"Yang Mulia, ada apa ini?" Isaac bertanya saat ini dipaksa berlutut di aula pemerintahan.Kainer menatap Isaac, hatinya sakit bukan main, tapi kemarahannya jauh lebih besar dari rasa sakit itu. "Isaac, apakah kau tidak tahu di mana letak kesalahanmu?""Yang Mulia, aku benar-benar tidak tahu."Kainer turun dari singgasananya, ia mendekat pada Isaac. Ia kemudian menarik Isaac berdiri. Kainer memberikan sebuah pukulan kuat di wajah Isaac hingga membuat Isaac terjatuh ke belakang. "Isaac, apa yang kau sembunyikan di balik goa itu telah aku ketahui."Isaac diam sejenak, lalu kemudian dia tersenyum kecil. Pria itu kemudian berdiri. "Ah, jadi Yang Mulia menyelidikiku.""Isaac, kau benar-benar keji! Bagaimana bisa kau menggunakan manusia sebagai bahan penelitianmu!""Yang Mulia, jangan terlalu berlebihan. Jumlah orang yang mati di tanganku tidak sebanding dengan jumlah orang yang mati di tanganmu." Isaac membalas tanpa rasa takut.Jawaban Isaac membuat Kainer semakin geram. Bagaimana mungkin
"Yang Mulia, apa yang terjadi?" tanya Lysire. Jika suaminya pulang terlambat maka artinya sesuatu terjadi."Yang kau katakan benar, Ratuku. Isaac memang bekerja sama dengan Tuan Dizon," seru Kainer. "Dan Isaac mengatakan bahwa Pangeran Xarion akan segera datang menyerang untuk membebaskan Isaac.""Yang Mulia, pasukan mereka benar-benar ganas dan agresif." Lysire memberitahu Kainer."Ratuku, apa sebenarnya yang kau ketahui?"Lysire tidak peduli apakah Kainer akan menganggapnya gila atau tidak, tapi sekarang ia perlu memberitahu Kainer semuanya."Yang Mulia Raja, aku tidak peduli apakah kau akan percaya padaku atau tidak, tapi ini adalah kehidupan keduaku. Di kehidupan pertamaku, Pangeran Xarion dan pasukannya berhasil mengalahkan semua pasukanmu." Lysire memberitahu Kainer. Apa yang dikatakan oleh Lysire mengenai kehidupan keduanya sangat tidak masuk akal bagi Kainer, tapi ia mencoba menerima itu. "Lalu?""Apakah aku tewas di kehidupan sebelumnya?"Lysire menggelengkan kepalanya. "Tid
Malam ini Lysire tidak bisa tidur. Hanya tersisa dua hari lagi sebelum hukuman mati Isaac tiba. Hari ini tidak ada pergerakan dari Xarion, tapi entah besok atau lusa. Lysire tidak bisa tenang karena ia tahu bagaimana kuatnya pasukan Xarion. Ia takut jika Kainer akan terluka. Di kehidupan keduanya, meski banyak hal masih terjadi, tapi beberapa hal telah berubah. Bagaimana jika di kehidupan ini Kainer tidak selamat. Bagaimana jika kehidupan kedua ini bukan hanya memberikannya kesempatan untuk memperbaiki segalanya, tapi juga sebagai hukuman baginya. Di kehidupan sebelumnya ia yang meninggalkan Kainer, dan ia takut jika di kehidupan ini Kainer yang akan meninggalkannya sebagai bentuk hukuman dari kejahatan yang telah ia lakukan pada Kainer sebelumnya."Ratuku, pejamkan matamu da tidurlah." Kainer bersuara lembut, membujuk Lysire yang tampak gelisah."Baik, Yang Mulia Raja." Lysire mencoba memejamkan matanya, tapi ia tidak tidur, melainkan mencoba mengingat-ingat lagi yang terjadi hari
Perang terus berlanjut. Pasukan Kainer telah banyak terluka karena pedang yang melesat ke arah mereka. Sementara pasukan lawan tidak begitu banyak yang terluka. Lysire terus menggunakan busur panahnya, ia ikut memanah ke pasukan lawan. Meski tembakannya terarah dengan baik, tapi kecepatan musuh jauh lebih baik sehingga serangannya tidak berarti apa-apa.Sekali lagi Lysire berpikir bahwa ini tidak bisa terus berjalan seperti ini. Setidaknya pasukan pendobrak pintu harus dilumpuhkan.Lysire mendekati Kainer lagi. "Yang Mulia, siapkan wadah perunggu yang sangat besar lalu kemudian panaskan pasir di atasnya.""Untuk apa itu, Ratuku?""Kita akan menggunakan pasir panas untuk membuat pasukan pendobrak gerbang menderita!"Kainer mengerti dengan cepat. Ia segera memerintahkan Torian untuk melaksakanan apa yang diminta oleh Lysire. Sekali lagi persiapan itu memakan waktu. Pasukan di atas benteng telah berganti berkali-kali. Yang terluka telah ditarik mundur, jika bisa diselamatkan akan disel
Kainer meminta Lysire untuk istirahat, hari ini benar-benar melelahkan dan sangat panjang. Untungnya ia memiliki istri yang memiliki ide-ide yang cemerlang, jika tidak saat ini benteng kota pasti telah dihancurkan oleh Dizon.Sementara itu di dalam penjara, Isaac menantikan Dizon dan Xarion menyelamatkannya. Besok adalah hari eksekusinya, jika dua orang itu tidak datang, maka ia akan tewas.Akan tetapi yang datang bukanlah Dizon atau Xarion melainkan Kainer."Menunggu sekutumu menyelamatkanmu, Isaac?" Suara dingin Kainer menusuk indera pendengaran Isaac."Kainer, kenapa kau ada di sini jam seperti ini? Tidak bisa tidur?"Kainer mendengkus geli. "Bukan aku yang tidak bisa tidur, tapi dirimu. Tebak apa yang terjadi hari ini?"Isaac mengerutkan keningnya."Dizon dan Pangeran Xarion serta pasukannya yang telah meminum pil beracunmu berhasil aku pukul mundur.""Tidak mungkin!" Isaac tidak mempercayai apa yang dikatakan oleh Kainer."Isaaac kau tahu dengan jelas bahwa berbohong bukanlah kea
Serangan cepat para prajurit Kainer telah melumpuhkan ribuan pasukan Dizon. Itu seperti sebuah pembantaian tanpa perlawanan.Saat Xarion dan Dizon tersadar mereka telah melihat pasukan mereka dibantai oleh Kainer dan pasukannya. Rasa takut di dalam diri keduanya bergetar, tapi tidak ada kata mundur sekarang. Keduanya mulai menyerang lawan mereka secara membabi buta.Kainer meniupkan peluit sekali lagi. Dengingan kembali terjadi di kepala pasukan Dizon. Pasukan Kainer kembali menggunakan kesempatan ini untuk menebas dan menusuk para prajurit Dizon.Pasukan kuat yang dibuat oleh Isaac menjadi tidak berarti sama sekali. Pada akhirnya, pasukan kuat ini masih memiliki kekurangan.Waktu berlalu, tanah lapang itu kini sudah dipenuhi oleh mayat-mayat yang tergeletak dengan darah yang berada di sekitar mereka.Sekarang dari sepuluh ribu pasukan itu, hanya tersisa beberapa saja. Hal ini membuat nyali Dizon dan Xarion semakin ciut. Begitu juga dengan sisa pasukan mereka. Di pertempuran kali ini
"Putraku!" Ibu suri segera menghampiri Kainer saat putranya datang mengunjunginya masih dengan menggunakan zirah perang. Bau darah tercium di tubuh Kainer, ada banyak noda darah di zirah perang putranya.Kainer memberi salam pada ibunya. "Ibu kota berhasil dilindungi, Ibu."Ibu suri memeluk putranya, air mata haru jatuh di wajah wanita tua itu. "Ibu tahu itu, putra ibu pasti akan menjaga Celestria dengan baik."Setelah dari Kainer, ibu suri beralih pada Lysire. "Ratu, kau sudah melakukan tugasmu dengan sangat baik. Ibu benar-benar bangga padamu."Ibu suri telah mendengar apa saja yang dilakukan oleh Lysire kemarin, ia tidak menyangka bahwa wanita muda seperti Lysire memiliki banyak pengetahuan tentang perang padahal Lysire belum pernah terlibat dalam peperangan sekali pun."Terima kasih, Ibu.""Bu, aku mencabut gelar Pangeran Xarion dan juga mengirimnya ke penjara seumur hidup begitu juga dengan kakak ipar." Ibu suri tahu bahwa putranya sangat menghargai hubungan persaudaraannya deng
Hari demi hari berlalu, perlahan-lahan ibu kota Celestria kembali seperti semula. Benteng ibukota yang rusak telah diperbaiki. Penduduk ibu kota juga telah kembali melakukan aktivitas mereka seperti biasa. Pemerintahan Celestria setelah pengkhianatan mengalami beberapa perubahan, terutama mengenai penjagaan di kota kelahiran Dizon. Biasanya prajurit Dizon yang berjaga di sana, tapi sekarang setelah semua prajuritnya tewas, Kainer mengirim pasukan pengganti ke sana.Para prajurit Celestria yang terluka, perlahan-lahan mulai membaik. Mereka dirawat dengan baik oleh pusat medis kerajaan.Sementara posisi Isaac di sekolah kerajaan diganti oleh pejabat lain yang dinilai oleh Kainer memiliki cukup kemampuan. Setelah dikhianati oleh sahabat dan keponakannya, Kainer tidak kehilangan kepercayaan terhadap orang terdekatnya yang lain. Ia tahu bahwa orang-orang mungkin akan berubah, tapi ia memilih untuk mempercayai mereka, tapi ia tetap waspada dalam segala hal. Di penjara, saat ini Xarion mu