Share

Bab 3

Penulis: Nisa Ulfah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-12 10:43:01
Keesokan hari, Ayah pergi ke kantor polisi. Begitu masuk, dia langsung bertanya kepada asistennya, "Apa sudah ada keluarga yang datang untuk mengambil jenazah?"

Ketika mendengar jawaban asisten, Ayah sontak murka. "Keluarga macam apa ini? Anaknya disiksa sampai mati, tapi mereka diam saja? Nggak bertanggung jawab sekali. Kalau mereka datang nanti, kamu harus membantuku memarahi mereka."

Asisten hanya bisa mengangguk. Ayah bertanya lagi, "DNA sudah selesai diperiksa? Suruh mereka cepat sedikit."

Tiba-tiba, ponselnya berdering. Setelah menjawab panggilan, wajahnya menjadi sangat masam. Tidak berselang lama, Bibi datang lagi.

Bibi bertanya dengan cemas, apa aku sempat menghubungi Ayah atau tidak. Ayah menyahut dengan marah, "Ngapain kamu masih peduli pada anak nggak berguna itu? Kamu tahu wali kelasnya bilang apa?"

"Bilang dia bolos! Dia sudah nggak pergi sekolah selama tiga hari! Aku kerja keras supaya dia bisa belajar, tapi dia malah membalasku dengan cara seperti ini! Sebaiknya dia jangan pulang lagi atau aku nggak bakal mengampuninya!"

Ayah, kamu seharusnya senang karena aku memang tidak bisa pulang lagi ....

Begitu mendengarnya, Bibi pun menyergah, "Cukup! Candice sudah tiga hari nggak ke sekolah dan nggak bisa dihubungi! Masa kamu nggak cemas anakmu ke mana?"

"Dia darah dagingmu dan kakakku! Sebelum kakakku meninggal, bukannya dia menyuruhmu untuk menjaga Candice? Gimana bisa kamu setega ini? Anakmu hilang tiga hari, tapi kamu nggak peduli! Ayah macam apa kamu ini?"

Saking emosinya, bibiku sampai meneteskan air mata. Ayah pun tidak bisa berkata-kata lagi karena melihat bibiku begitu emosional. Dia hanya mendengus, lalu duduk dan membaca laporan.

Saat ini, asisten berlari masuk. "Pak, ada penemuan baru! Cepat kemari!"

Ayah bergegas bangkit. "Cepat, di mana?" Sebelum pergi, dia berkata kepada Bibi, "Biarkan saja anak itu. Terserah dia mau ngapain."

Kemudian, dia menutup pintu dan meninggalkan bibiku yang menangis tersedu-sedu. Aku ingin menghibur Bibi, tetapi tanganku malah menembus tubuhnya. Karena tidak berdaya, aku hanya bisa menghela napas dan melayang keluar.

Di ruang otopsi, aku melihat ayahku memegang laporan dengan ekspresi serius. Aku mendekat, lalu melihat isi laporan yang bertuliskan bahwa ditemukan sudut kartu remi di perut korban, Q.

Aku yang menaruhnya. Aku tahu aku tidak akan selamat, jadi diam-diam merobek kartu remi selagi tidak ada yang memperhatikan. Kemudian, aku menelannya untuk meninggalkan bukti.

Ayahku menatap sobekan kartu remi itu dengan tatapan yang berangsur dingin. Dia bergumam, "Q."

Tiba-tiba, dia teringat bahwa metode pembunuhan ini sangat mirip dengan kasus yang ditanganinya lima tahun lalu.

Setelah membunuh seseorang, pembunuh gila itu akan merobek sudut kartu remi dan memasukkannya ke mulut korban. Kalau tidak ada ayahku, pembunuh itu pasti masih berkeliaran di luar.

Saat ini, Ayah melihat beberapa partikel hitam di atas kartu remi lagi. Ternyata itu adalah batu bara. Aku juga sengaja menelannya supaya mereka dapat petunjuk.

Asisten yang kebingungan pun bertanya, "Kenapa ada batu bara di kartu remi?"

Ayahku mengelus dagu. Setelah merenung sejenak, dia terpikir akan sesuatu. "Beri tahu tim untuk menyelidiki tambang batu bara di sekitar."

Asisten itu sontak memahaminya. "Ya, kamu benar, Pak. Kita mungkin bisa menemukan TKP dengan cara ini!"

Akhirnya ada perkembangan pada kasus ini. Semua orang memuji ayahku hebat. Ayahku tersenyum dan menunjuk jasadku. "Gadis ini yang cerdas. Sepertinya dia diam-diam membantu kita."

Ini pertama kalinya Ayah memujiku. Aku yang berdiri di samping sampai merasa tersanjung.

Siang harinya, polisi menelepon ayahku. Katanya, mereka menemukan lokasi yang diduga sebagai lokasi pembunuhan, yaitu tambang batu bara terbengkalai yang terletak 10 kilometer dari pinggiran timur Kota Zeno. Di sana, ditemukan noda darah.

Ayah langsung membawa orang-orangnya ke tambang batu bara itu. Setelah tiba, mereka memulai penyelidikan.

Tiba-tiba, sebuah rumah kecil di sekitar menarik perhatian ayahku. Dia perlahan-lahan mendekat. Hatiku menegang. Ini karena aku dimutilasi di rumah kecil itu.

Begitu masuk, ayahku langsung menutup hidungnya karena bau amis yang tak tertahankan. Di dalam sana dipenuhi darah.

Dua ekor tikus sedang menggerogoti tali karena ada darahku di sana. Di atas ranjang besar, tampak sebilah pisau yang menancap. Itu adalah senjata yang digunakan untuk membelah perutku!

Saat ini, aku bisa melihat ekspresi ayahku berubah. Aku mengikuti arah pandang ayahku. Ternyata tatapannya tertuju pada sesuatu di bawah ranjang.

Setelah melihat dengan saksama, aku pun terkejut. Bukankah itu kartu pelajarku? Ada namaku di atasnya! Sepertinya ayahku akan segera mengetahui kebenarannya!

Ayah perlahan-lahan mendekat. Setiap langkah kakinya membuat jantungku berdetak makin kencang. Aku menahan napasku.

Tiba-tiba, tikus yang ketakutan berlari ke bawah ranjang dan menggigit kartu pelajarku, lalu membawanya keluar.

Pemandangan ini pun membuat ayahku termangu. Dia sontak menghentikan langkah kakinya, lalu menggeleng dan menghela napas. Aku pun tidak tahu harus merasa sedih atau lucu.

Saat ini, bibiku tiba-tiba menerobos masuk. Dengan wajah pucat dan emosional, dia memekik, "Kak! Ada seragam Candice di luar!"

Aku dan ayahku sama-sama terkejut. Saat melihat seragamku, ekspresi ayahku agak berubah, tetapi segera kembali normal.

"Nggak mungkin. Dia nggak mungkin kenapa-napa. Korbannya bukan dia." Usai berbicara, Ayah maju dan mengambil seragam itu. Sebuah jepit rambut kecil terjatuh.

Begitu melihatnya, bibiku langsung mengenali jepit rambut itu. Dia berseru dengan kaget, "Itu punya Candice! Aku yang kasih dia waktu dia ulang tahun tahun lalu. Jangan-jangan korbannya adalah ...."
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Fitri Sulastri
lanjut dong
goodnovel comment avatar
Ahmada
lanjut dong kakak
goodnovel comment avatar
Safa
Lanjut dong:((
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kelahiranku, Kematian Ibuku, Dan Kebencian Ayahku   Bab 4

    Bibi seperti terpikir akan sesuatu. Tubuhnya terhuyung. Dia terjatuh. Ayahku pun kaget dan buru-buru memapahnya.Setelah menyuruh orang menjaga Bibi, Ayah tiba-tiba berlari ke mobil polisi. Di bawah tatapan kaget semua orang, dia menginjak pedal gas dan pergi."Nggak mungkin, ini nggak mungkin." Di dalam mobil, Ayah terus mengulangi kata ini dengan wajah pucat.Saat ini, terdengar suara cemas dari protofon di mobil. "Dani, apa ada masalah yang terjadi? Kamu mau ke mana ...."Sebelum polisi itu melanjutkan kalimatnya, Ayah sudah melempar protofon itu ke luar jendela. Saat berikutnya, dia mengeluarkan ponselnya dengan panik, mencoba untuk meneleponku.Dia menunggu dengan tidak sabar. Beberapa saat kemudian, ada yang menerima panggilan. Aku pun bisa melihat kelegaan pada ekspresi ayahku.Sebelum orang di ujung telepon bersuara, ayahku sudah memaki, "Candice, dasar anak kurang ajar! Kamu mau mati ya? Ngapain kamu ke lokasi pembunuhan? Sebenarnya kamu lagi di mana? Aku dan bibimu hampir mat

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • Kelahiranku, Kematian Ibuku, Dan Kebencian Ayahku   Bab 5

    Ayah termenung dengan tatapan yang hampa dan duduk di lantai sangat lama.Tiba-tiba, seolah-olah teringat sesuatu, dia bangkit dengan langkah yang terhuyung dan berlari kembali ke ruang forensik. Dia mendekati tubuhku yang hancur dengan tangan gemetaran. "Candice, apa benar ini kamu, Candice?"Suaranya serak. Saat dia menyebut namaku, air matanya mengalir deras ke tubuhku dengan tak terkendali. Ayah menangis dan tangisannya begitu menyayat hati. Apakah itu karena rasa bersalahnya terhadapku? Aku tidak tahu."Candice, kenapa kamu nggak menjawab? Bicaralah, katakan sesuatu! Ini salah Ayah, Ayah yang salah."Akhirnya, Ayah mengucapkan permintaan maafnya. Tapi, Ayah, semuanya sudah terlambat.Ayah memeluk tubuhku sambil mengatakan begitu banyak hal. Kadang dia menangis, kadang dia tertawa. Dia terlihat seperti orang gila. Pada akhirnya, Ayah pingsan dan dibawa ke rumah sakit.Begitu sadar, dia mencabut selang infusnya dan berlari keluar seperti orang kesetanan. Dia menyetir dengan kecepata

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • Kelahiranku, Kematian Ibuku, Dan Kebencian Ayahku   Bab 6

    Lima hari kemudian, Tony menelepon. Kasus ini mendapatkan terobosan besar. Sampel darah di lokasi kejadian cocok dengan salah satu anggota keluarga kriminal Q.Tidak salah lagi, itu dia ... anak dari pembunuh berantai yang sadis lima tahun lalu. Ayah segera bergegas ke kantor polisi.Mereka mengadakan pertemuan untuk membahas kasus tersebut dan dengan cepat mengidentifikasi tersangka utama, dengan nama samaran "Bintang".Saat semua orang bersiap untuk operasi penangkapan, ponsel Ayah berbunyi, sebuah pesan MMS masuk. Di dalam pesan itu tertulis.[ Lalu kenapa kalau kalian tahu itu aku? Dasar polisi bodoh nggak berguna ]Disertai juga sebuah rekaman suara. Ayah menekan tombol play."Sialan, salah tangkap orang.""Hei, apa hubunganmu sama Dani? Kenapa keluar dari rumahnya?""Itu aku. Aku Dani." Itu adalah suaraku."Omong kosong! Baru saja kamu bilang bukan. Lagian, aku sudah selidiki. Dani itu laki-laki."Setelah itu, terdengar suara pukulan brutal yang diiringi jeritan dan tangisan kesa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • Kelahiranku, Kematian Ibuku, Dan Kebencian Ayahku   Bab 7

    Di ruang interogasi.Ayah duduk di satu sisi kaca, sementara "Bintang" di sisi lainnya."Bintang" mengangkat kepalanya dan memandang Ayah. Tiba-tiba dia menyeringai, lalu tertawa terbahak-bahak. Dia tahu bahwa hukuman mati tidak terhindarkan lagi. Namun, sebelum itu, dia ingin menyeret orang lain untuk merasakan penderitaannya.Di depan Ayah, dia mulai menceritakan detail kematianku dengan nada penuh ejekan, "Lucu sekali putrimu waktu menangis. Dia punya dua lesung pipi yang cantik seperti putriku.""Jadi, aku mengambil dua lesung pipi itu saat itu dia masih hidup, lho. Tahu nggak, dia kesakitan sampai nggak bisa menangis lagi, tapi dia masih memanggil 'Ayah'."Seorang polisi di sebelah langsung berteriak, "Diam! Jangan menyebutkan detail kasus yang dapat memicu trauma keluarga korban!Meski punggung Ayah terlihat semakin membungkuk, dia tetap meminta polisi membiarkannya berbicara."Awalnya, aku pikir wanita itu menipuku dengan memberiku orang yang salah. Aku hampir marah besar. Tapi

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • Kelahiranku, Kematian Ibuku, Dan Kebencian Ayahku   Bab 8

    Setelah itu, Ayah kembali ke rumah seolah-olah tidak ada yang terjadi. Saat dia tiba, Monica baru saja selesai sarapan dan bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Ayah memintanya untuk mengambil cuti sehari."Akhir-akhir ini Ayah bersikap dingin padamu dan mungkin melukai perasaanmu. Hari ini, Ayah ingin menebusnya."Monica sangat senang mendengar itu dan segera menghubungi gurunya untuk meminta izin. Ayah memasakkan sepiring nasi goreng telur yang lezat untuknya."Ayah, kenapa Ayah nggak makan?""Ayah nggak lapar. Kamu makan saja."Monica dengan senang hati melahap seluruh nasi goreng itu hingga tidak tersisa. Namun, begitu dia selesai makan, Ayah berkata dengan nada datar, "Nasi yang baru saja kamu makan itu mengandung racun mematikan. Kamu akan segera mati."Wajah Monica langsung berubah drastis. Dengan panik, dia menyapu semua peralatan makan dari meja dan menjatuhkannya ke lantai."Ayah! Kenapa Ayah melakukan ini padaku?""Karena kamu telah membunuh Candice. Selain itu, kamu sudah me

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • Kelahiranku, Kematian Ibuku, Dan Kebencian Ayahku   Bab 1

    Setelah dibunuh dan dimutilasi, potongan tubuhku dimasukkan ke beberapa pot bunga. Malam harinya, penculik menaruh pot bunga di depan kantor polisi.Ketika seorang polisi muda mengambil pot pertama, dia langsung berlari ke samping untuk muntah, lalu berteriak histeris.Setelah dilakukan pengujian, dipastikan bahwa yang ada di dalam pot itu adalah potongan tubuh manusia. Tony segera menelepon ayahku, Dani.Dani adalah dokter forensik paling hebat di kota ini. Dia telah membantu polisi memecahkan banyak kasus sulit.Dani datang dengan terburu-buru. Wajahnya bahkan masih ada krim kue karena tidak sempat dibersihkan. Sambil memakai sarung tangan, dia bertatapan dengan Tony.Tony berkata, "CCTV sudah diperiksa. Sayangnya, cuaca buruk membuat CCTV rusak. Kita malah melewatkan petunjuk paling penting. Pelaku menaruh potongan tubuh di depan kantor polisi. Ini adalah penghinaan untuk para polisi!"Keangkuhan penjahat membuat para polisi gusar. Wajah mereka sangat murung sekarang."Aku tahu kamu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • Kelahiranku, Kematian Ibuku, Dan Kebencian Ayahku   Bab 2

    Aku punya bekas luka besar di belakang telinga kiriku. Itu adalah bekas luka bakar saat kecil.Ayahku menyeka debu di telinga, berusaha untuk mencari sesuatu, tetapi tidak ada.Aku baru ingat, orang itu memotong semua bagian tubuhku yang punya bekas luka dan tahi lalat."DNA korban telah diekstraksi. Segera diperiksa dan pastikan identitas korban," instruksi ayahku kepada asistennya. Kemudian, dia kembali ke ruang kantor.Begitu ayahku duduk, seseorang tiba-tiba menyerbu masuk. Orang itu adalah bibiku. "Kak, kemarin aku menunggu Candice semalaman. Tapi, dia nggak menjawab teleponku. Kamu bisa telepon dia nggak?"Aku bisa melihat bibiku membawa kue. Itu adalah kue stroberi kesukaanku. Sayangnya, aku tidak berkesempatan untuk memakannya lagi.Ketika mendengar namaku, wajah ayahku langsung menjadi suram. "Mana aku tahu dia ke mana. Ngapain kamu beli kue kasih dia? Dia yang membunuh ibunya. Dia nggak pantas dibelikan kue."Sejak ibuku meninggal, hanya Bibi yang memperlakukanku dengan baik.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12

Bab terbaru

  • Kelahiranku, Kematian Ibuku, Dan Kebencian Ayahku   Bab 8

    Setelah itu, Ayah kembali ke rumah seolah-olah tidak ada yang terjadi. Saat dia tiba, Monica baru saja selesai sarapan dan bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Ayah memintanya untuk mengambil cuti sehari."Akhir-akhir ini Ayah bersikap dingin padamu dan mungkin melukai perasaanmu. Hari ini, Ayah ingin menebusnya."Monica sangat senang mendengar itu dan segera menghubungi gurunya untuk meminta izin. Ayah memasakkan sepiring nasi goreng telur yang lezat untuknya."Ayah, kenapa Ayah nggak makan?""Ayah nggak lapar. Kamu makan saja."Monica dengan senang hati melahap seluruh nasi goreng itu hingga tidak tersisa. Namun, begitu dia selesai makan, Ayah berkata dengan nada datar, "Nasi yang baru saja kamu makan itu mengandung racun mematikan. Kamu akan segera mati."Wajah Monica langsung berubah drastis. Dengan panik, dia menyapu semua peralatan makan dari meja dan menjatuhkannya ke lantai."Ayah! Kenapa Ayah melakukan ini padaku?""Karena kamu telah membunuh Candice. Selain itu, kamu sudah me

  • Kelahiranku, Kematian Ibuku, Dan Kebencian Ayahku   Bab 7

    Di ruang interogasi.Ayah duduk di satu sisi kaca, sementara "Bintang" di sisi lainnya."Bintang" mengangkat kepalanya dan memandang Ayah. Tiba-tiba dia menyeringai, lalu tertawa terbahak-bahak. Dia tahu bahwa hukuman mati tidak terhindarkan lagi. Namun, sebelum itu, dia ingin menyeret orang lain untuk merasakan penderitaannya.Di depan Ayah, dia mulai menceritakan detail kematianku dengan nada penuh ejekan, "Lucu sekali putrimu waktu menangis. Dia punya dua lesung pipi yang cantik seperti putriku.""Jadi, aku mengambil dua lesung pipi itu saat itu dia masih hidup, lho. Tahu nggak, dia kesakitan sampai nggak bisa menangis lagi, tapi dia masih memanggil 'Ayah'."Seorang polisi di sebelah langsung berteriak, "Diam! Jangan menyebutkan detail kasus yang dapat memicu trauma keluarga korban!Meski punggung Ayah terlihat semakin membungkuk, dia tetap meminta polisi membiarkannya berbicara."Awalnya, aku pikir wanita itu menipuku dengan memberiku orang yang salah. Aku hampir marah besar. Tapi

  • Kelahiranku, Kematian Ibuku, Dan Kebencian Ayahku   Bab 6

    Lima hari kemudian, Tony menelepon. Kasus ini mendapatkan terobosan besar. Sampel darah di lokasi kejadian cocok dengan salah satu anggota keluarga kriminal Q.Tidak salah lagi, itu dia ... anak dari pembunuh berantai yang sadis lima tahun lalu. Ayah segera bergegas ke kantor polisi.Mereka mengadakan pertemuan untuk membahas kasus tersebut dan dengan cepat mengidentifikasi tersangka utama, dengan nama samaran "Bintang".Saat semua orang bersiap untuk operasi penangkapan, ponsel Ayah berbunyi, sebuah pesan MMS masuk. Di dalam pesan itu tertulis.[ Lalu kenapa kalau kalian tahu itu aku? Dasar polisi bodoh nggak berguna ]Disertai juga sebuah rekaman suara. Ayah menekan tombol play."Sialan, salah tangkap orang.""Hei, apa hubunganmu sama Dani? Kenapa keluar dari rumahnya?""Itu aku. Aku Dani." Itu adalah suaraku."Omong kosong! Baru saja kamu bilang bukan. Lagian, aku sudah selidiki. Dani itu laki-laki."Setelah itu, terdengar suara pukulan brutal yang diiringi jeritan dan tangisan kesa

  • Kelahiranku, Kematian Ibuku, Dan Kebencian Ayahku   Bab 5

    Ayah termenung dengan tatapan yang hampa dan duduk di lantai sangat lama.Tiba-tiba, seolah-olah teringat sesuatu, dia bangkit dengan langkah yang terhuyung dan berlari kembali ke ruang forensik. Dia mendekati tubuhku yang hancur dengan tangan gemetaran. "Candice, apa benar ini kamu, Candice?"Suaranya serak. Saat dia menyebut namaku, air matanya mengalir deras ke tubuhku dengan tak terkendali. Ayah menangis dan tangisannya begitu menyayat hati. Apakah itu karena rasa bersalahnya terhadapku? Aku tidak tahu."Candice, kenapa kamu nggak menjawab? Bicaralah, katakan sesuatu! Ini salah Ayah, Ayah yang salah."Akhirnya, Ayah mengucapkan permintaan maafnya. Tapi, Ayah, semuanya sudah terlambat.Ayah memeluk tubuhku sambil mengatakan begitu banyak hal. Kadang dia menangis, kadang dia tertawa. Dia terlihat seperti orang gila. Pada akhirnya, Ayah pingsan dan dibawa ke rumah sakit.Begitu sadar, dia mencabut selang infusnya dan berlari keluar seperti orang kesetanan. Dia menyetir dengan kecepata

  • Kelahiranku, Kematian Ibuku, Dan Kebencian Ayahku   Bab 4

    Bibi seperti terpikir akan sesuatu. Tubuhnya terhuyung. Dia terjatuh. Ayahku pun kaget dan buru-buru memapahnya.Setelah menyuruh orang menjaga Bibi, Ayah tiba-tiba berlari ke mobil polisi. Di bawah tatapan kaget semua orang, dia menginjak pedal gas dan pergi."Nggak mungkin, ini nggak mungkin." Di dalam mobil, Ayah terus mengulangi kata ini dengan wajah pucat.Saat ini, terdengar suara cemas dari protofon di mobil. "Dani, apa ada masalah yang terjadi? Kamu mau ke mana ...."Sebelum polisi itu melanjutkan kalimatnya, Ayah sudah melempar protofon itu ke luar jendela. Saat berikutnya, dia mengeluarkan ponselnya dengan panik, mencoba untuk meneleponku.Dia menunggu dengan tidak sabar. Beberapa saat kemudian, ada yang menerima panggilan. Aku pun bisa melihat kelegaan pada ekspresi ayahku.Sebelum orang di ujung telepon bersuara, ayahku sudah memaki, "Candice, dasar anak kurang ajar! Kamu mau mati ya? Ngapain kamu ke lokasi pembunuhan? Sebenarnya kamu lagi di mana? Aku dan bibimu hampir mat

  • Kelahiranku, Kematian Ibuku, Dan Kebencian Ayahku   Bab 3

    Keesokan hari, Ayah pergi ke kantor polisi. Begitu masuk, dia langsung bertanya kepada asistennya, "Apa sudah ada keluarga yang datang untuk mengambil jenazah?"Ketika mendengar jawaban asisten, Ayah sontak murka. "Keluarga macam apa ini? Anaknya disiksa sampai mati, tapi mereka diam saja? Nggak bertanggung jawab sekali. Kalau mereka datang nanti, kamu harus membantuku memarahi mereka."Asisten hanya bisa mengangguk. Ayah bertanya lagi, "DNA sudah selesai diperiksa? Suruh mereka cepat sedikit."Tiba-tiba, ponselnya berdering. Setelah menjawab panggilan, wajahnya menjadi sangat masam. Tidak berselang lama, Bibi datang lagi.Bibi bertanya dengan cemas, apa aku sempat menghubungi Ayah atau tidak. Ayah menyahut dengan marah, "Ngapain kamu masih peduli pada anak nggak berguna itu? Kamu tahu wali kelasnya bilang apa?""Bilang dia bolos! Dia sudah nggak pergi sekolah selama tiga hari! Aku kerja keras supaya dia bisa belajar, tapi dia malah membalasku dengan cara seperti ini! Sebaiknya dia jan

  • Kelahiranku, Kematian Ibuku, Dan Kebencian Ayahku   Bab 2

    Aku punya bekas luka besar di belakang telinga kiriku. Itu adalah bekas luka bakar saat kecil.Ayahku menyeka debu di telinga, berusaha untuk mencari sesuatu, tetapi tidak ada.Aku baru ingat, orang itu memotong semua bagian tubuhku yang punya bekas luka dan tahi lalat."DNA korban telah diekstraksi. Segera diperiksa dan pastikan identitas korban," instruksi ayahku kepada asistennya. Kemudian, dia kembali ke ruang kantor.Begitu ayahku duduk, seseorang tiba-tiba menyerbu masuk. Orang itu adalah bibiku. "Kak, kemarin aku menunggu Candice semalaman. Tapi, dia nggak menjawab teleponku. Kamu bisa telepon dia nggak?"Aku bisa melihat bibiku membawa kue. Itu adalah kue stroberi kesukaanku. Sayangnya, aku tidak berkesempatan untuk memakannya lagi.Ketika mendengar namaku, wajah ayahku langsung menjadi suram. "Mana aku tahu dia ke mana. Ngapain kamu beli kue kasih dia? Dia yang membunuh ibunya. Dia nggak pantas dibelikan kue."Sejak ibuku meninggal, hanya Bibi yang memperlakukanku dengan baik.

  • Kelahiranku, Kematian Ibuku, Dan Kebencian Ayahku   Bab 1

    Setelah dibunuh dan dimutilasi, potongan tubuhku dimasukkan ke beberapa pot bunga. Malam harinya, penculik menaruh pot bunga di depan kantor polisi.Ketika seorang polisi muda mengambil pot pertama, dia langsung berlari ke samping untuk muntah, lalu berteriak histeris.Setelah dilakukan pengujian, dipastikan bahwa yang ada di dalam pot itu adalah potongan tubuh manusia. Tony segera menelepon ayahku, Dani.Dani adalah dokter forensik paling hebat di kota ini. Dia telah membantu polisi memecahkan banyak kasus sulit.Dani datang dengan terburu-buru. Wajahnya bahkan masih ada krim kue karena tidak sempat dibersihkan. Sambil memakai sarung tangan, dia bertatapan dengan Tony.Tony berkata, "CCTV sudah diperiksa. Sayangnya, cuaca buruk membuat CCTV rusak. Kita malah melewatkan petunjuk paling penting. Pelaku menaruh potongan tubuh di depan kantor polisi. Ini adalah penghinaan untuk para polisi!"Keangkuhan penjahat membuat para polisi gusar. Wajah mereka sangat murung sekarang."Aku tahu kamu

DMCA.com Protection Status