Samar-samar terdengar suara lantunan azan subuh terdengar mengusik tidurku yang baru saja memejamkan mata pukul tiga tadi,kupaksakan mata ini untuk membukanya,kusandarkan badan ini kekepala ranjang tempat tidurku di rumah kak armand,yahh..mulai tadi malam kuputuskan untuk menerima ajakan kak armand untuk tinggal di rumahnya,kak armand sudah menikah dan sudah mempunyai rumah sendiri,Mba Mita istrinya kak Armand sendiri yang memintaku untuk tingga bersama dirumahnya,mereka mengerti dengan keadaanku yang tidak mungkin lagi bisa tinggal di rumah ayah,walaupun ayah menahan ku agar tetap tinggal di rumah,karna itu rumah ayah,dan artian aku lebih berhak atas rumah itu,ayah tidak rela aku meniggalkan ayah dan rumahnya,ayah bilang "mereka (mas angga dan rahmah)yang akan keluar dari rumah itu," tapi maaf ayah aku tak sanggup jika masih tinggal di sana,suatu hari mereka pasti akan datang untuk menengok bu Ajeng,walaupun berat akhirnya ayah mengijinkanku tinggal bersama kak Armand.
flashback on..
Malam tadi setelah acara selesai kukemasi sisa pakaian dan beberapa barang miliku untuk di bawa ke rumah kak Armand,sebagian sudah di bawa kak Armand duluan,ayah terus saja merayuku untuk tetap tinggal bersamanya,ada rasa tak tega meninggalkannya,tapi mau bagaimana lagi,sudah tidak memungkinkan untuk ku tinggal di sana,kak Armand membantuku memberi pengertian ke ayah
.
"Nisa pikirkan lagi masak-masak,kamu tega meninggalkan ayah di sini?" ayah terus merayuku untuk tetap tinggal bersamanya.
"Maafkan Nisa ayah,tidak ada pilihan lain,nisa mau memulai hidup baru di rumahnya kak Armand,nisa tak sanggup terus tinggal di rumah ini lagi,walaupun banyak sekali kenangan indah bersama ibu di sini". jawab nisa dengan napas tersengal dan mata mulai memerah menahan air bening yang akan mengalir,nisa harus menahannya,tidak akan ada lagi air mata yang jatuh.
"Mereka tidak akan tinggal di sini,ayah sudah meminta mereka untuk keluar dari rumah ini setelah menikah,ayah tahu bagaimana perasaanmu nisa,mangkanya ayah meminta mereka yang meninggalkan rumah ini,ini rumahmu sayang". jawab ayah dengam mata senduhnya.
"Nisa mohon ayah ijinkan nisa tinggal bersama kak Armand,nisa janji akan sering datang ke sini melihat ayah." mohon nisa.
"Yah,insya allah nisa aman di rumahku,ada aku dan mita yang akan menjaga nisa,nisa akan baik-baik saja denganku". kata kak Armand membantuku memohon agar ayah mengijinkanku tinggal bersamanya.
"Mengertilah yah ini untuk kebaikan kita bersama,bagaimanapun kita harus menghargai hati dan perasaan nisa." timpal mba mita membantuku meyakinkan ayah.
Ayah menghela napas "Baiklah jika memang ini untuk kebaikan dan kebahagiaanmu,ayah akan mengijnkan,tapi nisa harus sering-sering main ke sini,ini rumahmu tempat mu pulang sayang". dengan berat hati pak Hasan ayah Nisa mengijnkan.
"Man?" pak Hasan memanggil kak Armand.
"Iya yah" jawab kak Armand.
"Ayah titip nisa,jaga dan lindungi selalu adikmu ini,ayah gagal membahagiakannya,ayah..ayah.. malu karna tidak bisa membantu nisa mewujudkan mimpi dan kebahagiaannya untuk menikah......" kata-kata ayah nisa di potong langsung oleh kak arman.
"Sudah lah yah yang lalu biar berlalu sekarang ini tugasku mengembalikan kebahagiaan nisa". timpal kak Arman.
Pak Hasan menyasali dirinya sendiri yang tidak bisa berbuat apa-apa,dia menyesal karna sudah membuat hati nisa anak gadis tersayangnya sakit karna ulah perbuatan dari istri dan anak tirinya.
"Maafkan ayah sayang,ayah melakukan ini untuk kebaikanmu,percayalah laki-laki itu tidak baik untukmu,suatu hari nanti kamu akan tahu kondisi yang sebenarnya". hati ayah ingin mengatakan itu tapi sangat sulit.
Nisa mulai berjalan meninggalkan kamarnya,kamar kesayangannya,banyak sekali kenangan di kamar ini,menutup pintu dan menguncinya,menitipkan kunci kamarnya ke mbok nur pembantu setia yang sudah bekerja dari semenjak ayah dan ibu nisa menikah,nisa tidak rela kamarnya di isi orang lain.
"Mbok titip kamarku yah". pinta nisa ke mbok nur.
"Iya non simbok pasti menjaganya". jawab si mbok dengan mata berkaca-kaca,sedih rasanya harus berjauhan dengan non nisa,sedari kecil si mbok lah yang membantu mengurus nisa,andai dia bisa memilih,si mbok lebih memilih ikut tinggal di rumah den Armand membantu di rumah den Arman,tetapi simbok sudah berjanji dengan almarhum ibunya nisa tidak akan meniggalkan rumah ini.
"Semoga kebahagiaan menyertai non di sana ya non,jangan berlarut dalam kesedihan,non harus bahagia". kata si mbok.
"Aamiin". jawab Nisa yang langsung memeluk mbok nur,mbok nur pun membalas pelukan itu.
"Ya allah kenapa hidup non Nisa harus begini,di khianati kekasih yang dengan tega menikahi non rahmah". batin mbok nur.
Di sebuah kamar bu Ajeng dan Rahmah sedang berbicara.
"Ibu puas sekali melihat nisa seperti itu,tidak perlu capek-capek mengusirnya dia pergi dari rumah ini dengan kemauannya sendiri". kata buAjeng sambil tersenyum sinis.
"Iya bu,Rahmah bahagia sekali melihat Nisa sehancur itu". jawab rahmah dengan hati menggebu,dia amat sangat bahagia bisa mengambil angga dari nisa.
"kamu bahagia sayang". tanya bu Ajeng sambil mengelus kepala Rahmah yang tertutup jilbabnya.
"Iya bu aku bahagia sekali bisa mendapatkan mas angga menjadi suamiku". jawab rahmah bangga.
"Apapun untuk kebahagiaanmu ibu akan selalu menomor satukan". kata bu rahmah dengan senyum kemenangannya.
Sedari dulu bu Ajeng selalu memanjakan Rahmah,apapun keinginan Rahman selalu bu Ajeng turuti,termasuk keinginan Rahmah untuk menikah dengan Angga,walaupun dengan cara yang salah.
Saat Nisa mulai berjalan kearah pintu rumah,nisa membalikan badan untuk melihat kembali sekeliling rumah penuh kenangan itu,kenangan indah sebelum sang ayah memutuskan untuk menikah kembali,dulu suasana rumah sangat hangat walaupun almarhum ibu nisa telah tiada semenjak nisa berusia 12 tahun,walaupun hidup bertiga tapi nisa masih merasakan hangatnya sebuah keluarga,berbeda sekali setelah sang ayah menikah kembali,rumah terasa sepi walaupun penghuni rumah bertambah,kak Armand lebih memilih sibuk kuliah dan mengurusi usaha sang ayah karna kak Armand tidak pernah menyukai bu Ajeng sebagai ibu sambung kami,dan perhatian ayah kini terbagi,yang dulu sering mengantar/jemput sekolah semenjak menikah ayah lebih banyak di rumah,nisa lebih sering naik ojek untuk berangkat dan pulang sekolah,ayahnya berubah kehangatannya dulu kini mulai hilang.
Di pintu kamar Rahmah,Nisa melihat sepasang pengantin itu saling bergandengan mesrah,tidakkah mereka berfikir akan perasaan nisa,entahlah terbuat dari apa hati mereka,"Mas,begitu cepatkah rasa itu hilang untuk ku,7 tahun kebersamaan kita apa tidak adakah rasa itu masih terselip namaku." Batin Nisa,bibirnya memaksa untuk terus tersenyum,tidak mau menunjukan kesedihannya di hadapan mereka.
Nisa melanjutkan langkahnya untuk keluar dari rumahnya ini,menghampiri sang kakak yang sudah menunggu di depan mobilnya,mba Mita sudah menunggu di dalam mobil karna Adit(anak kak Armand dan mba Mita)sudah terlelap tidur di dalam mobil.
Tak lupa Nisa mencium tangan ayahnya,memeluknya dengan sayang,sang ayah pun membalas pelukan Nisa,mencium kening Nisa dengnan sayang,hatinya masih tidak rela nisa ikut tinggal di rumah kak Armand,ini rumahnya nisa harus tetap tinggal di sini dengannya.
Nisa memasuki mobil kak Armand,"Bismillah...semoga ini yang terbaik untukku,dan awal yang baik juga untukku" Do'a nisa dalam hati,"Ya Tuhan jaga dan lindungi selalu ayah,Maafkan Nisa ayah." batin nisa.
Mobil kak Armand melaju meninggalkan rumah pak Hasan ayah mereka,Pak Hasan masih terus memeandangi kepergian anak-anaknya itu,sesak sekali hati pak Hasan,tapi dia melakukan ini untuk kebaikan sang puteri,ada sebuah rahasia yang tidak bisa dia ungkapkan.
Semoga suatu hari nanti semuanya bisa terungkap tanpa menyakiti siapapun.
flashback off...
Setelah selesai dengan rutinitas pagiku,kulangkahkan kaki ini menuju ke dapur untuk membantu mba Mita menyiapkan sarapan dan membatu pekerjaan lainnya,kak Armand dan mba Mita tidak memakai jasa pembantu,mereka mengurusnya bersama-sama,setelah diriku memutuskan untuk tinggal di sini mungkin bisa sedikit membantu mereka nantinya. "Pagi mba,sedang apa?" sapa Nisa begitu sampai di dapur. "Hai,Pagi juga Nis." jawab mba mita sambil terus melanjutkan memasak,Pagi ini sepertinya mba Mita sedang membuat nasi goreng,sudah tercium dari aromanya saat diriku melangkah menuju dapur. "Hhmm..wangi banget mba masakannya jadi bikin laper." kata Nisa sambil tersenyum. "Ada yang bisa aku bantu mba?" tanya Nisa lagi. "Kamu duduk aja Nis,ini sudah mau selesai,kamu pasti capek kan,kamu istirahat saja biar mba yang menyelesaiakan ini." pinta mba Mita,mba Mita bisa melihat lingkaran hitam mata panda di matanya Nisa,"kamu pasti engga tidur semalam kan Nis,mba bisa meng
Angga arjuna anak dari Danu Arjuna pemilik beberapa perkebunan teh dan pabrik tekstil terkenal di daerahnya,Angga dan Annisa sudah berpacaran dari 7 tahun lalu ketika mereka masih bersekolah SMA,Angga mengenal Annisa di saat masa perkenalan siswa baru yaitu MOS,sedangkan Angga yang menjabat sebagai ketua osis saat itu. Di awal pertemuan mereka Angga memang sudah jatuh hati kepada sosok Nisa,Nisa yang cantik,Nisa dengan kesederhanaannya itu,jauh berbeda dengan perempuan lainnya. Angga begitu amat sangat mencintai dan menyayangi Nisa,dia selalu menjaga dan melindungi Nisa,selama 1 tahun kebersamaannya di sekolah hubungan mereka cukup baik,sampai akhirnya Angga lulus dari sekolah SMA dan memutuskan kuliah di luar kota atas permintaan orang tuanya. Hubungan mereka berjalan baik walaupun harus berjauhan tetapi mereka saling mendukung,angga berencana akan melamar Nisa setelah lulus kuliah nanti. Akan tetapi rencana itu harus di urungkannya kendati atas permintaan pak Danu papanya,Angga di
Rahmah Aisyah sosok perempuan manja,keras kepala,dan apa pun keinginannya harus di ikuti,terbiasa hidup dengan kemewahan sedari kecil menjadikan Rahmah menjadi sosok yang amat sangat angkuh,di saat usianya menginjak remaja berita buruk pun menimpa keluarganya,perusahaan ayahnya Adi Rusdi mengalami kebangkrutan karna di tipu rekan kerjanya,keluarganya hancur dan orang tuanya pun bercerai,bu Ajeng yang menggugat pak Adi Rusdi karna tak bisa menahan diri hidup serba kekurangan. Suatu hari bu Ajeng bertemu dengan pak Hasan,dari pertemuan itu berlanjut ke pertemuan berikutnya dan akhirnya mereka memutuskan untuk menikah,bu Ajeng hanya menginginkan harta yang di miliki pak Hasan dan hidup dengan kemewahan. Bu Ajeng dan Rahmah pun di giring pak Hasan untuk tinggal bersama dengannya dan dengan kedua anaknya di rumahnya, Sejak hari di mana bu Ajeng memutuskan untuk menikah dengan pak Hasan,sejak itu pun kehidupan Rahmah yang dulu kembali lagi,hidup deng
Setelah mendengar pernyataanku tadi teman-temanku menatapku meminta penjelasan lebih lagi,dengan terpaksa aku menjelaskan semuanya dan inilah alasanku memutuskan tuk pindah lagi ke kota kelahiranku ini."Gue udah lama banget suka sama dia,awalnya gue pendem sendiri tapi lama-lama perasaan ini ga bisa gue pendem lagi,akhirnya setelah tau dia bakalan kuliah di sini gue jadinya mutusin buat pindah lagi ke sini." jelasku kepada teman-temanku."Jadi ini sebenernya alasan lu balik ke sini lagi?" tanya Fani."Hhmm ini alasan terkuat gue balik lagi,selain menghindar dari bapak tiri gue yang maksa banget nyuruh gue kuliah,kalian kan tau otak gue gimana." Jawabku,otakku memang tak sepintar Annisa,sudah bisa lulus sekolah menengah atas pun sudah luar biasa untukku."Jangan bilang lu mau cape-cape kerja cuma buat cari perhatian tuh cowo aja?" Tebak Agis sambil memicingkan matanya."Yupss,betul banget." Jawabku mengerlingkan mata dan tersenyum simpul.Ak
Pagi hari yang cerah,secerah hati ini yang sudah bisa menerima apa yang terjadi kemarin. Seperti biasa kembali ke rutinitasku yang mengajar setiap pagi sampai siang, pulang mengajar ku lanjutkan untuk kuliah,mencari banyak kegiatan untuk membantuku melupakan apa yang membuatku terpuruk kemarin. Setelah sarapan bersama kak Armand dan mba Mita,aku bergegas pergi ke sekolah tempatku mengajar,menggunakan sepeda motor kesayanganku yang ku beli sendiri dari gajiku menjadi pengajar,walaupun hidup berkecukupan itu tidak membuat ku besar kepala,ayah membelikanku mobil,tetapi tak pernah ku pakai,aku lebih nyaman menggunakan motor, lebih praktis waktu apa lagi di jam-jam macet seperti pagi ini. Jam sudah menunjukan pukul 7.15 aku terlambat masuk kelas karna ada sedikit masalah tadi di jalan, setelah memarkirkan motorku di tempat biasa, aku sedikit berlari menyusuri lorong sekolah,wajah bahagia anak-anak muridku berubah jadi aneh,mereka menatapku "mungkin mereka be
Pak Arkan masih terus fokus membacanya..Sampai akhirnya beliau tutup map itu dan mendongkak menatapku lalu berkata "Cukup bagus judul ini bisa kamu pakai." Ucapnya."Alhamdulillah." Ucapku dalm hati."Terima kasih pak." Jawabku."Untuk selanjutnya kamu bisa mulai membuatnya dan diskusikan kepada saya" kata pak Arkan."Baik pak." Jawabku."Kalau sudah saya permisi pak,sekali lagi terima kasih banyak dan mohon bimbingannya pak." Kataku dan berdiri untuk beranjak keluar dari ruangan dosenku ini."Tunggu sebentar."' katanya dan menahanku."Duduk dulu." Pintanya lagi."Apa lagi sih." Gerutuku dalam hati sambil mendudukan bokong ini di kursi."Bagaimana keadaanmu,luka-luka itu sudah di obati kah.?" Tanyanya kepadaku."Sudah pak,tadi di obati di uks tempatku mengajar." Jawabku cepat karna sudah tak mau berlama-lama berada di ruangan ini,sejujurnya hati ini masih kesal."Oh." Jawabnya."Hah,cuma OH."
Santi,Tia,Dinda dan pak Arkan masih menunggu di depan ruang UGD setelah tadi mereka membawa Annisa ke rumah sakit,sudah 30 menit dokter maupun suster belum ada yang keluar dari dalam,mereka menunggu dengan cemas."Sudah ada yang menghubungi keluarganya?" Tanya pak Arkan.Mereka bertiga kompak menggelengkan kepala,terlalu panik sampai lupa untuk mengabari keluarga dari Annisa,Tia yang lebih dulu mengeluarkan Handphonenya untuk menelpon kak Armand,mereka bertiga sudah mengetahui kalau sekarang Annisa sudah tidak tinggal lagi dengan sang ayah,melainkan sudah tinggal bersama kak Armand.tut...tut..tut...Setelah dering ke tiga barulah panggilan terhubung."Hallo." terdengar suara kak Armand."Hallo kak,ini Tia kak." Kata Tia."Iya Tia ada apa." Jawab kakArmand."Emm..ini kak,Annisa masuk rumah sakit,sekarang lagi di UGD." Ucap Tia mencoba tenang."HAH APA,ANNISA MASUK RUMAH SAKIT." Kata kak Armand dengan suara
Arkana Sadewa seorang laki-laki berusia 33 tahun yang masih betah menjomblo di usianya yang tak lagi muda ini,seorang pemimpin perusahaan sebuah perusahaan import terbesar di indonesia,seorang laki-laki yang terus di paksa untuk menikah oleh ibunya.Dulu Arkan pernah hampir menikah namun terpaksa harus batal karna sang kekasih lebih memilih menikah dengan laki-laki lain yang katanya lebih kaya dari Arkan,dari sejak batalnya pernikahan itu Arkan berubah jadi manusia paling cuek dan dingin,menghabiskan hidupnya dengan terus bekerja.Menghindari sang ibu yang terus memaksanya untuk menikah,beberapa kali di jodohkan dengan anak-anak rekananannya tapi tak satu pun ada yang di pilihnya,bagi Arkan semua wanita-wanita itu sama dengan sang mantan kekasihnya dulu.Hari ini Arkan sedang libur dan sedang menikmati waktunya dengan membaca buku di halaman belakang rumahnya,Arkan memang memilih tinggal di rumahnya sendiri dari pada tinggal di rumah orangtuanya karna menghindar
Keesokan paginya Annisa pun telah sadar sesuai interupsi dari Dokter. Melihat Annisa mulai sadar pak Arkan lekas menggenggam kembali tangan Annisa dan mengelusnya."Sayang." Panggil pak Arkan,menggenggam tangan Annisa, dan sebelah tangannya mengusap kepala Annisa lembut.Annisa yang mulai sadar saat membuka kedua matanya langsung melihat ke arah pak Arkan dan tampak terkejut lalu menarik tangannya yang di genggam pak Arkan."Mama mana?" Tanya Annisa yang lebih mencari mamanya dari pada suaminya sendiri."Mama pulang dulu,nanti kembali lagi ke sini." Jawab pak Arkan menatap kedua mata Annisa."Panggil suster Nisa mau ke kamar mandi." Annisa berkata sembari mencoba bangun dari tidurnya,tapi gagal karena rasa sakit di perutnya."Aawwwhh." teriaknya tertahan."Saya bantu,kamu belum boleh bangun." Pak Arkan mengangkat badan Annisa dan membawanya ke dalam kamar mandi.Annisa hanya diam saat pak Arkan mengangkatnya dan membawanya ke kamar mandi,mau menolak pun percuma karena kondisi badannya
Pukulan itu akhirnya terhenti ketika pak Arthur melihat sang istri sudah lemas karena ulahnya."Papa kecewa sama kamu Arkan,apa yang kamu perbuatan hingga mencelakai menantu dan calon cucu papa." Ucap papa menghampiri bu Ayunda yang terduduk di kursi."Stop pa." Tangis bu Ayunda di pelukan sang suami."Maafkan papa ma,papa emosi." Sesal pak Arthur. "Kalau sampai terjadi sesuatu,jangan pernah anggap saya ini papa kamu lagi." Ucap pak Arthur."Papa kecewa dengan kebodohan yang kamu lakukan,kalau saja Romi tak papa paksa untuk bercerita mungkin kamu dengan bodohnya mau menikahi perempuan yang jelas-jelas sudah membuat hidup mu hancur hanya demi harta." Sarkas pak Arthur mengeluarkan kekecewaannya."Pak Arthur saya mewakili istri dan keluarganya memohon maaf atas apa yang telah di perbuat, saya pun kecewa atas apa perbuatan mereka, saya akan membawa mereka kembali, sekali lagi saya memohon maaf pak." Ucap Hermawan suami dari Dira."Bawa mereka pergi dari hadapan saya." pak Arthur berkata
Annisa masih berada di dalam ruangan unit gawat darurat,pak Arkan nampak pucat dengan perasaan tak menentu setelah mengetahui kalau Annisa sedang hamil,pak Arkan menyesal dengan apa yang telah dia perbuat terhadap Annisa. Dia bersumpah tak akan pernah memaafkan dirinya sendiri kalau sampai terjadi sesuatu dengan Annisa dan calon anaknya itu.Pak Arkan duduk di kursi di depan unit gawat darurat menunggu kabar dari dalam,wajahnya sudah penuh dengan luka memar akibat di pukuli pak Arthur papanya tadi begitu sampai di rumah sakit setelah di hubungi bu Ayunda mamanya pak Arkan.__________Setelah mengatakan Annisa hamil bu Ayunda berlari menghampiri Annisa yang akan di angkat oleh beberapa suster yang akan di bawa menuju ruang unit darurat.Pak Arkan yang terlebih dahulu mengangkat badan Annisa membawanya sedikit berlari menuju ruangan gawat darurat,pikirannya sudah sangat kacau sekali.Di belakangnya, di ikuti mamanya yang tak kalah paniknya dengan pak Arkan, sambil tangannya meng
Aku benar-benar menumpahkan air mata ku di pelukan mama,mama dengan eratnya tak melepaskan pelukannya,dengan sabarnya mama menunggu ku untuk menceritakan apa yang sedang terjadi denganku dan pak Arkan.Tangisan ku pun berhenti tapi tetap berada di pelukan hangatnya mama, enggan sekali tuk melepaskannya, ini sangat nyaman. Aku tak seberuntung anak-anak di luar sana yang bisa merasakan pelukan hangat seorang ibu setiap saat,menyesal sangat amat menyesal karena tak memanfaatkan waktu dengan berharga tuk selalu memeluk ibuku dulu.Tapi sekarang aku merasakan amat sangat beruntung bisa mendapatkan dan di pertemukan dengan ibu mertua yang amat sangat baik,pengertian dan selalu ada untuk ku serta kehangatannya yang membuat ku nyaman seperti sekarang ini,beliau dengan sabar menunggu ku untuk bercerita."Sudah tenang sayang?" Tanyanya mengusap kepalaku lembut dan tersenyum,senyuman mama ini menghangatkan hatiku."Sudah ma." Aku mengangguk."Ceritakan sama mama apa yang terjadi dengan k
Sampai pagi pun Annisa masih belum pulang juga,mama pun menginap semalam karena mengkhawatirkan Annisa.Selesai sarapan aku kembali ke lantai atas untuk mencari info dari orang-orang ku yang ku tugaskan mencari Annisa kemarin,mereka belum menemukan tanda-tanda keberadaan Annisa.Terdengar suara mobil Annisa masuk ke halaman rumah,gegas ku langkahkan kaki turun ke lantai bawah menuju pintu depan ternyata mama sudah berada di sana.Terlihat sekali wajah Annisa yang muram."Nisa sayang,mama khawatir." Ucap mama lalu memeluk Annisa."Nisa baik-baik aja ma." Jawab Annisa lalu membalas pelukan mama.Aku yang berada di belakang mama tak di hiraukan nya."Boleh Nisa ke kamar ma?" Pintanya setelah melepaskan pelukan mereka."Boleh sayang." Jawab mama tersenyum mengelus kedua pipi Annisa.Annisa berjalan dengan menundukkan kepala melewati ku yang berdiri mematung saat Annisa melewati ku begitu saja."Nisa." Aku memanggilnya saat Annisa akan menaiki tangga menuju kamar kami."Iya." Jawabny
Semenjak kejadian hari itu selalu ada saja yang menjadi alasan bu Dina memintaku untuk bertemu dengan Dira,karena hanya dengan diriku ini Dira bisa menjadi tenang.Dira pun tak segan dan tak merasa risih menunjukkan kemanjaannya di hadapanku padahal dia tau aku sudah menikah karena melihat cincin di jari manis ku, dan menanyakan tentang Annisa lewat bu Dina."Mas, akhirnya kamu datang juga, aku nungguin dari tadi." Ucapnya saat melihat ku datang ke apartemen nya atas permintaan bu Dina.Dira menarik ku menuju sofa yang berada di ruang TV apartemennya,mendudukkan ku dan dia pun duduk di samping ku dengan tangannya yang terus menggandeng tanganku tanpa risih sedikit pun,justru aku yang merasa sangat risih sekali,pernah suatu waktu aku menjauh dari tempat duduk nya dan melepas kan rangkulannya tapi ternyata Dira tak Terima dan memasang wajah sedihnya."Mas, lihat ini hasil USG kemarin,kamu sih ga bisa antar aku USG." Ucapnya cemberut dan menunjukkan hasil USG bayinya.Aku hanya me
Beberapa bulan yang lalu saat Annisa dan ayah di rawat di rumah sakit aku tak sengaja bertemu dengan bu Dina sedang berada di kantin rumah sakit,duduk terdiam seorang diri. Entah mengapa kaki ini melangkah menuju ke arahnya,dan mendekatinya."Bu, sedang apa?" Sapa ku.Bu Dina sempat terkaget melihat ke arah ku."Ibu sedang minum kopi." Jawabnya yang sedikit aneh."Boleh saya duduk." ijin ku."Silahkan nak." bu Dina mempersilakan."Siapa yang sakit bu?" Tanyaku seraya mendudukkan diri di kursi di hadapan bu Dina."Hhmm... i-tu... itu Dira yang sakit." Jawabnya ragu dan gugup."Dira,sakit?" Tanyaku kaget,bukannya Dira sedang di luar negeri ikut suaminya,ah.. mengingatnya sedikit membuat hati berdenyut sakit.Bu Dina hanya mengangguk."Sakit apa?" Tanyaku lagi penasaran."Di-a, Dia hampir keguguran." Jawabnya terbata."Keguguran,Dira sedang hamil bu?" Tanyaku."I-iya sudah 4 bulan." Jawab bu Dina."Bukannya Dira Sedang berada di luar negeri bu? " Kenapa jadi penasaran seperti ini.
Selesai makan malam,aku berpamitan ke kamar terlebih dahulu, aku ingat untuk segera meminum vitamin yang dokter berikan tadi dan meminum susu, untungnya tadi setelah dari klinik aku pergi ke swalayan untuk mencari susu hamil dan menemukan susu dalam kemasan siap minum jadi bisa meminumnya langsung, aku menyembunyikan nya di dalam tasku bersama dengan vitamin dari dokter.Saat sedang menonton TV di dalam kamar, pak Arkan masuk ke dalam kamar mendekati ku."Boleh saya di sini?" Ucapnya."Silahkan." Jawab ku cuek.Pak Arkan duduk di kasur di samping ku."Kita harus bicara." Ucapnya menatapku."Bicara saja." Jawabku masih acuh menatap layar TV. "Lihat saya Nisa." Pintanya menarik tanganku."Ngomong aja, Nisa dengerin." Ucapku menarik tanganku yang di genggamnya.Terdengar pak Arkan menarik napasnya."Yang kamu lihat di cafe tak seperti apa yang kamu pikirkan,saya tak ada hubungan apa pun dengan perempuan itu, dia hanya masa lalu saya." Jelasnya tapi tak cukup membuatku puas.Pak Ar
GARIS DUA.. Mulutku menganga tak percaya, ku tutup mulutku lalu terisak.Di saat seperti ini kenapa engkau hadirkan dia. Tangis ku pecah tak kuasa menahan beban berat ini,badan ku meluluh ke lantai, duduk dan memeluk kedua lutut ku.Bukan aku tak bersyukur atas kehadiran janin di dalam perut ku tapi kondisinya yang tidak tepat saat ini,pak Arkan yang membohongi ku, apa dia akan menerima janin yang ada di kandungan ku. Setelah tangis ku mereda, ku putuskan untuk mandi dan bersiap untuk pulang.Ya.. setelah memikirkan semuanya aku memutuskan untuk pulang dan mencari tau siapa perempuan yang sedang bersama pak Arkan kemarin di cafe.sebelum pulang ku putuskan untuk memeriksakan kehamilan ku terlebih dahulu,ingin mengetahui kondisinya,sengaja mencari klinik bersalin yang biasa saja karena ingin merahasiakan nya untuk sementara waktu."Selamat ibu,usia kandungan anda sudah memasuki minggu ke 5." jelas dokter tersenyum. "Terimakasih dok,bagaimana kondisinya?" Tanyaku."Janinnya sehat, ib