Semenjak momen ponsel tertukar itu, Selena dan Adnandito jadi sering bertukar kabar. Entah melalui pesan singkat atau telepon, tidak pernah terlewat setiap harinya.
Seperti siang ini. Selena baru saja menyelesaikan laporannya. Bilah notifikasi HP-nya memunculkan pesan Adnandito. Nama itu berhasil mencuri senyumnya.[Hai. Sudah makan siang?] [Belum, Mas. Ini kerjaaku baru aja kelar.][Makan siang, yuk?][Hmm, boleh.][Ya, udah. Keluarlah.☺️][Ha?? 🤔][Aku di depan.☺️]Kiriman gambar diterima. Foto depan kantor.Selena tercengang. Tak begitu saja mempercayai kiriman Adnan itu. Bisa saja dia hanya bercanda, pikirnya. Maka, ia memastikan kebenarannya melalui jendela kaca yang dapat mengakses pemandangan lantai bawah, termasuk halaman kantor dan sekitarnya.Benar saja. SUV hitam yang pernah mengantarnya terparkir di sana. Adnandito tidak sedang berkelakar rupanyUttara Bayyu telah sampai di D'Adn. Ia tidak sedang ingin nongkrong atau melepas penat. Keingintahuannya tentang siapa sosok Adnandito sebenarnya yang membuatnya berbelok ke sana. Prediksi Bayyu, jika Adnan menjemput Selena pulang, harusnya saat itu ia tak berada di kafenya. Momen itu ia gunakan untuk mencari tahu."Silakan, Pak, mau pesan apa?" sapa kasir dari balik meja. Memang letaknya lebih dekat dengan pintu masuk, jadi Bayyu langsung menujunya."Nggak, Mbak. Saya mau ketemu sama Pak Adnandito. Ada?" kilah Bayyu memainkan rencananya."Oh, Pak Adnan lagi keluar, Pak. Nggak ada.""Hmm, kalau istrinya? Ada?" Bayyu asal menanya. Iseng saja dia menanyakan itu. Biodata Adnandito di internet menunjukkan tahun kelahiran lebih tua darinya. Harusnya sudah beristri."Oh, kalau Ibu,sih, sudah lama tidak di sini, Pak. Kan sudah pisah sama Pak Adnan. Makanya sudah tidak lagi ikut mengurus kafe ini."
"Aku tidak serendah itu, Mas! Bercerminlah, siapa yang sesungguhnya telah menodai pernikahan kita? Siapa yang berkhianat? Kamu! Kenapa pula kamu tiba-tiba menuduhku berbuat sekeji itu?"Darah Airin mendidih ketika tetiba saja Bayyu pulang dengan emosi dan melemparkan foto USG yang dikirimnya. Persis di depan mukanya. Rujak mangga muda yang sedang ia nikmati lepas Magrib itu tidak lagi menggugah seleranya. Bayyu tak hanya merusak selera makan Airin, tapi juga membuat hatinya retak tak berbentuk.Bayyu menuduh Airin berbuat serong dengan Glenn. Lebih parah lagi, Bayyu menyangkal jika yang dikandung Airin adalah anaknya. Darah daging mereka."Itu pasti hasil perbuatanmu dengan Glenn. Iya, kan? Kalian kan akhir-akhir ini sangat dekat. Bahkan, waktu di rumah sakit saja aku melihatmu berduaan dengannya."'Plak!' Kemarahan Airin akhirnya membuatnya berani untuk menampar suaminya sendiri. Kata-kata Bayyu sudah sangat keterlaluan dan melukai hatiny
Satu bulan kedekatan Selena dan Adnandito telah mampu mengubah status keduanya menjadi sepasang kekasih. Tidak ada yang terlalu cepat bagi Selena. Adnandito memenuhi segala kriterianya. Tampan dan mapan. Ya, meskipun duda. Tapi, itu sama sekali tak menjadi masalah selama dua poin pertama terpenuhi.Selena membutuhkan orang baru untuk mengalihkan dunianya dari Bayyu. Ia sadar tak ada yang bisa diharapkan dari hubungan semu itu. Ia juga tak mau terus menerus disangkutpautkan dengan segala carut marut rumah tangga Bayyu. Maka, menjalin hubungan dengan orang baru adalah pilihan yang tepat. Ya, meskipun kesannya terlalu cepat."Makasih banyak ya, Mas, udah diajakin belanja-belanja. Aku suka banget jam tangannya."Selena memandangi arloji bermerek yang dibelikan Adnandito. Malam itu mereka baru saja mengunjungi sebuahmallkenamaan. Selena mendapatpreviledgeuntuk membeli semua yang ia inginkan dengan bermodal kartu k
Tiga bulan berlalu semenjak jatuhnya talak satu. Airin menjalani hari-harinya seorang diri dengan usia kehamilannya yang sudah memasuki bulan kelima. Bayyu tak juga memintanya pulang. Menjemput atau sekadar menanyakan kabarnya. Tidak sama sekali.Meski begitu, notifikasi m-bankingnya tak pernah absen setiap akhir bulan. Bayyu masih rutin memberinya nafkah lahir. Nominalnya juga masih sama. Tak berkurang serupiahpun.Airin langsung memindahkan saldonya ke rekening satunya. Dibuat khusus untuk keperluan calon anaknya, termasuk persiapan lahiran. Sementara untuk biaya hidup dirinya sendiri, ia cukupi dari hasil ia bekerja freelance. Menjadi kontributor dan juga penerjemah.Ia tak ingin menjamah uang Bayyu sejak keluar dari rumah itu. Kecuali untuk kebutuhan kehamilan dan persiapan lahiran, ia tak gunakan sepeserpun uang Bayyu.Meski lelaki itu tak mau mengakui anaknya, tapi Bayyu tetap wajib menafkahi dan bertanggung jawab atas darah da
"Aku sudah mempersiapkan pengacara terbaik untuk membantu melancarkan gugatan perceraianmu nanti."Suatu sore Glenn menyempatkan melihat keadaan Airin. Mereka berbincang di ruang tamu. Ia juga telah membelikan Airin kursi roda untuk memudahkan mobilitasnya.Mau tidak mau, Airin menerimanya. Tentu dalam hati ia tetap merasa tidak enak dan tak pantas menerima semua kebaikan Bagas. Airin berjanji akan membalas kebaikan anak Bu Hera yang sudah begitu baik padanya. Meski ia tak tahu harus membalasnya dengan apa.Mengenai rencana gugatan cerai yang akhirnya akan ia layangkan juga, itu sudah ia pikirkan masak-masak. Untuk apa lagi ia mempertahankan pernikahannya yang sudah tidak layak diperjuangkan?Selama ini, ia hanya berjuang sendiri. Sedangkan, sebuah pernikahan itu dijalani berdua. Harus dua orang yang sama-sama saling berjuang. Bukan ia seorang."Tapi, gimana nasib anakku nanti, ya, Mas. Kasihan dia. Sudah harus merasakan pincang
[Semoga masih ada kesempatan untukku memperbaiki keadaan.I'm terribly sorry,Ai.]Glenn Bagas menyeringai melihat kartu ucapan yang diselipkan di antara 99 tulip yang kini ada di tangannya. Untung saja ia segera mengamankan buket itu sebelum Airin menyadari keberadaannya.Tak ingin membuat hati Airin kembali goyah, Glenn segera memungutnya dari lantai teras. Mengamankan di tempat seharusnya ia berada, bahkan pengirimnya. Tong sampah."Tidak ada kesempatan kesekian untuk seorang b*jing*n macam kau.Sorry to say,tapi kesempatanmu sudah lewat.Bye!"Gleen melemparkan 99 tulip yang terangkai begitu cantik ke dalam tong sampah di pinggir jalan. Sungguh sangat disayangkan.Lemparannya dari balik kaca mobil tepat mengenai sasaran. Puas sekali ia. Tak akan ia biarkan Bayyu kembali mengemis kesempatan dan menggoyahkan hati Airin untuk berpisah darinya. Tidak lagi.
"Menikah? Kamu serius? Apa tidak terlalu cepat?""Sangat serius malah. Bagiku, keseriusan harus disegerakan.""Tapi, Mas..."Selena kehilangan kata-katanya. Perasaannya campur aduk. Bingung, terkejut, sekaligus senang.Ia merasa belum terlalu lama mengenal Adnandito, tapi lelaki itu dengan gagahnya menyodorkan sekotak cincin untuk melamarnya. Selena tak kuasa menolak.Ia biarkan Adnandito memasangkan cincin ke jari manis di tangan kirinya. Lelaki itu meraih punggung tangan kekasihnya. Mendekatkan ke hadapannya. Mengecupnya penuh mesra."Makasih, ya, sudah menerima pinanganku. Untuk resminya di depan orang tuamu, nanti segera kuagendakan."'Dengarkanlah, wanita pujaankuMalam ini akan kusampaikanHasrat suci kepadamu, dewikuDengarkanlah kesungguhan iniAku ingin mempersuntingmu
Bayyu keluar dari ruangan Pak Bram dengan muka lesu. Ternyata, kejadian tempo hari ia mabuk dan menceracau di bar itu sampai ke telinga Pak Bram. Entah ulah siapa. Yang jelas, berkat kejadian itu, ia mendapatkan teguran keras."Saya dengar tidak hanya sekali ini Pak Bayyu seperti itu. Saya tahu itu sudah di luar jam kantor, tapi apa yang Anda lakukan itu sangat tidak terpuji. Bisa mencederai nama baik tempat Anda bekerja juga nantinya. Apalagi jika itu mempengaruhi kinerja Anda. Maka masa depan Anda di sini juga dipertaruhkan. Anda paham itu, bukan?""Iya, Pak. Saya mohon maaf.""Bukan hanya itu saja, Pak Bayyu. Kinerja Anda akhir-akhir ini juga tampak menurun. Tidak seperti biasanya. Saya tidak tahu apa yang sedang terjadi pada kehidupan pribadi Anda, tapi, saya harap, itu tidak menjadi alasan penurunan kinerja Anda. Begitu, ya, Pak Bayyu. Semoga bisa dimengerti."Kata-kata Pak Bram masih jelas terngiang-ngiang di kepalanya. Baru sekali ini ia mendapat t