“Kenapa kau melakukannya?” Darrel bersedekap, menatap tajam Ellis yang kini duduk di hadapannya tengah tertunduk gemetar begitu ketakutan karena semua orang sudah tahu jika dia sudah menyuruh Megi menggunting sepatu Leary.“Aku” Ellis menarik napasnya dalam-dalam. “Aku merasa kecewa dengan kakak karena dia membelikan Leary sepatu, tapi tidak denganku.”Darrel berekspresi dingin, jawaban kekanak-kanakan dan konyol Ellis membuat dia tidak habis pikir. Padahal selama ini Darrel memberikan uang lebih dari cukup untuk Ellis agar bisa sepuasnya membeli apapun yang dia mau, sementara Leary? Sejak anak itu tinggal di rumah, Darrel tidak pernah sedikitpun berpikir memberikan dia uang jajan yang layak. Bahkan untuk membeli pakaian barunya saja, Darrel sering kali menunda-nunda karena menganggap anak itu tidak penting.Apalagi yang membuat Ellis iri? “Jangan melakukannya lagi. Megi akan di pulangkan hari ini dan tidak bekerja lagi, begitu pula dengan beberapa pelayan lainnya, mulai sekarang kau
“Mengapa aku masih di benci?” bisik Leary bertanya pada kesunyian.Sekali lagi Leary menghapus air matanya.Pertanyaan sederhana yang terucap itu terdengar di telinga Darrel. Sejenak Darrel mematung kaget hingga merasakan ada sebuah tamparan hebat yang memukul wajahnya.Leary membuang mukanya dan mencoba untuk berhenti menangis.Sebuah pergerakan bayang melewati Leary, tanpa terduga, Darrel duduk di ujung kursi kayu yang Leary duduki. Darrel tidak tahu mengapa dia memutuskan ini, namun ada dorongan kuat yang membuat Darrel ingin melihat taman juga.Leary segera menurunkan kakinya dan tertunduk menyembunyikan kesedihan yang sempat dia tunjukan. Sesaat Leary mencuri-curi pandang pada Darrel yang kini duduk di sisinya.“Olivia” Darrel bersuara. “Apa yang Olivia lakukan selama di desa Bibury?”Leary kembali tertunduk, anak itu terdiam cukup lama karena terkejut, ini untuk pertama kalinya Darrel menanyakan ibunya setelah hampir tiga minggu lamanya Leary tinggal bersama kelurga McCwin.Lea
“Namamu siapa?” tanya Liebert.Perlahan Leary mengangkat wajahnya, anak itu mengerjap tidak percaya jika Liebert akan menanyakan namanya. Dengan ragu Leary memberanikan diri mengulurkan tangan kecilnya untuk bersalama.Entah mengapa, Leary merasa percaya bila berbicara dengan orang-orang yang di kenal Chaning dan Ferez.Sesaat Liebert terdiam, pria itu melihat tangan Leary yang berada di depannya. Liebert menerima uluran tangan kecil Leary yang terasa begitu mudah untuk bisa dia patahkan dan dia banting jika ingin.“Nama saya Leary, Paman.”Liebert terpaku, pria itu tidak bersuara dan hanya melihat sorot mata Leary yang terasa begitu dia kenal. Liebert tidak dapat mengalihkan pandangannya dari wajah mungil Leary tersenyum cantik begitu familiar dalam ingatannya. “Namaku, Liebert,” jawab Liebert terdengar seperti bisikan.“Paman, apa Anda temannya paman baik, maksud-maksud saya teman baik Chaning.”Liebert mengangguk. “Kenapa?”Liebert tersentak merasakan perasaan kehilangan begitu Lear
“Kakak” panggil Ellis mengejar Petri yang berjalan lebih dulu di depannya. Sejak kejadian keributan tadi pagi, Petri dan Ellis belum terlibat percakapan sama sekali. Ellis tahu bahwa Petri marah dan kecewa kepadanya, karena itu Petri memilih diam dan tidak membela siapapun. Meski Ellis terkadang manja dan bersikap egois, namun dia tidak ingin Petri marah apalagi berjauhan dengannya. Ellis menyayangi Petri seperti kakak kandungnya sendiri, Ellis merasa sedih jika hubungannya dengan Petri menjadi merenggang.Petri berbalik dan melihat Ellisa yang berlari ke arahnya. Ellis menarik napasnya dalam-dalam, anak itu berdiri menatap Petri dengan mata berkaca-kaca terdorong perasaan meledak-ledak karena emosional melihat sorot mata Petri yang di penuhi kekecewaan namun dia menahan ucapannya agar tidak membuat Ellis menangis.“Kakak,” panggil Ellis lagi dengan suara yang lebih tenang. “Untuk kejadian tadi pagi, aku benar-benar meminta maaf,” ungkapnya dengan terbata.Petri tidak langsung menja
Hari ini Darrel pulang lebih awal dari biasanya, Darrel pulang lebih cepat karena mendapatkan undangan pesta dari kakaknya, Adelle McCwin. Kakak Darrel membuat pesta perayaan ulang tahun pernikahannya dengan suaminya.Darrel memiliki hubungan yang baik dengan Adelle, mereka jarang bertemu karena kesibukan mereka masing-masing, karena itu dia harus datang ke pesta. “Saya sudah memberitahu nona Ellis dan tuan Petri untuk bersiap-siap,” kata Andrew.Darrel mengangguk mengerti, pria itu terus melangkah melanjutkan perjalanannya menuju kamar.“Anu, Tuan,” panggil Andrew. Darrel berhenti melangkah dan kembali berbalik menghadap Andrew. “Ada apa?”“Nyonya Adelle sudah tahu kabar nona Leary. Apa sebaiknya Anda juga membawanya agar nyonya Adelle tidak bertanya jika nanti dia menanyakan nona Leary?”Darrel sempat terdiam cukup lama, menimang-nimang keputusan apa yang harus dia ambil. “Bawa saja anak itu,” putus Darrel.Andrew mengangguk dengan senyuman, secepatnya dia pergi menemui Burka dan m
“Anu, Tuan” sapa Leary dengan senyuman.Pelayan itu membalasnya dengan senyuman hangat dan anggun formal.“Apa saya boleh mengambil makanan di meja?” tanya Leary terbata.Pelayan itu sempat dibuat terkejut mendengar pertanyaan Leary, dengan cepat dia kembali bersikap normal dan menampilkan senyumannya lagi. “Tentu saja, Nona. Anda boleh memakan semua kue dan minuman di meja sebelah kanan itu. Tapi Anda harus ingat, Anda tidak boleh mengambil makanan yang ada di meja sebelah kiri, takutnya ada alcohol karena khusus orang dewasa,” jelasnya dengan seksama.Leary menatap takjub, anak itu mengangguk cepat dengan senyuman lebarnya. “Terima kasih, Tuan.”“Tentu, Nona. Dengan senang hati.”Leary langsung berlari pergi menuju meja-meja sebelah kanan dan melihat setiap kue dan makanan lain yang tersedia disana. “Anak yang sopan,” pelayan itu berdecak kagum melihat sikap Leary yang jarang dia temukan dari anak-anak seusianya.“Dia siapa? Tadi aku melihatnya datang bersamamu” tanya Jandis, teman
“Jika bukan pelayan, lalu apa?”Leary langsung tertunduk sedih kebingungan harus menjawab apa. Leary sendiri mempertanyakan apa arti dirinya di dalam rumah keluarga McCwin.“Paman Darrel” panggil Jandis dengan keras, semua orang yang berada di pesta sampai melihat Darrel.Darrel yang baru menuruni tangga langsung melihat Jandis, memperhatikan ketegangan di antara Jandis dan Leary yang kini tertunduk gemetar.“Paman, anak ini siapa? Ellis bilang dia anak pelayan, tapi dia bilang dia bukan pelayan, yang benar yang mana?” tanya Jandis dengan berani.Ellis yang sejak tadi duduk senang langsung dibuat tertunduk ketakutan, begitu pula dengan Petri yang langsung khawatir akan terjadi sebuah keributan lagi akibat ulah Ellis.Darrel terdiam cukup lama seolah sangat berat untuk dia mengakui Leary anaknya di hadapan semua orang. Apalagi kini suasana hati Darrel tengah tidak baik karena ucapan Adelle. “Acaranya akan segera di mulai, Petri, Ellis, ayo ke atas,” jawab Darrel tidak menanggapi pertany
Petri terdiam dalam keramaian, anak itu melihat ke penjuru arah tersadar jika Leary sudah tidak ada lagi di sekitarnya, padahal pesta utama sedang berlangsung. Leary berjalan melewati setiap sudut ruangan mencari-cari Leary yang benar-benar tidak ada di ruanan pesta.Ellis sedang bersenang-senang dengan semua orang, anak itu tengah menari bersama. sementara Darrel, sejak berbicara secara khusus dengan Adelle, kini dia terlihat menjauh dari keramaian dan sibuk berbicara dengan satu dua orang rekan bisnisnya saja.“Mencari siapa?” tanya Adelle yang tahu-tahu sudah berada di sisi Petri.Petri mengangkat wajahnya, melihat Adelle yang tersenyum lembut kepadanya. Petri tidak menjawab karena dia tidak ingin menunjukan ketertarikn sedikitpun dengan urusan Leary.Jauh di lubuk hati Petri dia sangat khawatir, ada sesuatu yang mengganjal di dalam hatinya bila teringat tindakan Darrel beberapa saat yang lalu.Petri memang tidak suka Leary, dia juga tidak ingin berurusan dengan Leary. Namun sikap