Anak anjing husky si itu di beri nama Joya.Butuh banyak waktu untuk bisa membuat Leary percaya bahwa anak anjing yang mirip serigala yang di bawa Ferez itu tidak berbahaya. Butuh banyak keberanian untuk Leary yang penakut dan lemah bisa sedikit tenang dan tidak gemetar hingga beberapa kali berlari menghindar ketika Joya mendekatinya.Kini Leary terlihat sedikit lebih tenang ketika Ferez memberikan Joya sebuah bola agar dia bisa bermain.Sifat Joya yang tidak begitu jauh dengan seekor anjing pada umumnya, perlahan Leary mulai tidak menjauh lagi ketika Joya mendekatinya. Leary hanya beberapa kali terpekik dan dibuat panik ketika Joya mengeliat hingga mengoyak selimut.Leary takut Joya merusak kamar terbaik yang selama ini di milikinya.“Bagaimana Ferez mendapatkan dia?” tanya Leary begitu pelan, Leary takut jika ada seseorang yang berada di luar mendengarkan.“Pamanku memberikannya sebagai hadiah. Karena macan yang kumiliki mati, ayah menggantinya dengan ini.”Bola mata Leary berbinar
“Aku.. aku tidak bisa menjaga sepatunya, bagaimana jika tuan Petri kecewa padaku? Bagaimana jika tuan Petri membeciku lagi?” isak Leary dengan napas tersenggal-senggal.Ferez terdiam tidak bisa langsung menjawab, Ferez memperhatikan ketakutan dan kesedihan di mata Leary seakan dunianya akan runtuh hanya karena sepasang sepatu.Ada sebuah rasa sakit langsung menusuk hati Ferez, rasa sakit tidak nyaman itu seakan mendorong Ferez harus ikut turun tangan urusan Leary.“Berhentilah menangis, berikan sepatumu,” kata Ferez.Bibir Leary menekan mencoba untuk menghentikan tangisannya, dengan tangan gemetar gadis kecil itu memberikan sepatunya yang sudah rusak. “Kau tidur saja. Besok sepatu ini akan kembali bagus,” hibur Ferez.“Tapi, bagaimana bisa?” “Kau tidak percaya padaku?” tanya Ferez dengan tatapan tajamnya.“Aku percaya Ferez.”“Jika percaya padaku, tidur saja dengan nyenyak, aku akan membawanya untuk di perbaiki. Kau tinggal tahu besok saja, jangan mengunci jendela. Kau paham?”Sekal
Leary terbangun begitu pagi, begitu dia membuka matanya, pemandangan pertama yang di lihat adalah sepasang sepatu yang begitu sama seperti apa yang sudah Petri berikan kepadanya.Dengan tergesa Leary duduk, dalam keadaan linglung karena baru bangun hingga harus mengucek matanya beberapa kali untuk memastikan apa yang dilihatnya bukan sekadar mimpi. Leary mengambil sepatu itu dan melihatnya dengan seksama.Tiba-tiba suara tawa bahagia terdengar dari mulut anak itu, Leary memeluk sepatu itu dengan erat dan membawanya pergi tidur bersama.“Ferez benar-benar seperti ibu peri di dalam dongeng.”Senyuman bahagia terlukis jelas di wajah mungil Leary. Segala kekhawatiran dan rasa takut yang menderanya sepanjang malam hingga membuat Leary mengigau kini berakhir dalam kebahagiaan dan rasa senang. Ferez memberikan keajaiban untuk Leary.Secarik kertas yang di letakan di atas sepatu Leary yang di rusak Megi membuat Leary mengambilnya. Leary membacanya dengan mengeja satu persatu kata untuk meng
“Ada apa ini?” suara lantang Darrel membuat semua orang langsung diam dan tertunduk. Keributan yang menimbulkan kebisingan membuat Darrel dan Petri yang sedang berdiskusi sangat terganggu.Tapan tajam Darrel langsung tertuju pada Megi yang kini berada dalam keadaan tidak baik-baik saja, lalu pria itu melihat Leary dalam pelukan Burka terngah menggigit bibirnya menahan tangisan dengan sebagian wajah memerah dan tergores.“Saya menuntut keadilan Tuan, Nona Leary menggunduli rambut saya dan semua pakaian saya tanpa sisa,” tuntut Megi memohon.Pelukan Burka mengerat merasakan suara napas Leary yang bergerak cepat dan menggeleng tidak mengakui tuduhan Megi. Leary sampai harus memejamkan matanya dan menggigit bibirnya kuat-kuat karena takut.Petri yang melihat situasi yang terjadi di landa kekhwatiran dan rasa curiga karen Megi adalah pelayan Ellis. “Atas dasar apa kau menuduhnya? Apa ada saksi?” tanya Petri bersuara.Megi menggeleng dengan berat. “Tapi saya sangat yakin dia melakukannya.”
“Kenapa kau melakukannya?” Darrel bersedekap, menatap tajam Ellis yang kini duduk di hadapannya tengah tertunduk gemetar begitu ketakutan karena semua orang sudah tahu jika dia sudah menyuruh Megi menggunting sepatu Leary.“Aku” Ellis menarik napasnya dalam-dalam. “Aku merasa kecewa dengan kakak karena dia membelikan Leary sepatu, tapi tidak denganku.”Darrel berekspresi dingin, jawaban kekanak-kanakan dan konyol Ellis membuat dia tidak habis pikir. Padahal selama ini Darrel memberikan uang lebih dari cukup untuk Ellis agar bisa sepuasnya membeli apapun yang dia mau, sementara Leary? Sejak anak itu tinggal di rumah, Darrel tidak pernah sedikitpun berpikir memberikan dia uang jajan yang layak. Bahkan untuk membeli pakaian barunya saja, Darrel sering kali menunda-nunda karena menganggap anak itu tidak penting.Apalagi yang membuat Ellis iri? “Jangan melakukannya lagi. Megi akan di pulangkan hari ini dan tidak bekerja lagi, begitu pula dengan beberapa pelayan lainnya, mulai sekarang kau
“Mengapa aku masih di benci?” bisik Leary bertanya pada kesunyian.Sekali lagi Leary menghapus air matanya.Pertanyaan sederhana yang terucap itu terdengar di telinga Darrel. Sejenak Darrel mematung kaget hingga merasakan ada sebuah tamparan hebat yang memukul wajahnya.Leary membuang mukanya dan mencoba untuk berhenti menangis.Sebuah pergerakan bayang melewati Leary, tanpa terduga, Darrel duduk di ujung kursi kayu yang Leary duduki. Darrel tidak tahu mengapa dia memutuskan ini, namun ada dorongan kuat yang membuat Darrel ingin melihat taman juga.Leary segera menurunkan kakinya dan tertunduk menyembunyikan kesedihan yang sempat dia tunjukan. Sesaat Leary mencuri-curi pandang pada Darrel yang kini duduk di sisinya.“Olivia” Darrel bersuara. “Apa yang Olivia lakukan selama di desa Bibury?”Leary kembali tertunduk, anak itu terdiam cukup lama karena terkejut, ini untuk pertama kalinya Darrel menanyakan ibunya setelah hampir tiga minggu lamanya Leary tinggal bersama kelurga McCwin.Lea
“Namamu siapa?” tanya Liebert.Perlahan Leary mengangkat wajahnya, anak itu mengerjap tidak percaya jika Liebert akan menanyakan namanya. Dengan ragu Leary memberanikan diri mengulurkan tangan kecilnya untuk bersalama.Entah mengapa, Leary merasa percaya bila berbicara dengan orang-orang yang di kenal Chaning dan Ferez.Sesaat Liebert terdiam, pria itu melihat tangan Leary yang berada di depannya. Liebert menerima uluran tangan kecil Leary yang terasa begitu mudah untuk bisa dia patahkan dan dia banting jika ingin.“Nama saya Leary, Paman.”Liebert terpaku, pria itu tidak bersuara dan hanya melihat sorot mata Leary yang terasa begitu dia kenal. Liebert tidak dapat mengalihkan pandangannya dari wajah mungil Leary tersenyum cantik begitu familiar dalam ingatannya. “Namaku, Liebert,” jawab Liebert terdengar seperti bisikan.“Paman, apa Anda temannya paman baik, maksud-maksud saya teman baik Chaning.”Liebert mengangguk. “Kenapa?”Liebert tersentak merasakan perasaan kehilangan begitu Lear
“Kakak” panggil Ellis mengejar Petri yang berjalan lebih dulu di depannya. Sejak kejadian keributan tadi pagi, Petri dan Ellis belum terlibat percakapan sama sekali. Ellis tahu bahwa Petri marah dan kecewa kepadanya, karena itu Petri memilih diam dan tidak membela siapapun. Meski Ellis terkadang manja dan bersikap egois, namun dia tidak ingin Petri marah apalagi berjauhan dengannya. Ellis menyayangi Petri seperti kakak kandungnya sendiri, Ellis merasa sedih jika hubungannya dengan Petri menjadi merenggang.Petri berbalik dan melihat Ellisa yang berlari ke arahnya. Ellis menarik napasnya dalam-dalam, anak itu berdiri menatap Petri dengan mata berkaca-kaca terdorong perasaan meledak-ledak karena emosional melihat sorot mata Petri yang di penuhi kekecewaan namun dia menahan ucapannya agar tidak membuat Ellis menangis.“Kakak,” panggil Ellis lagi dengan suara yang lebih tenang. “Untuk kejadian tadi pagi, aku benar-benar meminta maaf,” ungkapnya dengan terbata.Petri tidak langsung menja