“Jadi perusahaan ini bangkrut? Kenapa bisa? Padahal aku sudah mengerahkan semua tenaga aku sampai ke titik ini.” Taro berteriak kepada Moly.
“Aku sudah berjuang untuk mempertahankan perusahaan ini. Tetapi masih tidak bisa untuk berada di sini.” Moly membalas perkataan dari Taro. “Aku berharap kamu bisa mendapatkan kegiatan selain dengan ini. Karena kamu itu sangat sungguh-sungguh untuk mengerjakan sesuatu.”
Taro termenung di depan itu karena apa yang sudah diusahakannya menjadi sia-sia. Tetapi dia tidak menyalahkan Moly karena ini tetapi Cuma mengintrospeksi diri kenapa bisa dia gagal dalam perusahaan ini. Padahal dia itu sangat mengerti akan apa kendala dari perusahaan ini tapi tidak cukup untuk menyelesaikannya tepat waktu.
Kalau saja aku dulu saat di bangku sekolah bisa belajar lebih giat lagi. Mungkin aku bisa menyelesaikannya tepat waktu.—batin Taro.
Dia menyesali itu semuanya. Tetapi penyesalan itu akan datang saat di akhir. Pergi dari ruangan itu dan juga meninggalkan pekerjaan itu adalah sebuah pilihan untuk menjalani hidup yang sangat berat ini. Tidak di sangka bahwa dia yang begitu pandai dalam suatu hal masih tetap saja tidak bisa memberikan hasil yang maksimal kepada kerjaan itu.
Taro berjalan menuju ke rumahnya kembali karena semuanya sudah berakhir. Dia hanya bisa menhabiskan waktu seperti biasanya. Di rumah, nonton, main game, dan begitu saja seterusnya. dia terpukul karena dia hanya menjadi sebuah batu yang tidak bisa bergerak kembali.
**
Beberapa menit kemudian Celo datang kerumah Taro untuk memberikan sesuatu kepadanya. Celo sengaja pergi pagi karena dia tahu bahwa Taro sudah pergi untuk bekerja. Dia membuka pintu kamarnya itu dan saat ingin meletakkan kertas di atas meja. Ternyata dia melihat Taro sedang tidur di atas kasurnya dan Celo mengambil kertas itu kembali dengan meletkkanya ke dalam tas.
“Kamu tidak kerja, Tar?” Celo menanyakannya kepada Taro.
“Aku sudah tidak ada pekerjaan lagi.” Taro menjawab sambil bermenung.
“Bukannya kamu kerja bersama Moly. Apa kamu dikeluarkan? Atau kamu buat masalah di sana? Seperti ambil makanan dari kantin tanpa sepengetahuan dari semua orang.”
“Aku tidak akan mungkin seperti itu. Itu hanya untuk orang-orang yang kelaparan dan aku sekarang memang tidak lapar.”
“Jadi maksudnya itu bagaimana? Aku tidak paham dengan semua kata-kata mutiara kamu itu.”
“Perusahaan itu sudah bangkrut jadi aku tidak bisa bekerja lagi di sana.”
“Bukannya perusahaan itu besar. Kenapa sampai bisa bangkrut seperti itu.”
Taro tidak bisa menjawab perkataan dari Celo. Dia hanya bisa termenung sekarang ini. Tidak ada semangat untuk Taro bisa kembali mengerjakan itu kembali.
“Andai dulu aku bisa sungguh-sungguh belajar.” Taro mengatakan hal yang tidak biasanya.
“Yang sudah lewat itu, tidak perlu di sesali lagi. Lebih baik kamu mencari solusi untuk bisa kembali bekerja di manapun dan tentunya menggunakan keahlian kamu itu.”
“Tapi percuma saja, Celo. Tidak ada yang mau menerima aku karena dari umur ini. Orang lebih milih untuk mencari yang baru tamat supaya bisa mengatur seenkanya saja.” Taro mengatakannya kepada Celo.
“Betul juga seperti itu. Jadi apa kelanjutannya sekarang ini?”
“Mungkin aku butuh tidur tenang dulu. Mungkin beberapa minggu lagi aku juga akan mencoba mencari pekerjaan di luar lagi nanti.”
Setelah itu mereka akhirnya bermain game untuk menghabiskan waktu supaya Taro tidak lagi termenung karena dia tidak bekerja lagi. Mereka berdua menghabiskan waktu bersama tanpa ada yang mengganggu sama sekali. Tujuan dari Celo untuk memberikan sesuatu kepada Taro menjadi terhundur di sebabkan Celo tahu bagaimana Taro saat sedang sedih atau bahagia.
**
Beberapa minggu kemudain Taro mencoba untuk melamar pekerjaan lagi di tempat lain. Tetapi masih saja tidak ada yang menerimanya. Alasannya Cuma satu yaitu umurnya yang sudah tidak masuk kriteria lagi. Dia msemakin bigung harus melakukan apa lagi. Karena sudha setengah hari masih saja ada yang tidak ada yang mau menerimanya. Dia akhirnya pergi kembali kerumahnya dengan tidak membawa hasil apapun.
Butuh beberapa menit sampai Taro sampai kerumahnya. Ia bertemu dengan Celo yang sedang menunggunya di depan pintu rumahnya.
“Kamu kenapa tidak masuk ke dalam?”
“Aku sekarang lagi butuh cepat. Aku Cuma mau menyerahkan ini kepada kamu.” Celo9 memberikan surat undangan untuk Taro.
“Surat undangan siapa ini?” Taro melihat nama dari surat itu tenyata Celo yang akan menikah. Dia merasa terkejut karena Celo yang meninggalkannya sendirian, padahal Taro hanya memiliki sahabat yaitu Celo.
“Aku akan tetap bermain bersama kamu. Aku tidak akan meninggalkan kamu sendirian disini.”
“Tidak mungkin ada waktu seperti biasa lagi. kamu apsti harus membagi waktu kepada istri kamu itu. Jangan khawatir, aku akan berada tetap di sini sampai aku bisa mengendalikan semuanya. Terima kaish selama ini karena sudah menemani aku dalam susah ataupun senang.”
Taro akhirnya masuk ke dalam rumahnya itu. Dia bukan cemburu kepada istri temannya itu karena merebut Celo darinya tetapi mereka sebenarnya berjanji akan menikah secara ebrsama-sama. Jadi Celo sudah menghianati tentang itu.
Sekarang aku tinggal sendiri. Tidak masalah, yang penting aku masih bisa hidup di dunia ini.—batin Taro.
Dia termenung di depan meja makan. Makanan yang berada di hadapannya itu tidak ada dia pegang sedikitpun. Taro memikirkan bagaimana kedepannya lagi. Karena yang mengerti dia hanya sahabatnya itu.
Saat Taro termenung, dia lagi membayangkan berada di dalam kelas dan sedang dalam pembelajaran. Begitu bahagianya apa bila itu terjadi lagi. hanya saja itu tidak akan mungkin bisa. Jadi dia hanya bisa membayangkannya saja.
Beberapa lama Taro bermenung ada sebauh spidol yang mendarat di kepalanya itu.
“Aduh.” Taro berteriak karena ada sebuah benda mendarat di kealanya.
Spidol? Dari mana ada spidol disini? padahal di rumah aku tidak ada spidol.—batin Taro.
Dia kebigungan kenapa bisa ada spidol ini di hadapannya, tiba-tiba Celo berbisik kepadanya.
“Tar, Tar. Lihat kedepan” Celo menyutuh taro untuk menghadap kedepan.
Saat melihat kedepan ternyata dia membayangkan ada wali kelasnya yang sedang memanggilnya. Begitu kangennya masa itu untuk bisa di ulang lagi.
“Andai saja aku bisa menulanginay sekali lagi. pasti tidak ada yang perlu di sesali.” Taro berbicara sendiri.
Taro masih menghayal saja dengan suasana di kelas itu. dia melihat ke kiri dan ke kanan sangat familiar sekali dengan dirinya. Itu kelas yang biasa dia tempati. Dimeja itu juga terdapat sebuah tanda bahwa tidak ada yang boleh menduduki kursi ini. Dia megusap-usap meja itu karena tidak bisa membayangkan bagaimana dirinya sekarng ini.
Tiba-tiba Celo meneriakinya algi. “Tar, Tar. Itu nama kamu di panggil cepetan nyaut.”
“Diam kamu. Aku sedang sibuk membayangkan ini semuanya. Jangan nganggu konsentrasi.”
Tiba-tiba ibu guru itu berjalan menuju tempat duduk Taro.
“Halo Ibu, bagaimana kabarnya?” Taro bertanya kepada guru itu.
Tapi tiba-tiba dia di pukul oleh buku di kepalanya. “Bisa sadar apa tidak. Kalau tidak keluar saja dari ruangan kelas ini.”
Taro merasa kesakitan seklai karena di pukul oleh guru itu. dia masih setengah sadar bahwa dia sedang berada di dalam kelas.
“Maaf, bu. Aku melamun.”
“Lain kali kalau di panggil nyaut, jangan menung saja.”
Ini beneran apa tidak ya? Kok rasanya antara nyata dan juga tidak? Cara satu-satunya yaitu memukul wajah sendiri. Tapi kalau sendiri pasti tidak akan terasa.—batin Taro.
Dia berbalik duduk melihat Celo di belakang.
“Celo, coba pukul muka saya.”
“Otak kamu agak kurang ya. Sampai harus di pukul dulu sampai masuk pelajaran.”
“Pukul saja cepat.” Taro menyuruh Celo.
Dengan sekencang-kencangnya Celo langsung memukul wajah dari Taro.
“Aduh, Aduh. Bisa pelan sedikit tidka meninjunya. Rasanya sakit sekali di pipi ini.” Taro berteriak.
Saat itu Taro akhirnya pergi keluar dengan permisi keluar kelas. Di laur kelas dia melihat seditail persis bagaimana sekolahnya dahulu.
Kayaknya ini nyata. Tapi bagaimana bisa aku kembali ke dunia ini lagi?”
Saat berada di luar kelas. dia menyadari ini bukanlah sebuah mimpi, tapi beneran dia sedang berada di sekolah.Bukannya tadi itu saya lagi di dalam rumah menung. Tapi kenapa aku bisa berada di sini.—batin taro.Kemudain taro berjalan-jalan karena masih bigung dengan semuanya ini. Dari kejauhan ada seorang guru piket yang meneriaki Taro.“Kamu kenapa di luar? Bukannya seharusnya kamu itu belajar?” guru piket itu berteriak kepada Taro.“Saya lagi bigung, bu. Sekarang tahun berapa?”“Sekarang tahun 2011.”Taro bingung dengan jawaban dari guru piket itu. Bukan seharusnya sekarnag sudah 10 tahun kedepan.“Baiklah kalau begitu bu. Saya masuk ke dalam kelas lagi bu.”Taro kembali masuk ke dalam kelasnya dan duduk di tempat dia biasanya sambil termenung karena kejadian ini.Aku memang berharap bisa kembali ke masa ini. Tapi kenapa bisa sekarang keinginan itu terw
Akhirnya mereka berjalan menuju kantin untuk beristirahat sambil menyantap makan siangnya. Mereka sibuk bercanda tawa dan juga menikmati makanan itu tanpa memperulikan orang lain. Taro menghabsikan waktu bersama Celo dengan bermain dadu, bermain catur, dan juga tidur di kantin itu. Saat sedang menikmati tidur siangnya, tiba-tiba ada yang membangunkannya.“Sayang, bangun? Kenapa makanan aku tidak ada sampai ke kelas.” Naomi marah kepada Taro dan dia tidak datang sendiri tapi bersama kelompoknya kesana.Taro langsung bangun dari tidurnya. “Oh iya. Maaf aku lupa, karena sudah di sini kenapa tidak sekalian pesan aja di sana?”“Kenapa aku yang pesan sayang. Biasanya apapun itu kamu terus. Kenapa sekarang malah aku?” Naomi merasa ada yang aneh dari Taro.“Bukan karena apa-apa. Cuma aku sekarang lagi ngantuk. Mau tidur sebentar sebelum nanti beajar lagi.” Taro berbicara sambil menggaruk kepala.“Ayo la
Seorang pria tinggi memakai setelan kemeja dipadukan dengan celana Jeans, ditambah dengan sepatu kets senada dengan pakaiannya. Namanya Taro, ia seorang pengangguran, bahkan banyak orang mengatakan padanya jika ia tidak layak hidup di muka bumi karena kebiasaannya itu. makan, tidur, serta ke toilet, hanya itulah yang dia lakukan sepanjang hari, bermalas-malasan di rumah.Hal yang membuatnya menjadi pengangguran karena tidak pernah ada perusahaan yang menerimanya bekerja walaupun dia adalah seorang Programing.Ia melihat arlogi miliknya, waktu telah menunjukan pukul 15.30 di mana waktu yang telah ditentukan oleh kekasihnya untuk bertemu. Ia telah menjalin hubungan dengan Naomi saat mereka SMK. Ia menjadi seorang kekasih yang siap untuk membahagiakan kekasihnya.Naomi, perempuan yang sangat cantik di mata Taro dan begitu perfect tanpa ada lecet sedikitpun. Tapi semua orang menentang mereka berpacaran karena semuanya tidak lah logis. Apa yang di butuhkan oleh
Taro termenung di depan komputer karena ditinggalkan oleh kekasihnya. Dadanya begitu membuncah, rasa sakit masih sangat terasa karena ditinggalkan oleh Naomi. Taro sudah merasakan bagian dari dirinya itu ada pada Naomi tetapi itu tidak akan ada lagi karana wanita yang dia cintai itu memilih orang lain. Taro berteriak kembali dan menangis karena hal itu."Come on, Tar. Move on dong. Dia hanya udah milih jalan hidupnya. kau harus menghapus semua kenangan tentangnya, wanita di luar sana banyak, tidak hanya dirinya. Lebih baik hapus fotonya, kalau dia ingin kembali jangan pernah terima.—ucap Taro berbicara pada dirinya sendiri.Dia menghidupkan komputernya itu. Menunggu beberapa menit untuk hidup dan akhrnya dia mulai mencari dimana letak fotonya itu. Tanpa menunggu lama dia langsung menekan crtl+a dan delete. Taro bisa menghilangkan semua jejak dari orang itu. Dia ingin memulai semua aktifitasnya lagi tetapi dia tidak bisa dan masih terkurung dari kesedihan
Taro sedang berada di depan pintu dan menjadi patung disebabkan dia merasa pernah sat sekolah dulu bersama pemimpin perusahaan itu.“Bukannya kamu itu.” Taro memegang kepalanya untuk mengingat siapa orang itu.“Aku yang serig kamu ejek dahulu saat di sekolah. Masih lupa siapa orangnya.” Moly memberikan clue kepada Taro.Taro menunjuk ke atas dan mengingat sesuatu. “Kamu itu yang kutu buku dan sering memakai kaca mata itu kan.” Taro berteriak sampai asisten dari Moly sampai terkejut.“Ehm.” Moly menempelkan tangannya dan berdehem disana. “Kamu bisa kembali bekerja lagi. Pak Taro silahkan duduk di sini.”“Baik, Bu.” Asistennya itu pergi dari ruangan itu dengan menutup rapat pintu dari ruangan itu.Taro kemudian menuju ke tempat duduk itu dan langsung memulai pembicaraanya.“Kamu sudah berubah sekarang. berbeda dulu dari pada di sekolah. Apa lagi kamu
“Ini ruangan saya untuk bekerja?” Taro bertanya kepada asisten itu.“Betul sekali pak. Ini adalah ruangan untuk bapak bekerja.” Asisten itu menjawab perkataan dari Taro. “Saya pamit dulu, Pak.”Taro tinggal di dalam ruangan itu sendiri dan dia langsung untuk pergi ke ruangan OB dengan mengambil sapu dan juga pel untuk membersihkan. Dan itu juga di bantu oleh pekerja OB itu.Aku tidak boleh bermalasan lagi. Wadah untuk saya bekerja sudah ada bahkan ini adalah pekerjaan yang sangat aku sukai. Jadi harus lebih semangat lagi.—batin Taro.Dia akhirnya mengambil sapu untuk membersihkan lantai karena sudah lama tidak di pakai. Begitu juga dengan sarng laba-laba yang berada di ujung ruangan itu. Semuanya di lakukan untuk membuatnya nyaman bekerja disana. Sedikit demi sedikit semuanya sudah hampir selesai untuk di bersihkan.“Bapak ini berkas juga mau di bersihkan?” karyawan OB itu ertanya kepad
Tidak terasa Taro sudah bekerja sangat lama disana. Dia mengusahakan semua cara untuk bisa mengeluarkan perusahaan ini untuk jauh dari kata kebangkrutan. Tapi usahanya itu masih belum bisa merubah banyak di perusahaan itu. Taro setiap malam harus begadang di perusahaan itu supaya bisa menyelesaikan masalah ini.Apa mungkin perusahaan ini akan bangkrut pada akhirnya.—batin Taro.Hanya itu yang ada di dalam pikirannya itu tetapi karena tekadnya yang kuat, membuat Taro menjadi semangat kembali untuk menjalani harinya bekerja disana. Dia melihat jam sekarang sudah menunjukkan pukul delapan malam. tapi dia tetap mengerjakan semuanya itu sampai bisa mengembalikan kesejahteraaan perusahaan ini.Taro akhirnya melanjutkan pekerjaanya itu lagi untuk bisa segera membuat masalah ini bisa selesai. Dia sampai tidak menghiraukan jam yang berada di atasnya itu. Saat sedang bekerja tiba-tiba ada yang mengetuk pintu dari ruangan Taro.Tok. Tok. Tok.T
Akhirnya mereka berjalan menuju kantin untuk beristirahat sambil menyantap makan siangnya. Mereka sibuk bercanda tawa dan juga menikmati makanan itu tanpa memperulikan orang lain. Taro menghabsikan waktu bersama Celo dengan bermain dadu, bermain catur, dan juga tidur di kantin itu. Saat sedang menikmati tidur siangnya, tiba-tiba ada yang membangunkannya.“Sayang, bangun? Kenapa makanan aku tidak ada sampai ke kelas.” Naomi marah kepada Taro dan dia tidak datang sendiri tapi bersama kelompoknya kesana.Taro langsung bangun dari tidurnya. “Oh iya. Maaf aku lupa, karena sudah di sini kenapa tidak sekalian pesan aja di sana?”“Kenapa aku yang pesan sayang. Biasanya apapun itu kamu terus. Kenapa sekarang malah aku?” Naomi merasa ada yang aneh dari Taro.“Bukan karena apa-apa. Cuma aku sekarang lagi ngantuk. Mau tidur sebentar sebelum nanti beajar lagi.” Taro berbicara sambil menggaruk kepala.“Ayo la
Saat berada di luar kelas. dia menyadari ini bukanlah sebuah mimpi, tapi beneran dia sedang berada di sekolah.Bukannya tadi itu saya lagi di dalam rumah menung. Tapi kenapa aku bisa berada di sini.—batin taro.Kemudain taro berjalan-jalan karena masih bigung dengan semuanya ini. Dari kejauhan ada seorang guru piket yang meneriaki Taro.“Kamu kenapa di luar? Bukannya seharusnya kamu itu belajar?” guru piket itu berteriak kepada Taro.“Saya lagi bigung, bu. Sekarang tahun berapa?”“Sekarang tahun 2011.”Taro bingung dengan jawaban dari guru piket itu. Bukan seharusnya sekarnag sudah 10 tahun kedepan.“Baiklah kalau begitu bu. Saya masuk ke dalam kelas lagi bu.”Taro kembali masuk ke dalam kelasnya dan duduk di tempat dia biasanya sambil termenung karena kejadian ini.Aku memang berharap bisa kembali ke masa ini. Tapi kenapa bisa sekarang keinginan itu terw
“Jadi perusahaan ini bangkrut? Kenapa bisa? Padahal aku sudah mengerahkan semua tenaga aku sampai ke titik ini.” Taro berteriak kepada Moly. “Aku sudah berjuang untuk mempertahankan perusahaan ini. Tetapi masih tidak bisa untuk berada di sini.” Moly membalas perkataan dari Taro. “Aku berharap kamu bisa mendapatkan kegiatan selain dengan ini. Karena kamu itu sangat sungguh-sungguh untuk mengerjakan sesuatu.” Taro termenung di depan itu karena apa yang sudah diusahakannya menjadi sia-sia. Tetapi dia tidak menyalahkan Moly karena ini tetapi Cuma mengintrospeksi diri kenapa bisa dia gagal dalam perusahaan ini. Padahal dia itu sangat mengerti akan apa kendala dari perusahaan ini tapi tidak cukup untuk menyelesaikannya tepat waktu. Kalau saja aku dulu saat di bangku sekolah bisa belajar lebih giat lagi. Mungkin aku bisa menyelesaikannya tepat waktu.—batin Taro. Dia menyesali itu semuanya. Tetapi penyesalan itu akan datang saat di akhir. Pergi dari
Tidak terasa Taro sudah bekerja sangat lama disana. Dia mengusahakan semua cara untuk bisa mengeluarkan perusahaan ini untuk jauh dari kata kebangkrutan. Tapi usahanya itu masih belum bisa merubah banyak di perusahaan itu. Taro setiap malam harus begadang di perusahaan itu supaya bisa menyelesaikan masalah ini.Apa mungkin perusahaan ini akan bangkrut pada akhirnya.—batin Taro.Hanya itu yang ada di dalam pikirannya itu tetapi karena tekadnya yang kuat, membuat Taro menjadi semangat kembali untuk menjalani harinya bekerja disana. Dia melihat jam sekarang sudah menunjukkan pukul delapan malam. tapi dia tetap mengerjakan semuanya itu sampai bisa mengembalikan kesejahteraaan perusahaan ini.Taro akhirnya melanjutkan pekerjaanya itu lagi untuk bisa segera membuat masalah ini bisa selesai. Dia sampai tidak menghiraukan jam yang berada di atasnya itu. Saat sedang bekerja tiba-tiba ada yang mengetuk pintu dari ruangan Taro.Tok. Tok. Tok.T
“Ini ruangan saya untuk bekerja?” Taro bertanya kepada asisten itu.“Betul sekali pak. Ini adalah ruangan untuk bapak bekerja.” Asisten itu menjawab perkataan dari Taro. “Saya pamit dulu, Pak.”Taro tinggal di dalam ruangan itu sendiri dan dia langsung untuk pergi ke ruangan OB dengan mengambil sapu dan juga pel untuk membersihkan. Dan itu juga di bantu oleh pekerja OB itu.Aku tidak boleh bermalasan lagi. Wadah untuk saya bekerja sudah ada bahkan ini adalah pekerjaan yang sangat aku sukai. Jadi harus lebih semangat lagi.—batin Taro.Dia akhirnya mengambil sapu untuk membersihkan lantai karena sudah lama tidak di pakai. Begitu juga dengan sarng laba-laba yang berada di ujung ruangan itu. Semuanya di lakukan untuk membuatnya nyaman bekerja disana. Sedikit demi sedikit semuanya sudah hampir selesai untuk di bersihkan.“Bapak ini berkas juga mau di bersihkan?” karyawan OB itu ertanya kepad
Taro sedang berada di depan pintu dan menjadi patung disebabkan dia merasa pernah sat sekolah dulu bersama pemimpin perusahaan itu.“Bukannya kamu itu.” Taro memegang kepalanya untuk mengingat siapa orang itu.“Aku yang serig kamu ejek dahulu saat di sekolah. Masih lupa siapa orangnya.” Moly memberikan clue kepada Taro.Taro menunjuk ke atas dan mengingat sesuatu. “Kamu itu yang kutu buku dan sering memakai kaca mata itu kan.” Taro berteriak sampai asisten dari Moly sampai terkejut.“Ehm.” Moly menempelkan tangannya dan berdehem disana. “Kamu bisa kembali bekerja lagi. Pak Taro silahkan duduk di sini.”“Baik, Bu.” Asistennya itu pergi dari ruangan itu dengan menutup rapat pintu dari ruangan itu.Taro kemudian menuju ke tempat duduk itu dan langsung memulai pembicaraanya.“Kamu sudah berubah sekarang. berbeda dulu dari pada di sekolah. Apa lagi kamu
Taro termenung di depan komputer karena ditinggalkan oleh kekasihnya. Dadanya begitu membuncah, rasa sakit masih sangat terasa karena ditinggalkan oleh Naomi. Taro sudah merasakan bagian dari dirinya itu ada pada Naomi tetapi itu tidak akan ada lagi karana wanita yang dia cintai itu memilih orang lain. Taro berteriak kembali dan menangis karena hal itu."Come on, Tar. Move on dong. Dia hanya udah milih jalan hidupnya. kau harus menghapus semua kenangan tentangnya, wanita di luar sana banyak, tidak hanya dirinya. Lebih baik hapus fotonya, kalau dia ingin kembali jangan pernah terima.—ucap Taro berbicara pada dirinya sendiri.Dia menghidupkan komputernya itu. Menunggu beberapa menit untuk hidup dan akhrnya dia mulai mencari dimana letak fotonya itu. Tanpa menunggu lama dia langsung menekan crtl+a dan delete. Taro bisa menghilangkan semua jejak dari orang itu. Dia ingin memulai semua aktifitasnya lagi tetapi dia tidak bisa dan masih terkurung dari kesedihan
Seorang pria tinggi memakai setelan kemeja dipadukan dengan celana Jeans, ditambah dengan sepatu kets senada dengan pakaiannya. Namanya Taro, ia seorang pengangguran, bahkan banyak orang mengatakan padanya jika ia tidak layak hidup di muka bumi karena kebiasaannya itu. makan, tidur, serta ke toilet, hanya itulah yang dia lakukan sepanjang hari, bermalas-malasan di rumah.Hal yang membuatnya menjadi pengangguran karena tidak pernah ada perusahaan yang menerimanya bekerja walaupun dia adalah seorang Programing.Ia melihat arlogi miliknya, waktu telah menunjukan pukul 15.30 di mana waktu yang telah ditentukan oleh kekasihnya untuk bertemu. Ia telah menjalin hubungan dengan Naomi saat mereka SMK. Ia menjadi seorang kekasih yang siap untuk membahagiakan kekasihnya.Naomi, perempuan yang sangat cantik di mata Taro dan begitu perfect tanpa ada lecet sedikitpun. Tapi semua orang menentang mereka berpacaran karena semuanya tidak lah logis. Apa yang di butuhkan oleh