Share

Bab 2

Penulis: Nisa Ulfah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-12 10:43:01
Aku punya bekas luka besar di belakang telinga kiriku. Itu adalah bekas luka bakar saat kecil.

Ayahku menyeka debu di telinga, berusaha untuk mencari sesuatu, tetapi tidak ada.

Aku baru ingat, orang itu memotong semua bagian tubuhku yang punya bekas luka dan tahi lalat.

"DNA korban telah diekstraksi. Segera diperiksa dan pastikan identitas korban," instruksi ayahku kepada asistennya. Kemudian, dia kembali ke ruang kantor.

Begitu ayahku duduk, seseorang tiba-tiba menyerbu masuk. Orang itu adalah bibiku. "Kak, kemarin aku menunggu Candice semalaman. Tapi, dia nggak menjawab teleponku. Kamu bisa telepon dia nggak?"

Aku bisa melihat bibiku membawa kue. Itu adalah kue stroberi kesukaanku. Sayangnya, aku tidak berkesempatan untuk memakannya lagi.

Ketika mendengar namaku, wajah ayahku langsung menjadi suram. "Mana aku tahu dia ke mana. Ngapain kamu beli kue kasih dia? Dia yang membunuh ibunya. Dia nggak pantas dibelikan kue."

Sejak ibuku meninggal, hanya Bibi yang memperlakukanku dengan baik. Namun, Ayah melarangku dekat dengan Bibi. Dia bilang aku pendosa sehingga tidak pantas diperlakukan dengan baik.

Saat mendengar nada bicara ayahku yang marah, Bibi menjadi agak panik. "Kamu sudah membenci Candice selama 10 tahun. Masa masih belum cukup? Dia putri kandungmu. Dia juga kasihan karena kehilangan ibunya saat masih kecil!"

"Memangnya aku yang membuatnya kehilangan ibu? Kerakusannya yang telah membunuh ibunya! Seharusnya dia yang mati waktu itu!" Leher ayahku sampai memerah saking emosinya.

"Pokoknya aku nggak mau dengar apa pun soal dia. Kamu nggak usah cari aku juga. Putriku cuma Monica!"

Monica pintar dan ramah. Dia selalu tersenyum saat mengobrol dengan siapa pun. Ayahku sangat menyayanginya. Namun, dia tidak tahu bahwa di balik senyuman itu tersembunyi sesosok siluman!

Bibi masih ingin berbicara, tetapi Ayah sudah menyelanya, "Sudah, jangan dilanjutkan lagi. Dia cuma binatang yang nggak punya hati nurani. Kalau nggak, dia seharusnya mati sejak awal."

Usai mengatakan itu, ayahku berbalik untuk pergi. Ketika menatap punggung ayahku yang dingin, hatiku bak disayat pisau. Air mataku tak kuasa menetes.

Sementara itu, bibiku masih mencoba mengirim pesan kepadaku. Dia menyuruhku untuk tidak berkeliaran. Semua itu nggak ada gunanya karena aku tidak bisa menerima pesan dari siapa pun lagi.

Di bawah ikatan tak kasatmata, rohku mengikuti ayahku pulang.

"Ayah, kamu sudah pulang." Begitu ayahku duduk, Monica langsung menyodorkan segelas air hangat untuknya.

Ayahku menerima gelas itu dan mengelus kepala Monica dengan senang. "Terima kasih. Kamu memang putri terbaik."

Aku bisa melihat, wajah Ayah yang tadinya lelah menjadi lebih bersemangat setelah melihat Monica. Hal ini membuatku teringat pada sesuatu.

Suatu hari, ayahku demam dan hanya bisa berbaring di ranjang. Aku menerjang badai pada pukul 3 dini hari demi membelikannya obat.

Ketika aku membawakan obat untuknya, dia langsung mengusirku dan memakiku sok baik. Sungguh perlakuan yang berbeda.

Tidak peduli betapa perhatian aku padanya, ayahku tetap akan membenciku. Di hati ayahku, hanya Monica putrinya. Aku selalu salah di matanya.

"Maaf, Monica. Ayah terlalu sibuk sampai melewatkan ulang tahunmu," ucap ayahku dengan wajah menyesal.

Monica pun menggeleng sambil tersenyum. "Nggak apa-apa, Ayah. Aku tahu kamu sibuk. Ayah, kita cari Kakak yuk. Dia juga suka makan kue."

Monica hanya berpura-pura peduli padaku. Seketika, ekspresi ayahku yang dipenuhi kasih sayang berubah menjadi dipenuhi amarah.

"Ngapain bahas dia? Aku justru berharap dia nggak pulang lagi. Mati saja di luar sana. Monica, kita anggap saja dia sudah mati. Pokoknya kamu satu-satunya putriku."

Monica menahan kegembiraannya. Dia membenamkan wajahnya di pelukan ayahku dan diam-diam menyunggingkan senyuman licik. Setiap kali dia berhasil memfitnahku dan aku dimarahi, dia akan tersenyum seperti itu.

Ayahku mengeluarkan sebuah kue kecil. "Ulang tahunmu jadi nggak seru karena Ayah terlalu sibuk. Nah, ini kompensasi dari Ayah. Kamu paling suka makan kue stroberi, 'kan?"

Monica mencicipinya dan mengatakan rasanya tidak enak. Dia mengeluh karena Ayah tidak tahu kue favoritnya.

Nada bicara Monica agak kasar, tetapi ayahku malah tersenyum lebar. Aku benar-benar iri melihat Monica bisa bertingkah manja dan merajuk seperti ini. Tidak sepertiku yang tidak bisa mendapat sedikit pun kasih sayang, padahal aku tidak melakukan kesalahan apa pun.

Tiba-tiba, ayahku mengeluarkan kalung anak-anak dari sakunya. Begitu melihat kalung itu, aku langsung menangis.

Itu adalah kalung yang dipakaikan ibuku kepadaku. Setelah Ibu meninggal, aku akan mengeluarkan kalung itu jika merindukannya. Namun, Ayah bilang aku tidak pantas memiliki kalung itu. Dia lantas merebutnya dariku. Aku memintanya berkali-kali, tetapi dia bilang akan memberikannya kepadaku kalau aku mati.

Siapa sangka, dia malah memberi kalung itu kepada Monica. Aku terus berteriak di samping, memintanya untuk tidak diberikan kepada Monica. Namun, aku hanya bisa menyaksikan kalung itu dipakaikan ke pergelangan tangan Monica.

Sesuatu yang tidak bisa kudapatkan malah didapatkan Monica dengan begitu mudah. Aku meringkuk di pojok, memeluk diri sendiri sambil menangis.

Bab terkait

  • Kelahiranku, Kematian Ibuku, Dan Kebencian Ayahku   Bab 3

    Keesokan hari, Ayah pergi ke kantor polisi. Begitu masuk, dia langsung bertanya kepada asistennya, "Apa sudah ada keluarga yang datang untuk mengambil jenazah?"Ketika mendengar jawaban asisten, Ayah sontak murka. "Keluarga macam apa ini? Anaknya disiksa sampai mati, tapi mereka diam saja? Nggak bertanggung jawab sekali. Kalau mereka datang nanti, kamu harus membantuku memarahi mereka."Asisten hanya bisa mengangguk. Ayah bertanya lagi, "DNA sudah selesai diperiksa? Suruh mereka cepat sedikit."Tiba-tiba, ponselnya berdering. Setelah menjawab panggilan, wajahnya menjadi sangat masam. Tidak berselang lama, Bibi datang lagi.Bibi bertanya dengan cemas, apa aku sempat menghubungi Ayah atau tidak. Ayah menyahut dengan marah, "Ngapain kamu masih peduli pada anak nggak berguna itu? Kamu tahu wali kelasnya bilang apa?""Bilang dia bolos! Dia sudah nggak pergi sekolah selama tiga hari! Aku kerja keras supaya dia bisa belajar, tapi dia malah membalasku dengan cara seperti ini! Sebaiknya dia jan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • Kelahiranku, Kematian Ibuku, Dan Kebencian Ayahku   Bab 4

    Bibi seperti terpikir akan sesuatu. Tubuhnya terhuyung. Dia terjatuh. Ayahku pun kaget dan buru-buru memapahnya.Setelah menyuruh orang menjaga Bibi, Ayah tiba-tiba berlari ke mobil polisi. Di bawah tatapan kaget semua orang, dia menginjak pedal gas dan pergi."Nggak mungkin, ini nggak mungkin." Di dalam mobil, Ayah terus mengulangi kata ini dengan wajah pucat.Saat ini, terdengar suara cemas dari protofon di mobil. "Dani, apa ada masalah yang terjadi? Kamu mau ke mana ...."Sebelum polisi itu melanjutkan kalimatnya, Ayah sudah melempar protofon itu ke luar jendela. Saat berikutnya, dia mengeluarkan ponselnya dengan panik, mencoba untuk meneleponku.Dia menunggu dengan tidak sabar. Beberapa saat kemudian, ada yang menerima panggilan. Aku pun bisa melihat kelegaan pada ekspresi ayahku.Sebelum orang di ujung telepon bersuara, ayahku sudah memaki, "Candice, dasar anak kurang ajar! Kamu mau mati ya? Ngapain kamu ke lokasi pembunuhan? Sebenarnya kamu lagi di mana? Aku dan bibimu hampir mat

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • Kelahiranku, Kematian Ibuku, Dan Kebencian Ayahku   Bab 5

    Ayah termenung dengan tatapan yang hampa dan duduk di lantai sangat lama.Tiba-tiba, seolah-olah teringat sesuatu, dia bangkit dengan langkah yang terhuyung dan berlari kembali ke ruang forensik. Dia mendekati tubuhku yang hancur dengan tangan gemetaran. "Candice, apa benar ini kamu, Candice?"Suaranya serak. Saat dia menyebut namaku, air matanya mengalir deras ke tubuhku dengan tak terkendali. Ayah menangis dan tangisannya begitu menyayat hati. Apakah itu karena rasa bersalahnya terhadapku? Aku tidak tahu."Candice, kenapa kamu nggak menjawab? Bicaralah, katakan sesuatu! Ini salah Ayah, Ayah yang salah."Akhirnya, Ayah mengucapkan permintaan maafnya. Tapi, Ayah, semuanya sudah terlambat.Ayah memeluk tubuhku sambil mengatakan begitu banyak hal. Kadang dia menangis, kadang dia tertawa. Dia terlihat seperti orang gila. Pada akhirnya, Ayah pingsan dan dibawa ke rumah sakit.Begitu sadar, dia mencabut selang infusnya dan berlari keluar seperti orang kesetanan. Dia menyetir dengan kecepata

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • Kelahiranku, Kematian Ibuku, Dan Kebencian Ayahku   Bab 6

    Lima hari kemudian, Tony menelepon. Kasus ini mendapatkan terobosan besar. Sampel darah di lokasi kejadian cocok dengan salah satu anggota keluarga kriminal Q.Tidak salah lagi, itu dia ... anak dari pembunuh berantai yang sadis lima tahun lalu. Ayah segera bergegas ke kantor polisi.Mereka mengadakan pertemuan untuk membahas kasus tersebut dan dengan cepat mengidentifikasi tersangka utama, dengan nama samaran "Bintang".Saat semua orang bersiap untuk operasi penangkapan, ponsel Ayah berbunyi, sebuah pesan MMS masuk. Di dalam pesan itu tertulis.[ Lalu kenapa kalau kalian tahu itu aku? Dasar polisi bodoh nggak berguna ]Disertai juga sebuah rekaman suara. Ayah menekan tombol play."Sialan, salah tangkap orang.""Hei, apa hubunganmu sama Dani? Kenapa keluar dari rumahnya?""Itu aku. Aku Dani." Itu adalah suaraku."Omong kosong! Baru saja kamu bilang bukan. Lagian, aku sudah selidiki. Dani itu laki-laki."Setelah itu, terdengar suara pukulan brutal yang diiringi jeritan dan tangisan kesa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • Kelahiranku, Kematian Ibuku, Dan Kebencian Ayahku   Bab 7

    Di ruang interogasi.Ayah duduk di satu sisi kaca, sementara "Bintang" di sisi lainnya."Bintang" mengangkat kepalanya dan memandang Ayah. Tiba-tiba dia menyeringai, lalu tertawa terbahak-bahak. Dia tahu bahwa hukuman mati tidak terhindarkan lagi. Namun, sebelum itu, dia ingin menyeret orang lain untuk merasakan penderitaannya.Di depan Ayah, dia mulai menceritakan detail kematianku dengan nada penuh ejekan, "Lucu sekali putrimu waktu menangis. Dia punya dua lesung pipi yang cantik seperti putriku.""Jadi, aku mengambil dua lesung pipi itu saat itu dia masih hidup, lho. Tahu nggak, dia kesakitan sampai nggak bisa menangis lagi, tapi dia masih memanggil 'Ayah'."Seorang polisi di sebelah langsung berteriak, "Diam! Jangan menyebutkan detail kasus yang dapat memicu trauma keluarga korban!Meski punggung Ayah terlihat semakin membungkuk, dia tetap meminta polisi membiarkannya berbicara."Awalnya, aku pikir wanita itu menipuku dengan memberiku orang yang salah. Aku hampir marah besar. Tapi

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • Kelahiranku, Kematian Ibuku, Dan Kebencian Ayahku   Bab 8

    Setelah itu, Ayah kembali ke rumah seolah-olah tidak ada yang terjadi. Saat dia tiba, Monica baru saja selesai sarapan dan bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Ayah memintanya untuk mengambil cuti sehari."Akhir-akhir ini Ayah bersikap dingin padamu dan mungkin melukai perasaanmu. Hari ini, Ayah ingin menebusnya."Monica sangat senang mendengar itu dan segera menghubungi gurunya untuk meminta izin. Ayah memasakkan sepiring nasi goreng telur yang lezat untuknya."Ayah, kenapa Ayah nggak makan?""Ayah nggak lapar. Kamu makan saja."Monica dengan senang hati melahap seluruh nasi goreng itu hingga tidak tersisa. Namun, begitu dia selesai makan, Ayah berkata dengan nada datar, "Nasi yang baru saja kamu makan itu mengandung racun mematikan. Kamu akan segera mati."Wajah Monica langsung berubah drastis. Dengan panik, dia menyapu semua peralatan makan dari meja dan menjatuhkannya ke lantai."Ayah! Kenapa Ayah melakukan ini padaku?""Karena kamu telah membunuh Candice. Selain itu, kamu sudah me

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • Kelahiranku, Kematian Ibuku, Dan Kebencian Ayahku   Bab 1

    Setelah dibunuh dan dimutilasi, potongan tubuhku dimasukkan ke beberapa pot bunga. Malam harinya, penculik menaruh pot bunga di depan kantor polisi.Ketika seorang polisi muda mengambil pot pertama, dia langsung berlari ke samping untuk muntah, lalu berteriak histeris.Setelah dilakukan pengujian, dipastikan bahwa yang ada di dalam pot itu adalah potongan tubuh manusia. Tony segera menelepon ayahku, Dani.Dani adalah dokter forensik paling hebat di kota ini. Dia telah membantu polisi memecahkan banyak kasus sulit.Dani datang dengan terburu-buru. Wajahnya bahkan masih ada krim kue karena tidak sempat dibersihkan. Sambil memakai sarung tangan, dia bertatapan dengan Tony.Tony berkata, "CCTV sudah diperiksa. Sayangnya, cuaca buruk membuat CCTV rusak. Kita malah melewatkan petunjuk paling penting. Pelaku menaruh potongan tubuh di depan kantor polisi. Ini adalah penghinaan untuk para polisi!"Keangkuhan penjahat membuat para polisi gusar. Wajah mereka sangat murung sekarang."Aku tahu kamu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12

Bab terbaru

  • Kelahiranku, Kematian Ibuku, Dan Kebencian Ayahku   Bab 8

    Setelah itu, Ayah kembali ke rumah seolah-olah tidak ada yang terjadi. Saat dia tiba, Monica baru saja selesai sarapan dan bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Ayah memintanya untuk mengambil cuti sehari."Akhir-akhir ini Ayah bersikap dingin padamu dan mungkin melukai perasaanmu. Hari ini, Ayah ingin menebusnya."Monica sangat senang mendengar itu dan segera menghubungi gurunya untuk meminta izin. Ayah memasakkan sepiring nasi goreng telur yang lezat untuknya."Ayah, kenapa Ayah nggak makan?""Ayah nggak lapar. Kamu makan saja."Monica dengan senang hati melahap seluruh nasi goreng itu hingga tidak tersisa. Namun, begitu dia selesai makan, Ayah berkata dengan nada datar, "Nasi yang baru saja kamu makan itu mengandung racun mematikan. Kamu akan segera mati."Wajah Monica langsung berubah drastis. Dengan panik, dia menyapu semua peralatan makan dari meja dan menjatuhkannya ke lantai."Ayah! Kenapa Ayah melakukan ini padaku?""Karena kamu telah membunuh Candice. Selain itu, kamu sudah me

  • Kelahiranku, Kematian Ibuku, Dan Kebencian Ayahku   Bab 7

    Di ruang interogasi.Ayah duduk di satu sisi kaca, sementara "Bintang" di sisi lainnya."Bintang" mengangkat kepalanya dan memandang Ayah. Tiba-tiba dia menyeringai, lalu tertawa terbahak-bahak. Dia tahu bahwa hukuman mati tidak terhindarkan lagi. Namun, sebelum itu, dia ingin menyeret orang lain untuk merasakan penderitaannya.Di depan Ayah, dia mulai menceritakan detail kematianku dengan nada penuh ejekan, "Lucu sekali putrimu waktu menangis. Dia punya dua lesung pipi yang cantik seperti putriku.""Jadi, aku mengambil dua lesung pipi itu saat itu dia masih hidup, lho. Tahu nggak, dia kesakitan sampai nggak bisa menangis lagi, tapi dia masih memanggil 'Ayah'."Seorang polisi di sebelah langsung berteriak, "Diam! Jangan menyebutkan detail kasus yang dapat memicu trauma keluarga korban!Meski punggung Ayah terlihat semakin membungkuk, dia tetap meminta polisi membiarkannya berbicara."Awalnya, aku pikir wanita itu menipuku dengan memberiku orang yang salah. Aku hampir marah besar. Tapi

  • Kelahiranku, Kematian Ibuku, Dan Kebencian Ayahku   Bab 6

    Lima hari kemudian, Tony menelepon. Kasus ini mendapatkan terobosan besar. Sampel darah di lokasi kejadian cocok dengan salah satu anggota keluarga kriminal Q.Tidak salah lagi, itu dia ... anak dari pembunuh berantai yang sadis lima tahun lalu. Ayah segera bergegas ke kantor polisi.Mereka mengadakan pertemuan untuk membahas kasus tersebut dan dengan cepat mengidentifikasi tersangka utama, dengan nama samaran "Bintang".Saat semua orang bersiap untuk operasi penangkapan, ponsel Ayah berbunyi, sebuah pesan MMS masuk. Di dalam pesan itu tertulis.[ Lalu kenapa kalau kalian tahu itu aku? Dasar polisi bodoh nggak berguna ]Disertai juga sebuah rekaman suara. Ayah menekan tombol play."Sialan, salah tangkap orang.""Hei, apa hubunganmu sama Dani? Kenapa keluar dari rumahnya?""Itu aku. Aku Dani." Itu adalah suaraku."Omong kosong! Baru saja kamu bilang bukan. Lagian, aku sudah selidiki. Dani itu laki-laki."Setelah itu, terdengar suara pukulan brutal yang diiringi jeritan dan tangisan kesa

  • Kelahiranku, Kematian Ibuku, Dan Kebencian Ayahku   Bab 5

    Ayah termenung dengan tatapan yang hampa dan duduk di lantai sangat lama.Tiba-tiba, seolah-olah teringat sesuatu, dia bangkit dengan langkah yang terhuyung dan berlari kembali ke ruang forensik. Dia mendekati tubuhku yang hancur dengan tangan gemetaran. "Candice, apa benar ini kamu, Candice?"Suaranya serak. Saat dia menyebut namaku, air matanya mengalir deras ke tubuhku dengan tak terkendali. Ayah menangis dan tangisannya begitu menyayat hati. Apakah itu karena rasa bersalahnya terhadapku? Aku tidak tahu."Candice, kenapa kamu nggak menjawab? Bicaralah, katakan sesuatu! Ini salah Ayah, Ayah yang salah."Akhirnya, Ayah mengucapkan permintaan maafnya. Tapi, Ayah, semuanya sudah terlambat.Ayah memeluk tubuhku sambil mengatakan begitu banyak hal. Kadang dia menangis, kadang dia tertawa. Dia terlihat seperti orang gila. Pada akhirnya, Ayah pingsan dan dibawa ke rumah sakit.Begitu sadar, dia mencabut selang infusnya dan berlari keluar seperti orang kesetanan. Dia menyetir dengan kecepata

  • Kelahiranku, Kematian Ibuku, Dan Kebencian Ayahku   Bab 4

    Bibi seperti terpikir akan sesuatu. Tubuhnya terhuyung. Dia terjatuh. Ayahku pun kaget dan buru-buru memapahnya.Setelah menyuruh orang menjaga Bibi, Ayah tiba-tiba berlari ke mobil polisi. Di bawah tatapan kaget semua orang, dia menginjak pedal gas dan pergi."Nggak mungkin, ini nggak mungkin." Di dalam mobil, Ayah terus mengulangi kata ini dengan wajah pucat.Saat ini, terdengar suara cemas dari protofon di mobil. "Dani, apa ada masalah yang terjadi? Kamu mau ke mana ...."Sebelum polisi itu melanjutkan kalimatnya, Ayah sudah melempar protofon itu ke luar jendela. Saat berikutnya, dia mengeluarkan ponselnya dengan panik, mencoba untuk meneleponku.Dia menunggu dengan tidak sabar. Beberapa saat kemudian, ada yang menerima panggilan. Aku pun bisa melihat kelegaan pada ekspresi ayahku.Sebelum orang di ujung telepon bersuara, ayahku sudah memaki, "Candice, dasar anak kurang ajar! Kamu mau mati ya? Ngapain kamu ke lokasi pembunuhan? Sebenarnya kamu lagi di mana? Aku dan bibimu hampir mat

  • Kelahiranku, Kematian Ibuku, Dan Kebencian Ayahku   Bab 3

    Keesokan hari, Ayah pergi ke kantor polisi. Begitu masuk, dia langsung bertanya kepada asistennya, "Apa sudah ada keluarga yang datang untuk mengambil jenazah?"Ketika mendengar jawaban asisten, Ayah sontak murka. "Keluarga macam apa ini? Anaknya disiksa sampai mati, tapi mereka diam saja? Nggak bertanggung jawab sekali. Kalau mereka datang nanti, kamu harus membantuku memarahi mereka."Asisten hanya bisa mengangguk. Ayah bertanya lagi, "DNA sudah selesai diperiksa? Suruh mereka cepat sedikit."Tiba-tiba, ponselnya berdering. Setelah menjawab panggilan, wajahnya menjadi sangat masam. Tidak berselang lama, Bibi datang lagi.Bibi bertanya dengan cemas, apa aku sempat menghubungi Ayah atau tidak. Ayah menyahut dengan marah, "Ngapain kamu masih peduli pada anak nggak berguna itu? Kamu tahu wali kelasnya bilang apa?""Bilang dia bolos! Dia sudah nggak pergi sekolah selama tiga hari! Aku kerja keras supaya dia bisa belajar, tapi dia malah membalasku dengan cara seperti ini! Sebaiknya dia jan

  • Kelahiranku, Kematian Ibuku, Dan Kebencian Ayahku   Bab 2

    Aku punya bekas luka besar di belakang telinga kiriku. Itu adalah bekas luka bakar saat kecil.Ayahku menyeka debu di telinga, berusaha untuk mencari sesuatu, tetapi tidak ada.Aku baru ingat, orang itu memotong semua bagian tubuhku yang punya bekas luka dan tahi lalat."DNA korban telah diekstraksi. Segera diperiksa dan pastikan identitas korban," instruksi ayahku kepada asistennya. Kemudian, dia kembali ke ruang kantor.Begitu ayahku duduk, seseorang tiba-tiba menyerbu masuk. Orang itu adalah bibiku. "Kak, kemarin aku menunggu Candice semalaman. Tapi, dia nggak menjawab teleponku. Kamu bisa telepon dia nggak?"Aku bisa melihat bibiku membawa kue. Itu adalah kue stroberi kesukaanku. Sayangnya, aku tidak berkesempatan untuk memakannya lagi.Ketika mendengar namaku, wajah ayahku langsung menjadi suram. "Mana aku tahu dia ke mana. Ngapain kamu beli kue kasih dia? Dia yang membunuh ibunya. Dia nggak pantas dibelikan kue."Sejak ibuku meninggal, hanya Bibi yang memperlakukanku dengan baik.

  • Kelahiranku, Kematian Ibuku, Dan Kebencian Ayahku   Bab 1

    Setelah dibunuh dan dimutilasi, potongan tubuhku dimasukkan ke beberapa pot bunga. Malam harinya, penculik menaruh pot bunga di depan kantor polisi.Ketika seorang polisi muda mengambil pot pertama, dia langsung berlari ke samping untuk muntah, lalu berteriak histeris.Setelah dilakukan pengujian, dipastikan bahwa yang ada di dalam pot itu adalah potongan tubuh manusia. Tony segera menelepon ayahku, Dani.Dani adalah dokter forensik paling hebat di kota ini. Dia telah membantu polisi memecahkan banyak kasus sulit.Dani datang dengan terburu-buru. Wajahnya bahkan masih ada krim kue karena tidak sempat dibersihkan. Sambil memakai sarung tangan, dia bertatapan dengan Tony.Tony berkata, "CCTV sudah diperiksa. Sayangnya, cuaca buruk membuat CCTV rusak. Kita malah melewatkan petunjuk paling penting. Pelaku menaruh potongan tubuh di depan kantor polisi. Ini adalah penghinaan untuk para polisi!"Keangkuhan penjahat membuat para polisi gusar. Wajah mereka sangat murung sekarang."Aku tahu kamu

DMCA.com Protection Status