“Mengapa aku masih di benci?” bisik Leary bertanya pada kesunyian.Sekali lagi Leary menghapus air matanya.Pertanyaan sederhana yang terucap itu terdengar di telinga Darrel. Sejenak Darrel mematung kaget hingga merasakan ada sebuah tamparan hebat yang memukul wajahnya.Leary membuang mukanya dan mencoba untuk berhenti menangis.Sebuah pergerakan bayang melewati Leary, tanpa terduga, Darrel duduk di ujung kursi kayu yang Leary duduki. Darrel tidak tahu mengapa dia memutuskan ini, namun ada dorongan kuat yang membuat Darrel ingin melihat taman juga.Leary segera menurunkan kakinya dan tertunduk menyembunyikan kesedihan yang sempat dia tunjukan. Sesaat Leary mencuri-curi pandang pada Darrel yang kini duduk di sisinya.“Olivia” Darrel bersuara. “Apa yang Olivia lakukan selama di desa Bibury?”Leary kembali tertunduk, anak itu terdiam cukup lama karena terkejut, ini untuk pertama kalinya Darrel menanyakan ibunya setelah hampir tiga minggu lamanya Leary tinggal bersama kelurga McCwin.Lea
“Namamu siapa?” tanya Liebert.Perlahan Leary mengangkat wajahnya, anak itu mengerjap tidak percaya jika Liebert akan menanyakan namanya. Dengan ragu Leary memberanikan diri mengulurkan tangan kecilnya untuk bersalama.Entah mengapa, Leary merasa percaya bila berbicara dengan orang-orang yang di kenal Chaning dan Ferez.Sesaat Liebert terdiam, pria itu melihat tangan Leary yang berada di depannya. Liebert menerima uluran tangan kecil Leary yang terasa begitu mudah untuk bisa dia patahkan dan dia banting jika ingin.“Nama saya Leary, Paman.”Liebert terpaku, pria itu tidak bersuara dan hanya melihat sorot mata Leary yang terasa begitu dia kenal. Liebert tidak dapat mengalihkan pandangannya dari wajah mungil Leary tersenyum cantik begitu familiar dalam ingatannya. “Namaku, Liebert,” jawab Liebert terdengar seperti bisikan.“Paman, apa Anda temannya paman baik, maksud-maksud saya teman baik Chaning.”Liebert mengangguk. “Kenapa?”Liebert tersentak merasakan perasaan kehilangan begitu Lear
“Kakak” panggil Ellis mengejar Petri yang berjalan lebih dulu di depannya. Sejak kejadian keributan tadi pagi, Petri dan Ellis belum terlibat percakapan sama sekali. Ellis tahu bahwa Petri marah dan kecewa kepadanya, karena itu Petri memilih diam dan tidak membela siapapun. Meski Ellis terkadang manja dan bersikap egois, namun dia tidak ingin Petri marah apalagi berjauhan dengannya. Ellis menyayangi Petri seperti kakak kandungnya sendiri, Ellis merasa sedih jika hubungannya dengan Petri menjadi merenggang.Petri berbalik dan melihat Ellisa yang berlari ke arahnya. Ellis menarik napasnya dalam-dalam, anak itu berdiri menatap Petri dengan mata berkaca-kaca terdorong perasaan meledak-ledak karena emosional melihat sorot mata Petri yang di penuhi kekecewaan namun dia menahan ucapannya agar tidak membuat Ellis menangis.“Kakak,” panggil Ellis lagi dengan suara yang lebih tenang. “Untuk kejadian tadi pagi, aku benar-benar meminta maaf,” ungkapnya dengan terbata.Petri tidak langsung menja
Hari ini Darrel pulang lebih awal dari biasanya, Darrel pulang lebih cepat karena mendapatkan undangan pesta dari kakaknya, Adelle McCwin. Kakak Darrel membuat pesta perayaan ulang tahun pernikahannya dengan suaminya.Darrel memiliki hubungan yang baik dengan Adelle, mereka jarang bertemu karena kesibukan mereka masing-masing, karena itu dia harus datang ke pesta. “Saya sudah memberitahu nona Ellis dan tuan Petri untuk bersiap-siap,” kata Andrew.Darrel mengangguk mengerti, pria itu terus melangkah melanjutkan perjalanannya menuju kamar.“Anu, Tuan,” panggil Andrew. Darrel berhenti melangkah dan kembali berbalik menghadap Andrew. “Ada apa?”“Nyonya Adelle sudah tahu kabar nona Leary. Apa sebaiknya Anda juga membawanya agar nyonya Adelle tidak bertanya jika nanti dia menanyakan nona Leary?”Darrel sempat terdiam cukup lama, menimang-nimang keputusan apa yang harus dia ambil. “Bawa saja anak itu,” putus Darrel.Andrew mengangguk dengan senyuman, secepatnya dia pergi menemui Burka dan m
“Anu, Tuan” sapa Leary dengan senyuman.Pelayan itu membalasnya dengan senyuman hangat dan anggun formal.“Apa saya boleh mengambil makanan di meja?” tanya Leary terbata.Pelayan itu sempat dibuat terkejut mendengar pertanyaan Leary, dengan cepat dia kembali bersikap normal dan menampilkan senyumannya lagi. “Tentu saja, Nona. Anda boleh memakan semua kue dan minuman di meja sebelah kanan itu. Tapi Anda harus ingat, Anda tidak boleh mengambil makanan yang ada di meja sebelah kiri, takutnya ada alcohol karena khusus orang dewasa,” jelasnya dengan seksama.Leary menatap takjub, anak itu mengangguk cepat dengan senyuman lebarnya. “Terima kasih, Tuan.”“Tentu, Nona. Dengan senang hati.”Leary langsung berlari pergi menuju meja-meja sebelah kanan dan melihat setiap kue dan makanan lain yang tersedia disana. “Anak yang sopan,” pelayan itu berdecak kagum melihat sikap Leary yang jarang dia temukan dari anak-anak seusianya.“Dia siapa? Tadi aku melihatnya datang bersamamu” tanya Jandis, teman
“Jika bukan pelayan, lalu apa?”Leary langsung tertunduk sedih kebingungan harus menjawab apa. Leary sendiri mempertanyakan apa arti dirinya di dalam rumah keluarga McCwin.“Paman Darrel” panggil Jandis dengan keras, semua orang yang berada di pesta sampai melihat Darrel.Darrel yang baru menuruni tangga langsung melihat Jandis, memperhatikan ketegangan di antara Jandis dan Leary yang kini tertunduk gemetar.“Paman, anak ini siapa? Ellis bilang dia anak pelayan, tapi dia bilang dia bukan pelayan, yang benar yang mana?” tanya Jandis dengan berani.Ellis yang sejak tadi duduk senang langsung dibuat tertunduk ketakutan, begitu pula dengan Petri yang langsung khawatir akan terjadi sebuah keributan lagi akibat ulah Ellis.Darrel terdiam cukup lama seolah sangat berat untuk dia mengakui Leary anaknya di hadapan semua orang. Apalagi kini suasana hati Darrel tengah tidak baik karena ucapan Adelle. “Acaranya akan segera di mulai, Petri, Ellis, ayo ke atas,” jawab Darrel tidak menanggapi pertany
Petri terdiam dalam keramaian, anak itu melihat ke penjuru arah tersadar jika Leary sudah tidak ada lagi di sekitarnya, padahal pesta utama sedang berlangsung. Leary berjalan melewati setiap sudut ruangan mencari-cari Leary yang benar-benar tidak ada di ruanan pesta.Ellis sedang bersenang-senang dengan semua orang, anak itu tengah menari bersama. sementara Darrel, sejak berbicara secara khusus dengan Adelle, kini dia terlihat menjauh dari keramaian dan sibuk berbicara dengan satu dua orang rekan bisnisnya saja.“Mencari siapa?” tanya Adelle yang tahu-tahu sudah berada di sisi Petri.Petri mengangkat wajahnya, melihat Adelle yang tersenyum lembut kepadanya. Petri tidak menjawab karena dia tidak ingin menunjukan ketertarikn sedikitpun dengan urusan Leary.Jauh di lubuk hati Petri dia sangat khawatir, ada sesuatu yang mengganjal di dalam hatinya bila teringat tindakan Darrel beberapa saat yang lalu.Petri memang tidak suka Leary, dia juga tidak ingin berurusan dengan Leary. Namun sikap
Petri segera masuk dan memasang sabuk pengaman. “Ayah, bibi Adelle bilang jika Leary menunggu di depan gerbang, kita harus menunggunya di sana.”Darrel tidak menyahut, pria itu lebih sibuk dengan pikirannya sendiri yang teringat perkataan Adelle mengenai keterlibatan Wony, sahabat Darrel. Adelle menuduh sahabat Darrel sudah menciptakan penderitaan kepada Darrel, Olivia dan juga Leary bersama Petri.Mobil yang mereka tumpangi perlahan bergerak, Petri tidak berhenti melihat ke sekitar mencari keberadaan leary yang berada di antara keramaian orang-orang yang sama-sama hendak pulang.“Kakak ada apa? Memikirkan Leary?” tanya Ellis terdengar tidak suka.“Memangnya kenapa?” tanya Petri terdengar dingin.Ellis menggaruk pipinya yang tidak gatal. “Bukan seperti itu maksuku, siapa tahu saja kan Leary pulang lebih dulu karena ini sudah lama.”Petri tidak menggubris perkataan Ellis, anak itu segera menurunkan jendela mencari-cari keberadaan Leary.Malam yang gelap mulai di hiasi hujan yang turun,
Langit terlihat memerah, dalam waktu beberapa menit lagi akan benar-benar tenggelam. Leary duduk di rerumputan melihat banyaknya daun semanggi yang tumbuh subur.Gadis kecil itu terlihat merenung teringat Petri yang pernah dia beri daun semanggi.Petri, entah mengapa Leary ingin lebih dekat dengannya dan terus memikirkannya. Leary gelisah melihat Petri yang terlihat bersedih.“Apa yang kau lakukan di sini? Masuklah,” titah Chaning yang datang menyusul, sekilas pria itu melihat jauh keberadaan Ferez yang masih menunggangi kudanya di pacuan.Wajah Leary terangkat, menatap lekat Chaning yang kini disinari sinar matahari sore. Pria itu terlihat kuat, indah dan hangat, sehangat matahari sore.Leary tidak bersuara, namun anak itu terus menatap Chaning dalam diam, Leary bergumul dalam pikirannya mencoba untuk merangkai sesuatu untuk diungkapkan.“Kenapa?” tanya Chaning yang menyadari sesuatu.Leary segera berdiri. “Paman, apa boleh saya berteman baik dengan Petri?” tanya Leary terdengar seper
Ferez berjalan sendirian keluar dari kantin sekolah, beberapa saat yang lalu dia sempat pergi ke kelas Leary untuk memastikan keadaannya karena ingin tahu keadaannya. Ferez tidak menemukan keberadaannya, dia sempat berpikir Leary pergi ke kantin sekolah, namun ternyata Leary juga tidak ada.Cukup jauh Ferez melangkah akhirnya dia sampai di taman sekolah, tidak membutuhkan waktu lama untuknya mencari Leary karena kini perhatiannya langsung tertuju pada gadis kecil itu yang kini tersenyum melambaikan tangannya pada Petri yang beranjak pergi meninggalkannya.Ferez juga melihat Duke yang kini tengah berdiri di bawah pohon, Ferez tidak habis pikir dengan keputusan ayahnya yang mengirim Duke dibandingkan pengawal lainnya. Padahal Duke memiliki fisik yang mencolok dibandingkan dengan Romero.Tanpa pikir panjang Ferez segera pergi menghampiri Leary.“Ferez,” sapa Leary dengan senyuman lebar terlihat senang.“Bagaimana kelas pertamamu?” tanya Ferez seraya duduk, namun tatapannya yang tajam it
“Apa boleh saya duduk di sini?” tanya Leary memberanikan diri.Sekali lagi Petri menarik napasnya dalam-dalam, dan berkata, “Duduklah.”Leary memutuskan untuk duduk di samping Petri, sementara Duke berdiri menunggu di bawah pohon sambil berbicara dengan seorang anak laki-laki yang meminta tolong kepadanya karena bolanya menyangkut di dahan pohon.Leary dan Petri duduk berdampingan, keduanya terlihat terjebak dalam kecanggungan meski hatinya saling memiliki rasa penasaran dan bertanya-tanya ingin tahu kabar masing-masing.Petri melirik Leary yang kini membuka bekal makanannya di atas pangkuannya. “Kau mulai sekolah hari ini?”Leary mengangguk dengan senyuman.“Bagaimana perasaanmu?” tanya Petri lagi.“Luar biasa, saya sangat senang.”Petri ikut tersenyum meski jauh di dalam lubuk hatinya dia merasa sedikit iri karena tidak bisa pergi bersama ke sekolah dengan adiknya, malahan kini mereka berdua tampak seperti dua orang asing yang sedang mengobrol.Leary mengambil roti isi yang dibuat o
Noah menopang dagunya memperhatikan gurunya tengah berbicara di depan, perhatiannya sempat teralihkan pada Petri yang tengah membaca buku. Sejak kejadian hari itu, Petri menjadi jarang sekolah, dia harus menanggung banyak tanggung jawab dan lebih mementingkan untuk belajar khusus bisnis dibandingkan dengan sekolah umum untuk anak-anak seusianya.Keadaan Darrel tidak kunjung membaik dan dia terus mendapatkan perhatian khusus, bisa dikatakan mungkin kini keadaan jauh lebih buruk. Beruntung Adelle sering datang membantu Petri dikala dia kesulitan. Kini kediaman keluarga McCwin sudah kosong tidak berpenghuni, Petri lebih memilih tinggal bersama Andrew yang sampai saat ini masih setia kepadanya meski sudah mengundurkan diri.Karena kejadian di hari itu, Petri sempat tidak sekolah selama satu bulan, dia harus mendapatkan banyak bimbingan agar bisa melewati masa traumanya.Kini, Petri yang cerdas dan selalu kompetitif dalam belajar sudah berubah, dia lebih banyak diam dan menyendiri, menja
Chaning dan Liebert duduk dalam ketegangan, kehadiran kedua pria itu membuat seseorang guru yang mengurus administrasi pendaftaran sekolah sempat dibuat diam dan tersenyum canggung.Hari kemarin seseorang bertubuh tinggi besar dangan wajah bertato yang datang memberikan semua berkas keperluan, dan kini yang datang menjadi wali adalah dua pria bertubuh besar.Chaning dan Liebert berpenampilan rapi, namun aura mematikan mereka tetap saja tidak bisa dihindarkan. Terlebih, sebelumnya Russel pernah bertemu dengan Chaning yang pernah mendaftarkan Ferez.Nama Benvolio sangat begitu jarang digunakan, dan nama itu dikenal sebagai nama klan besar keluarga mafia.“Kita pernah bertemu sebelumnya, Anda orang tuanya Ferez?” ucap Russel berbasa-basi, padahal sebelumnya dia sudah dihubungi secara khusus oleh petinggi sekolah bahwa akan ada tamu penting yang akan medaftar anaknya sekolah.Chaning mengangguk samar.Russel berdeham pelan sambil menyeka keringat dingin di keningnya. “Jadi, anak atas nama
“Aku paman kandungnya, aku akan menjadi walinya,” Liebert angkat bicara ditengah-tengah sarapan pagi yang akan dimulai.Pagi ini Chaning dan Liebert tengah berdiskusi mengenai sekolah pertama Leary, nampaknya diskusi itu sedikit terganggu karena Chaning dan Liebert sama-sama ingin menjadi wali Leary.Chaning menengok seketika, pria itu mendorong piring makanan untuk Ferez. “Apa kau sudah lupa? Sekarang aku menjadi ayah angkatnya secara sah, secara garis besar aku lebih berhak menjadi walinya.”Kening Liebert mengerut samar, pria itu tampak tidak setuju dengan apa yang telah Chaning katakan kepadanya. “Ayah angkat di atas kertas, Leary masih memanggilmu paman.”“Memangnya kenapa? Saat kecil, Ferez juga memanggilku Chaning dibandingkan dengan sebutan ayah. Lagi pula, Leary lebih dekat denganku.”Liebert tersenyum miring, pria langsung bersedekap sombong. “Oh ya? Jika kalian sangat dekat, apa kau tahu keahilannya?”“Apa maksudmu? Aku lebih tahu tentang dia dibandingkan denganmu,” debat C
Empat bulan kemudian..Leary terbaring dalam kegelisahan, gadis kecil itu terlihat beberapa kali melihat baju seragam sekolahnya yang digantung di depan lemari. Besok adalah hari pertama dia akan sekolah, Leary sangat gugup dan berdebar hebat tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi besok.Keadaan Leary sudah pulih sejak tiga bulan yang lalu, namun karena dia masih kesulitan berbicara dan takut dengan orang asing, butuh waktu lama untuknya bisa pulih seperti sekarang.Kini, Leary telah kembali menjadi anak yang penuh semangat dan selalu ceria. Sejak tinggal di rumah Chaning, secara perlahan Leary mendapatkan lebih banyak keberaniannya berkat dorongan semua orang.Chaning maupun Liebert, mereka berdua memang tidak begitu bisa bersikap manis dan lembut seperti orang lain. Namun, mereka berdua mampu memberikan banyak kenyamanan dan rasa aman untuk Leary, mereka berdua selalu menumbuhkan rasa percaya diri Leary agar dia berhenti berpikiran buruk lagi dengan orang-orang yang ada di se
Desa Bibury, tempat yang telah Leary tinggalkan, tempat kenangan terakhir Olivia hidup, kini berada di depan mata. Leary berdiri terpaku, berdiri di tengah-tengah rumah kecil sederhana dan kumuh. Pandangannya mengedar melihat ke penjuru tempat, merasakan kembali kenangan indah dirinya bersama ibunya dulu.Leary mengusap dadanya, merasakan sesuatu perasaan yang kosong kini terasa kembali penuh hanya dengan membayangkan wajah Olivia, mencium sisa-sisa aromanya yang masih tertinggal.Di tempat ini, Leary melewati masa indah terakhirnya bersama ibunya. Leary melangkah pelan dalam tuntunan Chaning, mendekati sebuah tungku perapian. Di tempat itu, Olivia menghembuskan napas terakhirnya dalam pelukan Leary. Leary masih ingat, dia memeluk tubuh Olivia yang semula hangat berubah dingin, Leary yang sudah berjanji untuk menjadi anak yang kuat menahan air matanya hingga hembusan napas terakhir Olivia, hingga detak jantung terakhirnya, Leary menangis tanpa suara agar Olivia tidak mendengarnya.
Leary terduduk di kursi rodanya dengan sebuah pakaian yang tebal, gadis kecil itu tidak berhenti memandangi Liebert yang sejak tadi menyisir rambutnya, membantu mengenakan pakaian tebal hingga membantu mempersiapkan kepergian mereka karena pulang dari rumah sakit.Suara ketukan di pintu terdengar, tidak terduga Petri berdiri di ambang pintu. Ini untuk pertama kalinya Petri keluar usai kejadian itu, kini konisi Petri sudah mulai stabil berkat bantuan dokter. Petri berdiri tertunduk terlihat ragu untuk menatap.“Apa aku dibolehkan masuk?” Tanya Petri terdengar pelan nyaris tidak terdengar.Liebert sempat terdiam, pria itu lebih dulu melihat reaksi Leary. Jika Leary ketakutan, maka Liebert akan menolak.Melihat Leary yang terlihat tenang, Liebert akhirnya segera berdiri. “Masuklah,” jawab Liebert memberi izin.Petri mencoba memberanikan diri untuk mengangkat wajahnya dan menatap Liebert, orang sudah menembak kaki ayahnya dengan kejam. Namun entah mengapa, tidak ada kebencian di dalam ha