"Ayah, ada apa?" Alexandra bertanya pada ayahnya setelah ia sampai di ruang kerja ayahnya.Abraham menceritakan apa yang baru saja terjadi. Wajah Alexandra menjadi dingin. Calon ayah mertuanya benar-benar menjijikan. Bagaimana mungkin pria itu mengancam calon besannya sendiri seperti ini."Ayah, aku baik-baik saja jika pernikahanku dengan Jerome dibatalkan. Keluarga Jerome tidak cocok dengan keluarga kita. Aku belum resmi menjadi bagian dari keluarga mereka, tapi mereka sudah berani bertingkah seperti ini. Lantas bagaimana nasibku setelah aku menikah dengan Jerome?" Alexandra berpikir rasional. Ia telah menerima lamaran Jerome sebelumnya karena ia menyukai kepribadian Jerome, tapi jika keluarga Jerome saja berani menginjak-injak keluarganya seperti sekarang ia tidak akan sudi masuk ke dalam keluarga itu."Putriku, jika pernikahanmu gagal maka kau mungkin akan kesulitan mendapatkan pelamar." Abraham sangat tahu bahwa putri tertuanya begitu perhatian pada keluarga, hanya saja sekarang i
Hari ini adalah hari di mana Xarion akan dikirim ke tempat pengasingan. Pria itu masih belum benar-benar sembuh, jadi ada tabib yang pergi bersamanya. Meski Xarion sudah melakukan kejahatan, ia tetaplah seorang pangeran. Status Xarion sebagai pangeran tidak dicabut, jadi meski ia dikirim ke pengasingan ia masih mendapatkan beberapa hal.Lysire sengaja datang untuk melihat kekalahan Xarion. Ia tahu ini bukanlah akhir Xarion karena baginya yang pantas untun Xarion adalah kematian."Apa yang kau inginkan, Lysire?" Xarion sudah sadar sepenuhnya bahwa Lysire tidak akan datang karena mengkhawatirkannya, wanita itu mungkin datang untuk mengejeknya."Aku hanya ingin melihat kehancuranmu secara langsung." Lysire bersuara dingin."Lysire, kau benar-benar kejam. Bahkan jika aku telah menipumu, tapi selama beberapa tahun ini aku selalu memperlakukanmu dengan baik.""Pangeran Xarion, apakah kau masih menganggapku bodoh sampai sekarang? Apakah kau pikir aku tidak tahu kenapa kau memperlakukanku den
Satu minggu berlalu, seorang prajurit datang dan menghadap ke Kainer dengan tergesa-gesa. "Yang Mulia, saya datang untuk melapor!" seru prajurit itu dengan napas tidak teratur. Ia terlihat begitu kelelahan."Ada apa?""Saya adalah salah satu prajurit yang mengantar Pangeran Xarion menuju ke tempat pengasingan. Kami diserang oleh kaum bar-bar. Semua prajurit tewas, Pangeran Xarion dibawa oleh mereka. Saya adalah satu-satunya yang bisa melarikan diri." Prajurit itu menjelaskan pada Kainer. "Di mana kalian diserang?" "Gunung Taven.""Segera pergi bersama pasukan untuk pergi ke Gunung Taven!" Kainer memberi perintah pada Torian."Baik, Yang Mulia."Membutuhkan waktu lebih dari empat hari untuk sampai ke gunung Taven, tapi dengan perjalanan tanpa istirahat, perjalanan bisa menjadi lebih cepat. Itu hanya akan memakan waktu sekitar dua hari. "Kau bisa pergi!" Kainer memerintahkan prajurit yang datang melapor padanya tadi. "Baik, Yang Mulia." Prajurit itu segera berdiri lalu kemudian und
Surat dari Xarion telah diterima oleh kakek Xarion. Pria tua itu segera menemui Xylia untuk menunjukan isi surat itu. Lalu setelahnya ia dan Xylia pergi menemui Kainer.Saat Kainer membaca surat dari Xarion, wajah pria itu tidak terlihat baik. Ia bisa memberikan uang pda kaum bar-bar agar membebaskan Xarion, tapi untuk desa Taranto, itu benar-benar sulit.Desa Taranto merupakan desa yang makmur, tanah desa itu sangat subur. Apapun yang ditanam akan mendapatkan hasil yang melimpah.Sebagian besar pangan di Celestria didapatkan dari desa Taranto. Dan jika desa itu diserahkan pada kaum bar-bar maka Celestria akan kekurangan pangan selama beberapa waktu ke depan.Tidak bisa, Kainer tidak bisa membuat ribuan rakyatnya menderita hanya untuk membebaskan Xarion."Yang Mulia, kita hanya memiliki waktu dua minggu. Serahkan apa yang diminta oleh kaum bar-bar agar Pangeran Xarion bisa diselamatkan," seru Dizon.Kainer meremas surat itu dengan kuat, tatapannya sekarang benar-benar menyeramkan. Kau
Satu! Pemimpin kelompok mengangkat tangannya untuk menebas kepala Xarion."Tunggu!" Lysire segera menghentikan."Yang Mulia Ratu, apa yang ingin kau lakukan?" Kainer menatap Lysire seksama."Tuan, saya sangat mencintai Pangeran Xarion. Nyawa Pangeran Xarion lebih berharga dari nyawa saya sendiri. Bebaskan dia, saya bersedia ditukar dengan Pangeran Xarion."Kata-kata yang diucapkan oleh Lysire bukan hanya mengejutkan Kainer, tapi semua orang. Xarion sendiri bahkan tidak yakin dengan apa yang ia dengar."Pangeran Xarion, hubungan seperti apa yang kau miliki dengan Ratu?" tanya pemimpin kelompok itu penasaran."Yang Mulia Ratu adalah mantan pacarku. Dia dipaksa menikah dengan Raja atas perintah raja.""Ah, seperti itu. Jadi, kisah cinta kalian sangat tragis." Pria itu tertawa pelan."Ratuku, apa yang kau katakan?" Kainer merasa terkhianati. Bukankah sebelumnya Lysire berkata bahwa ia sangat membenci Xarion? Lalu kenapa hari ini tiba-tiba berkata seperti ini.Lysire melihat ke arah Kainer
Lysire akhirnya sadarkan diri, wanita itu masih merasakan sakit di perutnya."Ratuku." Kainer segera bersuara saat Lysire membuka matanya."Yang Mulia." Lysire bersuara lemah, ia telah kehilangan tenaganya."Apakah kau merasa tidak nyaman?"Lysire menganggukan kepalanya. "Perutku sakit.""Tabib!"Tabib segera masuk ke dalam. Ia segera memeriksa keadaan Lysire."Perutku sakit.""Itu adalah hal yang normal Anda rasakan setelah Anda mengalami keguguran, Yang Mulia. Dalam beberapa hari itu akan membaik. Saya akan memberikan Anda obat agar rasa sakitnya berkurang.""Apa tadi yang kau katakan? Keguguran?""Benar, Yang Mulia. Anda mengalami keguguran. Dari pemeriksaan saya, usia kandungan Anda saat keguguran adalah delapan minggu."Tubuh Lysire membeku. Tangannya bergerak menyentuh perutnya. Air matanya tiba-tiba saja jatuh. Ia tidak menyadari sama sekali tentang kehamilannya. Dan sekarang ia telah kehilangan janin yang telah ia tunggu kehadirannya setiap bulan."Tinggalkan ruangan ini!" ser
Setelah dua minggu, Kainer dan Lysire beserta rombongannya meninggalkan Desa Taranto. Sementara Xylia dan Dizon telah pergi lebih dahulu setelah melihat Xarion melanjutkan perjalanan menuju ke tempat pengasingan.Perjalanan menuju ke istana tidak tergesa-gesa, Kainer dan rombongannya beberapa kali istirahat, seperti malam ini, mereka membangun tenda di tengah hutan.Malam ini dingin, tapi Lysire berdiri di luar tenda sembari menatap ke langit. Sejak mengalami keguguran, Lysire menjadi sedikit murung. Beberapa kali ia masih menyalahkan dirinya sendiri karena tidak menyadari kehadiran calon anaknya dan Kainer.Kainer memakaikan jubah yang disulam oleh Lysire untuknya ke tubuh Lysire. "Ratuku."Lysire keluar dari lamunannya. Ia memiringkan wajahnya lalu tersenyum pada Kainer. "Ya, Yang Mulia.""Apa yang sedang kau lamunkan?""Tidak ada, Yang Mulia." Lysire tidak ingin menunjukan kesedihannya yang berlarut-larut pada Kainer karena mungkin suaminya akan mengkhawatirkannya."Apakah kau lela
Setelah kembali dari pusat kota, Lysire segera membersihkan tubuhnya. Ia pergi ke dapur istana untuk membuatkan hidangan makan malam untuk suaminya.Kainer kembali sebelum jam makan malam, pria itu tidak menemukan istrinya jadi ia bertanya pada pelayan. Saat tahu istrinya berada di dapur istana, Kainer segera membersihkan tubuhnya lalu kemudian menyusul istrinya ke dapur.Ini adalah pertama kalinya Kainer memasuki dapur. Biasanya ia hanya akan meminta pada pelayan untuk menyiapkan makanan kesukaan Lysire.Semua juru masak dan pelayan yang ada di sana menundukan kepala mereka kemudian memberikan salam pada Kainer.Lysire yang sedang mencicipi makanan segera melihat ke arah suaminy. Bibirnya membentuk senyuman.Kainer mendekati Lysire. "Apa yang sedang kau masak, Ratuku?""Sup ikan untukmu." Lysire kemudian mengambil sedikit dan mengarahkan sendok ke mulut Kainer untun dicicipi.Kainer membuka mulutnya, memakan masakan istrinya."Bagaimana rasanya?""Sup buatanmu adalah yang paling enak