Tangan sendiri, bibir menyeringai, seraya menaikan alis kiri. "Aku yang lempar! Mau bilang apa?" tantangnya.
Mulut tua yang dibalut kumis putih perak, terangkat. "Kamu! Ka--"
"Apakah ini beracun atau tidak, kau paling tahu sendiri." Menarik jarum, tertancap setengah di lengan kiri. Sebuah lelehan merah kental, memuncrat.
"Xiao er," teriak Lu san tu. Mendorong seluruh orang yang menutupi pandangan dan menuju ke cucunya.
Sarwa orang yang ada di sisi kolam, tercengang dalam dirian. Sama-sama mengernyitkan tindakannya. Menancapkan 2 jarum ke tangan dan tidak terjadi apa-apa. Tuduhan Tuan Zhou, dibungkam di tempat. Seolah knalpot yang di sumpal, tidak mengeluar
Halo sobat Liyu, maaf ya, aku lelet upnya, dan terima kasih buat kalian yg udah ikut sampai di siniđđ aku super seneng ada yg baca. Apalagi yg benar" kasih aku gem, mereka vote aku loh. Malah, aku lelet up-nya, minta di tampol nihđ€Ł Btw aku kudet&baru tahu bisa bikin catatan giniđ Kalau aku tahu, dari dulu aku ucapin syukur dan makasih banget udah ngikutin sampai di sini. Sekali lagi, makasih ya, vote kalian seperti vitamin bagiku. Apalagi yg nanya" kapan up, aku gk marah kok. Justru seneng banget, makasih yah. Maaf, Liyu gak bisa sebut satu-satu, pokoknya love" dehđđđ„°
Menggunakan cincin yang sama, sesaat pikiran ini dihancurkan dengan fakta. Dia adalah nona dari keluarga Lu, tidak pernah pergi kemanapun. Hal yang paling memvalidkan tafsirannya salah. Dia tidak mempunyai hewan kontrak dan, ehem. ‘Wajahnya lebih putih ketimbang gadis di hutan, tapi— dia jauh lebih baik ketimbang rubah betina ini.’ Yushen menjegal pikiran yang mau dikeluarkan.“Masih ada kamar, mau saya tawarkan?” sindir Yushen, berhenti depan mereka.Li xiao menoleh, kembali menarik mata yang menutup senyum untuk Mao li.“Salam Pangeran Kesembilan, bagus anda datang, tolong tegakkan keadilan anakku. Bahwa Tuan Lu, curang!” mengadu dan memojokan. Zhou xun
“Bohong, apa kamu punya bukti?” menghindar. Semakin menyangkal, semakin kelihatan itu benar. Namun, kepercayaan dirinya menyemangati tiada yang tahu. ‘Kenapa dia tahu? Jelas, gerakan cepat dan hehe, obat itu bukan seperti yang kujual. Ini lebih murni, tentu aku menjual sedikit buruk, yang terbaik diberikan pada keluargaku. Para orang bodoh itu mana tahu, terlebih gadis tengik ini,’ mengumpat dalam hati.Menambahkan, “Seseorang periksalah— apa dia makan atau tidak.”Jin long merenungi ucapan ayahnya, mengangguk. Ada yang memeriksa. “Ini-ini, dia tidak makan sesuatu, dari bau dan jejak memang tidak ada.”“Apa kau memeriksa dengan jelas?” decit Sunieng, kurang percaya, jelas-
Mao li kurang cepat menangkap. Dia ragu-ragu untuk maju. “Em, sayang sekali aku ditangkap orang ca– eh, sepertimu bukan dia.” Pandangan tertuju ke seorang pria tinggi dan lembut.Dia!Mendorong Li xiao, jatuh ke tanah. Gedebugh! Pantat tertandal lebih dulu. “Aw, apa kau gila?” mengumpat, masak udah di tangkap malah dijatuhkan?Yushen memutar kursi, pergi. “Buang-buang tenaga,” berdesis, disusul Sunieng. Dipikir tidak bisa mengelak, ternyata bisa, malah membaca situasi sampai begini? Menatap tangan dan paha. “Aku harus mandi, baunya menempel. Gao lin, siapkan aku air.” Mengibas-ngibaskan tangan.“
“Permaisuri Gu, justru saya yang harus bicara. Tolong jaga Putri Keenam, jangan biarkan dia mengikutiku.” Melewati, tanpa menunggu jawaban.Kerutan di dahi dan leher, makin terlintas, bibir masih berusaha tersenyum. Mengibaskan sapu tangan. “Begitukah? Sun er, kau dengar?” geram ibunya. Gadis ini memanyun, mau mengikuti ke mana perginya Yusen. Dia sudah dibawa Gao lin, terpaksa menahan diri.Janda Ibu suri bangun, dipapah seorang kasim tua. Tinggi kurus, jalannya agak bungkuk. “Cepatlah, di sini panas tidak bagus bagi mata dan pikiran,” menyindir.Gu xiang bangkit, mau memapah. “Tidak berani merepotkan Permaisuri Istana. Saya bisa bangkit dan jalan sendiri.”&
Permaisuri Gu meremas sapu tangan, membuka mulut kecil, “Nona Bei sangat pintar menari, lelaki yang mempersunting Nona Bei, pasti pemuda tampan dan gagah, sangat beruntung,” tekan Gu xiang.Ffffh.Li xiao mengusap mulut yang menyemburkan teh, untung berada di belakang, tapi masih bisa dilihat orang yang di depan, karena tempatnya seperti tangga. ‘Sial, aku sampai muncrat, ‘tak kusangka bermain kata begitu mengerikan. Kenapa tidak bilang, jaga matamu atau kucolok, atau jangan cari istri lagi? Hem, kalau aku menikahi salah satu putranya, syarat utama harus punya satu istri. Ini berlaku untuk siapapun, aku mau yang pertama bukan yang kedua apalagi yang keempat? Emm, apa aku tetap tinggal di sini?’ sedetik, Li xiao merenung, memikirkan rumah aslinya.Mengejutkan, Bei duxi berseru, “Permaisuri Gu, apa saya pantas mendapat pria yang seperti Yang Mulia katakan? Atau berakh
Diam bak tidak pernah bicara. Bei duxi membuka mulut, tapi tangan sang ayah cepat menarik. Mendudukan, menyumpal dengan kue. “Emm,” mau bicara susah. “Makan itu, jangan banyak ucap,” cemas Bei Gong.—Permaisuri berdiri, pamit, diantar dayang kepercayaan. Diikuti kasim sebelah kiri dan rombongan dayang muda. “Yang Mulia, saya pamit dulu, kepala saya berdenyut nyeri,” minta izin. Kemarahan mau meluap di tempat, bagaimana mungkin mempermalukan diri sendiri?—‘Saatnya aku memecah keheningan,’ pikir Lu nian. Hanfu
Memerlukan tenaga dalam, setiap nada dan suara yang keluar. Menimbulkan serangan bagi lawan bermain, duel dimulai.“Baik, aku yang duluan.” Seorang anak menteri, maju paling awal.Hei zhi yang arogan, langsung duduk sebelah kanan. “Silakan, lebih cepat lebih baik.” Setiap kata, diiringi nada keremehan.“Sombong!”Dua pandangan mata berduel, sebelum tangan mereka memainkan musik. Seorang kasim maju, menjadi juri. Berada di tengah, mengangkat tangan. “Siap, mulai.” Menurunkan tangan, dua bunyi tarikan kecapi melontar keluar.
Bibir membalas, “Pangeran Ketiga, apa kau memberiku tanda cinta dan menjadikanku selir?”Wajah Yong tian berputar merah, tangan meremas giok yang mau diserahkan. Bangun dari kursi, mulut menyembur, “Lancang! Siapa yang menyukai wanita sepertimu, kau tua dan peyot. Tidak pantas untukku, muda, tampan dan kaya.”Seluruh orang membeku, Bei gong mencubit putrinya. “Bodoh, kamu jangan membuat masalah.”Mendapati amarah Pangeran Ketiga, maju menjelaskan demi putri tercinta. “Maaf, Pangeran. Bukan begitu maksud Putri hamba, tolong jangan diambil hati. Sa–”“Tidak mungkin ‘kan,
Dari balikan tirai berdiri 5 orang berjubah hitam. âSial! Kenapa aku tidak menyadari mereka.â Alis menekuk, mereka tidak terdeteksi, sudah pasti cultivator tingkat 4 ke atas.âKeluar atau ku keluarkan?!â teriak di depan kereta. Li xiao tidak punya pilihan, mau melawan belum pulih seutuhnya, mau lari tidak bisa. âGimana nih, bedebah itu tidak mau menungguku pulang?â Menebak mereka suruhan Ming yi, siapa lagi yang menaruh dendam lebih besar dari komplotan mereka?Pria berjubah hitam, memegang pedangâ tidak menunggu lama. Dia memiliki kesabaran setipis sutra. âSerang! Jangan biarkan dia hidup!â Syut!Saat mereka mulai mengepung kereta, turun pria berbaju hitam menghadang. âJangan ganggu dia, kalian,â menunjuk semua, âlawan aku!â âPahlawan dari mana ini?! Mau mati juga? Tinggal tanam!â marah. Menyerang tanpa aba-aba.Pria ini menghindar, di serang dari arah kiri, tinju beruap panas hampir mendarat di pipi. Tinggal 3 cm dari pipi kanan, hawanya terasa menusuk pipi. Melihat dia di kero
Jiang Zu, âTepat! Nona Keempat jatuh, tapi tidak menyentuh tanah.â Berdiri, turun ke lapangan. Menegaskan, âApa aku salah lihat, Pengawas Wang?â Seolah darah naik ke permukaan wajah Pengawas Wang, mengatur napas. âTidak-tidak, saya tidak berani, tapi ini ⊠ini⊠pertama kali ada hal seperti ini.â Meskipun mata duitan, tetap sadar dalam situasi ini. âSaya takut ada kesalahan, Pangeran Ketujuh kaâââPengawas Wang terlalu kaku, kau sendiri yang bicara, peraturan âkan emang perlu dilanggar.â âTidak perlu di tanyakan, dia tidak menyentuh tanah! Sudah jelas, dia menang!â cetusan kata dari Pangeran Kedelapan.Semua orang diam, menerima apa yang terjadi, âApa yang menarik darinya? Semua orang membela!â batin Pengawas Wang. Tawa terpaksa keluar, âHahaha, benar juga perkataan para Pangeran, dia,â melirik Li xiao, alis meninggi, sesaat menurun menahan amarah, âMenang.â Bola mata Ming yi mendelik, meraih lengan Pengawas Wang. âApa?!â Menghentakkan tangan, meski suka uang, mendapat situasi pa
Anak jarum, melempar! Bagi Ming yi, ini bukan apa-apa. âKau pikir aku buta!â Menangkis!Li xiao mundur, âDia jeli juga, kalau ini?!â Mengeluarkan jarum dari dua tangan. Melempar satu-satu, mengelilingi udara.Hak! Serbuan anak jarum menghujani Ming yi, bukan hanya dua jurus. Seluruh jurus Li xiao hampir keluar. Semua ini tidak berarti, tersenyum. âCukup sudah main-mainnya.â Mengeluarkan pedang, di simpan di balik punggung. Mata memicik, sudut mulut kiri meninggi. âHak!âSerangan begitu cepat, Li xiao tidak bisa menghindar. Gaun hanfu hitam merah tersobek, bagian lengan kiri menimbulkan darah. Merunduk, bertumpu dua kaki. âAku pasti membalaskan semua yang kuterima! Walau âtak sepenuhnya, kupastikan kau mengingat ini!â Meremas jari, menyeka keringat. Tangan menyobek ujung hanfu, membalut luka. Penonton memperhatikan semua gerak-gerik mereka di arena. âWah lihat itu, adiknya tidak segan-segan di sembelih!ââUntung bisa menghindar kalau tidak, lehernya melayang!âMulai berbincang, samb
Li xiao dengan Ming yi.Seluruh penonton bergejolak mendengar teriakan pengawas Wang.âHuuuh!âHampir semua penghuni balai, menebak Li xiao kalah telak dari Mingyi. Bahkan, senyum cerah adik kelima mengumandang. âHaha, dia bisa buat apa lagi?âMendadak mendapat bertemu di arena yang sama, Li xiao sedikit curiga. âHeh! Memangnya aku takut.â Menurunkan sikapan, mendekati Ming yi.Seolah dia tahu, siapa pertandingan pertama babak kedua ini. âCepat bersujud, aku tidak akan memberimu belas kasihan ⊠kalau sudah di atas.â Ming yi menggeleng, dia tidak bisa menang.Tidak terpancing, âOwh! Kau bisa melakukannya sekarang.â Malahan membalikan maksudnya.Para penonton semakin bersemangat, meskipun tahu pasti yang kalah, tapi cukup menghibur juga.Masuk bersamaan, pengawas Wang melempar bendera. Dua mata saling menyahut, tidak terlepas dari tatapan tajam.Ming yi menurunkan tangan kanan, sang hewan kontrak langsung muncul. Mengangkat tangan kanan, kuku panjangnya menyentuh ujung dagu, melirik ke
Seorang pria tinggi, bersama pria bertubuh gempal. Sang pengawas memberi abah-abah, mereka memasuki arena.Para penonton di balai TĂ iyĂĄng bersorak meriah, menyambut pertarungan babak pertama. Pengawas Wang melempar bendera kecil, ketika bendera mendarat pertarungan dimulai.Kletak.Dua pemuda melangkah ke depan, secara bersamaan mengeluarkan tinju. Namun, bagi pria tinggi yang memiliki bekas luka di pelipis. Sungguh ancaman besar bagi musuhnya, sangat terlihat jelas.Sang lawan terkapar hanya dengan satu pukulan, penonton bersorak. Pemenangnya sudah diputuskan, perkiraan dia baru menggunakan sepertiga kekuatan. Lawan telah tumbang, Bing bin sedikit bersemangat.Prok-prok!Tepukan tangan penonton. âWah, benar-benar pemuda hebat! Ini seperti bukan bertarung.â Pengawas Wang memuji, melanjutkan ke pertarungan selanjutnya.Hingga puluhan pemain telah tumbang oleh si pria tinggi, babak pertama tentu dimenangkan olehnya. Detik ini, Bing bin memasuki arena, melawan pria seumurannya. âLebih b
Pangeran ketujuh, Shen Jiang Zu. Li xiao memicingkan mata. âKa-kamu.ââAdik, cepat masukâ beri hormat pada Pangeran Ketujuh.â An ran memapah masuk.Jiang Zu menepuk kipas. âTidak masalah, jangan terlalu formal padaku.â Kedipannya membuat bulu berdiri, mau bagaimanapun dia tetap keluarga kerajaan. Memberi hormat, badan lurus 90 derajat, bangun, segera ke kamar.âAku telah menunggu begitu lama, maukah kamu membuatkanku secangkir teh?âLi xiao terhenti, melirik ke samping. âHah?â Kurang mengerti, entah trik apalagi yang digunakan.Ming bai menahan marah, melihat gelagat anaknya, tidak mau menyanjung. Mengusulkan, âPangeran tunggu.â Bergegas ke putri keempat. âCepat, layani Pangeran dengan baik.âApa menjual putrinya? Hanya bisa menggeleng, badan di paksa di dudukan. âPangeran silakan, kalau kurang sesuatu panggil kami.â Ming Bai membawa sisa anaknya keluar.Hanya berdua.Seolah Li xiao ingin ada badai merobohkan rumah, tidak perlu basa-basi. âUntuk apa kau datang? Jangan harap memaksa
Menarik sekuat tenaga!Menghindar ke kiri, mengangkat tangan, jijik disentuh. âBedebah, hari ini biar aku yang menghukummu!â Sring!Dua jarum emas turun di ujung kanan jemari mungilnya, memutar sekali lempar!Jarum melesat maju, kecepatannya tidak bisa diimbangi mata si gendut. Menancap dua betisnya. âAghh!âMerunduk, dua tangan menumpu tubuh, kalau tidakâ sudah berguling di tanah. Si hitam mendekat. âKamu kenapa? Cepat bangun!ââKakiku, sakit! Gak bisa gerak!â Mengusapi dua kaki di balik hanfu coklat. Temannya mengikuti rabaan tangan gemuk. Mencoba mencari akar permasalahan di kaki.Merasakan ada yang ganjal, âAgh!â Tidak bisa dicabut, terlalu sakit. Jarum emas tertancap sepertiga, panjangnya setelunjuk. âWanita gila, kau tidak tahu siapa ayahnya?â Tidak peduli! Jangankan ayah si pria gendut seorang wakil biro jasa hukum tingkat 3. Bahkan, anak kaisar pun tidak melepaskan begitu mudah.Menyilangkan tangan, bibir kiri meninggi dengan sedikit senyum. âOwh! Kata terakhirmu?â Li xiao
Seluruh keluarga Lu, siap mengadili kesalahan Li xiao. Meng yi paling antusias, sekaligus kesal mengapa masih selamat? âKakek, lihat dia,â menunjuk. âKenapa bisa pulang malam?âLu San Tu memandang penuh, mencoba memberinya pembelaan. Sebelum bisa, dipotong Lu Nian. âSudah jelas, melakukan perbuatan âtak senonoh!âSang ibu segera meralat tuduhan, âTunggu, tanyakan lebih dulu. Xiao er, sini.â Penuh lembut memapah masuk.Semakin Li xiao diam, mereka lebih penasaran. âLihat, aku diantar siapa?âBing bin mencemooh, âKereta? Memang, siapa yang mau menampung wanita sepertimu?â Menggeleng, diikuti senyum meremehkan.Kereta belum menghilang sepenuhnya. âItu saja tidak tahu, apa harus memberimu mata lagi? Atau, menghilangkan mata itu?â Mendengar ucapannya, serasa umpatan. Menambah kekesalan. âHeh! Palingan, pria hidung belang yang menodâagh!âPlak!Tamparan sopan, âTutup mulutmu! Lihat baik-baik. Siapa yang punya tandu bersimbol singa emas?â Lu san tu, menekankan lambang kereta. Meskipun jarang
âAwas!â Maju, menghadang. Yushen membalikan kursiâ cukup satu untasan tangan, dua pria terjatuh. Li xiao terkesima, entah seberapa kuat pria ini?Terpaku dengan kekuatannya, tapi kekesalan dan kejijikan di hati jauh-jauh-jauhhh lebih besar. Mengenali pria berkulit gandum, hampir ⊠hampir melihat aset paling berharga.âDasar pria lumpuh! Mau ikut campur saja!â Meremehkan, sesaat bangkit, siap menyerang.Swesssh! Selendang mengelebat cepat.âAkhh!âSebelum tegap berdiri, teman sampingnya kembali terjatuh. Memegangi leher, menguraikan darah segar. Dua tangan bergetar, tidak mungkin. Rupanya salah mencari mangsa. âSi-si-siapa kamu?â suara terbata-bata. Mundur dua langkah, pupil bergetar ketakutan. Aura Yushen semakin pekat, mengambil pedang di bawah. Tanpa omong, membunuh pria tadi, dia selanjutnya. Memegang pedang, memandang ke depan. Mengingat, begitu jijik! Ingin mencabik-cabik sebelum dibunuh. âTerlalu baik, mengirimmu dengan satu tebasan.â Menyeringai, ain mengutuk, pedang terang