Aku memicingkan mataku dan menyahut, "Diego, jangan mimpi. Kita nggak mungkin balikan. Seandainya waktu bisa diputar kembali, aku lebih memilih kita nggak pernah ketemu!"Tubuh Diego sontak terhuyung. "Kamu ... begitu membenciku?"Aku tersenyum dingin. "Benci? Kamu terlalu menilai tinggi diri sendiri. Kamu nggak pantas dicintai ataupun dibenci olehku. Di mataku, kamu bukan siapa-siapa! Kalau kamu berani menggangguku lagi, aku bakal lapor polisi!"Sejak hari itu, aku tidak pernah melihat Diego lagi. Kemudian, aku mendengar Diego mengalami kecelakaan setelah pergi dari rumahku. Cederanya sangat parah.Diego yang berbaring di ranjang rumah sakit terus memanggilku. Dia berharap aku datang untuk menjenguknya.Ibu Diego meneleponku, menyuruhku datang untuk melihat anaknya. Ketika nenekku muntah darah di pesta nikahku, ibu Diego sama sekali tidak peduli. Kini, dia malah memintaku datang? Aku pun menolaknya tanpa ragu sedikit pun.Adapun Zoey, Diego tidak mengampuninya begitu saja. Bukan hanya
Di kamar mayat, aku menatap jenazah nenekku. Air mataku lagi-lagi berderai.Di layar ponselku adalah notifikasi pesan dari Zoey. Wanita itu mengirimkanku video yang memperlihatkan Diego menggandeng tangannya. Keduanya bertatapan dengan mesra. Latar belakangnya adalah petasan yang indah.[ Aku bilang ingin lihat petasan. Diego langsung menyalakannya untukku. Aku tahu dia paling mencintaiku! ]Suasana meriah di video terlihat sangat kontras dengan suasana hening di rumah sakit. Hatiku bak disayat-sayat dan berdarah.Kemarin, aku dan Diego seharusnya menikah. Namun, saat bertukaran cincin, Diego tiba-tiba mendapat telepon dan pergi dengan terburu-buru.Nenekku pun murka hingga memuntahkan darah melihat kejadian itu. Aku panik dan meminta bantuan kepada semua orang, tetapi tidak ada yang peduli. Semua hanya mentertawakanku karena aku dicampakkan oleh Diego.Aku menelepon Diego beberapa kali, tetapi tidak ada jawaban. Pada akhirnya, aku buru-buru mengantar Nenek ke rumah sakit untuk mendapa
Zoey tersenyum kepadaku dan berkata, "Cherish, aku sudah tanya master. Katanya, asalkan hamsterku mengadakan acara pemakaman di sini, dia bisa bereinkarnasi jadi manusia. Ini adalah perbuatan baik lho."Diego berujar dengan lembut, "Zoey, kamu memang baik hati. Tenang saja, hamstermu pasti bisa merasakan kebaikanmu."Zoey menatap guci abu di tanganku. "Diego, guci di tangan Cherish sangat cantik. Andai saja abu hamsterku bisa ditaruh di sana."Aku memelotot dengan galak sambil memeluk guci abu Nenek. "Kalau kalian berani menyentuh guci abu nenekku, jangan salahkan aku bertindak lancang pada kalian!"Diego berkata dengan tidak percaya, "Cherish, nenekmu sangat menyayangimu. Kamu malah terus mengutuknya mati dan membuat aula berkabung palsu begini. Kamu nggak merasa tindakanmu ini bisa membuat nenekmu sial?"Aku memelotot sambil menyahut, "Nenekku sudah meninggal. Dia meninggal di pesta nikah kemarin. Kalau kamu nggak percaya, tanya saja pada dokter di rumah sakit. Mereka bisa bersaksi u
Wajahku pucat pasi. Aku terus mundur, lalu berbalik dan berlari ke arah pintu keluar. Namun, sebelum keluar, pengawal sudah mengejarku dan menahanku. Semua perlawananku sia-sia. Aku dibawa ke mobil dan akhirnya tiba di rumah sakit.Aku menyerahkan hasil pemeriksaan kehamilan itu kepada dokter. "Hasil pemeriksaan ini dari rumah sakit kalian. Dokter, beri tahu mereka, aku hamil dan nggak boleh donor darah."Dokter melirik hasil pemeriksaan itu, lalu bertatapan dengan Zoey. "Ini bukan hasil pemeriksaan dari rumah sakit kami. Ini palsu."Aku bisa menilai bahwa dokter ini telah disuap oleh Zoey. Aku hanya bisa memohon kepada Diego, "Dokter ini bohong. Bawa aku ke rumah sakit lain ya? Aku benaran hamil."Saat ini, Zoey bersandar di pelukan Diego dan berucap dengan lemas, "Diego, aku lemas sekali. Apa aku akan mati sebentar lagi ...."Diego menenangkannya dengan cemas, "Zoey, kamu bakal baik-baik saja. Kamu nggak bakal mati."Kemudian, Diego menginstruksi pengawal untuk menahanku. Aku terus m
Diego menatapku dengan kesal. "Cherish, sudah berapa kali aku menjelaskannya kepadamu. Aku dan Zoey cuma teman baik. Kenapa kamu nggak ngerti sih? Kamu bukan cuma menindas Zoey, tapi juga ingin cerai dariku!"Dengan hati yang diselimuti keputusasaan, aku menggertakkan gigi dan memekik, "Diego, pokoknya kita harus cerai!"Usai melontarkan kalimat itu, aku langsung menyerbu keluar. Diego ingin mengejar, tetapi Zoey tiba-tiba menarik lengannya. "Diego, leherku sakit sekali. Aku nggak bisa bernapas.""Kita cari dokter!" Diego langsung menggendong Zoey.Aku tiba di luar rumah sakit. Di luar sedang turun hujan deras. Aku terus berlari tanpa alas kaki. Aku hanya ingin pergi sejauh mungkin dari Diego. Aku tidak ingin berada di dunia yang sama dengannya.Namun, saat berikutnya pandanganku menggelap. Darah terus mengalir keluar dari tubuhku. Darah bercampur dengan air hujan. Ini sangat mengerikan.Dua hari kemudian, aku baru siuman. Aku tidak tahu sekarang jam berapa. Saat aku hendak bangkit dar
Setelah Diego pergi, aku mengurus prosedur keluar rumah sakit. Aku mencari pemakaman yang bersih untuk mengubur abu nenekku."Nenek, aku kangen sekali." Aku duduk di depan makam nenekku. Hingga malam hari, aku baru pergi.Tidak ada lagi orang yang kusayangi di kota ini. Aku berdiri di bandara, tidak tahu harus ke mana. Aku tidak punya rumah lagi karena nenekku telah tiada. Sepertinya, ke mana saja sama.Jadi, aku sembarangan membeli tiket pesawat dan pergi ke sebuah kota kecil. Aku menyewa kamar dan meletakkan foto nenekku di meja. Dengan begini, aku akan merasa dia terus menemaniku.Setiap hari, Diego menelepon dan mengirimiku pesan. Dia bertanya aku ke mana dan mengatakan dirinya hampir menggila karena tidak bisa menemukanku.Aku tidak meladeninya. Pada akhirnya, aku menukar nomor teleponku karena merasa terganggu.Setelah lebih tenang, aku mulai mencari pekerjaan. Hanya saja, gelar akademikku tidak tinggi dan pengalaman kerjaku juga sedikit. Banyak perusahaan besar yang menolakku.S
Aku menatap Diego dengan dingin. "Justru kamu yang nggak berhak. Kita sudah nggak punya hubungan apa pun."Diego mengernyit. "Jangan lupa, kita belum cerai. Kamu masih istriku."Ucapan Diego ini mengingatkanku bahwa kami masih belum mengurus perceraian kami."Diego, kalau kamu masih menolak untuk cerai, aku akan mengajukan gugatan terhadapmu." Usai melontarkan itu, aku masuk ke mobil Lucas.Keesokan hari, Diego mencariku di perusahaan dengan membawa Zoey."Cherish, penyakit Zoey parah kembali. Dia butuh darahmu. Ikut aku pulang." Usai berbicara, Diego menjulurkan tangan untuk meraih lenganku.Aku sontak mengernyit dan melawan. "Lepaskan aku."Lucas keluar dari ruangannya. Dia mengadang di depanku. "Diego, apa yang kamu lakukan?"Zoey melirik Lucas, lalu mulai menabur perselisihan. "Diego, aku nggak nyangka Cherish cepat sekali dapat pacar baru. Sia-sia kamu mencarinya selama ini."Aku menatap Zoey dan mencela, "Zoey, kamu buta ya? Kamu nggak bisa nilai sendiri kalau Pak Lucas bosku?"D
Aku memicingkan mataku dan menyahut, "Diego, jangan mimpi. Kita nggak mungkin balikan. Seandainya waktu bisa diputar kembali, aku lebih memilih kita nggak pernah ketemu!"Tubuh Diego sontak terhuyung. "Kamu ... begitu membenciku?"Aku tersenyum dingin. "Benci? Kamu terlalu menilai tinggi diri sendiri. Kamu nggak pantas dicintai ataupun dibenci olehku. Di mataku, kamu bukan siapa-siapa! Kalau kamu berani menggangguku lagi, aku bakal lapor polisi!"Sejak hari itu, aku tidak pernah melihat Diego lagi. Kemudian, aku mendengar Diego mengalami kecelakaan setelah pergi dari rumahku. Cederanya sangat parah.Diego yang berbaring di ranjang rumah sakit terus memanggilku. Dia berharap aku datang untuk menjenguknya.Ibu Diego meneleponku, menyuruhku datang untuk melihat anaknya. Ketika nenekku muntah darah di pesta nikahku, ibu Diego sama sekali tidak peduli. Kini, dia malah memintaku datang? Aku pun menolaknya tanpa ragu sedikit pun.Adapun Zoey, Diego tidak mengampuninya begitu saja. Bukan hanya
Zoey dicekik hingga wajahnya memerah. Dia kesulitan bernapas. "Tolong ...."Ketika Zoey hampir kehabisan napas, Diego baru melepaskan tangannya dan berkata dengan galak, "Aku nggak akan membunuhmu. Aku akan membuat hidupmu menderita."Saat melihat pemandangan ini, aku tentu merasa puas karena dendamku terlampiaskan. Lagi pula, Zoey pantas mendapatkan semua ini. Ini adalah akibat dari perbuatannya sendiri.Aku memandang Lucas, lalu kita sama-sama meninggalkan bangsal. Di luar sana turun hujan deras. Aku memandang hujan. Ketika keluar dari rumah sakit setelah keguguran, langit juga turun hujan sederas ini.Lucas menyuruhku menunggu di depan. Dia akan mengambil mobil untuk menjemputku. Tidak lama setelah Lucas pergi, Diego mengejarku. "Cherish, jangan pergi."Diego menatapku dengan mata merahnya. "Aku bersalah padamu dan anak kita. Semua ini karena Zoey. Dia yang menipuku."Zoey memang patut disalahkan, tetapi Diego juga salah karena terlalu bodoh. Jika tidak, dia tidak mungkin dipermaink
Aku menatap Diego dengan dingin. "Justru kamu yang nggak berhak. Kita sudah nggak punya hubungan apa pun."Diego mengernyit. "Jangan lupa, kita belum cerai. Kamu masih istriku."Ucapan Diego ini mengingatkanku bahwa kami masih belum mengurus perceraian kami."Diego, kalau kamu masih menolak untuk cerai, aku akan mengajukan gugatan terhadapmu." Usai melontarkan itu, aku masuk ke mobil Lucas.Keesokan hari, Diego mencariku di perusahaan dengan membawa Zoey."Cherish, penyakit Zoey parah kembali. Dia butuh darahmu. Ikut aku pulang." Usai berbicara, Diego menjulurkan tangan untuk meraih lenganku.Aku sontak mengernyit dan melawan. "Lepaskan aku."Lucas keluar dari ruangannya. Dia mengadang di depanku. "Diego, apa yang kamu lakukan?"Zoey melirik Lucas, lalu mulai menabur perselisihan. "Diego, aku nggak nyangka Cherish cepat sekali dapat pacar baru. Sia-sia kamu mencarinya selama ini."Aku menatap Zoey dan mencela, "Zoey, kamu buta ya? Kamu nggak bisa nilai sendiri kalau Pak Lucas bosku?"D
Setelah Diego pergi, aku mengurus prosedur keluar rumah sakit. Aku mencari pemakaman yang bersih untuk mengubur abu nenekku."Nenek, aku kangen sekali." Aku duduk di depan makam nenekku. Hingga malam hari, aku baru pergi.Tidak ada lagi orang yang kusayangi di kota ini. Aku berdiri di bandara, tidak tahu harus ke mana. Aku tidak punya rumah lagi karena nenekku telah tiada. Sepertinya, ke mana saja sama.Jadi, aku sembarangan membeli tiket pesawat dan pergi ke sebuah kota kecil. Aku menyewa kamar dan meletakkan foto nenekku di meja. Dengan begini, aku akan merasa dia terus menemaniku.Setiap hari, Diego menelepon dan mengirimiku pesan. Dia bertanya aku ke mana dan mengatakan dirinya hampir menggila karena tidak bisa menemukanku.Aku tidak meladeninya. Pada akhirnya, aku menukar nomor teleponku karena merasa terganggu.Setelah lebih tenang, aku mulai mencari pekerjaan. Hanya saja, gelar akademikku tidak tinggi dan pengalaman kerjaku juga sedikit. Banyak perusahaan besar yang menolakku.S
Diego menatapku dengan kesal. "Cherish, sudah berapa kali aku menjelaskannya kepadamu. Aku dan Zoey cuma teman baik. Kenapa kamu nggak ngerti sih? Kamu bukan cuma menindas Zoey, tapi juga ingin cerai dariku!"Dengan hati yang diselimuti keputusasaan, aku menggertakkan gigi dan memekik, "Diego, pokoknya kita harus cerai!"Usai melontarkan kalimat itu, aku langsung menyerbu keluar. Diego ingin mengejar, tetapi Zoey tiba-tiba menarik lengannya. "Diego, leherku sakit sekali. Aku nggak bisa bernapas.""Kita cari dokter!" Diego langsung menggendong Zoey.Aku tiba di luar rumah sakit. Di luar sedang turun hujan deras. Aku terus berlari tanpa alas kaki. Aku hanya ingin pergi sejauh mungkin dari Diego. Aku tidak ingin berada di dunia yang sama dengannya.Namun, saat berikutnya pandanganku menggelap. Darah terus mengalir keluar dari tubuhku. Darah bercampur dengan air hujan. Ini sangat mengerikan.Dua hari kemudian, aku baru siuman. Aku tidak tahu sekarang jam berapa. Saat aku hendak bangkit dar
Wajahku pucat pasi. Aku terus mundur, lalu berbalik dan berlari ke arah pintu keluar. Namun, sebelum keluar, pengawal sudah mengejarku dan menahanku. Semua perlawananku sia-sia. Aku dibawa ke mobil dan akhirnya tiba di rumah sakit.Aku menyerahkan hasil pemeriksaan kehamilan itu kepada dokter. "Hasil pemeriksaan ini dari rumah sakit kalian. Dokter, beri tahu mereka, aku hamil dan nggak boleh donor darah."Dokter melirik hasil pemeriksaan itu, lalu bertatapan dengan Zoey. "Ini bukan hasil pemeriksaan dari rumah sakit kami. Ini palsu."Aku bisa menilai bahwa dokter ini telah disuap oleh Zoey. Aku hanya bisa memohon kepada Diego, "Dokter ini bohong. Bawa aku ke rumah sakit lain ya? Aku benaran hamil."Saat ini, Zoey bersandar di pelukan Diego dan berucap dengan lemas, "Diego, aku lemas sekali. Apa aku akan mati sebentar lagi ...."Diego menenangkannya dengan cemas, "Zoey, kamu bakal baik-baik saja. Kamu nggak bakal mati."Kemudian, Diego menginstruksi pengawal untuk menahanku. Aku terus m
Zoey tersenyum kepadaku dan berkata, "Cherish, aku sudah tanya master. Katanya, asalkan hamsterku mengadakan acara pemakaman di sini, dia bisa bereinkarnasi jadi manusia. Ini adalah perbuatan baik lho."Diego berujar dengan lembut, "Zoey, kamu memang baik hati. Tenang saja, hamstermu pasti bisa merasakan kebaikanmu."Zoey menatap guci abu di tanganku. "Diego, guci di tangan Cherish sangat cantik. Andai saja abu hamsterku bisa ditaruh di sana."Aku memelotot dengan galak sambil memeluk guci abu Nenek. "Kalau kalian berani menyentuh guci abu nenekku, jangan salahkan aku bertindak lancang pada kalian!"Diego berkata dengan tidak percaya, "Cherish, nenekmu sangat menyayangimu. Kamu malah terus mengutuknya mati dan membuat aula berkabung palsu begini. Kamu nggak merasa tindakanmu ini bisa membuat nenekmu sial?"Aku memelotot sambil menyahut, "Nenekku sudah meninggal. Dia meninggal di pesta nikah kemarin. Kalau kamu nggak percaya, tanya saja pada dokter di rumah sakit. Mereka bisa bersaksi u
Di kamar mayat, aku menatap jenazah nenekku. Air mataku lagi-lagi berderai.Di layar ponselku adalah notifikasi pesan dari Zoey. Wanita itu mengirimkanku video yang memperlihatkan Diego menggandeng tangannya. Keduanya bertatapan dengan mesra. Latar belakangnya adalah petasan yang indah.[ Aku bilang ingin lihat petasan. Diego langsung menyalakannya untukku. Aku tahu dia paling mencintaiku! ]Suasana meriah di video terlihat sangat kontras dengan suasana hening di rumah sakit. Hatiku bak disayat-sayat dan berdarah.Kemarin, aku dan Diego seharusnya menikah. Namun, saat bertukaran cincin, Diego tiba-tiba mendapat telepon dan pergi dengan terburu-buru.Nenekku pun murka hingga memuntahkan darah melihat kejadian itu. Aku panik dan meminta bantuan kepada semua orang, tetapi tidak ada yang peduli. Semua hanya mentertawakanku karena aku dicampakkan oleh Diego.Aku menelepon Diego beberapa kali, tetapi tidak ada jawaban. Pada akhirnya, aku buru-buru mengantar Nenek ke rumah sakit untuk mendapa