Tidak habis pikir bagaimana ada orang yang menggunakan namaku untuk meminjam uang dengan jumlah sebesar itu. Lalu bagaimana caranya aku mendapatkan uang sebesar itu dalam waktu kuang dari dua puluh hari? Haruskah aku merampok bank? Mencuri? Memikirkannya saja sudah membuat kepalaku pusing dan ingin meledak. Jangankan satu milyar, untuk sehari-hari saja aku sudah sangat berhemat agar bisa hidup satu bulan sampai ke bulan berikutnya aku menerima gaji. Aku bahkan sudah tidak bisa menabung lagi karena kondisi keuanganku sudah sangat pas-pasan untuk memenuhi kebutuhan tiga orang, pikir Patricia. Tanpa sadar dia mulai menangis diam-diam.“Kamu tidak tidur Tricia?” suara lembut Allan yang ada di belakang Patricia membuatnya terkejut, dengan buru-buru Patricia menghapus air matanya.“Aku tidak bisa tidur karena sedang memikirkan sesuatu. Kamu sendiri kenapa belum tidur Allan? apa kamarnya tidak nyaman?” Patricia sama sekali tidak mau menatap Allan, biarkan saja dia melihat punggungnya. Patric
“Jangan-jangan mereka datang lagi,” imbuh Karin dengan ketakutan. Patricia juga takut karena hanya ada mereka berdua yang perempuan di tempat ini.“Masuk ke kamar dan kunci, Karin. Biar aku yang menghadapi mereka, jika ada keributan segera telepon polisi,” balas Patricia. Dia memberanikan dirinya untuk menghadapi orang-orang itu sendirian.“Tidak! Bagaimana jika mereka melukaimu? Lebih baik kita jangan membukakan pintu untuk mereka. Kita telepon polisi saja sebelum mereka masuk!” Karin menahan kakaknya yang ingin berjalan membukakan pintu pada orang-orang jahat.“Tidak apa-apa Karin, percaya padaku. Sekarang kamu masuk ke kamar dan kunci pintunya, Oke? Ingat apa yang aku ucapkan tadi.” Patricia masih berusaha meyakinkan Karin yang terlihat ragu pada keputusannya. Sementara itu suara gedoran dan bel pintu terus terdengar.“Tidak ada waktu lagi. Cepat masuk kamar!” Patricia akhirnya mendorong Karin ke kamarnya. Langkah Patricia begitu berani membuka pintu masuk rumahnya.“Kamu? Untuk ap
Patricia memang sudah melihat sendiri surat yang menyatakan dia dipindahkan ke perusahaan yang lebih besar atas rekomendasi langsung dari CEO. Suratnya bahkan berbeda sendiri dari milik Allan, dia juga mendapat surat untuk direkrut di tempat lain yang lebih besar, tempat yang sama seperti Patricia.“Aku benar-benar iri dengan kalian berdua, kalian mendapatkan tempat bekerja yang jauh lebih baik dengan berbagai fasilitasnya. Jadi kalian berdua akan meninggalkanku sendirian di sini? Padahal kita bertiga baru saja menjadi dekat dan akrab,” keluh Julia.“Yang lebih beruntung justru dia, dia akan bekerja di bawah CEO perusahaan yang baru, mungkin dia akan menjadi seorang asisten manager, personal asisten sekretaris atau apa pun karena suratnya langsung dari CEO. Berbeda denganku yang dipilih perusahaan, aku tidak tahu akan menempati posisi apa ketika di sana. Posisimu sangat aman sekali yang Patricia?” Julia dan Allan menatap Patricia dengan mata yang penuh dengan rasa iri.“Kenapa kalian
“Untuk apa kamu menemuiku disini?” Patricia mengajaknya duduk di bangku panjang yang tidak jauh dari tempatnya bekerja sambilan. Dia tidak menyangka akan bertemu dengan Erick, pacar Julia di tempat ini.“Aku melihatmu sedang mengelap meja dari luar, jadi kuputuskan untuk menemuimu saja. Sekarang kamu bekerja di tempat ini? apa kamu dipecat dari perusahaanmu?” Patricia menatapnya beberapa saat sebelum menjawab pertanyaannya.“Aku tidak dipecat dan aku tidak bisa memberitahumu kenapa aku bekerja disini. Itu urusanku dan kuharap kamu tidak mencampurinya. Dan tolong jangan beritahu siapa pun lagi tentang ini,” pinta Patricia padanya.“Jadi ini rahasia antara kita berdua? Aku merasa senang karena kamu mau membagi rahasiamu padaku. Aku merasa jadi sedikit lebih dekat denganmu,” ujar Eric. Aneh, kenapa dia terus tersenyum padaku sejak tadi?“Hanya beberapa orang saja yang tahu aku mengambil beberapa pekerjaan
“Ah…kamu… emm…” tiba-tiba saja Patricia tidak mengingat namanya.“Kamu sudah melupakanku? Padahal baru beberapa hari yang lalu kota bertemu di perusahaan. Tidak kusangka pegawaiku dengan mudahnya melupakan wajah dan nama boss perusahaannya.” Orang itu sedikit melotot kesal pada Patricia.“Maaf, aku sedang panik jadi aku tidak bisa berpikir dengan benar.” Patricia menenangkan dirinya lebih dulu dengan menarik napas dan mengeluarkannya pelan-pelan sampai tiga kali.“Apa kamu sudah ingat siapa aku?” ulangnya.“Ehem, Sean Fernandez… senang bertemu denganmu disini. Ada perlu apa sampai datang ke kota ini?” tanya Patricia dengan sangat sopan.“Memangnya aku tidak boleh datang kesini? apa kamu pemilik dari kota ini sehingga aku perlu izin darimu?” sepertinya Patricia salah bertanya atau memang dia adalah orang yang sedikit pemarah.“Maaf, tapi
Pandangan semua orang beralih padaku, dari tatapan matanya aku tahu mereka semua bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi antara aku dan calon pemimpin perusahaan mereka, bukan hanya pemimpin tapi juga pemilik perusahaan yang sangat besar.“Senang bertemu dengan anda disini.” Patricia mengabaikan pertanyaan si Crazy Baldie dan menyapa Sean yang sedang menatapnya sambil tersenyum simpul. Dia langsung duduk disamping Allan dan menunggu apa yang akan mereka sampaikan pada kami.“Semua orang yang sudah terpilih dan lulus sudah berada disini, selanjutnya aku serahkan padamu Tuan.” Patricia melihat Crazy Baldie itu memperlakukan Sean dengan sangat hormat dan sopan, entah apa yang sudah dia katakan padanya sebelum Patricia datang. Tapi yakin dia sudah menjilatnya dengan kata-kata manis, berbagai pujian dan juga kebohongan untuk menaikan reputasi dirinya.“Seperti yang kalian tahu, aku sangat tidak pandai berbasa-basi seperti yang biasa d
Begitu sampai, Patricia langsung berlari menuju ruang perawatan di lantai tiga dengan membawa kue dan beberapa hal lain kesukaan ibunya. Dia berharap dengan membawa ini semua, ibunya sudah benar-benar kembali seperti dulu, bukan manusia yang hidup seperti batu yang diam saja sambil menatap kosong ke satu tempat. Patricia sangat berharap hal itu benar-benar terjadi.“Mama!” Patricia membuka pintu kamarnya dengan sedikit membanting tapi dia tidak ada di ruangannya. Mungkinkah dia berada di taman? Patricia berlari lagi kebawah menuju taman yang ada di belakang rumah sakit ini. Dia mencari-cari keberadaan ibunya, tapi sepertinya dia tidak ada di mana pun.“Permisi, apa kamu melihat pasien bernama Amber dan dokter Alvine? Aku sedang mencari mereka berdua,” tanya Patricia pada seseorang yang merupakan salah satu petugas rumah sakit ini.“Dokter Alvine? Aku melihatnya sedang berjalan-jalan di taman sebelah barat. Dia sedang menemani bebera
Patricia sama sekali tidak mengerti kenapa orang-orang sangat suka untuk bergosip apa lagi berita yang sangat berbanding terbalik dengan kenyataan yang ada. Membiarkan mereka dengan fantasi mereka adalah satu-satunya cara agar gosip itu tidak menyebar menjadi berita yang aneh. Patricia hanya akan kembali menulikan telinganya dan bersikap tidak ada yang terjadi. Seperti biasanya.Entah siapa yang menyebarkan gossip tentang kedekatanku dengan Sean Fernandez di kantor ini. Gosip yang mengatakan bahwa dia menggoda CEO itu dengan menjual dirinya untuk mendapatkan posisi kerja yang bagus. Lalu ada lagi bahwa Patricia meminta Sean untuk menyingkirkan orang-orang yang selalu mengganggu dirinya di kantor. Apa mereka tidak takut menggosipkan seorang Tuan Muda dari perusahaan besar yang bisa memecat mereka kapan saja?“Apa kamu akan membiarkan orang-orang itu bergosip tentangmu Tricia? Kalau itu aku, aku tidak akan membiarkan mereka menggosip diriku, apa lagi membicarakan h
“Apa-apaan kau! Aku masih bicara dengan ibuku dan kau malah menyeretku masuk kedalam mobil!” protes Patricia. Sean mengunci mobilnya sehingga dia tidak bisa kabur.“Kau sudah pergi meninggalkan pekerjaanmu selama dua jam dan membiarkanmu mengerjakan semuanya sendiri. Bisa-bisanya asisten pribadiku meninggalkan pekerjaannya tanpa persetujuanku. Meeting tadi hampir kacau karena kau tidak menyiapkan apa yang aku butuhkan!” Sean benar-benar marah dengan sikap seenaknya Patricia.“Aku tahu aku melakukan kesalahan, aku juga akan bertanggung jawab dengan menambah jam kerjaku selama beberapa hari. Tolong buka kuncinya, ibuku sedang menunggu di rumah, dia pasti merasa cemas karena aku tidak kembali,” pinta Patricia.“Baiklah.”“Sean! Sean!”Sean keluar dari mobilnya dan tetap mengunci Patricia dari dalam. Dia tidak mau Patricia punya kesempatan kabur dan bersembunyi dibalik ibunya. Maka, dia sendiri yang akan menghadapi ibu dari Patricia. Sean menekan bell pintu dan menunggu beberapa saat samp
Patricia semakin panik karena ternyata ibunya tidak ada di rumah. Semua sudut rumah sudah dijelajahi, namun tidak ada satu pun jejak ibunya berada bahkan dia tidak membawa ponselnya sama sekali. Ponsel milik Karina yang ditinggalkan untuk ibunya.“Kemana dia pergi? Sejak kapan dia pergi dari rumah?” bisik Patricia pada dirinya sendiri. Dia berjalan bolak balik dengan linglung, tidak tahu harus mencari ibunya kemana dan kemana dia harus mencari lebih dulu.“Haruskah aku menelpon polisi dan melaporkan orang hilang?”Ditengah rasa kebingungannya memutuskan sesuatu, Sean menelponnya.“Kau sudah pergi terlalu lama, cepat kembali dan bantu pekerjaanku. Sudah pergi tanpa izinku, pergi terlalu lama, siapa boss Perusahaan tempatmu bekerja, hah!” omel Sean di telepon.“Maaf Sean, aku pergi keluar terlalu lama. Tapi ini benar-benar serius, ibuku menghilang. Dia pergi dari rumah,” jawab Patricia dengan nada yang cemas.“Sudahlah Patricia, kau terlalu cemas berlebihan. Ibumu itu wanita dewasa, dia
Karina yang sedang duduk di sofa sambil memakan cemilannya terlihat bingung melihat kakaknya terlihat cemas. Dia sudah tahu sejak tadi menjemput ibu mereka, Patricia bersikap seperti itu. Dia pikir kakaknya seperti itu karena gugup, tapi sepertinya ada hal lain yang mengganggu pikiran kakaknya.“Ya? Bicara saja, aku akan mendengarkanmu,” sahut Karin. Patricia melirik ke arah kamar tempat ibu mereka berada.“Jangan pernah membicarakan atau mengungkit apa pun pada Mama tentang rumah dan apa pun tentang rumah itu,” ujar Patricia sambil berbisik sangat pelan.“Memangnya kenapa Mama tidak boleh tahu?” tanyanya dengan wajah polos.“Kau lupa apa saja yang sudah terjadi di rumah itu? Perampokan, preman, apa kau ingin Mama tahu dan kembali depresi memikirkan semua itu?”Mendengar hal itu membuat Karina membuka kedua mulutnya kemudian mengangguk.“Benar, aku tidak mau membuat Mama kepikiran hal itu lalu depresinya kembali,” ucap Karin menyetujui ide Patricia.“Berbohonglah apa saja jika dia mul
Patricia meremas kedua tangannya dengan gelisah, perasaan dan pikirannya bercampur aduk karena suatu kejadian yang membuat pikirannya tidak bisa melupakan hal itu dan menghapusnya dari pikirannya. Kejadian itu terus berputar-putar tanpa henti di otaknya dengan cepat.“Apa kamu gugup bertemu dengan Mama?” tanya Karina yang sejak tadi memerhatikan kakaknya yang terlihat tidak tenang di dalam mobil. Karina mengerutkan keningnya karena tidak biasanya kakaknya bersikap seperti itu dengan sangat jelas.“Hah? Ya, tentu saja aku merasa gugup. Ini pertama kalinya kita menjemput Mama pulang, dia akan kembali tinggal bersama dengan kita setelah beberapa tahun. Tentu saja aku merasa gugup,” jawab Patricia.“Aku sangat senang karena akhirnya Mama kembali bersama kita. Aku akan memberitahu Will dan dokter Malvine tentang hal ini. Tapi belakang ini Will sangat sulit dihubungi, ponselnya pun tidak aktif, apa terjadi sesuatu padanya?” tanya Karin padaku dengan wajah penasaran.Patricia menggelengkan k
“Apa yang ingin kamu bicarakan sampai membawaku ke taman rooftop?” tanya Patricia. Dia sama sekali tidak menyangka ada taman rooftop seindah ini.“Berapa dia membayarmu?” wanita itu menatap marah pada Patricia.“Apa maksudmu? Ah, jika maksudmu gajiku sebagai asisten pribadinya itu hampir tiga digit,” jawab Patricia.“Katakan padaku berapa dia membayarmu untuk menjadi teman kencannya? Aku akan membayarmu dua kali lipat jika kau mau menjauhinya,” perintahnya.“Kenapa kamu ingin aku menjauhinya? Harusnya kamu yang menjauh darinya karena dia milikku.”Kata “milikku” yang diucapkan Patricia membuat perempuan Bernama Oliv itu tersulut emosi.“Jaga kata-katamu jalang! Dia tidak akan pernah menjadi milikmu!”“Kamu yang jalang! Sudah tahu dia memilihku masih saja terus menyangkal! Seharusnya kamu sadar diri!”Tangan kanan Oliv terangkat dan menampar keras pipi Patricia sampai menimbulkan bunyi yang sangat nyaring. Tak hanya diam, Patricia juga turut membalas apa yang wanita itu lakukan padanya
Sudah selama dua minggu ini Patricia menjadi kekasih sewaan dari seorang Sean Fernandes. Banyak perubahan yang terjadi di hidupnya, termasuk gaya pakaian dia yang biasanya sederhana dan murah berubah menjadi fashionable dan bermerek mahal. Tak hanya itu, dia juga mendapat perawatan ke salon setiap akhir pekan. Dia benar-benar berubah dari ujung kaki sampai ke ujung kepala.“Tidak, hari ini aku tidak bisa menginap di tempatku. Aku dan Karina ingin menjemput Mama pulang dari rumah sakit jiwa,” tolak Patricia pada permintaan Sean yang memintanya untuk menginap kembali di rumahnya.“Ya. Dokter Fhadh menyarankan untuk perawatan di rumah agar kondisi ibuku lebih stabil lagi. Katanya, jauh dari keluarga bisa membuat kondisinya naik turun. Dokter Alvin juga dulu menyarankan hal ini tapi aku tidak mendengarkannya dan memilih sibuk bekerja. Jadi, aku tidak mau mengulang kesalahan yang sama kali ini,” beber Patricia Panjang lebar.“Kalau begitu nanti aku akan kirim makanan untuk kalian berdua,”
Patricia keluar kamar mandi dengan memakai jubah mandi dan handuk yang melilit kepalanya. Dia melihat Sean masih berada di situ dengan sebuah laptop di pangkuannya. Merasa heran karena sudah semalam ini orang itu masih saja bekerja dan dia juga tidak pernah melihatnya beristirahat sedikit pun, sekadar ketiduran di tempat kerjanya pun tidak pernah.“Apa yang ingin kamu bicarakan denganku tadi? Kamu bilang ada yang ingin dibicarakan setelah aku mandi, sekarang aku sudah selesai. Jadi apa itu?” Patricia datang menghampiri Sean lalu terhenti. “Jangan menatapku seperti itu! Atau aku akan melempar kepalamu dengan vas bunga ini!”Patricia mengambil vas bunga kecil yang terletak di meja terdekatnya dan bersiap melemparnya ke kepala Sean.“Apa gunanya mata jika tidak untuk melihat, Patcy. Ternyata seperti itu dirimu setelah mandi, menarik,” godanya pada Patricia. Patricia yang takut segera merapatkan jubah mandinya.“Kapan pelayanmu itu membawakan baju untukku?” tanya Patricia.“Mungkin sebent
Patricia terdiam beberapa saat, dia sadar apa pun jawabannya bisa jadi merugikan dirinya. Terlebih lelaki ini bisa saja memanfaatkan dan memanipulasi situasi yang terjadi.“Apa pun, aku akan melakukan apa pun asalkan kedua adikku aman dan selamat dari ancaman Evelyn. Orang seperti dia pasti tidak main-main dengan ucapannya bukan? Aku juga tidak boleh setengah-setengah untuk melindungi keluargaku. Akan kulakukan apa pun untuk melindungi mereka,” ucap Patricia sambil menatap pada Sean.“Kau yakin dengan jawaban yang keluar dari mulutmu itu? Apa pun, berarti aku berhak meminta sesuatu darimu tanpa penolakan sama sekali bukan?”Patricia kembali terdiam, dia seperti sadar sudah mengucapkan hal yang salah dan ingin menarik ucapannya kembali.“Kau ragu dengan jawabanmu bukan? Ingin menariknya kembali? Tapi apa yang sudah terucap tidak bisa kau tarik kembali. Jadi aku bertanya sekali lagi padamu, apa kau yakin dengan jawabanmu itu?”“Aku tidak punya pilihan lain. Aku tidak punya uang, tidak p
“Apa aku tidak salah dengar?” Sean memutar tubuhnya sehingga menghadap Patricia sepenuhnya, namun Patricia menolak menatap Sean dan memilih melihat lurus ke jalan.“Kau tidak salah dengar, aku menyetujui menjadi wanitamu,” balas Patricia.“Tunggu dulu Patcy, kenapa kau tiba-tiba seperti ini?”“Ini tidak tiba-tiba, aku sudah memikirkannya matang-matang.”“Kapan? Kapan kau memikirkan hal itu?” cecar Sean. “Hei, lihat aku.”Patricia menatap Sean dengan wajah datarnya. Wajahnya terlihat lelah, matanya juga sedikit sembab karena sempat menangis.“Apakah itu penting? Bukankah yang paling penting itu sudah menyetujuinya sekarang?” Patricia menjawab Sean dengan sebuah pertanyaan lagi.“Tidak, ini seperti bukan dirimu,” timpal Sean sambil menggelengkan kepala.“Memangnya kau tahu apa tentang diriku? Jangan bertingkah seolah kau tahu semua tentangku,” balas Patricia sambil memutar bola matanya.“Jujur saja aku merasa senang tapi sekaligus kecewa. Aku memang ingin mendapatkanmu, tapi bukan denga