Dalam perjalanan pulang tak banyak hal yang Regan dan Citra bicarakan, mereka seperti sedang larut dalam pikirannya masing-masing.
Hingga Citra meringis karna kepalanya terasa sakit, hal itu membuat Regan menjadi panik dibuatnya.
"Aduh!"
keluh Citra sambil memegangi kepalanya."Lo kenapa Cit?"
"Kepala gue sakit lagi!"
"Kita ke dokter ya?"
"Gak usah Re!"
"Gak usah gimana? Lo harus di periksa Cit!"
jawab Regan yang sudah menepikan mobilnya di pinggir jalan.Regan mengambil botol air mineral dan memberikannya pada Citra.
"Minum dulu, siapa tau baikkan."
"Makasih Re."
Citra pun hanya menuruti perintah Regan, perlahan-lahan ia meminum air itu hingga tinggal setengahnya saja.
Citra menggelengkan kepalanya, mencoba untuk mengusir rasa sakit yang ia rasakan."Kita ke dokter ya Cit? Gue temenin kok!"
"Nggak Re, gak usah gue gak apa-apa kok." sahut Citra.
"Beneran? Gue bener-bener
Hari ini Regan bertekad ingin mengutarakan isi hatinya terhadap Citra, ia tak bisa menunda lebih lama lagi."Bodo amat deh kalau di tolak, yang penting Citra tau isi hati gue sama dia tuh seperti apa." gumam Regan, ia berjalan menuju kantin tepat di mana Citra sedang bersama Dewi di sana.Regan pun menghampiri mereka berdua, dan ia pun mengajak Citra untuk mengikutinya."Berduaan aja?" tanya Regan."Eh iya, sini gabung Re!" kata Dewi."Thanks!""Mau makan apa Re?" tanya Citra memandang ke arahnya."Gue nanti aja makannya, ada yang mau gue bahas sama lo Cit!""Soal apa?" tanya Citra heran."Emm.. masalah meeting yang kemarin, boleh ikut gue gak?" tanya Regan.Dewi pun berniat ingin pergi dari tempat itu, berniat memberi ruang terhadap Regan dan Citra untuk berbicara berdua."Kayaknya obrolan serius nih, gue ke ruangan dulu ya?""Eh gak usah Wi, gue sama Citra yang ke ruangan aja."kata Rega
Perasaan dan pikiran Citra kini sedang tidak beraturan, ia jadi merasa tak enak hati terhadap Regan.Ia tau Regan pasti kecewa terhadapnya, ia berpikir tak seharusnya Citra langsung berbicara seperti itu."Harusnya kemarin gue bilang aja ke Regan, kalau bisa jalani dulu aja kalau emang jodoh kan gak akan kemana. Tapi kenapa gue malah bilang kayak gitu sih?""Jadi gak enak kan sama Regan, dia pasti kecewa banget!"gumam Citra sambil menatap ke arah luar jendela kamarnya, sejak pulang dari kantornya pun biasanya Regan akan mengirimkan pesan singkat padanya.Namun sampai malam ini tak ada notifikasi pesan yang ia terima dari lelaki itu."Maafin gue ya Re, gue gak mau bohongin perasaan gue ke lo. Gue emang benar-benar gak punya rasa apa-apa sama lo."Tak berapa lama ponselnya pun bergetar, ada satu panggilan yang membuatnya tersenyum.Drrtt.. drrttt.. drrttt...📞Regan is calling...📱 : "Hallo?"📱: "Hallo, Cit lagi
Citra menuruni anak tangga dengan perlahan, gadis itu menghampiri Sekar yang sedang meminum teh."Pagi bu!"sapa Citra sambil mencium pipi ibunya itu."Pagi juga sayang!""Ayah ke mana bu?"tanya Citra yang duduk di dekat Sekar, pagi ini ia belum melihat Dika."Ayah tadi dapat telfon dari sekretarisnya, katanya ada meeting mendadak pagi ini jadi dia buru-buru berangkat deh!"cerita Sekar sambil menaruh cangkir teh di atas meja."Oh gitu, pantes dari tadi Citra gak dengar suara ayah.""Kamu berangkat sendiri gak apa-apa kan Nak?"tanya Sekar sambil mengambil roti dan mengolesnya dengan selai coklat."Gak apa-apa kok bu, tenang aja.""Ya udah, ayo sarapan dulu!"Setelah sarapan Citra langsung berpamitan dengan Sekar, ia berangkat menuju kantornya dengan menggunakan taxi online.Taxi itu pun berhenti tepat di depan kantor."Di sini aja mba?"tanya supir taxi itu."Iya pak,
"Apa kamu sudah merasa baikkan?"tanya Kevin sambil menyetir mobilnya itu. "Iya, makasih ya."jawab Citra tersenyum memandang ke arah Kevin. "Sama-sama, kamu kerja di mana?" "Aku kerja di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang property."jawab Citra. "Bagus juga!"sahut Kevin sambil mengangguk. "Kamu sendiri, sudah lama jadi dokter?" "Hemm.. lumayan." "Keren, semuda ini kamu udah jadi dokter." "Awalnya saya juga gak kepikiran mau jadi dokter, tapi semenjak ibu saya sakit saya memutuskan untuk kuliah kedokteran." "Lalu?"tanya Citra yang mulai tertarik dengan cerita Kevin. "Dulu saya bertekad saya harus jadi dokter, saya harus bisa sembuhin ibu saya.Tapi nyata nya saya harus ikhlas ibu saya pergi karna penyakitnya." "Maaf! Aku jadi buka luka lama kamu." "Gak apa, saya sudah ikhlas dengan semua ini.Sekarang tujuan saya hanya ingin membantu orang-orang yang seda
Citra duduk di kursinya, sejak pagi tadi ia sudah merasa tubuhnya tak enak."Cit, kamu kenapa?"tanya Regina menghampiri Citra."Gak apa-apa mba, cuma sedikit gak enak badan aja."balas Citra."Harusnya kamu izin aja Cit, masalah kerjaan kan bisa di kerjakan nanti."jawab Regina memberitahu."Gak apa-apa mba, Citra baik-baik aja kok."jawabnya lagi sambil tersenyum, Regina pun berniat kembali menuju tempat duduknya itu."Ya udah, kalau ada apa-apa bilang sama mba ya Cit?""Siap mba! Makasih ya!"Regina pun hanya menggangguk, wanita itu berjalan kembali menuju meja kerja nya.Sedangkan Citra kini kembali mengerjakan pekerjaannya itu, tak lama ponselnya pun bergetar menandakan ada pesan singkat yang ia terima.Drrttt...[Regan : Hai, Cit. Apa kabar? Maaf baru kasih kabar, di sini sibuk banget!"Citra tersenyum membaca pesan yang di kirimkan oleh Regan, sejak kepergian pria itu menuju Solo ba
Citra membuka matanya secara perlahan-lahan, di lihatnya lah ruangan bernuansa putih ini. Ia bisa melihat Sekar yang sedang menangis di sampingnya.Ia juga melihat ada Dewi dan juga Kevin di sisinya."Ibu?""Ya sayang, ini Ibu, kamu baik-baik aja kan nak?"tanya Sekar sambil mengusap lembut ujung kepala anaknya itu."Citra gak apa-apa kok bu, maaf sudah buat ibu cemas ya?"jawab Citra merasa bersalah."Kalau kamu capek jangan di paksakan terus ya sayang, ibu gak mau kamu sampe kenapa-kenapa!""Iya, maaf bu. Citra terlalu lalai sama kondisi kesehatan Citra sendiri, Citra janji gak akan ulangi ini lagi."jawabnya sambil memegang tangan Sekar, berusaha menenangkan wanita itu."Syukurlah lo udah sadar Cit, gue panik banget tadi! Untungnya ada Kevin yang nolongin."cerita Dewi pada Citra."Makasih ya Wi, makasih juga pak Dokter Kevin yang udah mau nolong Citra."balas Citra memandang secara bergantian ke arah
Citra tampak terkejut melihat kedatangan Regan, antara senang dan juga merasa takut.Ia takut jika Regan merasa sakit hati melihat Citra dengan Kevin."Makasih ya nak Kevin, sudah temani Citra. Maafkan tante jadi merepotkan."ujar Sekar yang sudah berdiri di samping tempat tidur Citra bersama Regan di sebelahnya."Gak masalah kok tante.""Oh iya, Kevin.. kenalin ini Regan, teman kerja Citra di kantornya. Regan, ini Kevin yang merawat Citra di sini."jelas Sekar, membuat Kevin pun tersenyum dan memperkenalkan dirinya pada Regan."Saya Kevin!""Ya! Saya Regan!""Lo udah pulang Re? Kenapa gak kasih kabar sih?"ujar Citra memulai obrolannya, ia menatap ke arah pria yang ada di sampingnya itu."Iya tadi pagi gue udah sampe di kantor, cuma kata yang lain lo sakit. Lo sakit apa?"tanya Regan lagi."Gak apa-apa, cuma kecapean aja!"sahut Citra."Lo sih bandel kalau di bilangin, oh iya gue bawa ini b
Sejak bangun dari tidurnya Citra mencoba menghubungi Regan, namun tak ada jawaban dari pria itu.Ia ingin berbicara dengan Regan, ia juga tau pasti Regan kecewa melihat ada laki-laki lain yang dekat dengan dirinya."Regan kemana sih? Kok chat sama telfon gue gak di respon?"gumam Citra sambil memainkan ponselnya itu, ia tak bermaksud membuat Regan kecewa."Gue sayang sama lo Re, tapi bukan sebagai seorang pacar! Gue udah anggap lo seperti kakak gue sendiri. Dan gue harap lo bisa ngertiin bahwa rasa cinta itu gak bisa di paksakan."Citra menaruh kembali ponselnya, ia hanya berharap Regan mau menemuinya kembali dan ia akan menjelaskan semuanya."Citra, sarapan dulu ya?"ujar Sekar sambil menghampiri anak gadisnya itu."Hmm.. iya bu."jawabnya, tersenyum ke arah Sekar."Bu, Citra pengen pulang!""Lho? Kan kamu masih sakit sayang, nanti kalau kamu sudah sembuh baru kita pulang ya?"jawab Sekar menatap ke ara