“Permaisuri Gu, justru saya yang harus bicara. Tolong jaga Putri Keenam, jangan biarkan dia mengikutiku.” Melewati, tanpa menunggu jawaban.
Kerutan di dahi dan leher, makin terlintas, bibir masih berusaha tersenyum. Mengibaskan sapu tangan. “Begitukah? Sun er, kau dengar?” geram ibunya. Gadis ini memanyun, mau mengikuti ke mana perginya Yusen. Dia sudah dibawa Gao lin, terpaksa menahan diri.
Janda Ibu suri bangun, dipapah seorang kasim tua. Tinggi kurus, jalannya agak bungkuk. “Cepatlah, di sini panas tidak bagus bagi mata dan pikiran,” menyindir.
Gu xiang bangkit, mau memapah. “Tidak berani merepotkan Permaisuri Istana. Saya bisa bangkit dan jalan sendiri.”&
Permaisuri Gu meremas sapu tangan, membuka mulut kecil, “Nona Bei sangat pintar menari, lelaki yang mempersunting Nona Bei, pasti pemuda tampan dan gagah, sangat beruntung,” tekan Gu xiang.Ffffh.Li xiao mengusap mulut yang menyemburkan teh, untung berada di belakang, tapi masih bisa dilihat orang yang di depan, karena tempatnya seperti tangga. ‘Sial, aku sampai muncrat, ‘tak kusangka bermain kata begitu mengerikan. Kenapa tidak bilang, jaga matamu atau kucolok, atau jangan cari istri lagi? Hem, kalau aku menikahi salah satu putranya, syarat utama harus punya satu istri. Ini berlaku untuk siapapun, aku mau yang pertama bukan yang kedua apalagi yang keempat? Emm, apa aku tetap tinggal di sini?’ sedetik, Li xiao merenung, memikirkan rumah aslinya.Mengejutkan, Bei duxi berseru, “Permaisuri Gu, apa saya pantas mendapat pria yang seperti Yang Mulia katakan? Atau berakh
Diam bak tidak pernah bicara. Bei duxi membuka mulut, tapi tangan sang ayah cepat menarik. Mendudukan, menyumpal dengan kue. “Emm,” mau bicara susah. “Makan itu, jangan banyak ucap,” cemas Bei Gong.—Permaisuri berdiri, pamit, diantar dayang kepercayaan. Diikuti kasim sebelah kiri dan rombongan dayang muda. “Yang Mulia, saya pamit dulu, kepala saya berdenyut nyeri,” minta izin. Kemarahan mau meluap di tempat, bagaimana mungkin mempermalukan diri sendiri?—‘Saatnya aku memecah keheningan,’ pikir Lu nian. Hanfu
Memerlukan tenaga dalam, setiap nada dan suara yang keluar. Menimbulkan serangan bagi lawan bermain, duel dimulai.“Baik, aku yang duluan.” Seorang anak menteri, maju paling awal.Hei zhi yang arogan, langsung duduk sebelah kanan. “Silakan, lebih cepat lebih baik.” Setiap kata, diiringi nada keremehan.“Sombong!”Dua pandangan mata berduel, sebelum tangan mereka memainkan musik. Seorang kasim maju, menjadi juri. Berada di tengah, mengangkat tangan. “Siap, mulai.” Menurunkan tangan, dua bunyi tarikan kecapi melontar keluar.
Bibir membalas, “Pangeran Ketiga, apa kau memberiku tanda cinta dan menjadikanku selir?”Wajah Yong tian berputar merah, tangan meremas giok yang mau diserahkan. Bangun dari kursi, mulut menyembur, “Lancang! Siapa yang menyukai wanita sepertimu, kau tua dan peyot. Tidak pantas untukku, muda, tampan dan kaya.”Seluruh orang membeku, Bei gong mencubit putrinya. “Bodoh, kamu jangan membuat masalah.”Mendapati amarah Pangeran Ketiga, maju menjelaskan demi putri tercinta. “Maaf, Pangeran. Bukan begitu maksud Putri hamba, tolong jangan diambil hati. Sa–”“Tidak mungkin ‘kan,
Pangeran Ketujuh membawa pengawal, duduk di kursi barisan kedua. Para gadis berhamburan menyambut, Li xiao memperhatikan. “Dia, cih! Hanya tahu mencari wanita saja, menjijikan!” menyipitkan mata. Terus memantau sampai dia naik ke lantai dua, tiga gadis menggerayangi.Berada di lantai dua, lebih leluasa menonton. Satu dayang, membawa arak berwadah teko perak. Dayang kiri, menyuapi anggur hijau, satunya lagi mengelus-elus tubuhnya.Digiring masuk ke kamar, itu sebuah ruangan pribadi. Xu mo berjaga di luar, tampak ada wanita mendekati, langsung ditepis dan menarik pedang. Terpaksa, penuh ketakutan menghindari dia yang tidak bisa digoda.Dari kejauhan, Li xiao berdesis, “Wow, dia dan tuannya begitu berbeda, tapi mengapa keluarga kerajaan datang ketempat ini? Bahkan, tidak menutupi identitas.”Mengingat ke belakang, Jiang zu pria aneh,
Sebelum ucapannya lepas, Li xiao menyumpal dengan kue, terdapat di meja kiri. “Tutup mulutmu, mending suruh pengawalmu tidak mengejarku!” kesal. Bisa-bisanya otak lelaki ini dipenuhi lumpur, apa tidak bisa dibersihkan? “Beraninya kau!” Xu mo maju, menarik pedang ingin membunuh. Jiang zu menahan, terpaksa mundur. Mengunyah kue, bibir tersenyum lebar dengan mulut tetap tertutup. “Em, ini enak karena ada bekas tanganmu. Gimana kalau aku mencicipi dirimu? Ah~ pasti rasanya jauh lebih enak.” Aghhh! Li xiao ingin menyantet hidup-hidup, mencoba melupakan apa yang dia ucapkan. Mengibaskan tangan, terhadap tingkahnya. Xian chen menatap aneh Jiang zu, dua alisnya mengerut. Xu mo mau menepis pemikiran dia yang aneh, tapi dirinya juga memikirkan hal sama. Jangan bilang, sang pangeran belok! Sebelum menjadi ambigu, Jiang zu memaparkan siapa, si pria
Dada kiri, tekan. “Agh!” teriak Xian chen, badan meronta, mata menyipit. Kini terbuka, memelototi Jiang zu. Dadanya berdenyut sakit, terasa ada yang menetes ke bawah kulit. Sesaat hanfu-nya membasah, berwarna gelap ulah tancapan pisau. Tanpa melepas senyum, Jiang zu menepuk pipi kirinya. “Aku belum menancapkan sepenuhnya, kenapa kau berteriak? Aku suka mendengar suaramu, apalagi … urat lehermu menari.” Mengelus lehernya, Xian chen merasa Pangeran ini bukan orang waras. “Aku hanya ingin menikmati keindahan, aku hanya seorang pria yang suka mencari kesenangan. Terserah kau memikirkan apa!” “Pangeran, jangan mengotori tangan anda, biarkan dia mati ditanganku. Palingan, dia mati cuma terkena tusukan kecil, tapi … rubah sepertinya patut diwaspadai.” Xu mo mengelap tangan Jiang zu, mereka mundur. “Lempar dia ke luar, mari pulang.” “Baik, Pangeran.” Membalikan diri. “Oh, pisau kesayanganku.” Xian chen memundurkan badan, yang mana sudah tertempel di kursi. Manik menutup, badan ikut
Plak!“Tutup mulutmu!” Sehabis menampar Li xiao, Ming bai memarahi istrinya, “Kau Ibu tidak becus, cepat pergi dari sini! Pelayan, jangan beri ibu dan anak makan! Biarkan mereka mengerti kesalahan.” Melanjutkan pergi ke ruang makan.Wajah Hua jin bak mendapat berkah, bibirnya tidak bisa ditutup, ulah senyum. Wen xia membuntuti sang suami, dia bisa menyembunyikn senyum. Namun, kilatan mata siapapun bisa mengetahui tertawa terbahak-bahak.Xiao meng pergi dengan cemas, membiarkan anaknya sendirian. Sedangkan dirinya, dipaksa pergi, hati begitu sakit. 'Xiao er, jangan berbuat macam-macam, maafkan Ibu yang tidak bisa menolongmu," berdoa.—“Kalau kau tidak mau jadi bagian keluarga kami, mending pergi!” Bing bin memekik penuh kejengkelan. Lu nian berterus terang menghina, “Oh kasihan sekali, hahaha! Sangat pantas di kurung, bila perlu kelaparan sampai kau mati. Eh, kau ‘kan memang mati di lembah, sekarang kita hanya melihat hantu. Aduuh, ada yang mau mati kedua kalinya tidak dapat makanan.
Dari balikan tirai berdiri 5 orang berjubah hitam. “Sial! Kenapa aku tidak menyadari mereka.” Alis menekuk, mereka tidak terdeteksi, sudah pasti cultivator tingkat 4 ke atas.“Keluar atau ku keluarkan?!” teriak di depan kereta. Li xiao tidak punya pilihan, mau melawan belum pulih seutuhnya, mau lari tidak bisa. “Gimana nih, bedebah itu tidak mau menungguku pulang?” Menebak mereka suruhan Ming yi, siapa lagi yang menaruh dendam lebih besar dari komplotan mereka?Pria berjubah hitam, memegang pedang– tidak menunggu lama. Dia memiliki kesabaran setipis sutra. “Serang! Jangan biarkan dia hidup!” Syut!Saat mereka mulai mengepung kereta, turun pria berbaju hitam menghadang. “Jangan ganggu dia, kalian,” menunjuk semua, “lawan aku!” “Pahlawan dari mana ini?! Mau mati juga? Tinggal tanam!” marah. Menyerang tanpa aba-aba.Pria ini menghindar, di serang dari arah kiri, tinju beruap panas hampir mendarat di pipi. Tinggal 3 cm dari pipi kanan, hawanya terasa menusuk pipi. Melihat dia di kero
Jiang Zu, “Tepat! Nona Keempat jatuh, tapi tidak menyentuh tanah.” Berdiri, turun ke lapangan. Menegaskan, “Apa aku salah lihat, Pengawas Wang?” Seolah darah naik ke permukaan wajah Pengawas Wang, mengatur napas. “Tidak-tidak, saya tidak berani, tapi ini … ini… pertama kali ada hal seperti ini.” Meskipun mata duitan, tetap sadar dalam situasi ini. “Saya takut ada kesalahan, Pangeran Ketujuh ka–”“Pengawas Wang terlalu kaku, kau sendiri yang bicara, peraturan ‘kan emang perlu dilanggar.” “Tidak perlu di tanyakan, dia tidak menyentuh tanah! Sudah jelas, dia menang!” cetusan kata dari Pangeran Kedelapan.Semua orang diam, menerima apa yang terjadi, ‘Apa yang menarik darinya? Semua orang membela!’ batin Pengawas Wang. Tawa terpaksa keluar, “Hahaha, benar juga perkataan para Pangeran, dia,” melirik Li xiao, alis meninggi, sesaat menurun menahan amarah, “Menang.” Bola mata Ming yi mendelik, meraih lengan Pengawas Wang. “Apa?!” Menghentakkan tangan, meski suka uang, mendapat situasi pa
Anak jarum, melempar! Bagi Ming yi, ini bukan apa-apa. “Kau pikir aku buta!” Menangkis!Li xiao mundur, ‘Dia jeli juga, kalau ini?!’ Mengeluarkan jarum dari dua tangan. Melempar satu-satu, mengelilingi udara.Hak! Serbuan anak jarum menghujani Ming yi, bukan hanya dua jurus. Seluruh jurus Li xiao hampir keluar. Semua ini tidak berarti, tersenyum. “Cukup sudah main-mainnya.” Mengeluarkan pedang, di simpan di balik punggung. Mata memicik, sudut mulut kiri meninggi. “Hak!”Serangan begitu cepat, Li xiao tidak bisa menghindar. Gaun hanfu hitam merah tersobek, bagian lengan kiri menimbulkan darah. Merunduk, bertumpu dua kaki. “Aku pasti membalaskan semua yang kuterima! Walau ‘tak sepenuhnya, kupastikan kau mengingat ini!” Meremas jari, menyeka keringat. Tangan menyobek ujung hanfu, membalut luka. Penonton memperhatikan semua gerak-gerik mereka di arena. “Wah lihat itu, adiknya tidak segan-segan di sembelih!”“Untung bisa menghindar kalau tidak, lehernya melayang!”Mulai berbincang, samb
Li xiao dengan Ming yi.Seluruh penonton bergejolak mendengar teriakan pengawas Wang.“Huuuh!”Hampir semua penghuni balai, menebak Li xiao kalah telak dari Mingyi. Bahkan, senyum cerah adik kelima mengumandang. “Haha, dia bisa buat apa lagi?”Mendadak mendapat bertemu di arena yang sama, Li xiao sedikit curiga. ‘Heh! Memangnya aku takut.’ Menurunkan sikapan, mendekati Ming yi.Seolah dia tahu, siapa pertandingan pertama babak kedua ini. “Cepat bersujud, aku tidak akan memberimu belas kasihan … kalau sudah di atas.” Ming yi menggeleng, dia tidak bisa menang.Tidak terpancing, “Owh! Kau bisa melakukannya sekarang.” Malahan membalikan maksudnya.Para penonton semakin bersemangat, meskipun tahu pasti yang kalah, tapi cukup menghibur juga.Masuk bersamaan, pengawas Wang melempar bendera. Dua mata saling menyahut, tidak terlepas dari tatapan tajam.Ming yi menurunkan tangan kanan, sang hewan kontrak langsung muncul. Mengangkat tangan kanan, kuku panjangnya menyentuh ujung dagu, melirik ke
Seorang pria tinggi, bersama pria bertubuh gempal. Sang pengawas memberi abah-abah, mereka memasuki arena.Para penonton di balai Tàiyáng bersorak meriah, menyambut pertarungan babak pertama. Pengawas Wang melempar bendera kecil, ketika bendera mendarat pertarungan dimulai.Kletak.Dua pemuda melangkah ke depan, secara bersamaan mengeluarkan tinju. Namun, bagi pria tinggi yang memiliki bekas luka di pelipis. Sungguh ancaman besar bagi musuhnya, sangat terlihat jelas.Sang lawan terkapar hanya dengan satu pukulan, penonton bersorak. Pemenangnya sudah diputuskan, perkiraan dia baru menggunakan sepertiga kekuatan. Lawan telah tumbang, Bing bin sedikit bersemangat.Prok-prok!Tepukan tangan penonton. “Wah, benar-benar pemuda hebat! Ini seperti bukan bertarung.” Pengawas Wang memuji, melanjutkan ke pertarungan selanjutnya.Hingga puluhan pemain telah tumbang oleh si pria tinggi, babak pertama tentu dimenangkan olehnya. Detik ini, Bing bin memasuki arena, melawan pria seumurannya. “Lebih b
Pangeran ketujuh, Shen Jiang Zu. Li xiao memicingkan mata. “Ka-kamu.”“Adik, cepat masuk– beri hormat pada Pangeran Ketujuh.” An ran memapah masuk.Jiang Zu menepuk kipas. “Tidak masalah, jangan terlalu formal padaku.” Kedipannya membuat bulu berdiri, mau bagaimanapun dia tetap keluarga kerajaan. Memberi hormat, badan lurus 90 derajat, bangun, segera ke kamar.“Aku telah menunggu begitu lama, maukah kamu membuatkanku secangkir teh?”Li xiao terhenti, melirik ke samping. “Hah?” Kurang mengerti, entah trik apalagi yang digunakan.Ming bai menahan marah, melihat gelagat anaknya, tidak mau menyanjung. Mengusulkan, “Pangeran tunggu.” Bergegas ke putri keempat. “Cepat, layani Pangeran dengan baik.”Apa menjual putrinya? Hanya bisa menggeleng, badan di paksa di dudukan. “Pangeran silakan, kalau kurang sesuatu panggil kami.” Ming Bai membawa sisa anaknya keluar.Hanya berdua.Seolah Li xiao ingin ada badai merobohkan rumah, tidak perlu basa-basi. “Untuk apa kau datang? Jangan harap memaksa
Menarik sekuat tenaga!Menghindar ke kiri, mengangkat tangan, jijik disentuh. “Bedebah, hari ini biar aku yang menghukummu!” Sring!Dua jarum emas turun di ujung kanan jemari mungilnya, memutar sekali lempar!Jarum melesat maju, kecepatannya tidak bisa diimbangi mata si gendut. Menancap dua betisnya. “Aghh!”Merunduk, dua tangan menumpu tubuh, kalau tidak— sudah berguling di tanah. Si hitam mendekat. “Kamu kenapa? Cepat bangun!”“Kakiku, sakit! Gak bisa gerak!” Mengusapi dua kaki di balik hanfu coklat. Temannya mengikuti rabaan tangan gemuk. Mencoba mencari akar permasalahan di kaki.Merasakan ada yang ganjal, “Agh!” Tidak bisa dicabut, terlalu sakit. Jarum emas tertancap sepertiga, panjangnya setelunjuk. “Wanita gila, kau tidak tahu siapa ayahnya?” Tidak peduli! Jangankan ayah si pria gendut seorang wakil biro jasa hukum tingkat 3. Bahkan, anak kaisar pun tidak melepaskan begitu mudah.Menyilangkan tangan, bibir kiri meninggi dengan sedikit senyum. “Owh! Kata terakhirmu?” Li xiao
Seluruh keluarga Lu, siap mengadili kesalahan Li xiao. Meng yi paling antusias, sekaligus kesal mengapa masih selamat? “Kakek, lihat dia,” menunjuk. “Kenapa bisa pulang malam?”Lu San Tu memandang penuh, mencoba memberinya pembelaan. Sebelum bisa, dipotong Lu Nian. “Sudah jelas, melakukan perbuatan ‘tak senonoh!”Sang ibu segera meralat tuduhan, “Tunggu, tanyakan lebih dulu. Xiao er, sini.” Penuh lembut memapah masuk.Semakin Li xiao diam, mereka lebih penasaran. “Lihat, aku diantar siapa?”Bing bin mencemooh, “Kereta? Memang, siapa yang mau menampung wanita sepertimu?” Menggeleng, diikuti senyum meremehkan.Kereta belum menghilang sepenuhnya. “Itu saja tidak tahu, apa harus memberimu mata lagi? Atau, menghilangkan mata itu?” Mendengar ucapannya, serasa umpatan. Menambah kekesalan. “Heh! Palingan, pria hidung belang yang menod—agh!”Plak!Tamparan sopan, “Tutup mulutmu! Lihat baik-baik. Siapa yang punya tandu bersimbol singa emas?” Lu san tu, menekankan lambang kereta. Meskipun jarang
“Awas!” Maju, menghadang. Yushen membalikan kursi— cukup satu untasan tangan, dua pria terjatuh. Li xiao terkesima, entah seberapa kuat pria ini?Terpaku dengan kekuatannya, tapi kekesalan dan kejijikan di hati jauh-jauh-jauhhh lebih besar. Mengenali pria berkulit gandum, hampir … hampir melihat aset paling berharga.“Dasar pria lumpuh! Mau ikut campur saja!” Meremehkan, sesaat bangkit, siap menyerang.Swesssh! Selendang mengelebat cepat.“Akhh!”Sebelum tegap berdiri, teman sampingnya kembali terjatuh. Memegangi leher, menguraikan darah segar. Dua tangan bergetar, tidak mungkin. Rupanya salah mencari mangsa. “Si-si-siapa kamu?” suara terbata-bata. Mundur dua langkah, pupil bergetar ketakutan. Aura Yushen semakin pekat, mengambil pedang di bawah. Tanpa omong, membunuh pria tadi, dia selanjutnya. Memegang pedang, memandang ke depan. Mengingat, begitu jijik! Ingin mencabik-cabik sebelum dibunuh. “Terlalu baik, mengirimmu dengan satu tebasan.” Menyeringai, ain mengutuk, pedang terang