Share

Kembali Terluka

Author: Uci ekaputra
last update Last Updated: 2022-09-19 22:32:13

Plak!!

Sebuah tangan mendarat keras di pipi kanan Aira. Dia merasakan panas mulai menjalar di area pipi yang terkena tamparan. Aira meringis, tangannya sedikit gemetar memegang pipinya yang memerah.

"Dewi! Apa yang telah kau lakukan?" Arman bergegas mendekati sang putri dan melihat pipinya yang memerah.

"Iya Ibu, kenapa Ibu menampar Aira?" Aina pun ikut mendekat pada Aira.

Aira hanya diam membisu mendapat tamparan dari Dewi. Padahal para tamu baru saja pergi, tetapi Dewi sudah melayangkan tangannya pada Aira. Jujur Aira tidak menyangka jika sang Ibu akan menamparnya begitu para tamu pergi. Aira pikir Dewi akan berubah setelah dia dewasa, tapi nyatanya Dewi tetap saja suka melayangkan tangannya pada Aira.

Hati Aira kembali terluka, bahkan rasa bekas tamparan Dewi tidak ada apa-apanya dibanding dengan rasa sakit yang sekarang hatinya rasakan.

"Aku hanya memberi pelajaran pada anak tidak tahu sopan santun itu. Kamu jangan ikut campur, Mas! Dia pantas mendapatkannya karena telah mempermalukan kita di depan keluarga Pradikta. Mau ditaruh di mana muka kita jika mereka sampai tersinggung dengan tingkah anak tidak tahu diri itu?" seru Dewi dengan suara meninggi.

"Sudahlah, Wi. Jangan terlalu keras pada Aira, dia hanya ijin ke kamar mandi. Dia tidak mempermalukan kita," ucap Arman membela Aira.

"Terus saja kamu bela dia, Mas! Kamu memang terlalu memanjakan dia sehingga dia berani bersikap seperti itu." Dewi mulai menyalahkan sang suami kembali.

"Tapi Wi ...."

"Sudah cukup, Mas! Aku tidak mau mendengar lagi kamu membelanya. Akan aku pastikan dia akan bersikap lebih baik lagi. Pokoknya Aira harus menerima perjodohan ini, mau tidak mau dia harus menerimanya. Jika tidak, lebih baik dia keluar dari rumah ini!" tegas Dewi membuat Aira menyipitkan mata melihat sang Ibu yang sudah berkacak pinggang.

Sementara Arman langsung terdiam. Aira yakin sekali jika sang Ayah tidak akan membelanya lagi. Bukankah selalu saja seperti itu? Aira memang tidak mengharapkan apapun dari rumah ini. Dia sudah lelah, Aira merasa ingin menghilang saja dari dunia ini.

"Kenapa aku, Bu?" tanya Aira lirih.

Seketika Dewi, Arman dan juga Aina menoleh menatap Aira. Mungkin mereka heran, biasanya Aira hanya akan diam saja jika Dewi sudah marah padanya, tapi kini dia berani bertanya.

"Kenapa aku yang harus dijodohkan? Kenapa bukan Mbak Aina saja?" tanya Aira kembali dengan suara yang bergetar.

"Apa? Kamu berani mempertanyakannya! Bukankah sudah jelas tanpa aku mengatakannya, masa depan Aina sangat cerah, tidak mungkin dia menikah di saat seperti ini ...."

"Lalu bagaimana dengan masa depanku, Bu? Apa masa depanku juga tidak penting? Apa hanya masa depan Mbak Aina saja yang penting?" Aira sudah tidak sanggup lagi menahan kesabarannya, sudah cukup selama ini dia selalu diam mendapat perlakuan tidak adil.

Plak!!

Wajah Aira terpelanting ke samping, kembali sebuah tamparan melayang di pipinya, darah segar keluar dari sudut bibir tipisnya. Dia merasakan asin akibat keluarnya darah tersebut.

"Kurang ajar! Berani sekali kamu memotong ucapanku. Perlu kamu ketahui, masa depan Aina sebagai dokter lebih baik jika dibandingkan dengan masa depanmu yang hanya bekerja di perusahaan kecil itu. Pekerjaan Aina lebih baik dibandingkan dengan pekerjaanmu. Maka turuti saja perkataanku, terima saja perjodohan ini, itu akan lebih baik daripada kamu membuang-buang waktu menjadi karyawan biasa." Dewi menatap Aira dengan mata memerah penuh amarah.

"Bu, tolong jangan bicara seperti itu. Semua pekerjaan sama saja, Bu. Jangan berbicara seperti itu pada Aira, kasihan dia," ucap Aina memohon pada  Dewi.

"Iya, Wi. Jangan kamu keterlaluan seperti itu, jangan menyakiti Aira lagi. Kita bisa bicarakan semuanya baik-baik. Tolong jangan lagi memakai kekerasan seperti ini, Wi." Arman mencoba menenangkan sang istri, dia meraih tangan Dewi yang baru saja menampar Aira.

Dewi bergeming, tapi tatapannya masih saja memancarkan kemarahannya pada Aira. Tidak ada sesal setelah menampar Aira, hal yang terlalu biasa dia lakukan kepada sang putri.

"Jangan kalian coba-coba membelanya! Apa yang aku katakan memang faktanya, dia tidak bisa seperti Aina yang mempunyai masa depan yang cerah." Kembali Dewi membandingkan Aira dengan Aina. Miris sekali bukan?

"Hahaha ...." Aira tergelak dengan keras, "jadi hanya masa depan Mbak Aina, putri kesayangan Ibu saja yang penting? Sungguh aku tidak bisa menahan tawaku sekarang, Bu. Padahal aku juga putrimu, tapi aku selalu diperlakukan berbeda." Aira tertawa miris.

Aira kehilangan kewarasannyasekarang, rasa kecewa dan juga sakit yang dia rasakan kini membuatnya gila. Semua yang dia pendam kini telah membuatnya hilang akal.

Semua terdiam menatap Aira yang tertawa, nampak mereka tercengang melihat Aira yang tidak diam seperti biasanya dan bertingkah aneh.

Aira terdiam sejenak, "Baiklah jika kemauan Ibu seperti itu, aku akan menerima perjodohan seperti yang Ibu inginkan. Hidupku sudah hancur sejak dulu, jadi lebih baik hancur saja sekalian, bukan?" Suara Aira bergetar, air matanya sudah lolos satu-persatu. Dia sudah tidak bisa menahan kesedihannya.

Aira menatap Dewi dalam, mencoba mencari sedikit saja rasa kasih sayang untuknya. Dengan air mata yang semakin deras, pandangannya pun sedikit memburam, nampak tidak ada rasa kasih sayang yang terpancar di mata Dewi. Aira semakin yakin bahwa Dewi memanglah sangat membencinya, tapi yang tidak dia mengerti, apa alasan Dewi membencinya. Aira tidak pernah tahu itu, bahkan sampai sekarang pun dia tidak tahu apa alasannya.

"Ai ...," panggil Aina sembari melangkah ke arahnya.

Aina mencoba mendekat pada Aira, tapi Aira langsung menahannya dengan tangan "Jangan mendekat padaku!" seruku tajam padanya.

Aina mundur kembali, air matanya juga bercucuran, dia menahan isak tangisnya dengan kedua tangannya menutupi mulut. Dia menangis, menatap sang adik dengan tatapan yang paling Aira benci. Tatapan iba, tatapan kasihan. Aira tidak suka itu.

"Aku akan menerima perjodohan ini, tapi ini juga terakhir kali Ibu memaksaku untuk melakukan keinginan Ibu. Aku tidak akan lagi menuruti apa yang Ibu inginkan, sudah cukup, sudah cukup aku menderita selama ini!" ucap Aira dengan suara pilu.

Setelah mengatakan semuanya, dia segera melangkah pergi meninggalkan mereka semua yang terdiam membisu. Dada Aira terasa nyeri sejak tadi, bahkan sakitnya semakin lama semakin terasa. Dia tidak tahu, apa dia akan sanggup terus berada di antara mereka jika rasa nyerinya bertambah seperti ini.

Aira segera masuk ke kamar dan menguncinya dari dalam, setelahnya tubuhnya merosot ke lantai, seketika tangisnya pun ikut pecah. Aira memukul-mukul dadanya yang semakin terasa nyeri.

Aira menumpahkan segala kekecewaan yang telah dia rasakan, harapan-harapannya selama ini telah hancur kembali. Bahkan sekarang dia telah kehilangan harapannya. Aira harus mengubur dalam-dalam harapan untuk mendapatkan kasih sayang dari Dewi walau hanya sedikit saja.

Aira sudah lelah, lelah dengan kekecewaan dan rasa sakit yang dia derita. Selalu saja dia kembali terluka oleh harapannya sendiri.

Related chapters

  • Keluarga Yang Tak Menganggapku Ada   Berhenti Berharap

    Suasana ruang makan terlihat begitu hangat, Aira menyunggingkan bibir, tersenyum miris. Netranya mengembun melihat pemandangan yang membuat hatinya ngilu. Dewi, Arman serta Aina sedang sarapan bersama dengan bersanda gurau. Nampak mereka sangat bahagia sekali.Aira sedang berdiri di anak tangga paling atas menatap keakraban mereka bertiga dengan tatapan sendu, dia sangat iri dengan suasana hangat di sana. "Apakah aku tidak punya sedikit tempat di antara mereka?" batin Aira bertanya-tanya.Aira ingin sekali bergabung dengan mereka, tertawa bersama mereka. Tapi itu semua mustahil dan tidak akan pernah terwujud. Dia hanya bisa terluka jika mencoba mendekat, tidak ada tempat untuknya di sana.Aira juga bagian dari keluarga itu, tapi kenapa seolah dia ini hanyalah orang asing saja. Sejak dulu pun dia tidak pernah bergabung untuk makan bersama mereka. Aira selalu makan seorang diri setelah mereka menyelesaikan makannya.Aira sudah terbiasa tersisih, tetapi hatinya masih saja sakit jika mel

    Last Updated : 2022-10-05
  • Keluarga Yang Tak Menganggapku Ada   Pernyataan Cinta

    Terik matahari sudah mulai membakar kulit Aira, tetapi dia masih saja betah duduk berlama-lama di pesisir pantai, menikmati suasana pantai yang sepi karena awal pekan.Setelah dua jam Aira berkendara tanpa arah, dia memutuskan untuk mengarahkan mobilnya ke arah pantai. Aira ingin mencoba menenangkan dirinya sebelum kembali bekerja.Netra Aira menatap ombak yang bergulung-gulung dengan kuat, dia ingin sekali menenggelamkan tubuhnya di tengah-tengah ombak tersebut. Mungkin dengan begitu dia tidak perlu merasakan penderitaan lagi. Mungkin juga rasa sakitnya akan menghilang bersamaan dengan menghilangnya ombak-ombak tersebut.Hijab Aira berkibar-kibar diterpa angin yang kencang. Dia pun memejamkan mata menikmati suara deburan ombak yang menabrak karang.Rasanya nyaman, tidak ada suara sang Ibu yang memarahi ataupun membentaknya. Sedikit demi sedikit hatinya mulai merasa tenang. Kesendirian membuatnya merasa sangat nyaman.Sendiri juga membuat Aira tidak terluka semakin dalam lagi. Dia mer

    Last Updated : 2022-10-15
  • Keluarga Yang Tak Menganggapku Ada   Terlambat

    "Ai, aku mencintaimu."Kata-kata yang tak pernah Aira bayangkan keluar dari mulut Fandi. Aira bahkan tidak pernah lagi mengharapkan kata-kata tersebut diucap seseorang padanya.Sejak seringkali dikecewakan oleh harapan semu membuat hati Aira beku. Dia tak lagi memimpikan kebahagiaan dicintai oleh orang lain. Hatinya seperti mati rasa sejak itu.Hening.Hanya keheningan yang Aira rasakan walaupun suasana restoran cukup ramai. Dia sedang sibuk merangkai kata untuk menolak Fandi dengan sopan. Dia tidak mau hubungannya dengan sang bos berakhir buruk sebelum dia resign dari perusahaan yang selama ini menaunginya."Maaf, Pak. Saya tidak bisa menerima perasaan Bapak. Karena sebentar lagi saya akan menikah. Orang tua saya sudah menjodohkan saya dengan lelaki pilihan mereka," ucap Aira dengan suara pelan. Takut membuat Fandi semakin kecewa padanya.Hati Fandi langsung mencelos mendengar penolakan dari wanita pujaannya itu. Tidak disangka kalau dia telah terlambat mengutarakan isi hatinya pada

    Last Updated : 2022-10-19
  • Keluarga Yang Tak Menganggapku Ada   Tak Sengaja Bertemu

    "Ai, kamu tahu nggak Pak Fandi kenapa? Dari kemarin raut wajahnya terlihat suram," tanya Hani sembari menyesap minuman di tangannya.Hani dan Aira sedang berada di sebuah restoran, mereka baru saja pulang kerja dan mampir untuk mencari makan.Aira tersentak mendengar pertanyaan Hani, dia merasa bersalah telah membuat Fandi berubah seperti yang dikatakan oleh Hani. Tapi dia pun tidak bisa berbuat apa-apa tentang perasaan Fandi itu."Sejak pulang dari meeting denganmu itu, dia selalu uring-uringan. Ada saja yang salah di depannya. Aku jadi makin takut jika berhadapan dengannya, Ai," tambah Hani makin membuat Aira tidak enak hati.Tapi Aira juga tidak bisa mengubah semuanya, dia tidak bisa menerima perasaan Fandi di saat dia sudah berjanji akan menerima perjodohan yang diatur oleh keluarganya."Aku tidak tahu, Han. Mungkin Pak Fandi sedang ada masalah pribadi." Aira tidak bisa jujur pasa Hani tentang apa yang sebenarnya terjadi. Dia tidak mau jika Hani mengetahui apapun tentangnya."Apa

    Last Updated : 2022-10-22
  • Keluarga Yang Tak Menganggapku Ada   Resign

    "Kamu tidak lupa kan jika dua minggu lagi kamu akan menikah?" tanya Dewi melalui sambungan ponsel.Aira memutar bola matanya jengah dengan pertanyaan Dewi, mana mungkin dia bisa lupa jika sebentar lagi dia akan menikah. Sudah berkali-kali Dewi menelfonnya hanya untuk mengingatkannya tentang pernikahan. Padahal Aira hanya ingin merasakan ketenangan untuk sebentar saja, sebelum dia menikah."Apa kamu tuli, hingga tidak bisa menjawab pertanyaanku?" sentak Dewi.Hati Aira berdenyut nyeri mendengar suara sang Ibu meninggi. Hal yang biasa Aira terima tapi masih mampu menggetarkan tubuhnya."Aku mendengarnya, Bu. Ibu jangan khawatir, aku pasti akan segera pulang sebelum hari pernikahanku. Bukankah aku sudah bilang kalau aku tidak akan kabur dari perjodohan ini, jadi Ibu tenang saja," sahut Aira benar-benar sudah merasa jengah dengan semuanya."Jika kamu berani kabur, aku pasti akan mencarimu dan mematahkan kakimu itu!" ancam Dewi pada Aira, lalu dia pun memutuskan sambungan telfon.Aira menu

    Last Updated : 2022-10-24
  • Keluarga Yang Tak Menganggapku Ada   Berpamitan

    Pagi ini, Aira sudah selesai bersiap. Ia sudah selesai mengemas barang-barang yang akan dibawanya pulang dan hanya tinggal berangkat saja.Tidak terasa waktu cepat sekali berlalu, pernikahan Aira sudah ada di depan mata. Satu minggu lagi, dia akan benar-benar terbebas dari belenggu sang ibu. Tapi siapa yang tahu masa depan, mungkin saja Dewi masih tetap mengganggu kehidupan Aira meski dia sudah menikah. Entahlah.Rencananya Aira akan berangkat setelah selesai sarapan, bukankah dia harus mengumpulkan banyak tenaga untuk perjalanan yang akan dia tempuh sekaligus untuk menghadapi Dewi jika dia sudah sampai di rumah? Bisa saja kan di saat Aira baru tiba Dewi langsung berbuat buruk pada Aira?Aira masih berkutat di dapur, dia memasak nasi goreng sebagai sarapan paginya. Dia tidak mau ribet, cukup membuat masakan sederhana untuk menghemat waktu. Setelah selesai memasak, Aira memindahkan nasi goreng tersebut ke atas piring. Lalu dia membawanya ke meja makan, dan memulai sarapannya.Saat akan

    Last Updated : 2022-10-26
  • Keluarga Yang Tak Menganggapku Ada   Sambutan

    Aira menghela napas panjang, lalu mengeluarkannya secara perlahan. Dia sudah sampai di rumah, tapi belum beranjak keluar dari mobilnya. Aira masih menyiapkan mentalnya untuk memasuki rumah yang seperti neraka baginya. Dia harus menyiapkan mentalnya jika sewaktu-waktu mendapat amukan dari sang ibu lagi."Bismillah, Ya Allah semoga hamba-Mu ini bisa melewati seminggu ini dengan baik," gumam Aira. Lalu dia pun memutuskan untuk keluar dari mobilnya.Aira menatap ke dalam rumah yang terbuka pintunya dari kejauhan, di sana sudah tampak ramai. Banyak sanak saudara yang sudah datang untuk membantu persiapan pernikahan Aira.Aira pun melangkahkan kaki ke arah pintu, tangan Aira membawa tas ransel yang berisi barang-barangnya. Setelah sampai di depan pintu dia langsung melangkah masuk, dan berhenti sejenak ketika melihat kesibukan orang-orang. Hampir tidak ada yang menyadari kedatangan Aira, semua orang sedang fokus dengan pekerjaannya masing-masing. Hingga tak berapa lama, sebuah tangan menyam

    Last Updated : 2022-10-27
  • Keluarga Yang Tak Menganggapku Ada   Pertengkaran

    "Kamu sudah sangat keterlaluan, Wi." Arman menggelengkan kepalanya, dia sudah tidak bisa mentolelir kelakuan istrinya itu.Sedangkan Dewi hanya diam, menatap sang suami yang biasanya hanya diam saja ketika dia melakukan hal buruk pada Aira. Biasanya Arman hanya menegurnya sesaat, lalu setelahnya Arman memilih diam.Arman menyugar rambutnya kasar, lalu menatap sang istri yang masih menatapnya juga. "Ayo berpisah, Wi."Dewi membulatkan matanya mendengar ucapan Arman. Dia tidak percaya Arman akan mengatakan kalimat itu. Kalimat yang bahkan dalam mimpi saja tidak pernah Dewi bayangkan akan keluar dari mulut sang suami."Apa? Apa maksudmu, Mas?" tanya Dewi memperjelas pendengarannya."Aku sudah tidak bisa menahan diri lagi, Wi. Sudah cukup aku melihat kelakuan burukmu pada Aira. Kukira, setelah Aira dewasa kamu akan berubah. Kamu tidak akan lagi memperlakukannya dengan buruk. Nyatanya, sampai sekarang pun kamu masih tetap memperlakukannya dengan buruk. Aku tidak bisa lagi hidup denganmu, W

    Last Updated : 2022-10-29

Latest chapter

  • Keluarga Yang Tak Menganggapku Ada   Firasat

    Arman hanya memandangi piring yang berisi nasi dan lauk pauknya. Dari tadi pikirannya sedang melayang, mengingat putri bungsunya yang telah berada di rumah suaminya.Arman pun belum menyentuh makanannya sama sekali. Sejak bangun tidur tadi, hatinya terasa tidak enak. Dia selalu teringat dengan Aira. Entah pikirannya selalu terngiang akan wajah sang putri. Arman ingin sekali mengetahui keadaan Aira saat ini, tapi dia bingung sekali harus bagaimana.Aina yang melihat ayahnya sedang melamun pun meletakkan sendok makannya di atas piring. "Ayah tidak makan?" tanya Aina pada sang ayah.Arman pun tersentak, lalu segera melihat ke arah piring di depannya dengan tak berselera. Piring tersebut masih terlihat penuh, tanpa berkurang sedikitpun. Nafsu makannya benar-benar telah hilang."Ada apa, Yah? Kenapa Ayah tidak makan?" tanya Aina lagi.Dewi yang mendengar pertanyaan Aina pun melirik sang suami, sejak pertengkarannya beberapa waktu lalu dengan sang suami membuat hubungan keduanya menjadi din

  • Keluarga Yang Tak Menganggapku Ada   Mala Petaka

    Revan mengerjapkan matanya, dia mendesis merasakan pusing begitu matanya terbuka sempurna. Kepalanya pun terasa sangat berat. Efek dari minuman haram yang ditenggaknya sungguh buruk.Revan bukanlah seorang pemabuk, baru semalam dia menyentuh minuman haram itu untuk melampiaskan rasa frustasinya. Dengan perlahan Revan mulai bangun dari posisinya, lalu dia menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya. Tapi, betapa terkejutnya dia ketika menyadari bahwa dia tidak mengenakan apapun.Pandangan matanya beralih menatap sisi ranjangnya yang kosong, terdapat noda bercak merah. Mata Revan langsung membulat, lalu dia mencoba menggali ingatannya lebih dalam.Samar-samar gambaran tentang perbuatan buruknya pada Aira melintas di ingatannya. Revan tersentak begitu mengingat apa yang telah dilakukannya pada Aira."Apa yang telah kamu lakukan, Van! Bodoh sekali kamu," maki Revan pada dirinya sendiri sembari memukul-mukul kepalanya.Tidak pernah terbayangkan di benak Revan untuk mengambil kesucian Aira wa

  • Keluarga Yang Tak Menganggapku Ada   Terenggut

    Revan menggebrak pintu rumah dengan keras, dia melakukannya berkali-kali. "Buka ... buka pintunya!" seru Revan sembari terus menggebrak pintu rumahnya.Revan berdiri sembari bersandar ke pintu, dia tidak bisa menjaga keseimbangan tubuhnya.Sementara Aira tergopoh-gopoh menuju pintu. Dia terkejut ketika mendengar pintu rumahnya digedor dengan keras, padahal waktu sudah sangat malam. Aira segera membuka pintu begitu memastikan jika yang menggedor pintu adalah Revan, bukan orang yang berniat jahat padanya."Ya Allah, Mas ...!" seru Aira ketika pintu sudah terbuka. Revan terjatuh, tubuhnya membentur lantai yang dingin. Aira memandang Revan dengan tatapan kasihan, suaminya itu pulang dalam keadaan yang sangat berantakan dan mabuk berat.Buru-buru Aira membantu Revan berdiri, dia memapah Revan yang berdiri dengan sempoyongan karena mabuk. Tadi Revan menuju bar setelah pertengkarannya dengan Helen. Dia pun menenggak minuman haram demi melampiaskan rasa frustasinya karena sang kekasih tidak m

  • Keluarga Yang Tak Menganggapku Ada   Meyakinkan

    "Tunggu ...!" teriak Aira.Revan menghentikan langkahnya ketika akan menaiki tangga. Dia pun segera menoleh ke arah Aira yang sedang berdiri di depan pintu kamarnya. Revan mengernyitkan keningnya saat melihat wanita yang bergelar istrinya itu berjalan mendekat ke arahnya."Ada yang ingin aku bicarakan padamu," ucap Aira ketika sudah sampai di dekat Revan."Ada apa?" tanya Revan dingin, tampak tidak tertarik untuk berbicara dengan Aira. Sebenarnya Revan sangatlah lelah setelah pulang dari tempat kerjanya. Ada sedikit masalah di kantornya. Dia ingin segera merebahkan tubuhnya di kasur. Tapi dia tidak bisa mengabaikan Aira begitu saja. Walaupun Aira hanyalah istri di atas kertas, secara tidak langsung Revan mempunyai tanggung jawab pada gadis itu.Aira pun menghela napas berat, andai saja tadi Helen tidak datang, tentu dia tidak akan menahan Revan seperti itu. Aira pasti akan enggan untuk berbicara dengan lelaki dingin macam Revan."Apakah kamu tidak memberitahu Helen tentang pernikahan

  • Keluarga Yang Tak Menganggapku Ada   Bertemu Fandi

    "Jaga dirimu baik-baik, Ai. Jika kamu tidak sanggup lagi menjalani pernikahanmu, jangan diteruskan lagi, hiduplah dengan baik. Aku siap mendengarkan apapun keluhanmu, jangan pernah merasa sendiri," pesan Hani, ketika Aira mengantarkannya kembali ke penginapan. Sebenarnya Hani merasa sangat berat meninggalkan Aira dalam keadaan yang buruk, tapi mau bagaimanapun Hani ingin, dia tidak bisa tetap berada di samping Aira, dia harus kembali pulang.Aira hanya mengangguk, dia sudah tidak bisa berkata-kata lagi. Aira sudah teramat lelah menghadapi masalahnya yang tiada habisnya."Ah ... aku jadi tidak rela meninggalkanmu di sini, Ai." Hani memeluk Aira sembari meneteskan air mata kembali. Dia teramat sedih mendengar cerita dari sahabatnya itu. Hani kira selama ini kehidupan Aira tidaklah setragis itu, dia kira kehidupan Aira menyenangkan. Hani tidak pernah menyangka jika di balik sosok Aira yang cuek itu tersimpan kesedihan yang mendalam akibat perlakuan tidak baik dari keluarganya sendiri.A

  • Keluarga Yang Tak Menganggapku Ada   Menjelaskan

    "Perkenalkan nama saya Aira dan sebelum saya menjelaskan semuanya, saya harap Mbak Helen mau menahan diri hingga saya selesai menjelaskan. Bagaimana, Mbak? Apa Mbak Helen bersedia?" Tanpa menunggu lama, Aira pun memulai membuka suaranya setelah mereka bertiga duduk di ruang tamu.Helen pun mengangguk, dia tidak punya pilihan lain selain menyetujui apa yang Aira katakan. Dia ingin segera tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dia sudah terlalu lama menahan semua pertanyaan-pertanyaan yang ada di pikirannya tentang siapa Aira dan tentang apa hubungannya dengan Revan, kekasihnya.Aira pun menarik nafas panjang lalu mengeluarkannya perlahan, dia mempersiapkan diri untuk menjelaskan semuanya pada Helen. Dia tidak mau kalau sampai salah berkata hingga membuat Helen marah padanya ataupun Revan. Aira bisa dalam masalah besar jika sampai Helen salah paham dan marah padanya."Sebelumnya saya minta maaf, Mbak. Jika apa yang saya jelaskan ini tidak berkenan di hati Mbak Helen dan tolong jangan salah p

  • Keluarga Yang Tak Menganggapku Ada   Helen

    "Aku tahu kamu pasti sudah pulang." Sosok wanita tersebut membalikkan badan dengan senyum lebarnya ketika mendengar suara langkah kaki, tapi seketika dia membelalakkan matanya menatap Aira dengan pandangan penuh tanya."Siapa kamu?" tanya wanita tersebut sembari menatap Aira dari atas sampai bawah.Tadi saat mendengar suara langkah kaki, dia pikir jika orang tersebut adalah sosok yang sangat dirindukannya, bukan sosok gadis berkerudung yang tidak dikenalinya sama sekali.Aira pun berbalik bertanya pada wanita tersebut "Kamu sendiri siapa? Kenapa ada di rumah ini? Apakah kamu salah satu keluarga Mas Revan?" tanya Aira bertubi-tubi memandang wanita cantik berambut hitam itu."Mas Revan? Kamu ternyata mengenal Revan? Siapa kamu sebenarnya?" tanya wanita itu heran. Lalu, dia terdiam sejenak sembari menatap tajam ke arah Aira. "Kamu belum menjawab pertanyaanku, siapa kamu? Kenapa kamu ada di sini? Aku Helen, calon istri dari lelaki yang kau panggil Mas itu," lanjutnya. Lalu dia melangkah

  • Keluarga Yang Tak Menganggapku Ada   Siapa

    "Ada apa meneleponku, Han? Apalagi pagi-pagi seperti ini," tanya Aira.Hani menghela napas berat mendengar pertanyaan Aira. Dia sedang merasa kesal pada sang bos. Sebenarnya hari ini mereka bisa langsung kembali ke kota, tapi tiba-tiba Fandi membatalkan kepulangan mereka. Jadilah hari ini Hani merasa bosan di tempat yang tidak dikenalinya itu."Aku tidak jadi pulang, Ai. Hari ini tiba-tiba si bos membatalkan kepulangan kami. Nggak mungkin aku pulang sendiri, sementara aku berangkatnya bareng sama Pak Fandi. Aneh betul itu orang, apalagi sejak kamu keluar, dia jadi pendiem, jarang marah-marah lagi, kerjaannya cuma melamun aja," papar Hani membuat kening Aira berkerut.Aira tidak bisa menanggapi ucapan Hani, dia tidak tahu harus menjawab apa celotehan sahabatnya itu. Dia tidak mungkin bercerita jika dialah penyebab dari perubahan Fandi. Bisa heboh Hani nanti mengetahuinya."Jika kamu bosan, aku bisa menemanimu berkeliling, Han," cetus Aira. Dia juga sedang tidak ada pekerjaan. Mungkin b

  • Keluarga Yang Tak Menganggapku Ada   Menyesal

    Aira menatap langit-langit kamar yang telah dihias sedemikian rupa, kini dia telah berada di kamar pengantin. Setelah acara pernikahan selesai, Revan langsung membawa Aira ke rumahnya.Rumah yang Revan tinggali sendiri, karena dia memilih keluar dari rumah keluarga besarnya semenjak keluarganya menentang hubungannya dengan sang kekasih.Aira menghela napas panjang, dia merasa tidak nyaman dengan tempat asing. Tapi sebisa mungkin dia harus terbiasa mulai sekarang. Paling tidak di rumah asing itu Aira tidak lagi merasakan penderitaan diperlakukan buruk oleh sang ibu.Aira mencoba memejamkan mata karena waktu sudah menunjukkan pukul dua dini hari. Dia harus mengistirahatkan tubuhnya agar siap menjalani hari esok dengan status barunya. Entah apa yang akan menantinya nanti, kebahagiaan atau malah penderitaan yang tak berujung. Aira tidak tahu pasti. Dia hanya berharap bisa merasakan sedikit ketenangan tanpa ada lagi gangguan dari sang ibu. *** "Tidak perlu memasak untukku dan mengurus

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status