Sore harinya, setelah selesai bekerja—sebelum para rentenir kembali datang, Richard bergegas untuk pergi ke toko emas. Semalaman ia tidak bisa tidur dengan tenang memikirkan koin yang secara tidak sengaja ia temukan. Harapannya semakin membesar jika yang ia temukan memang betul sebuah koin emas. Jika memang benar, maka coin itu akan bisa sedikit membantunya untuk bertahan hidup.
Sesampainya di toko perhiasaan, Richard disambut oleh penjaga toko dengan tatapan sinis dan penuh kecurigaan. Mungkin karena pakaian yang ia kenakan dan kewaspadaannya terhadap para rentenir yang mungkin bisa mengikutinya. Richard hanya berubah berhati-hati dan waspada, tapi tampaknya pria paruh baya yang memiliki wajah autentik dengan mata yang sipit, menatapnya dengan intens.“Ada yang bisa saya bantu?”“Bisakah anda memeriksakan logam ini?” tanya Richard sambil memberikan koin tersebut pada penjaga toko.Pria bermata sipit itu masih terdiam menatap dengan kecurigaan seakan sedang mengatakan jika Pria yang mengenakan mantel berwarna hitam dan topi hitam mungkin seorang penjahat yang berniat mencuri di tokonya. Namun kecurigaannya perlahan mereda saat melihat sebuah logam emas berbentuk koin yang tampak begitu unik. Rasa penasaran membuat nya langsung memakai kacamata agar bisa melihatnya dengan jelas.“Bagaimana ada bisa mendapatkan ini?”“Kau tidak perlu tahu. Apakah logam itu emas?” tanya Richard.Pria pemilik toko tampak tidak terima dengan jawab sarkas Richard hingga kemudian kembali meletakkan koin itu sambil berkata, “Bukan, ini hanya logam biasa.”“Apa? Apa anda yakin?”“Tentu. Tapi jika dilihat koin ini tampak sangat unik. Apa anda mendapatkanya dari pacar barang antik? Atau pasar gelap? Ini seperti uang zaman dinasti …” ucapnya tampak begitu bersemangat saat menatap kembali koin tersebut.Namun Richard langsung merampas koin itu dari tangan pria bermata sipit yang sudah bersikap tidak sopan dengannya hanya karena melihat penampilannya.“Bukan urusanmu.” ucap sinis Richard yang kemudian membalikkan tubuhnya—melangkah untuk pergi mencari toko lain.“Bisakah kau menjualnya padaku?”Pertanyaan tersebut seketika membuat Richard menghentikan langkahnya—terdiam beberapa saat. Tampaknya pria itu seakan mengetahui tentang koin unik yang ada di tangannya saat ini. Hal itu menandakan jika koin emas yang ia temukan bukanlah sembarang koin biasa.Richard membalikkan kembali tubuhnya sambil berkata, “Kenapa? Kenapa saya harus menjualnya pada anda?”“Saya seorang kolektor barang antik. Ini pertama kalinya saya melihat koin logam emas seunik itu? Jika kau menjualnya padaku, akan aku berikan harga yang kau mau.” ucap pria pemilik toko dengan begitu santai dan tenang.Namun sikap pria itu membuat Richard merasa ada yang tidak beres dan sedikit mengganjal. Pria bermata sipit itu sangat mencurigakan. Toko emas yang Richard datangi bukalah sebuah toko yang besar. Hanya sebuah toko emas kecil yang sederhana. Memang ia melihat beberapa barang-barang antik yang terpajang di setiap sudut dan dinding toko. Namun entah mengapa perasaannya seakan mengatakan pada dirinya sendiri untuk tidak ikut campur dengan seseorang yang terlihat tenang, rapi dan sederhana.“Sepertinya yang anda katakan benar. Di sini banyak sekali barang-barang antik. Tapi saya tidak akan menjualnya” ucap Richard.Pemilik toko itu tampak menyeringai sambil berkata,“Bukankah anda datang karena membutuhkan uang? Jika koin itu adalah emas, kau akan menjualnya padaku bukan?”“Ya, memang benar. Tapi sepertinya aku mengurungkan niatku.” ucap Richard dengan nada meledek untuk memprovokasikan pemilik toko itu.“Saya akan berikan 1 juta dolar jika kau menjualnya pada saya,” ucap pria pemilik toko, mencoba menawarkan sejumlah uang yang begitu besar hanya untuk sebuah logam lama yang tampak tidak berharga.Hal itu membuat kedua mata Richard membesar—terkejut mendengar jumlah nominal uang yang ditawarkan. Beberapa saat ia sempat terlena dengan uang, namun instingnya seakan mendorongnya untuk tidak dengan mudah memberikan coin itu pada pemilik toko. Sungguh sangat mustahil seorang pemilik toko emas sederhana memiliki uang sebanyak itu. Kecurigaan Richard semakin kuat jika pemilik toko bukankan orang biasa.“Satu juta dolar? Wow, sungguh menakjubkan!” ucap Richard dengan nada bicara yang datar tanpa ekspresi.Raut wajah pemilik toko terlihat kesal—terpancing dengan ucapan Richard yang sengaja meledek keseriusannya.“Kau sungguh yakin dengan ucapanmu?” tanyanya.“Apa itu sebuah ancaman?” Richard bertanya balik.Pemilik toko tiba-tiba tertawa terbahak-bahak seperti sedang menonton sesuatu yang sangat lucu padahal situasi saat ini tidaklah lucu melainkan penuh dengan ketegangan. Seperti sebuah perang dingin. Saling menyerang secara halus namun bisa melukai lawan.“Anda ini pria yang lucu ya …, saya suka dengan sikapmu.” ucap pemilik toko—masih terkekeh—menghapus air mata lantaran tertawa terlalu keras hingga air matanya keluar.Ekspresi wajahnya bisa begitu cepat berubah seperti seorang psikopat yang sering muncul dalam sebuah film. Aura gelap dan dingin mulai memenuhi ruangan saat pria pemilik toko itu terdiam sambil menatap lurus ke arah Richard. Tubuhnya merinding saat merasakan perasaan yang tidak nyaman. Mungkin ekspresi wajahRichard tampak begitu tenang. Namun tatapan matanya yang gemetaran—membuat tangannya pun ikut gemetaran.“Saya menawarkan anda uang yang cukup besar, tapi anda menolaknya? Uang sebesar itu bisa merubah hidup anda jauh lebih nyaman, bukan? Mungkin ini bisa menjadi kesempatan anda untuk merubah kehidupan anda? Saya yakin orang seperti anda tidak pernah melihat uang sebanyak itu, bukan?”“Tidak. Terima kasih atas kebaikan anda. Tapi sepertinya saya tidak akan menjual koin ini.” ucap Richard, merubah nada bicara jauh lebih sopan karena rasa takut.“Baiklah. Jika itu yang anda pilih. Semoga hari anda menyenangkan.” ucapnya sambil tersenyum penuh misteri.Richard terdiam beberapa saat mencoba memahami cara senyum dan tatapan pemilik toko itu yang membuatnya merasa seperti ada sesuatu yang menyeramkan. Sebelum terjadi sesuatu pada dirinya, Richard bergegas untuk pergi karena perasaan tidak nyaman yang begitu kuat seakan sedang ingin mengincar nyawanya.Pemilik toko langsung mengambil ponsel—menghubungi seseorang. Wajahnya tampak begitu serius seakan sedang merencanakan sesuatu untuk membalas pria asing yang sudah meremehkannya.“Dia sudah keluar, cepat tangkap! Ingat harus tangkap dia hidup-hidup!”Sambungan telepon pun langsung dimatikan setelah menurunkan perintah pada anak buah yang ia milik.Benar seperti dugaan Richard, jika pria bermata sipit itu memang bukanlah orang biasa. Penampilannya yang begitu sederhana sebagai seorang pejuang barang antik, barang bekas dan emas hanya sebuah penyamaran yang sempurna untuk menutupi identitas aslinya.Firasat buruk Richard benar terjadi.Saat Richard sudah berhasil keluar dari toko emas itu, beberapa orang secara diam-diam mengikutinya. Mungkin karena memiliki beberapa pengalaman selalu di serang oleh para rentenir secara diam-diam dari belakang, ia menjadi memiliki sedikit kepekaan terhadap situasi pengejaran.“Sial, kenapa mereka begitu banyak? Ada apa dengan koin emas ini?” gumam Richard berusaha untuk tetap tenang sambil menyusun rencana untuk melarikan diri.“Aku harus segera menemukan cara untuk melarikan diri, mereka begitu banyak?"Semakin jauh Richard berjalan, semakin banyak orang yang tidak dikenal mengikutinya secara diam-diam dari belakang. Jika ia tidak segera keluar dari perangkap ini mungkin ia tidak akan bisa keluar hidup-hidup. Mencoba memutar otak—melihat jalanan sekitar yang tampak begitu ramai orang berlalu lalang. Tampak ada sebuah acara festival yang sedang berlangsung hingga membuat jalan tampak di penuhi dengan orang-orang yang mengenakan baju yang cukup unik.Saat Richard merasa yakin akan rencana pelarian dirinya. Ia mulai berlari di antara banyak orang yang berlalu di piring jalan trotoar. Hal ini bisa membuat mereka terkecoh akan keberadaan dirinya di antara ratusan orang. Richard mempercepat langkahnya agar membuat para preman yang merupakan orang suruhan pemilik toko emas itu tidak bisa melihatnya. Rencananya berhasil membuat para preman itu jauh dari pandangan matanya.Hari ini adalah malam natal. Akan ada seb
Perkataan yang sulit untuk bisa diterima oleh Richard. Namun dirinya tidak memiliki pilihan selain mempercayai perkataan Sang Kakek yang berniat membantunya untuk melarikan dirinya. Richard bergegas pergi menuju tempat yang dikatakan oleh Sang kakek.Sebelum Richard pergi, masuk ke dalam tangga rahasia di bawah lantai kayu Richard berhenti menatap Sang Kakek sambil berkata, “Terima kasih atas semua bantuanmu selama ini. Aku tidak tahu siapa dirimu sebenarnya, tapi aku mencoba untuk mempercayai perkataanmu.”“Jangan percaya pada siapapun! Jaga dirimu baik-baik, Nak. Jangan sampai mati! Cepat!”Perkataan terakhir dari Sang kakek yang terdengar kejam namun menyentuh perasaan Richard yang kemudian bergegas menuruni tangga rahasia di bawah lantai—menutup kembali pintunya dari dalam.Hanya berselang 30 detik, para preman itu langsung masuk ke dalam kedai.Kakek pemilik kedai tampak sibuk membuat adonan seakan tidak terjadi apapun. Bahkan mangkuk bekas makanan milik Richard di atas meja pun
Mungkin kini Richard berhasil melarikan diri dari para preman yang mengejar nyawanya. Setelah berhasil menaiki kapal milik Mr. Hudson. Ini yang perlu ia lakukan mencari cara bagaimana menggunakan koin dewa untuk merubah hidupnya.Tubuhnya sudah terlalu kelelahan setelah berlari begitu jauh dengan perut kosong. Sebuah pengejaran yang sangat melelahkan selama hidupnya.Tiba-tiba dari belakang seseorang memberikannya bungkus burger. Seketika Richard terkejut—mendongakkan kepalanya.“Kau belum makan berapa hari? Kenapa wajahmu sangat pucat? Jangan mati di atas kapal milikku, cepat makan!” ucap Mr. Hudson sambil duduk di samping Richard yang masih terdiam menatap burger yang bahkan masih terasa hangat.Sungguh menyedihkan melihat anak muda yang terlihat tidak memiliki harapan hidup. Sebagai orang yang telah menjalani hidup jauh lebih lama, pengalaman hidup yang begitu banyak ia alami selama 50 tahun, susah, senang dan keputusasaan yang sudah berkali-kali ia lewati.Setelah mengenal seorang
“Persetanan kau! Apa kau psychopath? Tidak. Kau memang psychopath sialan,” ucap Richard yang sudah mulai kehabisan nafas karena menahan rasa sakit di seluruh tubuhnya. Amarah akan tatapan Bryant yang seakan menertawakan dirinya membuat Richard tidak bisa menahannya.Mendengar ucapan kasar Richard membuat Bryant malah tertawa terbahak-bahak tanpa rasa bersalah. Menyaksikan hal kesedihan orang lain adalah salah satu dari kebahagiannya. Orang miskin yang tidak tahu malu seperti Richard sudah sepantasnya mendapatkan perlakukan seperti ini.Dalam hitungan dua detik tiba-tiba Bryant terdiam—tatapan langsung berubah begitu tajam menatap Bryant dengan aura hitam yang begitu pekat, lalu berkata, “Dasar tikus tidak tahu diri. Hya! Di mana God’s Coin itu be
Semua sudah Richard perhitungan kapan ia harus diam dan kapan ia harus beraksi. Ia melihat Bryant tengah lengah karena ucapannya. Tanganya yang diam-diam sudah terlepas di belakang punggungnya, dengan cepat langsung merampas pistol dari tangan Bryant—menarik Bryant hingga tertangkap menjadi sandera yang ia tunjukan di hadapan para anak buah Bryant.Semua orang menjadi panik saat Bryant tersekap dengan lepat yang di lingkari oleh lengan dan mata pistol yang mengarah tepat di kepala pemimpin mereka. Mereka bersiap untuk segera menembaki Richard jika terjadi sesuatu pada pemimpin mereka.“JANGAN BERGERAK!” teriak Bryant sambil menembakkan peluru ke langit untuk memberikan peringatan.“Jika kalian bergerak maka, nyawa dia sebagai taruhannya!”Sa
“Mr. Bryant …! Kau tidak apa-apa?” Seorang wanita menghampiri Richard yang sedang merintih kesakitan. Wanita panik mencoba melihat kondisi Richard. Perlahan rasa sakit yang seakan membakar tubuhnya itu mulai memudar, Richard mencoba mengontrol nafas nya agar lebih tenang. Wajahnya masih tampak begitu pucat lalu berkata, “Saya tidak apa-apa,” Tidak lama dokter datang, langsung memeriksa keadaan Richard. “Apa ada merasakan sakit dibagian kepala?” tanya Dokter. “Tidak.” Dokter hanya mengangguk kepala seakan dia sudah mengetahui keadaan Richard. “Baiklah, sebaiknya anda istirahat. Tubuh anda masih syok jadi membutuhkan penyesuaian. Jika anda merasakan pusing, mual atau merasa sakit dibagian kepala segera panggil kami.” ucap Dokter. “Apa sungguh Mr. Bryant baik-baik saja, Dokter? Dia bahkan tidak bisa mengenalku?” tanya Claire, tampak begitu panik. “Kemungkinan, Pak. Direktur mengalami hilang ingatan sementara. Kita masih akan mengawasi kondisi Direktur. Tidak perlu ada yang dikhawa
“Nyonya muda …” Saat sedang santai menyantap makan siangnya, satu suapan besar yang segera masuk ke dalam mulutnya tiba-tiba harus terhenti saat melihat John yang tiba-tiba berdiri, merundukkan tubuhnya 45 derajat dengan sopan ke arah pintu masuk. Mulut Richard yang masih menganga di depan sesendok makanan yang ingin ia makan—menoleh ke arah seorang wanita yang muncul di sampingnya. “Ah … tampaknya kau sudah jauh lebih baik. Suamiku …” Seketika sendok makanan yang Richard genggam terjatuh ke atas piring saat mendengar ucapan wanita yang bahkan terlihat sama sekali tidak menunjukan sebuah kasih sayang dalam kalimatnya. Richard terkesiap bingung menatap wanita cantik yang mengaku istrinya. Situasi yang mencengkam ini membuatnya panik dan bergegas melirik ke arah John agar bisa membantunya. “Oh … oh …” Richard masih terbata-bata karena tidak tahu apa yang harus ia katakan untuk situasi saat ini. “Ternyata benar kau hilang ingatan. Sungguh menyedihkan.” ucap Hanabi sambil duduk di b
“Nyonya muda …”Saat sedang santai menyantap makan siangnya, satu suapan besar yang segera masuk ke dalam mulutnya tiba-tiba harus terhenti saat melihat John yang tiba-tiba berdiri, merundukkan tubuhnya 45 derajat dengan sopan ke arah pintu masuk.Mulut Richard yang masih menganga di depan sesendok makanan yang ingin ia makan—menoleh ke arah seorang wanita yang muncul di sampingnya.“Ah … tampaknya kau sudah jauh lebih baik. Suamiku …”Seketika sendok makanan yang Richard genggam terjatuh ke atas piring saat mendengar ucapan wanita yang bahkan terlihat sama sekali tidak menunjukan sebuah kasih sayang dalam kalimatnya.Richard terkesiap bingung menatap wanita cantik yang mengaku istrinya. Situasi yang mencengkam ini membuatnya panik dan bergegas melirik ke arah John agar bisa membantunya.“Oh … oh …” Richard masih terbata-bata karena tidak tahu apa yang harus ia katakan untuk situasi saat ini.“Ternyata benar kau hilang ingatan. Sungguh menyedihkan.” ucap Hanabi sambil duduk di bangku
Mendengar suara Hanabi membuat Richard spoton langsung melepaskan pelukannya. Wajah Sarah yang masih tampak sangat terkejut, langsung menundukkan kepalanya—melanhkah jauh karena takut pada Hanabi yang merupakan istri dari majikannya.Hanabi masih terdiam menatap sinis setelah apa yang ia lihat dengan kedua matanya. Tidak ada kata yang bisa diucapkan lagi melihat kelakukan suami yang tidak pernah berubah walau kehilangan ingatan.“Kau sungguh hebat ya, baru saja keluar dari rumah sakit, berani-beraninya kau berpelukan dengan pelayan di depan mataku? KAU SUDAH GILA YA!”Sarah membentak—melupakan seluruh emosinya, dirinya merasa tidak dihargai sebagai seorang istri. Sarah melangkah dengan cepat ke arah Sarah, tanpa memberikan peringatan apapun, ia langsung memberikan sebuah tamparan yang sangat keras hingga Sarah tersungkur di lantai.“APA YANG KAU LAKUKAN?!”Richard terkejut melihat Sarah yang di tampar oleh wanita gila yang datang dengan penuh emosi. Tanpa sadar, Richard langsung meng
Tatapan Claire terdiam beberapa detik saat ia baru teringat akan suatu hal di kepalanya. Tangan dengan spontan langsung menepuk keningnya sendiri dan berkata, “Ah! Aku lupa. Sarah … wanita itu, wanita yang sedang dicari … aku baru ingat, dia sudah bekerja menjadi pelayan di rumah tuan Bryant ‘kan? Kenapa aku bisa melupakan itu?” John hanya menatap heran dengan kepanikan yang sedang Claire hadapi. Dirinya yang hanya bertugas sebagai pengawal jadi ia tidak begitu mengetahui semua yang terjadi. “Aku harus segera memberitahukan tuan Bryant.” Claire bergegas untuk kembali masuk kedalam ruangan namun John langsung mencegahnya. “Jangan!” “Kenapa?” “Kau tidak ingat. Tuan Bryant butuh waktu sendiri. Biarkan diri sendiri, besok aku akan memberitahukannya. Kau sibukan bukan, sudah sana cepat pergi.” ucap John. Claire merasa perkataan John memang benar. SItuasi saat ini yang terasa gaduh membuatnya sedikit kerepotan hingga ia menjadi sulit untuk berkonsentrasi. perfeksionis adalah sebuah k
Kedua bola mata John berputar saat dirinya di tatap begitu dekat oleh sosok Bryant yang tidak pernah melakukan hal itu. Bryant yang ia kenal sebelum terjadinya kecelakan, dia sosok yang sangat menjaga jarak. Mungkin karena otaknya terbentuk hingga hilang ingatan membuat sikap Bryant sedikit berubah. Richard langsung menjauhkan dirinya saat menyadari John yang merasa tidak nyaman dengan sikapnya. Dirinya lagi-lagi kehilangan akal untuk tidak bersikap ceroboh yang memicu kecurigaan. John adalah orang terdekat Bryant, dia pasti sangat memahami sifat dan kebiasaan Bryant. “Iya … Anda kehilangan koin itu,” jawab John. “APA?!” Secara tidak sadar Bryant berteriak karena terkejut akan nyatakan jika alasan Bryant hampir membunuhnya karena dia telah kehilangan koin yang begitu berharga. Sudah dipastikan jika Bryant memiliki alasan kuat mengapa dia begitu menginginkan koin dewa itu di saat hidupnya begitu sempurna. “Tapi … apa kau tahu tentang koin itu? Kau pernah melihat bentuknya seperti a
Hanabi baru saja bangun, ia terus memegangi kepalanya yang terasa sakit karena efek terlalu banyak minum wine. Terkadang ia selalu menekankan pada dirinya sendiri untuk segera berhenti minum namun saat dirinya berada di dalam tekanan, tanpa sadar bawa nafsu membawanya untuk kembali minum-minum walau pada akhirnya ia kembali menyesali perbuatannya sendiri.Tiba-tiba pintu kamar terbuka. Pelayan Katy masuk bersama dengan seorang dokter membuat Hanabi bingung.“Pagi. Nyona Hanabi. Anda sudah bangun,”“Pagi. Ada apa?” tanya Hanabi masih belum menyadari lukanya.“Tuan Bryant memanggil Dokter Smith untuk mengobati kaki anda yang terluka.”“Kaki?”
Setelah menyelesaikan susunan acara pernikahan, Hanabi sampai di depan kediaman rumah Bryant. Rumah mewah bergaya neoklasik yang begitu megah berukuran sekitar 25.000 kaki persegi. Hamparan taman hijau hingga ada kolam renang sepanjang 75 kaki. Semuanya berlatar belakang pemandangan panorama pusat kota Los Angeles dan Samudra Pasifik. Rumah yang luasnya 2 kali lipat dari rumah milik ayahnya. Saat melihatnya membuat Hanabi mulai memahami mengapa sikap Bryant begitu angkuh dan banyak sekali dari kelompok-kelompok mafia banyak yang segan dengan kelompok Laputa. “Pelayan …!” Satu panggilan yang bisa membuat beberapa pelayan rumah langsung bergegas menghampiri Bryant.
“Bantu aku untuk duduk …,”“Baik.”John segera membantu Richard untuk duduk bersandar pada tempat tidur yang otomatis menyesuaikan posisi Richard.“Ngomong-ngomong, seperti apa hubunganku dengan Hanabi? Dia bilang kami menikah karena kerja sama bisnis? Apa itu benar? Kami menikah bukan karena saling cinta?” tanya Richard.“Benar, Tuan. Aku memang tidak tahu pasti. Tapi saat itu anda bilang pada saya, jika hanya Hanabi yang boleh menikah dengan anda.”“Eh?”Mendengar jawaban aneh itu membuat Richard mengerutkan keningnya. Jawaban yang tidak masuk akal yang sekali lagi ia dengar.
Semua wajah orang-orang menjadi tegang saat mendengar satu kalimat pertanyaan yang keluar dari mulut seorang Bryant. Seperti sebuah kalimat kutuk yang membuat bulu kudung berdiri tegak akan nada khas dari seorang Bryant yang bisa membuat orang terbungkam. “Wah … kalian ini sungguh sangat keterlaluan. Aku bahkan sampai meneteskan air mata saat aku mendengar kalian sedang merencanakan pengkhianatan untuk menjatuhkanku …” ucap Richard dengan nada yang dingin dan tajam, dirinya seperti kerasukan arwah Bryant hingga tampak seperti manusia berdarah dingin. “Apa menyenangkan? Apa melakukan ini membuat hati kalian lega?” ucap ledek Richard—kemudian tertawa seperti orang gila. Tidak ada satupun orang yang berani menatap mata Richard, jika menatap pemimpi mereka mungkin nyawa mereka sebagai taruhannya.
“Nyonya muda …”Saat sedang santai menyantap makan siangnya, satu suapan besar yang segera masuk ke dalam mulutnya tiba-tiba harus terhenti saat melihat John yang tiba-tiba berdiri, merundukkan tubuhnya 45 derajat dengan sopan ke arah pintu masuk.Mulut Richard yang masih menganga di depan sesendok makanan yang ingin ia makan—menoleh ke arah seorang wanita yang muncul di sampingnya.“Ah … tampaknya kau sudah jauh lebih baik. Suamiku …”Seketika sendok makanan yang Richard genggam terjatuh ke atas piring saat mendengar ucapan wanita yang bahkan terlihat sama sekali tidak menunjukan sebuah kasih sayang dalam kalimatnya.Richard terkesiap bingung menatap wanita cantik yang mengaku istrinya. Situasi yang mencengkam ini membuatnya panik dan bergegas melirik ke arah John agar bisa membantunya.“Oh … oh …” Richard masih terbata-bata karena tidak tahu apa yang harus ia katakan untuk situasi saat ini.“Ternyata benar kau hilang ingatan. Sungguh menyedihkan.” ucap Hanabi sambil duduk di bangku
“Nyonya muda …” Saat sedang santai menyantap makan siangnya, satu suapan besar yang segera masuk ke dalam mulutnya tiba-tiba harus terhenti saat melihat John yang tiba-tiba berdiri, merundukkan tubuhnya 45 derajat dengan sopan ke arah pintu masuk. Mulut Richard yang masih menganga di depan sesendok makanan yang ingin ia makan—menoleh ke arah seorang wanita yang muncul di sampingnya. “Ah … tampaknya kau sudah jauh lebih baik. Suamiku …” Seketika sendok makanan yang Richard genggam terjatuh ke atas piring saat mendengar ucapan wanita yang bahkan terlihat sama sekali tidak menunjukan sebuah kasih sayang dalam kalimatnya. Richard terkesiap bingung menatap wanita cantik yang mengaku istrinya. Situasi yang mencengkam ini membuatnya panik dan bergegas melirik ke arah John agar bisa membantunya. “Oh … oh …” Richard masih terbata-bata karena tidak tahu apa yang harus ia katakan untuk situasi saat ini. “Ternyata benar kau hilang ingatan. Sungguh menyedihkan.” ucap Hanabi sambil duduk di b