Share

Bab 3. Takdir Leticia

Author: RibyNabe
last update Last Updated: 2023-10-01 14:26:43

"Apa kau ... serius?" tanya Leticia setengah tidak percaya pada apa yang baru dikatakan oleh Tytan.

Tytan mengangguk sekali tanpa keraguan yang justru membuat Leticia semakin ragu. Saat sebuah keajaiban itu datang lagi, Leticia bertanya-tanya dan meragukannya.

"Tytan, kau ..." ucapnya tanpa meneruskan perkataannya.

Leticia berkali-kali menelan apa yang ingin ditanyakannya. Ia mempertimbangkan karena merasa pertanyaan tersebut agak kurang ajar untuk seseorang yang sudah menolongnya. Namun, ia tidak bisa menyingkirkan perasaan waspada ini begitu saja sebab semua terasa terlalu mudah.

"Ada apa, Leticia?" tanya kembali Tytan yang masih memperhatikan gadis itu yang tampak ingin mengatakan sesuatu.

"Tidak apa, aku, aku hanya terkejut dan tidak percaya. Kau tahu, kalau penawaran ini tidak ada untungnya bagimu," jawabnya dengan gugup karena berusaha menyembunyikan keingintahuannya.

"Sekarang mungkin ya, tetapi tidak dengan nanti. Anggap saja jika aku sedang berinvestasi padamu." Leticia menatap dalam netra Tytan, berusaha mencari sebuah celah kebohongan darinya. Namun, sejauh apapun, netra tersebut penuh dengen keyakinan.

Tidak, Leticia seharusnya tidak meragukan Tytan dan merasa rendah diri. Ia mungkin sekarang tidak berguna dan tidak menguntungkan, tetapi pasti akan selalu ada masanya dia yang membutuhkan bantuan. Apapun itu, Leticia harus membalas budi pada Tytan yang sudah membantu sejauh ini. Dilihat bagaimanapun, ini adalah opsi yang lebih baik dari masa lalunya. Bahkan jika ini yang terburuk, ia setidaknya telah membuat perubahan dari masa lalu dan tidak akan menyesal.

"Tytan, terima kasih, aku akan selalu berterima kasih," kata Leticia dengan tulus sambil menggenggam tangan besar itu yang sudah menolongnya.

Tytan memandang tautan tangan mereka yang terjalin. Leticia segera menyadari arah pandangannya dan merasa jika ia sudah membuat kesalahan. Jadi, ia melepaskan tangan Tytan dengan canggung sambil berucap maaf. Pipinya secara alami memerah menahan malu.

"Karena kita sudah di gereja, kita bisa menikah sekarang," ujarnya yang membuat Leticia mau tak mau kembali menatap pria itu.

"I-iya, aku akan merapikan diriku dulu," sahut Leticia salah tingkah.

Sejak tadi tidak ada perubahan ekspresi apapun dalam wajah Tytan. Itu harus disyukuri Leticia karena dia tidak memberikan reaksi yang semakin membuat wajahnya jatuh.

Tytan berbalik hendak meninggalkan Leticia yang akan bersiap, tetapi gadis itu segera berdiri. Ia menahan lengan kemeja yang dikenakan pria itu.

Untuk sekejap Leticia melupakan sesuatu yang teramat penting. Gabriella. Ibu titinya itu masih ada di sini. Tidak ada kepastian dia tidak akan berusaha menculiknya dan menikahkannya lagi, meski orang-orang Tytan sekalipun ada. Selama hidup belasan tahun bersamanya, Leticia mengetahui dengan baik bagaimana ambisi Gabriella.

"Aku tidak akan mengingkari janjiku, orang-orangku ada diluar dan tetap berjaga." Belum sempat Leticia mengutarakan kekhawatirannya, Tytan sudah mengetahui apa yang ditakutkan gadis itu.

Bukan Leticia tidak percaya pada Tytan, tetapi pada Gabriella, masalah utamanya. Ia menggeleng pelan karena terlalu takut. Tytan melepaskan tangan Leticia dari lengan kemejanya kemudian merogoh saku celananya. Ia mengeluarkan sebuah gelang perak polos lalu memasangnya di tangan gadis itu.

"Tekan ini jika ada sesuatu. Gelang ini terhubung pada kalungku," ucapnya memberitahu sambil mendemonstrasikan apa yang ia katakan.

Leticia memperhatikan dengan seksama saat Tytan menekan tombol kecil yang terdapat di bagian dalam gelangnya. Lalu secara alami kalung yang dikenakan Tytan di dalam kemejanya mengeluarkan cahaya merah berkedip, disertai bunyi nyaring satu kali. Sungguh menakjubkan alat yang canggih tersebut.

Itu membuat Leticia sedikit tenang. Ia menatap kembali pada Tytan dengan senyumnya dan berkata, "Terima kasih."

Pria itu tidak menjawab dan berlalu pergi melanjutkan langkahnya meninggalkan Leticia dengan sedikit terburu. Sejak tadi telinganya terasa berdengung dan gatal. Apalagi detak jantungnya yang tidak nyaman setiap saat melihat gadis menyedihkan tersebut.

Ketika keluar dan baru saja menutup pintu, seseorang telah menunggunya. Tanpa perlu menoleh pun, ia sudah tahu siapa gerangan. Wanita itu dipegangi oleh salah satu bodyguardnya karena bergegas mendekat pada Tytan begitu ia keluar.

"Kau tidak bisa menikah dengannya, kau akan menyesalinya! Kau tidak tahu berurusan dengan siapa!" semprot Gabriella, menaikkan nada suaranya satu oktaf.

"Lepaskan aku, jangan menyentuhku!" Gabriella meronta saat satu orang yang memeganginya, menguatkan cengkramannya.

"Kaulah yang tidak tahu berurusan dengan siapa, Nyonya Ramona." Tytan melanjutkan langkahnya sambil mengisyaratkan bodyguardnya agar mengikutsertakan wanita itu.

Setelah berada di lorong yang cukup sepi, Tytan memerintahkan bodyguard yang memegangi Gabriella agar melepaskannya. Ia menaruh kedua tangannya di dalam saku celana bahannya. Menunggu apalagi yang akan dikatakan wanita tersebut. Tytan berusaha menahan diri agar tangannya tidak mengeluarkan senjata api yang ia sembunyikan. Rasionalitasnya terus mengatakan agar tidak bertindak impulsif.

"Leticia akan menikahi pria bernama Tytan Castellano! Dia adalah pria kaya raya penguasa negara ini, kau tahu?!" Gabriella kembali memarahi Tytan sambil menunjuknya dengan keangkuhan berbekal nama Castellano. Ia tersenyum remeh padanya sambil melipat tangannya di depan dada. "Asal kau tahu, dia bukan pria sembarangan. Dia adalah pria yang cukup berbahaya. Jika kau tidak ingin berurusan dengannya, sebaiknya lepaskan Leticia. Aku tahu anak itu berbohong, 'kan?"

"Nyonya Ramona ..."

Merasa sudah cukup mendengarkan, Tytan melangkah medekat padanya. Ia menghembuskan napas dengan kasar, bersama emosi yang tidak biasanya sulit dikendalikan. Wanita ini entah bagaimana sangat-sangat menjengkelkan di matanya. Hingga hasrat untuk menembak kepalanya muncul ke permukaan.

'Kaki, tangan, atau wajah?' gumam Tytan dalam batin sambil memperhatikan bagian-bagian tubuh Gabriella. Dalam bayangannya, itu mengingatkan dirinya pada luka seseorang. Memikirkan bagaimana ia harus membalasnya.

"Aku penasaran bagaimana reaksi Massimo saat mengetahui rekannya dengan mudah membocorkan sebuah rahasia miliknya." Ketika mendengar nama tersebut, ekspresi Gabriella berubah terkejut.

"Jangan menyentuh calon istriku dan jangan mengatakan apapun soalku lagi di depannya. Atau Massimo akan memerintahkanku untuk menembakmu dan seluruh keluargamu," ancam Tytan tajam sebelum akhirnya ia meninggalkan Gabriella.

Gabriella menatap kosong punggung Tytan yang sudah berlalu pergi. Ia merasa seakan menjadi orang terbodoh. Semua keangkuhan yang dimiliki jatuh ke dasar dan berganti dengan rasa malu. Kemudian banyak pertanyaan yang timbul di dalam kepalanya, tetapi tiada jawaban. Ia bergegas kembali ke ruangan Leticia yang kali ini tidak ada penjaganya.

Ketika masuk, ia melihat gadis itu telah memakai gaun pengantin yang lengkap seperti sedia kala. Ekspresi terkejut dan ketakutannya yang selama ini selalu dinikmati olehnya, kali ini terasa sangat menjengkelkan. Ingin rasanya Gabriella memukul wajah itu dan mencercanya dengan pertanyaan, tetapi ia tidak memiliki pilihan selain menahan diri.

"I-ibu, maksudku, Nyonya," ucap Leticia dengan suara bergetar takut.

"Leticia." Gabriella melangkah mendekatinya yang membuat Leticia semakin bergerak gelisah.

Meski tidak bisa melakukan apapun, ia lupa jika anak biri-biri itu sudah ketakutan hanya dengan eksistensinya saja. Gabriella tersenyum sangat lembut, menunjukkan respon yang tak biasa kali ini.

"Panggil aku ibu, tidak apa-apa. Kamu akan menikah sebentar lagi," ucapnya tak kalah lembut.

"I-ibu, kenapa Ibu ada di sini?" tanya Leticia sambil menyentuh gelang pemberian Tytan, bersiap-siap jika ibu tirinya ini melakukan sesuatu.

Gabriella tiba-tiba tertawa alami, seakan mendengar sesuatu yang lucu. Tangannya terangkat membuat Leticia reflek memejamkan matanya dan menghindar ketakutan. Tangan wanita itu hinggap di rambut Leticia, kemudian mengelusnya lembut. "Tentu saja aku datang untuk mendoakan pernikahanmu. Maafkan aku yang selama ini belum bisa menjadi ibu yang baik untukmu, ya?"

Perkataannya sungguh manis dan seakan benar-benar sarat akan doa, tetapi tidak semudah itu dipercayai Leticia. Ibu tiri yang kejam dan tak pernah segan, bahkan untuk melemparnya ke dasar jurang, dalam beberapa menit berubah menjadi ibu penyayang. Meski ketakutan, Leticia bukan gadis polos yang bodoh lagi sekarang. Apa yang membuat Gabriella senang mengolok-oloknya?

"Leticia."

"Tytan ..."

-

-

-

To be continued

Related chapters

  • Kembali ke Masa Lalu : Menikahi Suamiku Lagi    Bab 4. Menikah Lagi

    'Sepertinya aku kurang memperingatkannya,' gumam Tytan dalam batin dengan kesal. Pria itu tidak menyembunyikan tatapan tajamnya pada Gabriella. Meski auranya mengintimidasi, ketika melihat keberadaan Tytan, rasanya Leticia telah selamat dari sesuatu yang lebih berbahaya. Ia baru saja hendak berdiri dan menghampiri, tetapi dia lebih dulu bergegas mendekatinya. Berbeda dengan Leticia yang lega, ekspresi Gabriella kembali menegang ketakutan. Dia segera menyingkir tanpa berpikir dua kali, dan tanpa mengatakan apapun pergi keluar begitu saja. Setelah sebelumnya menatap tajam ke arah Leticia. Sudah Leticia duga jika wanita itu sama sekali tidak tulus. "Apa kau masih tidak mengerti cara kerja gelangnya?" tanya Tytan setelah ia mengalihkan semua atensi pada gadis itu. Leticia menatap gelang tersebut sebentar sebelum kembali mendongak pada Tytan. Ia memberikan senyuman sebelum menjawab, "Aku paham, tetapi tidak ada yang membahayakan. Dia tidak melakukan apapun karena kau datang." Tytan ti

    Last Updated : 2023-10-01
  • Kembali ke Masa Lalu : Menikahi Suamiku Lagi    Bab 5. Karma Untuk Gabriella

    "Saya nyatakan kalian sebagai pasangan suami istri yang baru, selamat!" Begitu pernyataan dari sang pendeta diumumkan, Leticia segera membuka matanya dan menjauhkan wajah mereka yang sangat dekat. Suara tepuk tangan yang cukup riuh dari bangku tamu terdengar. Entah sejak kapan mereka—para bodyguard Tytan—mengisi bangku-bangku kosong itu. Pipi Leticia yang telah memanas karena malu, semakin mengeluarkan rona merah alami. Tytan tidak mengindahkan apa yang ia katakan tadi, entah dia tidak mendengarnya. Leticia kini sama sekali tidak bisa mengangkat wajahnya, bahkan bingung harus menatap kemana. "Silahkan tanda tangani buku nikahnya untuk dilaporkan pada pemerintah agar pernikahan kalian sah secara hukum." Suara pendeta membuat atensi Leticia beralih. Dengan tangan gemetar ia membubuhkan tanda tangannya, lalu kemudian Tytan. Setelah semua proses pernikahan selesai, pendeta itupun pergi. Barulah Leticia dan Tytan menoleh dan berbalik ke belakang. Saat itulah Leticia begitu terkejut, men

    Last Updated : 2023-11-10
  • Kembali ke Masa Lalu : Menikahi Suamiku Lagi    Bab 6. Dua Wajah

    "Pria gila itu entah sedang membunuh siapa sekarang disaat anjing pemburunya menikah!" gerutu Gabriella, setelah satu kali percobaan telpon orang yang ditujunya tidak mengangkat. Memilih menyerah karena dugaan di dalam pikirannya, wanita itu menghembuskan napas panjang. Membenarkan kembali penampilannya sekilas sebelum melangkah keluar. Saat kaki jenjangnya baru menginjak lantai luar gereja, getaran ponsel di tangannya menghentikan langkah. Ia melihat sekilas nama di layar ponsel pintar miliknya sebelum menggesernya. "Akhirnya kau mengangkatku, Massimo," sapa Gabriella penuh penekanan akan sindiran. Semua umpatan dan kemarahan yang akan dilontarkan wanita itu tertahan karena telinganya menangkap sebuah suara bising di sebrang telpon. Seperti suara jeritan tertahan dan tembakan senjata api. Napas pria di seberang telpon juga terdengar terengah-engah. "Ka-kau sibuk?" tanya Gabriella pelan, menurunkan nada suaranya hingga sangat lembut. "Aku baru selesai dengan pekerjaanku, seperti

    Last Updated : 2023-11-11
  • Kembali ke Masa Lalu : Menikahi Suamiku Lagi    Bab 7. Rumah Tytan & Keputusan Berbeda (Revisi)

    “Leticia …” “Leticia!” Ingin sekali Leticia membuka kedua matanya dan melihat siapa gerangan yang memanggil, tetapi tidak bisa. Rasanya terlalu berat dan sulit, seperti tubuhnya yang sudah sangat kaku. Suara asing yang memanggil itu bisa dipastikan milik seorang pria. Dari nada suaranya, ia terdengar sangat mencemaskan dirinya. Tidak ada sosok pria yang dikenalnya dengan baik selain ayahnya. Namun sayang, suara tersebut bukanlah milik sang ayah. "Leticia." "Leticia, kau baik-baik saja?" Sebuah tepukan pelan terasa di pipinya. Leticia sekali lagi berusaha untuk membuka mata perlahan meski rasa kantuk masih terasa. Tubuhnya kali ini tidak kaku ataupun kesakitan seperti sebelumnya. Pandangan buram miliknya perlahan semakin jelas memperlihatkan siluet wajah seorang pria tampan. "Leticia, kau baik-baik saja? Kau sudah bangun?" tanya suara tersebut terdengar kembali. Rasa pening menghantam kepala Leticia. Ia mengingat sebuah kilas balik masa lalu dimana dirinya sekarat tadi. Kini ia

    Last Updated : 2023-11-13
  • Kembali ke Masa Lalu : Menikahi Suamiku Lagi    Bab 8. Hanya Pernikahan Kontrak (Revisi)

    ‘Aku baru menyadari jika rumah ini ternyata dikelilingi pohon yang rimbun,” komentar Leticia ketika ia keluar dari kamarnya, menelusuri lorong sambil mencari kamar Tytan. Setelah mandi dan mengganti pakaian, Leticia memutuskan untuk menemui Tytan. Tidak dipungkiri jika ia memang lelah, tetapi setelah tubuhnya terkena air, rasa lelah itu tidak terlalu terasa. Sambil melihat-lihat rumah pria itu yang ternyata lebih indah jika diperhatikan lagi. Meski kesan gelap dan suram sangat kuat karena pemilihan warna cat dan furniturenya. Ditambah lokasi dari rumah ini sendiri menambah auranya. Alasan Leticia cukup berani untuk mencari kamar Tytan adalah karena ukuran rumah ini tidak terlalu besar. Hanya dua lantai, dimana lantai satu tidak ada kamar lagi. Bisa terlihat dari lantai dua jika hanya ada ruang tamu yang luas, dapur dan meja makan, juga satu kamar mandi. Ia bisa menebak jika Tytan ada di salah satu dari dua ruangan tersisa di lantai dua ini. Sebelum sampai di ruangan pertama, Leticia

    Last Updated : 2023-11-15
  • Kembali ke Masa Lalu : Menikahi Suamiku Lagi    Bab 9. Bagaimana Perasaan Tytan?

    "Eugh ..." Lenguhan keluar dari mulut Leticia, merasakan sinar matahari yang rasanya begitu menyengat. Tanpa mengubah posisi, tangan Leticia berusaha menghalau sinar tersebut. Namun, tak ayal tetap terasa silaunya yang mau tak mau membuat gadis itu terbangun. Kali ini ia berguling ke samping, menghindari tempat dimana sinar matahari menyorot. Ini adalah pagi pertama di rumah Tytan. Tidak ada suara hiruk pikuk khas kota metropolitan. Yang ada adalah suara kicauan burung dan tetesan-tetesan air embun. Terdengar sangat menyenangkan, tinggal di rumah yang dikelilingi pohon rimbun seperti hutan. Sangat asri. "Jam berapa ini?" gumam Leticia sembari membuka matanya sedikit, melirik ke arah jam digital di atas nakas. Seperti kebiasaannya yang sudah terbentuk, tepat pukul 7.30 pagi gadis itu sudah bangun. Tidak peduli selarut atau secepat apapun ia tertidur, pada pukul itulah dirinya terbangun. Karena tidak bisa lagi kembali tertidur, Leticia mengubah posisi tubuhnya menjadi duduk. Mengump

    Last Updated : 2023-11-19
  • Kembali ke Masa Lalu : Menikahi Suamiku Lagi    Bab 10. Keraguan Gaspar

    “Leticia,” panggil Tytan yang membuat gadis itu menoleh ke arahnya. Leticia menelan lebih dulu makanannya sebelum menyahut, “Ya?” “Aku harus segera pergi lebih dulu. Setelah kenyang, kau boleh beristirahat kembali atau berjalan-jalan di sekitar rumah ini.” Ia berdiri dari duduknya setelah mengatakan hal tersebut. Mendapatkan anggukan dari Leticia, barulah Tytan pergi dari meja makan. Netra obsidian yang menyorot tajam itu memandang ke arah tiga orang yang sibuk mengobrol dekat meja makan. Ia bisa melihat mereka bertiga dari sejak ketika bercakap-cakap dengan Leticia tadi. Melihat mereka membuat Tytan kesal dan merasa perlu menegur ketiga bodyguard-nya ini yang tampak menganggur. “Akhirnya akan ada romansa di kehidupan Tuan Muda.” Tytan menghentikan langkahnya ketika mendengar suara Diego. Ia berusaha memastikan jika pendengarannya tadi tidak bermasalah. Ia tidak percaya jika pembicaraan seperti ini akan menjadi topik di antara para pria yang sangat bengis ini ketika memegang senja

    Last Updated : 2023-11-20
  • Kembali ke Masa Lalu : Menikahi Suamiku Lagi    Bab 11. Kesamaan Mereka

    “Nyonya, apa saya boleh bertanya?” Perkataan Diego menghentikan langkah Leticia, lantas gadis itu menoleh dan bertanya balik, “Apa itu?” “Apa kaki Anda benar-benar terluka?” Kernyitan timbul di dahi Leticia karena kebingungan. Siapapun bisa melihat kaki miliknya yang masih membengkak, meski telah lebih baik sekarang. Karena itulah ia bingung apakah itu murni sebuah pertanyaan atau hanya sindiran. “Ya, memang kenapa? Kakiku mungkin terluka, tetapi bukan berarti aku lumpuh," jawabnya. “Saya rasa begitu, tetapi langkah kaki Anda lebih cepat dari seseorang yang normal.” Dalam beberapa detik yang kosong Leticia terdiam, kemudian tawanya terdengar. Ia tanpa sadar mengutarakan apa yang dipikirkan olehnya. “Apa itu sebuah sindiran atau pujian?” “Hanya pertanyaan yang membuat saya bingung.” Diego turut tertawa mendengarnya. "Kenapa? Apa kau kesulitan menyamai langkahku?" tanya Leticia sembari kembali melanjutkan langkahnya dengan lebih pelan. Ia sendiri tidak sadar jika telah berjalan le

    Last Updated : 2023-11-21

Latest chapter

  • Kembali ke Masa Lalu : Menikahi Suamiku Lagi    Bab 55. Mengetahui Kebenaran (II)

    "Ini ruangan dimana mendiang Tuan Ramona dan Nyonya Gabriella dulu bekerja, Nona Leticia." Tuan Armond, pria paruh baya yang kala itu datang ke rumah Leticia dan banyak membantunya, kini juga yang menolongnya. Hanya dia satu-satunya yang terpikirkan dalam benaknya setelah berdebat dengan Tytan. Leticia juga sudah melihat latar belakang Tuan Armond, sehingga ia cukup beruntung karena posisi tingginya yang dipastikan mengetahui lebih baik dari siapapun tentang perusahaan. Gabriella yang mengetahui Tytan dan kerja sama di antara kedua perusahaan, Leticia pasti menemukan sesuatu di kantor. "Maaf saya merepotkan Anda, Tuan. Saya masih memiliki banyak kekurangan, saya masih memerlukan bantuan Anda." Tuan Armon tertawa kecil, menunduk tak enak pada Leticia. "Anda tidak perlu sungkan, saya sebagai bawahan tentu saja akan menolong Anda." Semenjak pria ini datang ke rumahnya beberapa waktu lalu, Leticia bisa merasakan jika orang ini adalah tipe orang yang senang menjilat. Tidak heran jika dia

  • Kembali ke Masa Lalu : Menikahi Suamiku Lagi    Bab 54. Mengetahui Kebenaran

    "Aku turut berduka cita atas meninggalnya ayahmu, Leticia. Sebagai besan, kami bahkan belum sempat bertemu satu sama lain." Massimo dengan cerdiknya mengatur ekspresi wajahnya dan membawa Leticia pada pembicaraan yang hangat dan normal. Seolah ia menghargai hubungan harmonis antara menantu dan mertua yang tengah dijalaninya. Leticia yang polos tanpa mengetahui apapun sudah terkelabui. Sementara Tytan dan D'angelo yang sulit menerima sikap tersebut dari Massimo tidak bisa turut mengikuti permainannya. Sehingga Leticia mau tak mau menaruh curiga bahwa hubungan ayah dan anak keduanya tidak terlalu baik. Bagaimana bisa mereka melakukannya sementara selama ini yang sudah mereka lihat adalah sisi terkejamnya? "Tidak apa, Ayah. Ayah pasti sangat sibuk dan Ayah saya juga sakit sehingga sulit untuk bepergian,” kata Leticia menenangkan. Massimo mengelus rambut Leticia dan menatapnya penuh kemalangan. "Jangan khawatir, Nak. Anggap saja aku ayah kandungmu sendiri. Aku selalu ingin memiliki se

  • Kembali ke Masa Lalu : Menikahi Suamiku Lagi    Bab 53. Pertemuan Pertama

    "Le-leticia?" Baik Tytan maupun Leticia sama-sama membeku ketika melihat satu sama lain. Mereka juga sama-sama merasa malu, baik itu Tytan yang dilihat dan Leticia yang melihat. Brak! Leticia segera menutup pintu dengan sedikit keras, berusaha menutupi wajahnya yang memerah. Ia menyesali dirinya yang terlalu bersemangat, sehingga berakhir dengan melihat pemandangan tubuh Tytan yang setengah telanjang dan basah. Leticia menepuk-nepuk pipinya berulang kali untuk menetralkan rasa gugup. 'Tunggu, bukankah kami sudah melihat satu sama lain?' tanya Leticia dalam batin pada dirinya sendiri. Leticia mengangguk sekali, merasa jika ini adalah hal yang wajar bagi mereka berdua. Leticia kembali membuka pintu dan tidak melihat Tytan lagi. "Tytan?" panggil Leticia. "Aku sedang memakai baju, Sayang!" Jawaban Tytan bersamaan dengan tangan Leticia yang membuka knop pintu ruang ganti. Tytan tampak terburu-buru mengenakan kaos panjangnya. Namun, sayangnya itu terlambat karena apa yang ingin disem

  • Kembali ke Masa Lalu : Menikahi Suamiku Lagi    Bab 52. Putri Nyonya Watson

    Ekspresi Gabriella tampak kecewa ketika melihat Leticia yang duduk di balik kaca pengunjungnya. Begitu petugas sipir melepaskannya, langkah Gabriella bergegas datang ke arah Leticia. Dari ekspresi wajah yang terlihat, ia jelas menyimpan dendam yang teramat dalam. Tentu saja setelah semua yang terjadi dan Leticia lakukan. "Untuk apa lagi kau datang kemari, anak durhaka! Sudah puas kau menghancurkan diriku dan putriku?!" bentak Gabriella. Kali ini Leticia tidak memberikan respon. Ia tidak lagi takut, panik, dan cemas. Hari ini, ia melihat Gabriella tidak lebih dari seperti tikus yang mencicit karena terjepit. "Kurasa Ibu bukan orang yang religius. Aku tak menyangka sematan itu akan keluar dari mulutmu," kata Leticia tenang. "Kau jalang kecil yang seperti ibumu!" Gabriella memukul-mukul kaca tebal di antara mereka. "Tenanglah, Ibu. Atau kau akan mendapat pemotongan waktu dan aku tidak sempat mengatakan selamat tinggal," ucap Leticia yang justru semakin meningkatkan emosi Gabriella.

  • Kembali ke Masa Lalu : Menikahi Suamiku Lagi    Bab 51. Antara Massimo dan Sofia

    Gabriella tersenyum puas saat berhasil menghentikan Massimo, tetapi ia tidak bisa merasa lebih lega lagi karena takut pada apa yang dipikirkan oleh pria itu. Meskipun keputusan ini di luar prediksinya, Gabriella hanya menginginkan setidaknya kebebasan Sofia, jika ini memang adalah kehancurannya. "Be-benar, aku mengatakan yang sesungguhnya. Hanya kau, malam itu, pelanggan yang tidak aman saat berhubungan denganku. Aku tidak pernah mengalaminya dengan pelanggan manapun, Massimo. Sofia adalah putrimu, tolong setidaknya bebaskan dia. Demi masa depannya." Gabriella mengeluarkan air mata, menangis, memohon dengan putus asa di hadapan Massimo untuk belas kasihnya. Tidak peduli dengan orang itu yang tidak memiliki belas kasihan, Gabriella berusaha mengetuk pintu hatinya dengan fakta ini. Wajah yang datar itu kini terdistorsi. Ia kembali melangkah ke arah kursi dan duduk berhadapan dengannya sekali lagi. Gabriella tampak sangat lega karena sebuah harapan yang tampak diberikan. Namun, ia san

  • Kembali ke Masa Lalu : Menikahi Suamiku Lagi    Bab 50. Identitas Sofia

    "Nyonya Gabriella, Anda memiliki kunjungan." Seorang petugas berseragam menghampiri sel tahanan dimana Gabriella menempati. Ketika mendengar hal tersebut, wanita yang dipanggil itu segera bangun. Gabriella menghampiri pintu besi yang memenjarakannya, lantas keluar setelah gembok dibuka. "Siapa yang mengunjungi saya? Pengacara saya sudah datang?" tanyanya penasaran di tengah langkah mereka. Petugas tidak menjawab. Namun, sesampainya di ruang kunjungan khusus, Gabriella mendapatkan jawabannya. Langkah kakinya terhenti ketika melihat siapa seseorang yang menunggunya. Ia membeku selama beberapa detik. "Waktu Anda hanya singkat, silahkan berbicara." Suara dari petugas tersebut mengintrupsi dirinya. Gabriella perlahan mendekat pada kursi yang berhadapan dengan lawan bicara, berhalangan kaca tebal. Ia duduk di sana dengan canggung, tetapi secara bersamaan berusaha tampak semenyedihkan mungkin. "Kau bahkan belum melalui sidang, tetapi tampangmu seakan telah hancur sepenuhnya." Tawa ejeka

  • Kembali ke Masa Lalu : Menikahi Suamiku Lagi    Bab 49. Nasib Sofia

    “Kau baik-baik saja, ‘kan?” tanya Leticia kembali setelah lama tidak ada pembicaraan di antara mereka. Helaan napas terdengar dari seberang telpon yang dilakukan oleh Tytan. Kini Leticia merasa sangat bersalah, di samping rasa kekhawatirannya. Tytan mungkin menganggap kekhawatirannya berlebihan jika semua baik-baik saja. Atau yang terparah, Tytan akan menganggap bahwa dirinya memiliki sisi yang posesif. Mengingat hal tersebut membuat Leticia sangat malu hingga ingin menutup telpon. Namun, demi memuaskan rasa khawatirnya ini, ia tetap ingin memastikan bagaimana kondisi suaminya. “Kau mengingkari janjimu padaku, Tytan,” ucap Leticia saat tidak ada lagi di antara mereka yang berbicara. “Maafkan aku, Sayang. Pekerjaanku mengharuskan aku agar tetap di sini, beberapa kali juga aku harus pergi ke kantor selama pergantian sekretaris baru.” Kali ini giliran Leticia yang menghela napas lega. Setidaknya Tytan terdengar baik-baik saja. “Aku tidak bermaksud untuk mengganggumu, maaf. Sejak kemar

  • Kembali ke Masa Lalu : Menikahi Suamiku Lagi    Bab 48. Kekhawatiran Leticia

    "Dasar gila!" ujar D'angelo setelah dipastikan hanya ada mereka bertiga di rumah ini, yang mana Gaspar jelas tak sadarkan diri. Seluruh wajah tanpa ekspresi itu luruh dan berganti dengan kernyitan di dahinya. Pertanda bahwaa ia sangat kesal dengan berdiri di posisinya kini. "Kenapa aku harus berada di sini?!" "Kenapa kau harus mengabaikan telponku? Darimana ide gila nan agresif itu, Tytan?!" Sekali lagi D'angelo menggerutu, tidak peduli dengan lawan bicaranya. Satu tak sadarkan diri dan yang lain tengah berjuang menahan rasa sakit mati-matian. "Simpan ocehanmu atau mengoceh lah sambil mengobati Gaspar!" seru Tytan setengah membentak dengan tidak sabar pada D'angelo. "Dia tidak tertembak! Dia tidak mati, dia hanya sekarat karena menjadi samsak tinju darinya!" balas D'angelo, yang kali ini menuruti perkataan Tytan. "Gaspar, kau bisa bangun? Bangunlah, aku harus mengurus bosmu yang terkena tembekan yang mana lukanya lebih darurat." Alih-alih memapahnya dan segera mengobati luka Gasp

  • Kembali ke Masa Lalu : Menikahi Suamiku Lagi    Bab 47. Sebuah Badai

    “Semua akan baik-baik saja, percayalah. Kau sudah bekerja dengan keras.” Tytan mengelus punggung Leticia yang berada dalam pelukannya usai serangkaian pembicaraan yang telah istrinya lakukan bersama polisi. Setelah membawa para polisi ke kediaman Ramona untuk menangkap Gabriella, Leticia turut memberikan keterangannya. Butuh waktu cukup lama hingga langit berubah gelap untuk menyelesaikan pertanyaan dari mereka. “Terima kasih sudah selalu menemaniku. Kau pasti sebenarnya sangat sibuk, ‘kan? Bagaimana bisa kau menundanya dan lebih memilih di sini?” Ada rasa bersalah dari nada pertanyaan yang dilontarkan. “Sudah kukatakan kau adalah prioritasku,” jawab Tytan gemas seraya mencium rambutnya lembut. “Ayo kita pulang,” ajaknya kemudian. “Tidak, aku akan tinggal di rumah untuk saat ini.” Pernyataan dari Leticia mendapatkan tatapan protes dari Tytan. Ia jelas tidak menyukai opsi tersebut. “Aku hanya sedikit merindukan Ayah, dan lagi, aku juga harus mempersiapkan pemakaman yang layak unt

DMCA.com Protection Status