Share

Aku Mau Bukti

Author: Iyustine
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Dan aku harus percaya semua yang kamu katakan, Ri?” Vivi tertawa fals. “Sebenarnya yang kamu mau itu hanya uang kan? Orang seperti kamu itu memang suka menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang. Orang seperti kamu itu bisanya iri, padahal kami kerja keras, tapi selalu disangka mendapatkan semuanya karena keberuntungan, karena orang tua.”

Setelah menyemburkan kalimat yang entah apa maksudnya, Vivi terengah-engah. Dia memang baru saja bicara secepat kereta, seakan-akan takut jika Riana akan menyela.

“Terserah Kak Vivi mau berpikir apa. Sedari awal aku tidak pernah minta apa-apa, itu semua murni keinginan Mas Jagat.”

“Ya sama aja, kalian itu kan suami istri, dua kepala satu otak,” Vivi menukas. Meski terdengar ada getaran dalam suaranya, perempuan cantik itu memaksa tertawa lagi.

“Aku bicara di sini hanya kasihan sama Kak Vi—“

“Aku tidak perlu dikasihani, Ri!” tukas Vivi dengan nada tinggi, tersinggung berat bahwa orang sesukses dirinya masih perlu dikasihani orang lain. “Aku adal
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Kelakuan Papa Mertua   Ayo Kita Adu Skill

    “Hah? Ke Surabaya?” Tyo membulatkan mata. “Kok mendadak?”Vivi tertawa. “Sejak kapan Mas kaget dengan jadwal mendadak? Bukannya sejak dulu jadwal mendadak adalah orang ketiga dalam pernikahan kita ya?”Tyo berderai. “Tapi kamu lagi sakit, Sayang. Kupikir kita cancel liburan ke Denpasar supaya kamu bisa istirahat.”“Siapa bilang aku sakit? Kemarin itu aku hanya lupa makan. Sekarang istrimu yang hebat ini sudah siap melibas tantangan dunia,” ujar Vivi sembari merapikan pakaiannya. Dress hijau gelap berpotongan simple yang membuat kulit cemerlang Vivi tampak lebih berkilau.“Kamu memang luar biasa, Sayang. Mau berangkat jam berapa?”Vivi tersenyum dengan kepala mendongak. Menghalau kecewa yang menyiram sepasang mata milik perempuan cantik itu. Bahkan Tyo sama sekali tidak tampak kuatir dengan keadaannya. Alih-alih menawari untuk menemaninya, lelaki itu malah terkesan ingin supaya dirinya lekas pergi.Seperti apa sih bentukan perempuan yang sudah berhasil menyingkirkan dirinya dari hati T

  • Kelakuan Papa Mertua   Para Menantu

    “Kenapa, Mi? Kok kayaknya Mami enggak seneng gitu? Harusnya seneng dong, kan nanti malam kita bisa bobo bareng lagi.”Karisma menceplos tawa sedetik. “Ya seneng dong, Pi.”“Tau enggak, Mi? Papi udah berhasil nyuekin dia. Bahkan Papi berani nolak keinginan dia untuk ke Denpasar, kemarin dan hari ini Papi marah-marah terus ke dia.”“Masa?” Kali ini tawa Karisma memercik dengan jujur. Dia senang sekali kalau mendengar kabar bahwa Tyo menjadi semakin jauh dengan istri sahnya. “Dia enggak curiga, Pi?”“Enggak lah, kayaknya malah jadi agak takut sama Papi, terus waktu Papi bilang mau ke situ, dia oke-oke aja, enggak cerewet kayak biasanya. Semoga dia di Surabaya lama jadi Papi bisa sama Mami terus.”Karisma tergelak. Hatinya yang sempit gegara ucapan Riana tadi menjadi sedikit terobati.“Papi mungkin sampai situ malam ya, Papi perlu setor muka dulu ke kantor biar dia enggak curiga. Bukan Papi enggak berani sama dia, males lah buang-buang waktu untuk ngomong sama dia.”“Ya, Papi ganteng.”Te

  • Kelakuan Papa Mertua   Pelajaran Pertama Dari Vivi

    “HAAAH!”“KURANG AJAR.”“PEREMPUAN SIALAN!”Karisma kesal bukan main. Sudah hampir tiga puluh menit lamanya dia berteriak-teriak sendiri. Seakan belum puas, tangan perempuan cantik itu bergerak mengobrak abrik kamar. Tidak ada satu barang pun yang selamat dari amukannya.Dia begitu kesal mengingat kejadian yang dia alami. Setelah Vivi memanggil namanya dengan lantang dan menyebut papanya, dia mendengar high heel milik Vivi bergema semakin dekat, namun kedua kakinya justru terpaku di lantai restaurant. Sampai Vivi berhasil berdiri di hadapannya, dia tetap membeku. Tinggi tubuh mereka yang hampir sama membuat kedua mata mereka menjadi sejajar.Karisma masih ingat betul, bagaimana pandangan Vivi yang tajam seperti hendak memangsa dirinya. Bahkan dia masih ingat kata demi kata yang diucapkan Vivi dengan intonasi penuh ancaman.“Dengar Karisma. Kalau Pak dosen Sulis mengajarkan kamu bagaimana cara mendapatkan uang dengan cepat, maka aku akan memberimu pelajaran bagaimana caranya menjadi gi

  • Kelakuan Papa Mertua   Saling Mengancam

    “Jagat!”Papa menggedor-gedor pintu rumah Jagat. Pagi masih buta, perbuatan bar bar itu tentu saja memancing para tetangga menampakkan diri. Jagat tinggal di perumahan biasa, di mana bangunan rumah yang ada saling berdempetan satu sama lain, nyaris tidak mempunyai jeda.“Jagat! Riana! Keluar kalian!”“Astaga, Papa. Kenapa harus teriak-teriak? Malu sama tetangga, Pa.” Jagat membuka pintu.“Alah, enggak usah banyak ngomong kamu, Gat. Papa hanya memperingatkan kamu, menyingkirlah jauh-jauh dari urusan kakakmu. Peringatkan juga istrimu. Kalau Papa sudah mau repot datang langsung untuk memperingatkan kamu ke sini, berarti ini sangat serius. Peringatan keras, bukan main-main!”“Ta—““Mana Riana? Kau tau, istrimu sudah berbuat onar. Sekarang keluarga Karisma marah dan mengancam kakakmu. Keluarga Karisma itu bukan orang sembarangan, bukan seperti mertuamu yang kampungan tapi mata duitan.” Papa menyembur penuh emosi. “Belum lagi nanti kakakmu harus berhadapan dengan istrinya! Ini semua gara-ga

  • Kelakuan Papa Mertua   Jangan Kaget

    “Halo, Yo. Gimana? Berhasil kan?” Papa menjawab dengan nada bercampur, antara antusias dan panik. Panik sebab mendengar suara anak kesayangannya bernada sendu.“Vivi minta kita mengembalikan semua uang yang sudah aku ambil, Pa,” Tyo menjawab dengan lemas. Badan, mental dan perasaannya semua terkulai layu. Lelaki itu kini teronggok di pinggir pembaringan, betul-betul kehabisan tenaga.“Itu gampang, Yo,” kata Papa.“Vivi hanya kasih waktu sampai jam empat sore ini , Pa. Semuanya … gimana dengan uang yang sudah kita pakai untuk membeli tanah dan mobil?”Kali ini Papa tidak langsung menjawab. Namun Tyo mendengar suara Papa dan Mama tampak berdiskusi. Dia menunggu saja dengan pasrah.“Yo, kita akan mengirim mobil dan sertifikat tanah hari ini. Papa akan suruh Pak Rusli mengantarnya ke rumahmu. Pastilah sore hari dia sudah sampai, nanti kamu kasih tau dulu ke Vivi soal ini ya. Untuk uang akan segera Mama transfer,” ucap Papa.Tyo menangis menggugu seperti anak kecil kalah dalam sebuah perma

  • Kelakuan Papa Mertua   Mewujudkan Rencana Yang Tertunda

    “Halo selamat pagi suamiku, gimana tidurnya? Nyenyak?” Vivi melempar senyum ketika melihat Tyo beringsut mendekati meja makan. Tyo memaksa tersenyum, dan gagal total, mulutnya malah terlihat seperti mencebik.Lelaki itu sudah berdiri di samping sang istri, membungkuk sedikit lalu memberi sekilas kecupan. Sebelum peristiwa ini terjadi, Tyo melakukan dengan terpaksa sebagai rutinitas belaka, kini malah berubah menjadi semacam beban. Jujur, dia takut Vivi menolak ciumannya, tetapi ternyata tidak. Perempuan cantik itu bahkan tertawa renyah sembari mengusap pipi Tyo saat wajah mereka menyatu beberapa detik.Dengan menghembus napas lega, Tyo melempar senyum dan mengambil duduk di sebelah Vivi. Sang istri tiba-tiba berdiri, mengambilkannya piring, mengisinya dengan beberapa lembar pancake serta menyiramnya dengan selai blueberry yang tidak terlalu kental. Sebelum menyodorkan kepada Tyo, Vivi menambahkan lima biji anggur muscat berwarna hijau.Dalam keadaan normal, Tyo akan berjingkrak sambil

  • Kelakuan Papa Mertua   Siapa Menang?

    “Brengsek!” Sulis membanting telepon genggamnya. Bunyi jatuhnya benda elektronik itu sangat keras, menandakan seberapa dahsyat sang empunya menggunakan kekuatan untuk menghancurkan benda itu. Hancur lebur berkeping-keping.Widya hanya terlolong di kursinya. Sesungguhnya dia juga ingin mengekspresikan amarah seperti sang suami, tetapi tubuhnya malah kaku. Bukan hanya tubuhnya, semua yang menempel di badannya terasa menjadi kaku. Bahkan untuk menangis, perempuan lima puluh satu tahun itu merasa kesulitan. Ibu kandung dari Tyo dan Jagat itu hanya terus menerus terlolong, menyaksikan suaminya mengamuk. Memporakporandakan isi rumah mereka.“Kita harus balas, Ma!” Sulis mondar mandir sembari memegang kepala, mengusap janggutnya … berjalan ke pojok lain, mondar mandir lagi … terus menerus seperti itu.“Kita harus balas, harus balas.” Mulutnya pun tidak bisa berhenti meracau.Setelah hampir sepuluh menit melakukan hal itu, Sulis duduk terkulai di sisi Widya. Badannya lemas. Serasa emosi telah

  • Kelakuan Papa Mertua   Titik Lemah

    “Tapi Nyonya harus makan, Nyonya sudah lemas begini, sedari tadi muntah-muntah terus. Bibi jadi takut,” ucap asisten rumah tangga Vivi. Tangan keriputnya sedang menjelajah tubuh Vivi, membaluri dengan minyak aroma terapi. Memijit setiap inci kulit halus majikannya.“Bibi masakin tim ayam ya, Nya. Kalau Nyonya menolak makan, takut makin parah. Atau Bibi panggil dokter Mayra ke sini ya.”“Jangan!” Vivi berseru. Ide paling buruk adalah membiarkan Mayra tahu soal ini. Meskipun mereka akrab, bahkan mengaku sahabat, tetapi Vivi tahu di belakangnya Mayra suka menjelek-jelekkan dirinya.“Jangan, Bi. Tidak perlu, saya minta dibuatkan jus apel saja,” kata Vivi lagi.“Baik.” Perempuan setengah baya itu sudah selesai memijit. Dia kini membantu Vivi memakai pakaiannya kembali. Kepala Bibi menunduk, sama sekali tidak ingin melihat majikannya dalam keadaan seperti ini. Terakhir kali dia melihat Nyonya Vivi-nya separah ini adalah ketika Nyonya Tua alias Oma meninggal dunia tiga tahun lalu.Selama dia

Latest chapter

  • Kelakuan Papa Mertua   Tawa Bahagia

    “Ya Tuhan, kamu serius ini, Ri?”Mata Maya berkaca-kaca. Gegas dia memeluk Riana.“Makasih, Mas Jagat,” ucap Maya disela isakan harunya.“Itu uang Riana, May. Bukan uangku,” ucap Jagat sembari meringis.“Makasih ya, Ri.” Maya mengurai pelukan, dan mengelap air matanya sendiri.“Tapi aku enggak bisa mengabulkan seperti doamu, yang lima puluh juta itu,” seloroh Riana.Maya tertawa sumbang. “Apaan sih.”“Jangan dipandang apa-apa ya, May. Pokoknya karena aku lagi punya dan ingin kasih. Anggap saja buat Tian,” kata Riana.Maya mengangguk. “Kuharap bukan yang terakhir.”Riana reflek menoyor kepala Maya.Kedua perempuan itu memang sudah sama-sama mengajukan pengunduran diri, hanya saja berbeda tanggal pelaksanaannya. Maya akan meninggalkan kantor itu dua bulan ke depan, sedang Riana masih bekerja sampai enam bulan lagi.

  • Kelakuan Papa Mertua   Masa Depan

    “Ini snack-nya yang memang bener-bener enak atau ada faktor lain ya?”Reinald melempar pandang pada Vivi yang asyik memandangi si kembar bermain di kolam bola-bola plastik. Sesekali perempuan cantik itu ikut menjerit kala salah satu dari si kembar terjungkal atau sengaja melompat tinggi di area bermain.“Hmm dicuekin,” desis Reinald dengan volume suara yang dia naikkan.Vivi menoleh. “Apa? Ngambekan banget.”Reinald tertawa. “Yah, niatan mau mengeluarkan gombalan, belum apa-apa dijutekin, layu sebelum berbunga dong.”Vivi tertawa. “Ulangin kalau gitu, nanti aku jawabnya apa?”Lelaki tampan itu mencebik jelek sebagai tanda dia tidak ingin melakukan permintaan Vivi. Namun sedetik kemudian dia meringis lucu.“Gimana kemarin di kampungnya Riana? Udah dapat gambaran untuk bisnis pertanian yang kemarin kamu bicarakan?” tanya Reinald setelah mereka reda dari tawa yang be

  • Kelakuan Papa Mertua   Kita Adalah Keluarga

    “Gimana tidurnya semalam, Kak?” tanya Riana ketika melihat Vivi mendekatinya di dapur.Mata Riana menatap takjub. Entah kenapa, mantan istri Tyo ini baru bangun tidur tetapi muka polosnya terlihat lebih cantik. Setelah mengenal Vivi hampir sekitar tiga tahunan, baru sekali ini Riana melihat wajah Vivi yang tanpa riasan. Jadi terlihat jauh lebih muda dari umur sebenarnya.“Aku minta air putih hangat, Ri,” ujar Vivi. Lalu duduk di salah satu kursi terdekat.Riana mengambil gelas dan melakukan perintah perempuan itu.“Kudengar Kakak telponan lama sekali sama ayang dokter ya?” ledek Riana sembari mengulur gelas.“Heh, kamu nguping?”Riana tergelak. “Enggak kedenger jelas kok. Tapi yang perlu Kakak ingat, rumahku ini dibangun dengan uang subsidi pemerintah. Temboknya setipis imanku.”Baru saja Riana selesai bicara, terdengar kentut Jagat dari kamar tidurnya.“Nah itu

  • Kelakuan Papa Mertua   Jadi Diri Sendiri

    “Mungkin kalau aku enggak ikut, kalian akan menginap di rumah Ibu ya?” Vivi buka suara.Mobil Jagat baru saja melewati perbatasan desa Riana dengan desa sebelah.“Jangan dipikirin, Kak. Kampung ibuku hanya satu setengah jam dari rumah, bisa kapan pun kami menginap di sana, tapi kesempatan melihat Kak Vivi dan si kembar mengunjungi rumah ibuku entah kapan lagi,” jawab Riana, sambil menoleh ke belakang, seketika senyumnya melebar.“Aduh, aku suka sekali pemandangan ini, kayaknya perlu diabadikan,” Riana berkata lagi.Perempuan itu gegas mengambil telepon genggamnya, lalu memotret Vivi dan si kembar tanpa permisi. Vivi diam saja, tidak protes. Dia hanya memalingkan wajah sembari tersipu saat Riana membidikkan kamera telepon genggam ke arah dirinya.“Cantik sekali, Kak. Aku kirim ke Kakak ya!” jerit Riana riang.Vivi hanya tersenyum senang sebagai ganti jawaban dari mulutnya.“Bagus ka

  • Kelakuan Papa Mertua   Otak Bisnis

    “Semoga anak-anak saya tidak merepotkan Anda ya, Pak Jagat,” ucap Reinald. Dia datang ke rumah Jagat untuk mengantarkan Vivi dan si kembar. Jam baru menunjuk setengah enam pagi.“Panggil nama saja, Dokter. Kita kan akan menjadi kakak adik,” jawab Jagat sambil melirik Vivi.Perempuan yang dilirik Jagat pun memalingkan wajah dan berpura-pura tidak mendengar. Lucu sekali wajah Vivi. Biasanya tegang dan judes, kini menjadi sering tersipu-sipu.Reinald tertawa. Sedang kedua anaknya senyum kebingungan. Menoleh pada papanya, Jagat dan Vivi.“Siap. Kalau gitu, jangan pula panggil aku dengan embel-embel dokter dong,” sahut Reinald cepat.“Rein, kenalkan ini Bapak dan Ibunya Riana,” tutur Vivi. “Lio dan Elle, salim juga sama ….”Vivi mengernyit. Bingung bagaimana harus menyebutkan orang tua Riana kepada anak-anak Reinald.“Opa? Oma?” celetuk Reinald.Arman dan

  • Kelakuan Papa Mertua   Ada Yang Ketahuan

    Tidak perlu menunggu waktu terlalu lama, Riana segera mendapat panggilan dari Vivi.“Kamu dapat gambar itu dari mana, Ri?”“Cie Kak Vivi ….”“Apaan sih, Ri. Enggak jelas banget kamu. Cepat jawab pertanyaanku!”Riana dapat menangkap warna suara Vivi yang sedikit malu. Meskipun nadanya tinggi, Riana tahu, Vivi hanya pura-pura jutek. Aslinya perempuan cantik itu sedang tersanjung.“Tapi fotonya jelas kan, Kak?”Vivi terdiam.“Selamat ya, Kak. Semoga kalian berjodoh, udah serasi banget. Enggak nyangka, dapat jodohnya masih dari kota yang sama dengan mantan suami,” celetuk Riana nakal.“Ri, jawab ya, kamu dapat dari mana itu gambarnya?” Kini suara Vivi sudah melengking. Kembali kepada Vivi yang jutek.Riana tertawa. “Mau tau aja atau mau tau banget nih, Kak?”“Riana! Jangan bikin aku habis kesabaran ya!”Peremp

  • Kelakuan Papa Mertua   Lebih Baik Tidak Berharap

    “Jagat.”Tyo tercekat ketika tahu siapa orang yang menjenguknya.“Mas.”Jagat tergesa mendekati Tyo, lalu mereka berpelukan. Sama-sama menggerungkan tangis tertahan, sama-sama saling menepuk punggung dengan kasih sayang yang tertahan.“Maafkan aku, Gat. Maafkan selama ini aku dengan sengaja dan tanpa sengaja telah melukai perasaan kamu.”Pelukan Jagat bertambah kencang. Sampai akhirnya Tyo melepaskan diri dan menuntun Jagat untuk duduk di sebuah bangku yang sudah disediakan. Kakak beradik itu pun duduk berjejeran.“Kamu sendirian, Gat?” tanya Tyo. Leher lelaki itu sedikit menjulur, melihat jauh ke bangku yang disediakan untuk tamu, sekitar tiga meter di belakang mereka.“Ada Bapak sama Ibu di luar, Mas. Kalau Riana enggak bisa ikut, dia sudah banyak membolos kerja, jadi jatah cutinya habis,” jawab Jagat. Dia gosok matanya yang masih berair dengan punggung telapak tangannya. &

  • Kelakuan Papa Mertua   Gantinya Dinner

    “Astaga, kau serius, Ri?” Vivi terpekik. “Aku sudah dandan cantik begini, mubazir dong.”Riana terkikik lirih. Antara rasa geli dan juga merasa bersalah.“Dasar Jagat. Bilang sama dia ya, Ri, dia hutang traktir sama aku! Dan aku pasti menagihnya suatu hari.”Riana berderai-derai. “Maafin ya, Kak.”Vivi menutup telepon dengan bersungut-sungut. Ah, dia tadi bersungguh-sungguh sudah dandan secantik mungkin untuk malam ini. Sengaja dia memakai dress biru yang dipilihkan oleh Reinald ….“Astaga!” Vivi terpekik lagi. Dia ingat sudah mengundang Reinald dan lelaki itu pun sudah menyanggupinya. Mata indah Vivi memandang jam tangannya.Kurang dari tiga puluh menit dari waktu yang sudah ditetapkan. Rasanya sungguh tidak sopan membatalkan undangan di menit-menit terakhir begini. Bagaimana kalau Rienald sudah berdandan seperti dia? Bagaimana kalau Reinald sudah membatalkan suatu acara ata

  • Kelakuan Papa Mertua   Rasa Yang Semu

    “Nak Jagat, Ibu sudah masak ayam bakar kesukaan Nak Jagat loh, apa enggak mau makan dulu?” Neni memberanikan diri mengetuk pintu kamar.Sejak pulang dari mengurus peralihan kepemilikan kebun salak, Jagat langsung mengurung diri di kamar. Kebetulan Riana juga sudah berangkat ke kantornya terlebih dahulu.Jagat membuka pintu. Wajahnya sedikit kusut.“Apa Nak Jagat sakit?” Neni bertanya lagi dengan sedikit nada was was. “Atau mau Ibu bikinin kopi aja ya? Biar sedikit seger di badan.”Lelaki itu tersenyum. “Kopi boleh, Bu. Tadi aku udah makan bareng Bu Reni.”Neni pun tersenyum. Kelegaan menguar di wajahnya.“Tuh kebetulan Bapak juga lagi ngopi, Ibu bikin getuk loh, singkongnya dari kebun kita sendiri. Bentar ya, Ibu bikinin kopi.”Jagat mengangguk. Lalu dia berjalan ke ruang tamu, menjejeri bapak mertuanya yang tengah santai sambil merokok. Di meja sudah terhidang segelas kopi dan getuk singkong yang Neni sebutkan tadi.“Nak Jagat, enggak pa-pa ya Bapak ngerokok di dalam rumah?” seloroh

DMCA.com Protection Status