Setelah selesai dengan rutinitas pagiku,kulangkahkan kaki ini menuju ke dapur untuk membantu mba Mita menyiapkan sarapan dan membatu pekerjaan lainnya,kak Armand dan mba Mita tidak memakai jasa pembantu,mereka mengurusnya bersama-sama,setelah diriku memutuskan untuk tinggal di sini mungkin bisa sedikit membantu mereka nantinya.
"Pagi mba,sedang apa?" sapa Nisa begitu sampai di dapur.
"Hai,Pagi juga Nis." jawab mba mita sambil terus melanjutkan memasak,Pagi ini sepertinya mba Mita sedang membuat nasi goreng,sudah tercium dari aromanya saat diriku melangkah menuju dapur.
"Hhmm..wangi banget mba masakannya jadi bikin laper." kata Nisa sambil tersenyum.
"Ada yang bisa aku bantu mba?" tanya Nisa lagi.
"Kamu duduk aja Nis,ini sudah mau selesai,kamu pasti capek kan,kamu istirahat saja biar mba yang menyelesaiakan ini." pinta mba Mita,mba Mita bisa melihat lingkaran hitam mata panda di matanya Nisa,"kamu pasti engga tidur semalam kan Nis,mba bisa mengerti itu." Batin mba Mita,sebagai seorang perempuan mita bisa merasakan apa yang adik iparnya rasakan itu.
"Jangan mba biar Nisa bantu mba aja,kalau nisa diam aja justru bikin badan nisa jadi engga enak mba,Nisa terbiasa melakukan pekerjaan rumah membantu si mbo dirumah." bantah nisa,sebenarnya kondisi nisa kurang baik pagi ini tapi nisa engga mau bikin kak armand dan mba mita jadi kepikiran,Nisa tetap harus melanjutkan hidupnya,Nita harus tetap mengejar cita-citanya yang lain.
"Mmm.. kalau gitu kamu bisa bantu mba merapikan sarapan ini ke atas meja makan?mba mau melihat Adit dulu,tadi kakakmu yang lagi memandikannya." Pinta mba Mita.
Nisa menganggukan kepala tanda ia mau.
Setelah selesai merapikan sarapan ke atas meja makan,Nisa merapikan dapur menyapu dan mencuci alat masak yang di pakai mba Mita tadi untuk buat sarapan.
"Loh ko dapurnya sudah rapi,kamu merapikannya nis?" tanya mba mita yang sedikit kaget karna dapurnya sudah terlihat rapi dan bersih.
"Iya mba,tadi sekalian aja dari pada diem kan." jawab nisa dengan senyumannya.
"Kamu ini" kata mba mita sambil mengelus rambut Nisa yang indah itu,Nisa memang belum bisa selalu memakai hijabnya,Mba Mita sangat menyayangi adik iparnya ini seperti adik kandungnya sendiri.
Mba mita mendudukan Adit di baby chair,Nisa menghampiri adit dan duduk di kursi sebelahnya mengajaknya bermain sembari menunggu kak Armand untuk sarapan bersama.
kak Armand menghampiri mereka yang sudah menunggu di meja makan,"Morning para bidadari,yang sudah menunggu ku yang tampan ini." Seru kak Armand sambil menduduki kursi,kak Armand memang paling bisa mencairkan suasana.
"Mornng juga kakakku yang katanya tampan ini." jawab Nisa sambil terkekeh,kak Arman ini paling pede memang.
mba Mita hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah suami dan adik iparnya ini,tangannya tetap sibuk mengambilkan sarapan untuk anak dan suaminya,"Ini mas sarapannya,sudah jangan di goda terus Nisanya mas." timpal mba mita menghentikan suami dan adik iparnya yang terus saja saling melempar godaan.
"Terima kasih sayang." jawab kak Armand dengan menggoda istrinya itu mengedipkan satu matanya.
"Iiisshh.. Uwu aja terus,engga kasihan nih sama rakyat jomblo ini." Cicit nisa di akhir kalimatnya,sambil mencebikan bibirnya,kesal dengan tingkah kakaknya yang sengaja menggodanya.
"Hahahahahaha..." tawa kak Armand, "Ah aku lupa di rumah ini ada rakyat jomblo" kak Armand terus meledek nisa,sengaja dia melakukan ini agar adiknya bisa melupakan masalahnya.
"Sudah ah,kalian ini,engga baik berantem di depan makanan,tuh di liatin Adit,engga malu tuh." kata kak mita.
"Nis,mau mba ambilkan makanannya." tawar kak mita.
"Eh engga usah mba,aku bisa ambil sendiri." kekeh Nisa sambil mengambil sarapannya.
mereka makan dengan khidmat,menikmati sarapannya.
Selasai sarapan,Nisa membantu mba Mita merapihkan meja makan dan membawa piring kotor itu ke dapur,lalu mencucinya bersama mba Mita.
kak Armand yang menggendong Adit menghampiri istri dan adiknya di dapur "Kompaknya para bidadariku ini." seru kak armand melihat istri dan adiknya yang sedang asik di dapur,"Sayang buatkan mas kopi yaa.." pinta kak Arman ke istrinya.
"Iya mas aku buatkan,Adit bawa ke ruang TV aja mas,nanti aku menyusul." jawab mba Mita.
Setelah selesai mencuci piring Nisa menghampiri kak Armand yang sedang bermain dengan Adit di ruang TV,mba Mita pun menyusul membawakan kopi pesanan suaminya,Nisa duduk di bawah di karpet bergabung dengan Adit yang asik bermain dengan mainannya,lalu kak armand duduk di sofa bersama istrinya.
"Nis,gimana kuliah kamu,lancarkan?" tanya kak Armand.
Nisa memutarkan badannya menghadap kak Armand "Alhamdulillah lancar kak,ini udah mau lanjut skripsi." jawab Nisa dengan senyumannya.
"kamu tetap masih mau kerja Nisa,bisa membagi waktu kamu nanti,menyusun skripsi itu tidak mudah pasti waktumu harus terbagi." kak Armand menghawatirkan adiknya.
"Hhmm.. Insya Allah kak,Nisa bisa membagi waktu,kakak do'akan saja smoga skripsi nisa selesai tepat waktu,pekerjaan nisa juga engga begitu merepotkan,Nisa bisa membagi waktu antara mengajar dan kuliah." Jawab Nisa, Selain kuliah Nisa juga bekerja sebagai pengajar di salah satu sekolah swasta di kotanya,walaupun biaya kuliah nisa masih tetap di tanggung sang ayah tetapi nisa tidak mau menyusahkan sang ayah,dengan bekerja nisa bisa membeli keperluannya sendiri,Pak Hasan termasuk orang berada mepunyai perusahaan yang di rintisnya sedari muda sekarang di lanjutkan kepengurusannya oleh Adrian kakak Annisa,tapi nisa tetap rendah diri,dia tidak mau menyombongkan apa yang di miliki keluarganya.
"Do'a kakak selalu menyertaimu Nis,kalau ada perlu apa-apa bilang ya sama kakak atau sama mbamu ini,jangan sungkan,kamu sekarang tanggung jawab kakak." kata-kata kak Armand sangat menyentuh hati Annisa.
sambil menahan air matanya nisa menghampiri sang kakak dan memeluknya erat,kak Armand membalas pelukan adiknya itu,pecah juga tangisan nisa yang di tahannya sedari tadi,Nisa menumpahkan tangisannya di pelukan sang kakak,nyatanya hatinya tetap rapuh,walaupun mencoba kuat tetapi dirinya tak sekuat itu,di usapnya kepala dan punggung nisa oleh kak Armand,mba Mita yang berada di samping sang suami pun membantu menguatkan Nisa.
"Menangislah sayang sepuasmu,keluarkan semuanya sesak di dadamu,kakak akan selalu ada di sampingmu,jangan pernah berpikir kamu sendiri,ad kakak yang sayang padamu,ada mbamu yang bisa kamu jadikan teman berkeluh kesah,kami selalu ada untumu Nisa." Ucap kak Armand,terus menguatkan sang adik.
"Bangkit Nis,mari sama-sama kita lewati ujian ini." mba Mita berucap sembari mengelus tangan Nisa.
ketiganya larut dalam suasana sedih,Nisa merenggangkan pelukannya menatap kakak serta kakak iparnya dengan tatapan mata haru.
"Terima kasih kakak sama mba selalu ada di samping ku,mendukungku selalu,Nisa akan terus berusaha melupakan kejadian buruk itu,anggap lah ini pelajaran buat Nisa untuk kedepannya nanti." Jawab Nisa menghela napas untuk melepaskan sesak di dadanya.
"Kamu pasti bisa sayang." kata kak Armand menyemangati adiknya.
"Besok aku masuk kuliah siang kak,setelah pulang mengajar aku langsung ke kampus untuk bertemu dosen yang akan membimbing skripsi ku nanti." Nisa memberitahu kakaknya mulai besok Nisa akan fokus menata kembali kehidupannya dan mengejar cita-citanya.
"Ya sudah sekarang kamu istirahat saja yah,jangan di pikirkan lagi apa yang sudah terjadi,adiknya mba yang cantik ini harus tetap happy,biar aura cantiknya makin bersinar lagi." ucap mba Mita sambil tertawa untuk menghibur sang adik ipar.
"Mba bisa saja nih,udah sehati sama kak Armand suka menggoda adiknya." kekeh Nisa.
"Aku ke kamar dulu yah kak,mba aku duluan,mau sekalian siapin buat besok,sekali lagi terima kasih untuk kebaikan kalian berdua." Nisa berucap lalu melangkahkan kakinya menuju kamarnya sekarang.
Ya Tuhan bantu aku untuk tetap bisa menghadapi semua ujianmu ini,tuntun hamba selalu.
Bantu hamba tuk mengggapai kebahagiaan yang telah hilang itu.
Hamba Hanya Ingin Bahagia.
Angga arjuna anak dari Danu Arjuna pemilik beberapa perkebunan teh dan pabrik tekstil terkenal di daerahnya,Angga dan Annisa sudah berpacaran dari 7 tahun lalu ketika mereka masih bersekolah SMA,Angga mengenal Annisa di saat masa perkenalan siswa baru yaitu MOS,sedangkan Angga yang menjabat sebagai ketua osis saat itu. Di awal pertemuan mereka Angga memang sudah jatuh hati kepada sosok Nisa,Nisa yang cantik,Nisa dengan kesederhanaannya itu,jauh berbeda dengan perempuan lainnya. Angga begitu amat sangat mencintai dan menyayangi Nisa,dia selalu menjaga dan melindungi Nisa,selama 1 tahun kebersamaannya di sekolah hubungan mereka cukup baik,sampai akhirnya Angga lulus dari sekolah SMA dan memutuskan kuliah di luar kota atas permintaan orang tuanya. Hubungan mereka berjalan baik walaupun harus berjauhan tetapi mereka saling mendukung,angga berencana akan melamar Nisa setelah lulus kuliah nanti. Akan tetapi rencana itu harus di urungkannya kendati atas permintaan pak Danu papanya,Angga di
Rahmah Aisyah sosok perempuan manja,keras kepala,dan apa pun keinginannya harus di ikuti,terbiasa hidup dengan kemewahan sedari kecil menjadikan Rahmah menjadi sosok yang amat sangat angkuh,di saat usianya menginjak remaja berita buruk pun menimpa keluarganya,perusahaan ayahnya Adi Rusdi mengalami kebangkrutan karna di tipu rekan kerjanya,keluarganya hancur dan orang tuanya pun bercerai,bu Ajeng yang menggugat pak Adi Rusdi karna tak bisa menahan diri hidup serba kekurangan. Suatu hari bu Ajeng bertemu dengan pak Hasan,dari pertemuan itu berlanjut ke pertemuan berikutnya dan akhirnya mereka memutuskan untuk menikah,bu Ajeng hanya menginginkan harta yang di miliki pak Hasan dan hidup dengan kemewahan. Bu Ajeng dan Rahmah pun di giring pak Hasan untuk tinggal bersama dengannya dan dengan kedua anaknya di rumahnya, Sejak hari di mana bu Ajeng memutuskan untuk menikah dengan pak Hasan,sejak itu pun kehidupan Rahmah yang dulu kembali lagi,hidup deng
Setelah mendengar pernyataanku tadi teman-temanku menatapku meminta penjelasan lebih lagi,dengan terpaksa aku menjelaskan semuanya dan inilah alasanku memutuskan tuk pindah lagi ke kota kelahiranku ini."Gue udah lama banget suka sama dia,awalnya gue pendem sendiri tapi lama-lama perasaan ini ga bisa gue pendem lagi,akhirnya setelah tau dia bakalan kuliah di sini gue jadinya mutusin buat pindah lagi ke sini." jelasku kepada teman-temanku."Jadi ini sebenernya alasan lu balik ke sini lagi?" tanya Fani."Hhmm ini alasan terkuat gue balik lagi,selain menghindar dari bapak tiri gue yang maksa banget nyuruh gue kuliah,kalian kan tau otak gue gimana." Jawabku,otakku memang tak sepintar Annisa,sudah bisa lulus sekolah menengah atas pun sudah luar biasa untukku."Jangan bilang lu mau cape-cape kerja cuma buat cari perhatian tuh cowo aja?" Tebak Agis sambil memicingkan matanya."Yupss,betul banget." Jawabku mengerlingkan mata dan tersenyum simpul.Ak
Pagi hari yang cerah,secerah hati ini yang sudah bisa menerima apa yang terjadi kemarin. Seperti biasa kembali ke rutinitasku yang mengajar setiap pagi sampai siang, pulang mengajar ku lanjutkan untuk kuliah,mencari banyak kegiatan untuk membantuku melupakan apa yang membuatku terpuruk kemarin. Setelah sarapan bersama kak Armand dan mba Mita,aku bergegas pergi ke sekolah tempatku mengajar,menggunakan sepeda motor kesayanganku yang ku beli sendiri dari gajiku menjadi pengajar,walaupun hidup berkecukupan itu tidak membuat ku besar kepala,ayah membelikanku mobil,tetapi tak pernah ku pakai,aku lebih nyaman menggunakan motor, lebih praktis waktu apa lagi di jam-jam macet seperti pagi ini. Jam sudah menunjukan pukul 7.15 aku terlambat masuk kelas karna ada sedikit masalah tadi di jalan, setelah memarkirkan motorku di tempat biasa, aku sedikit berlari menyusuri lorong sekolah,wajah bahagia anak-anak muridku berubah jadi aneh,mereka menatapku "mungkin mereka be
Pak Arkan masih terus fokus membacanya..Sampai akhirnya beliau tutup map itu dan mendongkak menatapku lalu berkata "Cukup bagus judul ini bisa kamu pakai." Ucapnya."Alhamdulillah." Ucapku dalm hati."Terima kasih pak." Jawabku."Untuk selanjutnya kamu bisa mulai membuatnya dan diskusikan kepada saya" kata pak Arkan."Baik pak." Jawabku."Kalau sudah saya permisi pak,sekali lagi terima kasih banyak dan mohon bimbingannya pak." Kataku dan berdiri untuk beranjak keluar dari ruangan dosenku ini."Tunggu sebentar."' katanya dan menahanku."Duduk dulu." Pintanya lagi."Apa lagi sih." Gerutuku dalam hati sambil mendudukan bokong ini di kursi."Bagaimana keadaanmu,luka-luka itu sudah di obati kah.?" Tanyanya kepadaku."Sudah pak,tadi di obati di uks tempatku mengajar." Jawabku cepat karna sudah tak mau berlama-lama berada di ruangan ini,sejujurnya hati ini masih kesal."Oh." Jawabnya."Hah,cuma OH."
Santi,Tia,Dinda dan pak Arkan masih menunggu di depan ruang UGD setelah tadi mereka membawa Annisa ke rumah sakit,sudah 30 menit dokter maupun suster belum ada yang keluar dari dalam,mereka menunggu dengan cemas."Sudah ada yang menghubungi keluarganya?" Tanya pak Arkan.Mereka bertiga kompak menggelengkan kepala,terlalu panik sampai lupa untuk mengabari keluarga dari Annisa,Tia yang lebih dulu mengeluarkan Handphonenya untuk menelpon kak Armand,mereka bertiga sudah mengetahui kalau sekarang Annisa sudah tidak tinggal lagi dengan sang ayah,melainkan sudah tinggal bersama kak Armand.tut...tut..tut...Setelah dering ke tiga barulah panggilan terhubung."Hallo." terdengar suara kak Armand."Hallo kak,ini Tia kak." Kata Tia."Iya Tia ada apa." Jawab kakArmand."Emm..ini kak,Annisa masuk rumah sakit,sekarang lagi di UGD." Ucap Tia mencoba tenang."HAH APA,ANNISA MASUK RUMAH SAKIT." Kata kak Armand dengan suara
Arkana Sadewa seorang laki-laki berusia 33 tahun yang masih betah menjomblo di usianya yang tak lagi muda ini,seorang pemimpin perusahaan sebuah perusahaan import terbesar di indonesia,seorang laki-laki yang terus di paksa untuk menikah oleh ibunya.Dulu Arkan pernah hampir menikah namun terpaksa harus batal karna sang kekasih lebih memilih menikah dengan laki-laki lain yang katanya lebih kaya dari Arkan,dari sejak batalnya pernikahan itu Arkan berubah jadi manusia paling cuek dan dingin,menghabiskan hidupnya dengan terus bekerja.Menghindari sang ibu yang terus memaksanya untuk menikah,beberapa kali di jodohkan dengan anak-anak rekananannya tapi tak satu pun ada yang di pilihnya,bagi Arkan semua wanita-wanita itu sama dengan sang mantan kekasihnya dulu.Hari ini Arkan sedang libur dan sedang menikmati waktunya dengan membaca buku di halaman belakang rumahnya,Arkan memang memilih tinggal di rumahnya sendiri dari pada tinggal di rumah orangtuanya karna menghindar
Di kantor selesai meeting pikiran Arkan terus tertuju pada seorang gadis yang tadi pagi dia tabrak,merasa bersalah karna tak membawanya ke rumah sakit tuk mengobati luka-lukanya itu,"Gadis keras kepala" Gumamnya,tersenyum kecil.Melanjutkan pekerjaannya yang masih menumpuk tanpa di sadari jam sudah menunjukan jam makan siang,selesai dengan pekerjaannya Arkan membereskan mejanya dan keluar dari ruangannya untuk menemui sekertarisnya,karna hari ini dia ada jadwal untuk mengajar di kampus yang didirikan Ayahnya itu,memutuskan menjadi dosen hanya untuk menyibukan dirinya untuk lupa akan masa lalunya itu."Rud,saya harus ke kampus ada jadwal mengajarkan hari ini?" Tanyanya ke pada sekertarisnya ini,Rudi buka hanya sekertaris tetapi asistennya juga sekaligus sahabatnya dari zaman mereka masih sekolah,Arkan memang sengaja memilih sekertaris laki-laki lebih leluasa saja dalam berdiskusi menurutnya."Iya bos hari ini ada jadwal mengajar." Jawab Rudi,walaupun mereka bersa
Keesokan paginya Annisa pun telah sadar sesuai interupsi dari Dokter. Melihat Annisa mulai sadar pak Arkan lekas menggenggam kembali tangan Annisa dan mengelusnya."Sayang." Panggil pak Arkan,menggenggam tangan Annisa, dan sebelah tangannya mengusap kepala Annisa lembut.Annisa yang mulai sadar saat membuka kedua matanya langsung melihat ke arah pak Arkan dan tampak terkejut lalu menarik tangannya yang di genggam pak Arkan."Mama mana?" Tanya Annisa yang lebih mencari mamanya dari pada suaminya sendiri."Mama pulang dulu,nanti kembali lagi ke sini." Jawab pak Arkan menatap kedua mata Annisa."Panggil suster Nisa mau ke kamar mandi." Annisa berkata sembari mencoba bangun dari tidurnya,tapi gagal karena rasa sakit di perutnya."Aawwwhh." teriaknya tertahan."Saya bantu,kamu belum boleh bangun." Pak Arkan mengangkat badan Annisa dan membawanya ke dalam kamar mandi.Annisa hanya diam saat pak Arkan mengangkatnya dan membawanya ke kamar mandi,mau menolak pun percuma karena kondisi badannya
Pukulan itu akhirnya terhenti ketika pak Arthur melihat sang istri sudah lemas karena ulahnya."Papa kecewa sama kamu Arkan,apa yang kamu perbuatan hingga mencelakai menantu dan calon cucu papa." Ucap papa menghampiri bu Ayunda yang terduduk di kursi."Stop pa." Tangis bu Ayunda di pelukan sang suami."Maafkan papa ma,papa emosi." Sesal pak Arthur. "Kalau sampai terjadi sesuatu,jangan pernah anggap saya ini papa kamu lagi." Ucap pak Arthur."Papa kecewa dengan kebodohan yang kamu lakukan,kalau saja Romi tak papa paksa untuk bercerita mungkin kamu dengan bodohnya mau menikahi perempuan yang jelas-jelas sudah membuat hidup mu hancur hanya demi harta." Sarkas pak Arthur mengeluarkan kekecewaannya."Pak Arthur saya mewakili istri dan keluarganya memohon maaf atas apa yang telah di perbuat, saya pun kecewa atas apa perbuatan mereka, saya akan membawa mereka kembali, sekali lagi saya memohon maaf pak." Ucap Hermawan suami dari Dira."Bawa mereka pergi dari hadapan saya." pak Arthur berkata
Annisa masih berada di dalam ruangan unit gawat darurat,pak Arkan nampak pucat dengan perasaan tak menentu setelah mengetahui kalau Annisa sedang hamil,pak Arkan menyesal dengan apa yang telah dia perbuat terhadap Annisa. Dia bersumpah tak akan pernah memaafkan dirinya sendiri kalau sampai terjadi sesuatu dengan Annisa dan calon anaknya itu.Pak Arkan duduk di kursi di depan unit gawat darurat menunggu kabar dari dalam,wajahnya sudah penuh dengan luka memar akibat di pukuli pak Arthur papanya tadi begitu sampai di rumah sakit setelah di hubungi bu Ayunda mamanya pak Arkan.__________Setelah mengatakan Annisa hamil bu Ayunda berlari menghampiri Annisa yang akan di angkat oleh beberapa suster yang akan di bawa menuju ruang unit darurat.Pak Arkan yang terlebih dahulu mengangkat badan Annisa membawanya sedikit berlari menuju ruangan gawat darurat,pikirannya sudah sangat kacau sekali.Di belakangnya, di ikuti mamanya yang tak kalah paniknya dengan pak Arkan, sambil tangannya meng
Aku benar-benar menumpahkan air mata ku di pelukan mama,mama dengan eratnya tak melepaskan pelukannya,dengan sabarnya mama menunggu ku untuk menceritakan apa yang sedang terjadi denganku dan pak Arkan.Tangisan ku pun berhenti tapi tetap berada di pelukan hangatnya mama, enggan sekali tuk melepaskannya, ini sangat nyaman. Aku tak seberuntung anak-anak di luar sana yang bisa merasakan pelukan hangat seorang ibu setiap saat,menyesal sangat amat menyesal karena tak memanfaatkan waktu dengan berharga tuk selalu memeluk ibuku dulu.Tapi sekarang aku merasakan amat sangat beruntung bisa mendapatkan dan di pertemukan dengan ibu mertua yang amat sangat baik,pengertian dan selalu ada untuk ku serta kehangatannya yang membuat ku nyaman seperti sekarang ini,beliau dengan sabar menunggu ku untuk bercerita."Sudah tenang sayang?" Tanyanya mengusap kepalaku lembut dan tersenyum,senyuman mama ini menghangatkan hatiku."Sudah ma." Aku mengangguk."Ceritakan sama mama apa yang terjadi dengan k
Sampai pagi pun Annisa masih belum pulang juga,mama pun menginap semalam karena mengkhawatirkan Annisa.Selesai sarapan aku kembali ke lantai atas untuk mencari info dari orang-orang ku yang ku tugaskan mencari Annisa kemarin,mereka belum menemukan tanda-tanda keberadaan Annisa.Terdengar suara mobil Annisa masuk ke halaman rumah,gegas ku langkahkan kaki turun ke lantai bawah menuju pintu depan ternyata mama sudah berada di sana.Terlihat sekali wajah Annisa yang muram."Nisa sayang,mama khawatir." Ucap mama lalu memeluk Annisa."Nisa baik-baik aja ma." Jawab Annisa lalu membalas pelukan mama.Aku yang berada di belakang mama tak di hiraukan nya."Boleh Nisa ke kamar ma?" Pintanya setelah melepaskan pelukan mereka."Boleh sayang." Jawab mama tersenyum mengelus kedua pipi Annisa.Annisa berjalan dengan menundukkan kepala melewati ku yang berdiri mematung saat Annisa melewati ku begitu saja."Nisa." Aku memanggilnya saat Annisa akan menaiki tangga menuju kamar kami."Iya." Jawabny
Semenjak kejadian hari itu selalu ada saja yang menjadi alasan bu Dina memintaku untuk bertemu dengan Dira,karena hanya dengan diriku ini Dira bisa menjadi tenang.Dira pun tak segan dan tak merasa risih menunjukkan kemanjaannya di hadapanku padahal dia tau aku sudah menikah karena melihat cincin di jari manis ku, dan menanyakan tentang Annisa lewat bu Dina."Mas, akhirnya kamu datang juga, aku nungguin dari tadi." Ucapnya saat melihat ku datang ke apartemen nya atas permintaan bu Dina.Dira menarik ku menuju sofa yang berada di ruang TV apartemennya,mendudukkan ku dan dia pun duduk di samping ku dengan tangannya yang terus menggandeng tanganku tanpa risih sedikit pun,justru aku yang merasa sangat risih sekali,pernah suatu waktu aku menjauh dari tempat duduk nya dan melepas kan rangkulannya tapi ternyata Dira tak Terima dan memasang wajah sedihnya."Mas, lihat ini hasil USG kemarin,kamu sih ga bisa antar aku USG." Ucapnya cemberut dan menunjukkan hasil USG bayinya.Aku hanya me
Beberapa bulan yang lalu saat Annisa dan ayah di rawat di rumah sakit aku tak sengaja bertemu dengan bu Dina sedang berada di kantin rumah sakit,duduk terdiam seorang diri. Entah mengapa kaki ini melangkah menuju ke arahnya,dan mendekatinya."Bu, sedang apa?" Sapa ku.Bu Dina sempat terkaget melihat ke arah ku."Ibu sedang minum kopi." Jawabnya yang sedikit aneh."Boleh saya duduk." ijin ku."Silahkan nak." bu Dina mempersilakan."Siapa yang sakit bu?" Tanyaku seraya mendudukkan diri di kursi di hadapan bu Dina."Hhmm... i-tu... itu Dira yang sakit." Jawabnya ragu dan gugup."Dira,sakit?" Tanyaku kaget,bukannya Dira sedang di luar negeri ikut suaminya,ah.. mengingatnya sedikit membuat hati berdenyut sakit.Bu Dina hanya mengangguk."Sakit apa?" Tanyaku lagi penasaran."Di-a, Dia hampir keguguran." Jawabnya terbata."Keguguran,Dira sedang hamil bu?" Tanyaku."I-iya sudah 4 bulan." Jawab bu Dina."Bukannya Dira Sedang berada di luar negeri bu? " Kenapa jadi penasaran seperti ini.
Selesai makan malam,aku berpamitan ke kamar terlebih dahulu, aku ingat untuk segera meminum vitamin yang dokter berikan tadi dan meminum susu, untungnya tadi setelah dari klinik aku pergi ke swalayan untuk mencari susu hamil dan menemukan susu dalam kemasan siap minum jadi bisa meminumnya langsung, aku menyembunyikan nya di dalam tasku bersama dengan vitamin dari dokter.Saat sedang menonton TV di dalam kamar, pak Arkan masuk ke dalam kamar mendekati ku."Boleh saya di sini?" Ucapnya."Silahkan." Jawab ku cuek.Pak Arkan duduk di kasur di samping ku."Kita harus bicara." Ucapnya menatapku."Bicara saja." Jawabku masih acuh menatap layar TV. "Lihat saya Nisa." Pintanya menarik tanganku."Ngomong aja, Nisa dengerin." Ucapku menarik tanganku yang di genggamnya.Terdengar pak Arkan menarik napasnya."Yang kamu lihat di cafe tak seperti apa yang kamu pikirkan,saya tak ada hubungan apa pun dengan perempuan itu, dia hanya masa lalu saya." Jelasnya tapi tak cukup membuatku puas.Pak Ar
GARIS DUA.. Mulutku menganga tak percaya, ku tutup mulutku lalu terisak.Di saat seperti ini kenapa engkau hadirkan dia. Tangis ku pecah tak kuasa menahan beban berat ini,badan ku meluluh ke lantai, duduk dan memeluk kedua lutut ku.Bukan aku tak bersyukur atas kehadiran janin di dalam perut ku tapi kondisinya yang tidak tepat saat ini,pak Arkan yang membohongi ku, apa dia akan menerima janin yang ada di kandungan ku. Setelah tangis ku mereda, ku putuskan untuk mandi dan bersiap untuk pulang.Ya.. setelah memikirkan semuanya aku memutuskan untuk pulang dan mencari tau siapa perempuan yang sedang bersama pak Arkan kemarin di cafe.sebelum pulang ku putuskan untuk memeriksakan kehamilan ku terlebih dahulu,ingin mengetahui kondisinya,sengaja mencari klinik bersalin yang biasa saja karena ingin merahasiakan nya untuk sementara waktu."Selamat ibu,usia kandungan anda sudah memasuki minggu ke 5." jelas dokter tersenyum. "Terimakasih dok,bagaimana kondisinya?" Tanyaku."Janinnya sehat, ib