, Sadam tidak mau itu sama saja kita melawan hukum, Ibu mau masuk penjara, cukup sekali ini saja Bu, Sadam nggak mau membuat Salsa menderita.”“Sadam nggak mau melakukan kesalahan lagi, cukup sekali saja, jika Salsa tahu kalau Sadam terlibat dia akan marah besar dan akan men
“Kamu sangat keterlaluan Mbak, bagaimana bisa kemu teledor seperti itu?” teriaknya kembali.“Aku juga tidak tahu, Sa, saat aku ingin pergi kamar mandi aku menitipkan kepada salah satu karyawan toko itu, tetapi saat aku kembali bayi itu sudah tidak ada lagi di dalam kereta dorong itu.”“Aku sudah menanyakan kepada karyawan itu tetapi dia juga menyesal karena saat itu lagi banyak pengunjung dan dia tidak melihat siapa yang membawa bayi itu.”“Aku dan Mas Dirga sudah melihat CCTV di sana, tetapi posisi di area itu tidak ada kata petugas di sana,” kilahnya berbohong.“Kenapa kamu membawa bayiku ke luar, dia belum ada seminggu dan itu sangat rentan Mbak, apa kamu tidak tahu itu, atau kamu sengaja membuat bayiku meninggal, hah?” teriaknya histeris.“Sa, aku tidak tahu, aku hanya ingin jalan-jalan dengan bayiku tidak lebih dari itu , aku tidak ada niatan untuk menghilangkannya, kamu tahu sendiri kan kalau aku sangat menginginkan seorang anak?” kilahnya.“Mas, bagaimana ini, kita harus se