Share

Bab 6. Dua Wajah

Author: RibyNabe
last update Last Updated: 2023-11-11 22:35:52

"Pria gila itu entah sedang membunuh siapa sekarang disaat anjing pemburunya menikah!" gerutu Gabriella, setelah satu kali percobaan telpon orang yang ditujunya tidak mengangkat.

Memilih menyerah karena dugaan di dalam pikirannya, wanita itu menghembuskan napas panjang. Membenarkan kembali penampilannya sekilas sebelum melangkah keluar.

Saat kaki jenjangnya baru menginjak lantai luar gereja, getaran ponsel di tangannya menghentikan langkah. Ia melihat sekilas nama di layar ponsel pintar miliknya sebelum menggesernya.

"Akhirnya kau mengangkatku, Massimo," sapa Gabriella penuh penekanan akan sindiran.

Semua umpatan dan kemarahan yang akan dilontarkan wanita itu tertahan karena telinganya menangkap sebuah suara bising di sebrang telpon. Seperti suara jeritan tertahan dan tembakan senjata api. Napas pria di seberang telpon juga terdengar terengah-engah.

"Ka-kau sibuk?" tanya Gabriella pelan, menurunkan nada suaranya hingga sangat lembut.

"Aku baru selesai dengan pekerjaanku, seperti yang kau duga dari sana." Kekehan terdengar dari suara berat pria tersebut.

Gabriella menghela napas pelan diam-diam. Ia menyesal telah menelponnya di waktu yang tidak tepat.

"Ada apa, Gabriella? Oh, kau di Cathedral, 'kan? Sudah bertemu anakku yang menikah dengan putrimu?" tanyanya beruntun.

"Aku memang sudah bertemu dengannya, tetapi ada sedikit masalah tadi," adu Gabriella setelah ia mempertimbangkan sejenak, akankah memberitahu pria bernama Massimo ini atau tidak.

"Masalah apa? Tytan sudah menikah dengannya, 'kan?" Suara berat itu kali ini bernada rendah, ditekan dengan sengaja.

Gabriella yakin jika perasaan Massimo kini memburuk. Salah-salah bisa ia yang terkena imbasnya. "Tentu saja mereka sudah menikah, meski Leticia sempat kabur tadi."

"Kabur?" Mood Massimo sangat cepat berubah seperti roller coaster, tidak ada yang mengetahuinya pasti. Kali ini ia bertanya dengan tawa kecilnya seolah terhibur. "Kenapa dia kabur?"

"Aku tidak tahu, dia biasanya selalu diam menerima dan gemetar ketakutan saat aku marahi. Entah dimana otaknya tadi saat mencoba melarikan diri."

"Lalu?" Massimo bertanya lagi, terdengar menikmati cerita Gabriella.

"Yah, dia bertemu pria itu. Kupikir dia orang asing, tetapi ternyata anakmu. Leticia mengakuinya sebagai kekasih dan ia tengah mengandung anaknya. Jadi, dia datang untuk menikah dengannya. Jika aku tidak tahu dia Tytan Castellano, aku mungkin akan percaya pada cerita karangannya. Lalu pernikahan ini akan semakin sulit," jelas Gabriella.

Tidak ada suara balasan apapun dari seberang telpon. Entah bagaimana suasana hati Massimo sekarang setelah mendengar semua penjelasan darinya. Keterdiaman dalam sikap dinginnya lebih mengerikan dari apapun.

"Massimo, kau masih di sana?" tanya Gabriella setelah detik demi detik berlalu.

"Jadi, Tytan menikah dengannya di altar gereja?" sahutnya melempar balik pertanyaan, tanpa menjawab.

"Ya, dan sekarang mereka berdua pergi bersama. Kudengar akan ke rumah anakmu di Madrid." Lagi pria itu tidak menjawab dan Gabriella melanjutkan dengan ragu, mencoba menenangkannya. "Massimo, mereka pada akhirnya sudah menikah. Tidak perlu khawatir, kerja sama kita tetap berjalan."

Suara sambungan telpon terputus sepihak oleh Massimo. Gabriella melihat ponselnya dan berdecak kesal, tetapi tak bisa melakukan apapun selain menggerutu dongkol. "Dasar pria ini!"

Setelah pembicaraan singkat tersebut usai, ia melanjutkan langkahnya menuju tempat parkir. Tidak ada mobil lain selain miliknya di sana, menandakan jika Leticia dan Tytan telah pergi.

"Kita kembali ke mansion," perintah Gabriella pada sang supir setelah masuk ke dalam mobil.

Menuruti sang majikan, supir tersebut mulai mengendarai mobilnya ke tempat yang diperintahkan. Sementara dalam perjalanan, Gabriella mengistirahtkan kepalanya. Sambil bernapas dengan tenang, ia kembali memikirkan sesuatu.

Leticia mengakui Tytan sebagai kekasih. Ia bertanya-tanya lagi apa mereka memang kekasih atau hanya sebuah kebohongan. Akan tetapi, jika itu sebuah kebohongan, rasanya mustahil pria yang dingin dan angkuh itu mau mengakuinya. Bagaimanapun Tytan adalah putra yang dibesarkan Massimo. Dan lagi, mereka memang akan menikah, tidak ada alasan bagi pria itu mengikuti skenario Leticia.

Tidak, tidak, Tidak mungkin mereka bisa saling mengenal satu sama lain sebelumnya. Ia telah melihat gadis itu tumbuh hingga sampai saat ini. Jadi, Gabriella yakin tidak ada pria yang sampai saat ini dekat dengan Leticia. Mungkin memang Tytan adalah orang yang kebetulan bertemu Leticia. Lalu melihat gadis itu yang putus asa menginginkan pertolongan karena menolak menikah. Tytan memanfaatkan kebodohan Leticia dengan mengikuti skenario tersebut. Bagaimanapun, ini telah berakhir baik.

"Kita sudah sampai, Nyonya." Sang supir telah mematikan mesin mobil, lalu melirik ke arah kaca spion tengah. Mereka memang sudah berada di depan pekarangan mansion. Ia turun ketika supirnya membukakan pintu mobil.

"Ibu!"

Begitu turun dari mobil, seorang gadis yang tampak seumuran dengan Leticia, menyambut kedatangan Gabriella. Dari mendengar panggilannya saja, siapapun sudah bisa menebak jika dia adalah putri Gabriella. Dan dari respon Gabriella, jelas gadis itu memang adalah darah dagingnya.

"Sofia, Darling. I'm home. Bagaimana kuliahmu hari ini?" sapa Gabriella hangat sembari memeluk putrinya yang berusia 2 tahun lebih muda dari Leticia.

"Yah ... begitulah, tidak ada yang menyenangkan. Tetapi ketika aku mendengar ini adalah hari itu, aku buru-buru pulang untuk bertemu Ibu!" ceritanya menggebu.

Gabriella tertawa kecil sambil mengelus lembut rambut Sofia. Keduanya berjalan beriringan masuk ke dalam mansion mewah tersebut yang disambut oleh para pelayan. Mereka masing-masing mengambil tas dan melepas mantel wanita itu, sebelum membawanya.

"Apa Leticia sudah menikah dan resmi keluar dari rumah kita?" tanya Sofia di tengah langkah mereka, masih dengan nada ceria dan semangatnya.

"Ya, dia sudah menikah dan tidak akan kembali lagi kemari. Dia mungkin akan membusuk atau mati muda di samping pria itu." Jawaban dari sang ibu menambah senyuman yang terukir di wajah cantiknya.

"Bagus, dan aku juga berharap agar semua harta–"

"Gabriella ..." Suara samar seseorang yang memanggil Gabriella, membuat atensi kedua perempuan berbeda generasi itu beralih.

"Gabriella!" Panggilannya sedikit lebih kencang, tetapi tidak terlalu jelas.

"Coming, Sayang." Berbeda dengan cara bicaranya, ekspresi wajah wanita itu tampak menahan amarah.

"Ayah sejak tadi sudah ingin sekali bertemu dengan ibu," ucap Sofia padanya sebelum ia ditinggalkan begitu saja.

Suara sepatu hak tinggi milik Gabriella terdengar nyaring berbenturan dengan lantai marmer mansion. Ia berjalan di lorong dan berhenti di depan salah satu pintu kamar. Kamar yang menjadi sumber panggilannya tadi.

"Ella!" Sekali lagi namanya terpanggil, kali ini lebih kencang dan jelas.

Gabriella mengetuk pintu kamar di depannya sebelum masuk ke dalam. Saat pintu kamar terbuka, tampaklah seorang pria yang terbaring di atas ranjang. Tubuhnya kurung kering, terlihat hanya tulang dan kulitnya saja yang menonjol keriput. Berbanding terbalik dengan dirinya yang adalah istrinya. Padahal usia mereka tidak berbeda jauh.

Dalam wajah yang tersenyum hangat itu, Gabriella memendam kekesalan dan kemarahannya. Ia bertanya-tanya, kapan pria yang menyandang status sebagai suaminya ini akan mati. Ia sudah membuatnya seperti mayat hidup, tetapi nyawanya belum tercabut juga.

"Aku di sini, kau mendengar kepulanganku tadi?" Entah sebuah keajaiban atau apa, meski kondisi tubuhnya seperti ini, seluruh indranya masih berfungsi.

'Apa aku naikkan saja dosisnya? Anak itu sudah tidak ada, sekarang gilirannya,' pikirnya masih dengan senyum hangat di wajah tersebut.

"Bagaimana dengan Leticia? Apa dia benar sudah menikah dengan pria pilihanmu itu?" tanyanya.

"Iya, Leticia sudah menikah, Rafael. Dia sudah bersama suaminya sekarang di Madrid dan akan bahagia. Tuan Castellano adalah orang yang baik dan juga kaya. Pria itu akan membahagiakannya."

Wajahnya yang tirus, tampak tersenyum lega. Begitu juga dengan Gabriella yang tersenyum membalasnya. "Ini adalah pilihan yang baik bagi keluarga kita dan Leticia. Dia seorang pengusaha besar juga yang akan membantu kita, apalagi Leticia di masa depannya."

Rafael menghela napas dalam. "Semoga saja Leticia tidak menganggap jika pernikahan ini adalah untuk menjualnya."

"Mana mungkin, dia pasti akan bahagia. Suaminya juga sangat tampan," ungkapnya.

"Aku bahagia jika putri dan keluargaku juga bahagia."

"Karena itulah sekarang kau beristirahat saja. Pulihkan tubuhmu, untuk sekarang aku akan mengurus perusahaan sebelum Leticia memegang semua kendali."

"Ya ..." Rafael menyetujui tanpa protes dan mulai memejamkan matanya.

Gabriella beranjak dari duduknya kemudian membenarkan selimut di tubuh sang suami. Setelah itu keluar dan menutup pintu dengan hati-hati.

Begitu pintu tertutup, wajah Gabriella yang halus, ramah, dan penuh senyuman hangat, berubah kala ia telah benar-benar di luar. Wajahnya berubah datar dengan alis berkerut, giginya bergemelutuk, dan tangannya mengepal. Ia mencoba mati-matian menahan emosinya karena ucapan dari pria tua yang sekarat itu.

Dia memberikan banyak pekerjaan, tetapi sama sekali tidak memberikan harta miliknya. Selalu mengatakan jika perusahaan itu adalah milik Leticia, seakan dirinya dan putrinya bukanlah bagian dari Ramona. Bekerja keras untuk perusahaan besar keluarga ini tanpa mendapatkan hartanya. Sekalian saja Gabriella mengambil seluruh harta keluarga ini seperti tujuan awalnya.

"Kak Lucia, kau benar-benar beruntung. Dan aku lebih beruntung karena kau sudah mati lalu memberikan posisi ini padaku."

-

-

-

To be continued

Related chapters

  • Kembali ke Masa Lalu : Menikahi Suamiku Lagi    Bab 7. Rumah Tytan & Keputusan Berbeda (Revisi)

    “Leticia …” “Leticia!” Ingin sekali Leticia membuka kedua matanya dan melihat siapa gerangan yang memanggil, tetapi tidak bisa. Rasanya terlalu berat dan sulit, seperti tubuhnya yang sudah sangat kaku. Suara asing yang memanggil itu bisa dipastikan milik seorang pria. Dari nada suaranya, ia terdengar sangat mencemaskan dirinya. Tidak ada sosok pria yang dikenalnya dengan baik selain ayahnya. Namun sayang, suara tersebut bukanlah milik sang ayah. "Leticia." "Leticia, kau baik-baik saja?" Sebuah tepukan pelan terasa di pipinya. Leticia sekali lagi berusaha untuk membuka mata perlahan meski rasa kantuk masih terasa. Tubuhnya kali ini tidak kaku ataupun kesakitan seperti sebelumnya. Pandangan buram miliknya perlahan semakin jelas memperlihatkan siluet wajah seorang pria tampan. "Leticia, kau baik-baik saja? Kau sudah bangun?" tanya suara tersebut terdengar kembali. Rasa pening menghantam kepala Leticia. Ia mengingat sebuah kilas balik masa lalu dimana dirinya sekarat tadi. Kini ia

    Last Updated : 2023-11-13
  • Kembali ke Masa Lalu : Menikahi Suamiku Lagi    Bab 8. Hanya Pernikahan Kontrak (Revisi)

    ‘Aku baru menyadari jika rumah ini ternyata dikelilingi pohon yang rimbun,” komentar Leticia ketika ia keluar dari kamarnya, menelusuri lorong sambil mencari kamar Tytan. Setelah mandi dan mengganti pakaian, Leticia memutuskan untuk menemui Tytan. Tidak dipungkiri jika ia memang lelah, tetapi setelah tubuhnya terkena air, rasa lelah itu tidak terlalu terasa. Sambil melihat-lihat rumah pria itu yang ternyata lebih indah jika diperhatikan lagi. Meski kesan gelap dan suram sangat kuat karena pemilihan warna cat dan furniturenya. Ditambah lokasi dari rumah ini sendiri menambah auranya. Alasan Leticia cukup berani untuk mencari kamar Tytan adalah karena ukuran rumah ini tidak terlalu besar. Hanya dua lantai, dimana lantai satu tidak ada kamar lagi. Bisa terlihat dari lantai dua jika hanya ada ruang tamu yang luas, dapur dan meja makan, juga satu kamar mandi. Ia bisa menebak jika Tytan ada di salah satu dari dua ruangan tersisa di lantai dua ini. Sebelum sampai di ruangan pertama, Leticia

    Last Updated : 2023-11-15
  • Kembali ke Masa Lalu : Menikahi Suamiku Lagi    Bab 9. Bagaimana Perasaan Tytan?

    "Eugh ..." Lenguhan keluar dari mulut Leticia, merasakan sinar matahari yang rasanya begitu menyengat. Tanpa mengubah posisi, tangan Leticia berusaha menghalau sinar tersebut. Namun, tak ayal tetap terasa silaunya yang mau tak mau membuat gadis itu terbangun. Kali ini ia berguling ke samping, menghindari tempat dimana sinar matahari menyorot. Ini adalah pagi pertama di rumah Tytan. Tidak ada suara hiruk pikuk khas kota metropolitan. Yang ada adalah suara kicauan burung dan tetesan-tetesan air embun. Terdengar sangat menyenangkan, tinggal di rumah yang dikelilingi pohon rimbun seperti hutan. Sangat asri. "Jam berapa ini?" gumam Leticia sembari membuka matanya sedikit, melirik ke arah jam digital di atas nakas. Seperti kebiasaannya yang sudah terbentuk, tepat pukul 7.30 pagi gadis itu sudah bangun. Tidak peduli selarut atau secepat apapun ia tertidur, pada pukul itulah dirinya terbangun. Karena tidak bisa lagi kembali tertidur, Leticia mengubah posisi tubuhnya menjadi duduk. Mengump

    Last Updated : 2023-11-19
  • Kembali ke Masa Lalu : Menikahi Suamiku Lagi    Bab 10. Keraguan Gaspar

    “Leticia,” panggil Tytan yang membuat gadis itu menoleh ke arahnya. Leticia menelan lebih dulu makanannya sebelum menyahut, “Ya?” “Aku harus segera pergi lebih dulu. Setelah kenyang, kau boleh beristirahat kembali atau berjalan-jalan di sekitar rumah ini.” Ia berdiri dari duduknya setelah mengatakan hal tersebut. Mendapatkan anggukan dari Leticia, barulah Tytan pergi dari meja makan. Netra obsidian yang menyorot tajam itu memandang ke arah tiga orang yang sibuk mengobrol dekat meja makan. Ia bisa melihat mereka bertiga dari sejak ketika bercakap-cakap dengan Leticia tadi. Melihat mereka membuat Tytan kesal dan merasa perlu menegur ketiga bodyguard-nya ini yang tampak menganggur. “Akhirnya akan ada romansa di kehidupan Tuan Muda.” Tytan menghentikan langkahnya ketika mendengar suara Diego. Ia berusaha memastikan jika pendengarannya tadi tidak bermasalah. Ia tidak percaya jika pembicaraan seperti ini akan menjadi topik di antara para pria yang sangat bengis ini ketika memegang senja

    Last Updated : 2023-11-20
  • Kembali ke Masa Lalu : Menikahi Suamiku Lagi    Bab 11. Kesamaan Mereka

    “Nyonya, apa saya boleh bertanya?” Perkataan Diego menghentikan langkah Leticia, lantas gadis itu menoleh dan bertanya balik, “Apa itu?” “Apa kaki Anda benar-benar terluka?” Kernyitan timbul di dahi Leticia karena kebingungan. Siapapun bisa melihat kaki miliknya yang masih membengkak, meski telah lebih baik sekarang. Karena itulah ia bingung apakah itu murni sebuah pertanyaan atau hanya sindiran. “Ya, memang kenapa? Kakiku mungkin terluka, tetapi bukan berarti aku lumpuh," jawabnya. “Saya rasa begitu, tetapi langkah kaki Anda lebih cepat dari seseorang yang normal.” Dalam beberapa detik yang kosong Leticia terdiam, kemudian tawanya terdengar. Ia tanpa sadar mengutarakan apa yang dipikirkan olehnya. “Apa itu sebuah sindiran atau pujian?” “Hanya pertanyaan yang membuat saya bingung.” Diego turut tertawa mendengarnya. "Kenapa? Apa kau kesulitan menyamai langkahku?" tanya Leticia sembari kembali melanjutkan langkahnya dengan lebih pelan. Ia sendiri tidak sadar jika telah berjalan le

    Last Updated : 2023-11-21
  • Kembali ke Masa Lalu : Menikahi Suamiku Lagi    Bab 12. Sebuah Kebebasan

    “Ekhem!” Leticia menarik kursi meja makan, mencoba mengalihkan atensi seseorang yang sibuk berkutat dengan peralatan dapur. Tujuannya itu akhirnya tercapai ketika Tytan menoleh dan berbalik. “Apa ada yang bisa aku bantu?” Segera Leticia bertanya dengan senyum kecil ramah menghiasi wajahnya. “Tentu ada yang bisa kau bantu untukku,” jawabnya yang semakin melebarkan senyum gadis itu. Leticia mengurungkan niatnya yang hendak duduk, ia berjalan menghampiri sang suami. “Apa yang bisa aku lakukan?” Leticia bertanya lagi, mendapatkan tatapan dari Tytan. “Apa makanan kesukaanmu?” Kali ini ia menyerngit bingung pada mulanya, tetapi tak urung menjawab. “A-apapun bisa aku makan.” “Baiklah, kali ini kita akan makan malam dengan albondigas. Kau boleh duduk lagi, Leticia.” Tytan kembali mengalihkan atensi pada masakan di wajan yang tengah ia masak. “Te-tetapi aku ingin membantumu,” bujuk Leticia sedikit merengek. “Itu saja bantu

    Last Updated : 2023-11-22
  • Kembali ke Masa Lalu : Menikahi Suamiku Lagi    Bab 13. Pergi Tanpa Pamit

    “Tuan Muda, mereka sudah menunggu Anda.” Tytan baru saja keluar dari ruang ganti ketika Gaspar mengatakan laporannya. Pria itu mengenakan sarung tangan hitamnya sambil berjalan ke arah rak buku yang ada di kamar ini. Ketika salah satu buku diambil, rak tersebut bergeser pelan ke samping. Mulai memperlihatkan satu persatu berbagai macam senjata yang tertata rapi di sana. Tytan berdiri memandangi semua miliknya dengan pandangan mempertimbangkan. “Mulai besok, kaulah yang akan memimpin,” ucap Tytan memulai pembicaraan sambil meraih salah satu senapan tersebut. Tanpa perlu menjelaskan lebih jauh, ia yakin jika Gaspar sudah mengetahui apa alasannya. Ia berbalik setelah menjatuhkan pilihannya dan berjalan menuju ke meja kerjanya. Mulai mengisi senapannya dengan peluru yang sesuai dan cocok jenisnya. “Baik, saya akan melakukan tugas saya dengan baik. Tolong berhati-hatilah. Kapan tepatnya Anda berangkat?” tanya Gaspar kemudian. Tytan menole

    Last Updated : 2023-11-23
  • Kembali ke Masa Lalu : Menikahi Suamiku Lagi    Bab 14. Sakit

    "Nyonya, saya tidak akan mendengarkan Anda lagi, saya akan memberitahu Paman Gaspar untuk memanggil dokter kemari." Diego kalang kabut melihat nasib Leticia yang tampak semakin lemah saat ia masuk ke dalam kamar untuk mengecek kondisinya. Jika mengetahui akan seperti ini kondisinya beberapa hari ke depan, ia tidak akan mendengar Leticia untuk hanya mengompres dan memberikan sedikit obat. Ia terlambat menyadari jika demam ini mungkin bukan demam biasa. Pasti ada kaitannya dengan kebiasaan makan itu. Selama beberapa hari kemarin, Leticia telah berusaha memaksakan diri melawan kebiasaannya. Berharap itu akan menyembuhkan penyakit pencernaan yang mungkin 'hanya' disebabkan oleh kebiasaan. Namun, alih-alih sembuh, hasilnya gadis itu malah jatuh sakit, dan sudah tiga hari belum kunjung membaik. Diego menjadi semakin merasa bersalah, apalagi tidak memberitahu Gaspar. Dia mungkin akan segera memberitahu Tytan dan kemungkinan semua yang disembunyikan Leticia akan ketahuan. Tetapi bukan itu

    Last Updated : 2023-11-23

Latest chapter

  • Kembali ke Masa Lalu : Menikahi Suamiku Lagi    Bab 55. Mengetahui Kebenaran (II)

    "Ini ruangan dimana mendiang Tuan Ramona dan Nyonya Gabriella dulu bekerja, Nona Leticia." Tuan Armond, pria paruh baya yang kala itu datang ke rumah Leticia dan banyak membantunya, kini juga yang menolongnya. Hanya dia satu-satunya yang terpikirkan dalam benaknya setelah berdebat dengan Tytan. Leticia juga sudah melihat latar belakang Tuan Armond, sehingga ia cukup beruntung karena posisi tingginya yang dipastikan mengetahui lebih baik dari siapapun tentang perusahaan. Gabriella yang mengetahui Tytan dan kerja sama di antara kedua perusahaan, Leticia pasti menemukan sesuatu di kantor. "Maaf saya merepotkan Anda, Tuan. Saya masih memiliki banyak kekurangan, saya masih memerlukan bantuan Anda." Tuan Armon tertawa kecil, menunduk tak enak pada Leticia. "Anda tidak perlu sungkan, saya sebagai bawahan tentu saja akan menolong Anda." Semenjak pria ini datang ke rumahnya beberapa waktu lalu, Leticia bisa merasakan jika orang ini adalah tipe orang yang senang menjilat. Tidak heran jika dia

  • Kembali ke Masa Lalu : Menikahi Suamiku Lagi    Bab 54. Mengetahui Kebenaran

    "Aku turut berduka cita atas meninggalnya ayahmu, Leticia. Sebagai besan, kami bahkan belum sempat bertemu satu sama lain." Massimo dengan cerdiknya mengatur ekspresi wajahnya dan membawa Leticia pada pembicaraan yang hangat dan normal. Seolah ia menghargai hubungan harmonis antara menantu dan mertua yang tengah dijalaninya. Leticia yang polos tanpa mengetahui apapun sudah terkelabui. Sementara Tytan dan D'angelo yang sulit menerima sikap tersebut dari Massimo tidak bisa turut mengikuti permainannya. Sehingga Leticia mau tak mau menaruh curiga bahwa hubungan ayah dan anak keduanya tidak terlalu baik. Bagaimana bisa mereka melakukannya sementara selama ini yang sudah mereka lihat adalah sisi terkejamnya? "Tidak apa, Ayah. Ayah pasti sangat sibuk dan Ayah saya juga sakit sehingga sulit untuk bepergian,” kata Leticia menenangkan. Massimo mengelus rambut Leticia dan menatapnya penuh kemalangan. "Jangan khawatir, Nak. Anggap saja aku ayah kandungmu sendiri. Aku selalu ingin memiliki se

  • Kembali ke Masa Lalu : Menikahi Suamiku Lagi    Bab 53. Pertemuan Pertama

    "Le-leticia?" Baik Tytan maupun Leticia sama-sama membeku ketika melihat satu sama lain. Mereka juga sama-sama merasa malu, baik itu Tytan yang dilihat dan Leticia yang melihat. Brak! Leticia segera menutup pintu dengan sedikit keras, berusaha menutupi wajahnya yang memerah. Ia menyesali dirinya yang terlalu bersemangat, sehingga berakhir dengan melihat pemandangan tubuh Tytan yang setengah telanjang dan basah. Leticia menepuk-nepuk pipinya berulang kali untuk menetralkan rasa gugup. 'Tunggu, bukankah kami sudah melihat satu sama lain?' tanya Leticia dalam batin pada dirinya sendiri. Leticia mengangguk sekali, merasa jika ini adalah hal yang wajar bagi mereka berdua. Leticia kembali membuka pintu dan tidak melihat Tytan lagi. "Tytan?" panggil Leticia. "Aku sedang memakai baju, Sayang!" Jawaban Tytan bersamaan dengan tangan Leticia yang membuka knop pintu ruang ganti. Tytan tampak terburu-buru mengenakan kaos panjangnya. Namun, sayangnya itu terlambat karena apa yang ingin disem

  • Kembali ke Masa Lalu : Menikahi Suamiku Lagi    Bab 52. Putri Nyonya Watson

    Ekspresi Gabriella tampak kecewa ketika melihat Leticia yang duduk di balik kaca pengunjungnya. Begitu petugas sipir melepaskannya, langkah Gabriella bergegas datang ke arah Leticia. Dari ekspresi wajah yang terlihat, ia jelas menyimpan dendam yang teramat dalam. Tentu saja setelah semua yang terjadi dan Leticia lakukan. "Untuk apa lagi kau datang kemari, anak durhaka! Sudah puas kau menghancurkan diriku dan putriku?!" bentak Gabriella. Kali ini Leticia tidak memberikan respon. Ia tidak lagi takut, panik, dan cemas. Hari ini, ia melihat Gabriella tidak lebih dari seperti tikus yang mencicit karena terjepit. "Kurasa Ibu bukan orang yang religius. Aku tak menyangka sematan itu akan keluar dari mulutmu," kata Leticia tenang. "Kau jalang kecil yang seperti ibumu!" Gabriella memukul-mukul kaca tebal di antara mereka. "Tenanglah, Ibu. Atau kau akan mendapat pemotongan waktu dan aku tidak sempat mengatakan selamat tinggal," ucap Leticia yang justru semakin meningkatkan emosi Gabriella.

  • Kembali ke Masa Lalu : Menikahi Suamiku Lagi    Bab 51. Antara Massimo dan Sofia

    Gabriella tersenyum puas saat berhasil menghentikan Massimo, tetapi ia tidak bisa merasa lebih lega lagi karena takut pada apa yang dipikirkan oleh pria itu. Meskipun keputusan ini di luar prediksinya, Gabriella hanya menginginkan setidaknya kebebasan Sofia, jika ini memang adalah kehancurannya. "Be-benar, aku mengatakan yang sesungguhnya. Hanya kau, malam itu, pelanggan yang tidak aman saat berhubungan denganku. Aku tidak pernah mengalaminya dengan pelanggan manapun, Massimo. Sofia adalah putrimu, tolong setidaknya bebaskan dia. Demi masa depannya." Gabriella mengeluarkan air mata, menangis, memohon dengan putus asa di hadapan Massimo untuk belas kasihnya. Tidak peduli dengan orang itu yang tidak memiliki belas kasihan, Gabriella berusaha mengetuk pintu hatinya dengan fakta ini. Wajah yang datar itu kini terdistorsi. Ia kembali melangkah ke arah kursi dan duduk berhadapan dengannya sekali lagi. Gabriella tampak sangat lega karena sebuah harapan yang tampak diberikan. Namun, ia san

  • Kembali ke Masa Lalu : Menikahi Suamiku Lagi    Bab 50. Identitas Sofia

    "Nyonya Gabriella, Anda memiliki kunjungan." Seorang petugas berseragam menghampiri sel tahanan dimana Gabriella menempati. Ketika mendengar hal tersebut, wanita yang dipanggil itu segera bangun. Gabriella menghampiri pintu besi yang memenjarakannya, lantas keluar setelah gembok dibuka. "Siapa yang mengunjungi saya? Pengacara saya sudah datang?" tanyanya penasaran di tengah langkah mereka. Petugas tidak menjawab. Namun, sesampainya di ruang kunjungan khusus, Gabriella mendapatkan jawabannya. Langkah kakinya terhenti ketika melihat siapa seseorang yang menunggunya. Ia membeku selama beberapa detik. "Waktu Anda hanya singkat, silahkan berbicara." Suara dari petugas tersebut mengintrupsi dirinya. Gabriella perlahan mendekat pada kursi yang berhadapan dengan lawan bicara, berhalangan kaca tebal. Ia duduk di sana dengan canggung, tetapi secara bersamaan berusaha tampak semenyedihkan mungkin. "Kau bahkan belum melalui sidang, tetapi tampangmu seakan telah hancur sepenuhnya." Tawa ejeka

  • Kembali ke Masa Lalu : Menikahi Suamiku Lagi    Bab 49. Nasib Sofia

    “Kau baik-baik saja, ‘kan?” tanya Leticia kembali setelah lama tidak ada pembicaraan di antara mereka. Helaan napas terdengar dari seberang telpon yang dilakukan oleh Tytan. Kini Leticia merasa sangat bersalah, di samping rasa kekhawatirannya. Tytan mungkin menganggap kekhawatirannya berlebihan jika semua baik-baik saja. Atau yang terparah, Tytan akan menganggap bahwa dirinya memiliki sisi yang posesif. Mengingat hal tersebut membuat Leticia sangat malu hingga ingin menutup telpon. Namun, demi memuaskan rasa khawatirnya ini, ia tetap ingin memastikan bagaimana kondisi suaminya. “Kau mengingkari janjimu padaku, Tytan,” ucap Leticia saat tidak ada lagi di antara mereka yang berbicara. “Maafkan aku, Sayang. Pekerjaanku mengharuskan aku agar tetap di sini, beberapa kali juga aku harus pergi ke kantor selama pergantian sekretaris baru.” Kali ini giliran Leticia yang menghela napas lega. Setidaknya Tytan terdengar baik-baik saja. “Aku tidak bermaksud untuk mengganggumu, maaf. Sejak kemar

  • Kembali ke Masa Lalu : Menikahi Suamiku Lagi    Bab 48. Kekhawatiran Leticia

    "Dasar gila!" ujar D'angelo setelah dipastikan hanya ada mereka bertiga di rumah ini, yang mana Gaspar jelas tak sadarkan diri. Seluruh wajah tanpa ekspresi itu luruh dan berganti dengan kernyitan di dahinya. Pertanda bahwaa ia sangat kesal dengan berdiri di posisinya kini. "Kenapa aku harus berada di sini?!" "Kenapa kau harus mengabaikan telponku? Darimana ide gila nan agresif itu, Tytan?!" Sekali lagi D'angelo menggerutu, tidak peduli dengan lawan bicaranya. Satu tak sadarkan diri dan yang lain tengah berjuang menahan rasa sakit mati-matian. "Simpan ocehanmu atau mengoceh lah sambil mengobati Gaspar!" seru Tytan setengah membentak dengan tidak sabar pada D'angelo. "Dia tidak tertembak! Dia tidak mati, dia hanya sekarat karena menjadi samsak tinju darinya!" balas D'angelo, yang kali ini menuruti perkataan Tytan. "Gaspar, kau bisa bangun? Bangunlah, aku harus mengurus bosmu yang terkena tembekan yang mana lukanya lebih darurat." Alih-alih memapahnya dan segera mengobati luka Gasp

  • Kembali ke Masa Lalu : Menikahi Suamiku Lagi    Bab 47. Sebuah Badai

    “Semua akan baik-baik saja, percayalah. Kau sudah bekerja dengan keras.” Tytan mengelus punggung Leticia yang berada dalam pelukannya usai serangkaian pembicaraan yang telah istrinya lakukan bersama polisi. Setelah membawa para polisi ke kediaman Ramona untuk menangkap Gabriella, Leticia turut memberikan keterangannya. Butuh waktu cukup lama hingga langit berubah gelap untuk menyelesaikan pertanyaan dari mereka. “Terima kasih sudah selalu menemaniku. Kau pasti sebenarnya sangat sibuk, ‘kan? Bagaimana bisa kau menundanya dan lebih memilih di sini?” Ada rasa bersalah dari nada pertanyaan yang dilontarkan. “Sudah kukatakan kau adalah prioritasku,” jawab Tytan gemas seraya mencium rambutnya lembut. “Ayo kita pulang,” ajaknya kemudian. “Tidak, aku akan tinggal di rumah untuk saat ini.” Pernyataan dari Leticia mendapatkan tatapan protes dari Tytan. Ia jelas tidak menyukai opsi tersebut. “Aku hanya sedikit merindukan Ayah, dan lagi, aku juga harus mempersiapkan pemakaman yang layak unt

DMCA.com Protection Status