Pandangan semua orang beralih padaku, dari tatapan matanya aku tahu mereka semua bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi antara aku dan calon pemimpin perusahaan mereka, bukan hanya pemimpin tapi juga pemilik perusahaan yang sangat besar.
“Senang bertemu dengan anda disini.” Patricia mengabaikan pertanyaan si Crazy Baldie dan menyapa Sean yang sedang menatapnya sambil tersenyum simpul. Dia langsung duduk disamping Allan dan menunggu apa yang akan mereka sampaikan pada kami.
“Semua orang yang sudah terpilih dan lulus sudah berada disini, selanjutnya aku serahkan padamu Tuan.” Patricia melihat Crazy Baldie itu memperlakukan Sean dengan sangat hormat dan sopan, entah apa yang sudah dia katakan padanya sebelum Patricia datang. Tapi yakin dia sudah menjilatnya dengan kata-kata manis, berbagai pujian dan juga kebohongan untuk menaikan reputasi dirinya.
“Seperti yang kalian tahu, aku sangat tidak pandai berbasa-basi seperti yang biasa d
Begitu sampai, Patricia langsung berlari menuju ruang perawatan di lantai tiga dengan membawa kue dan beberapa hal lain kesukaan ibunya. Dia berharap dengan membawa ini semua, ibunya sudah benar-benar kembali seperti dulu, bukan manusia yang hidup seperti batu yang diam saja sambil menatap kosong ke satu tempat. Patricia sangat berharap hal itu benar-benar terjadi.“Mama!” Patricia membuka pintu kamarnya dengan sedikit membanting tapi dia tidak ada di ruangannya. Mungkinkah dia berada di taman? Patricia berlari lagi kebawah menuju taman yang ada di belakang rumah sakit ini. Dia mencari-cari keberadaan ibunya, tapi sepertinya dia tidak ada di mana pun.“Permisi, apa kamu melihat pasien bernama Amber dan dokter Alvine? Aku sedang mencari mereka berdua,” tanya Patricia pada seseorang yang merupakan salah satu petugas rumah sakit ini.“Dokter Alvine? Aku melihatnya sedang berjalan-jalan di taman sebelah barat. Dia sedang menemani bebera
Patricia sama sekali tidak mengerti kenapa orang-orang sangat suka untuk bergosip apa lagi berita yang sangat berbanding terbalik dengan kenyataan yang ada. Membiarkan mereka dengan fantasi mereka adalah satu-satunya cara agar gosip itu tidak menyebar menjadi berita yang aneh. Patricia hanya akan kembali menulikan telinganya dan bersikap tidak ada yang terjadi. Seperti biasanya.Entah siapa yang menyebarkan gossip tentang kedekatanku dengan Sean Fernandez di kantor ini. Gosip yang mengatakan bahwa dia menggoda CEO itu dengan menjual dirinya untuk mendapatkan posisi kerja yang bagus. Lalu ada lagi bahwa Patricia meminta Sean untuk menyingkirkan orang-orang yang selalu mengganggu dirinya di kantor. Apa mereka tidak takut menggosipkan seorang Tuan Muda dari perusahaan besar yang bisa memecat mereka kapan saja?“Apa kamu akan membiarkan orang-orang itu bergosip tentangmu Tricia? Kalau itu aku, aku tidak akan membiarkan mereka menggosip diriku, apa lagi membicarakan h
“Sial, kenapa dia tidak mengangkat teleponku!” Patricia benar-benar kesal karena sudah dua kali dia meneleponnya, tapi orang itu sama sekali mengabaikannya setelah mengirim laporan seperti itu. Patricia hanya ingin benar-benar memastikan ini bukan suatu kebohongan. Sekali lagi, jika dia tidak mengangkat teleponnya, aku akan mengirimkan pesan singkat padanya. Dering pertama, dering kedua…sampai dering ke empat tidak dia angkat, Patricia akan mematikan teleponnya. “Halo?” sebuah suara menjawab teleponnya. “Halo, Sean Fernandez?” Patricia ingin memastikan yang menjawab telepon adalah orangnya langsung. “Ya, siapa ini?” “Aku Patricia, orang yang kamu kirimi dokumen tentang adikku. Bisakah aku memercayai itu?” “Patricia? Ah, kamu wanita yang tadi pagi. Sepertinya banyak yang ingin kamu tanyakan padaku, benar bukan? Aku sama sekali tidak menyangka kamu akan meneleponku duluan, tapi kenapa tidak ke nomor pribadiku saja?” sekali lagi Patricia me
“Mungkin saja, mengingat kamu bisa melakukan apa pun dengan power yang kamu punya. Semua hal bisa saja terjadi,” balas Patricia.“Bukankah aku sudah memberi bukti salinan transaksi yang keluar dari kartu kreditku selama tiga hari di tanganmu, maksudnya adikmu? Jumlahnya juga mencapai delapan ratus juta. Kamu bisa membacanya lagi, jika tidak percaya. Apa kamu tidak tahu caranya membaca laporan keuangan?” Patricia memejamkan matanya rapat-rapat begitu mendengar kata ratusan juta keluar dalam beberapa hari.“Aku tahu, tapi tetap saja masih tidak merasa percaya dia bisa melakukan hal seperti itu. Dia sedikit berbeda dari adik perempuanku, tapi aku tidak menyangka dia akan menyulitkanku seperti ini. Benarkah adikku yang melakukannya?” Patricia masih tidak percaya adikku William bisa melakukan hal senekat ini. Bagaimana dia menghamburkan uang sebesar itu dalam tiga hari.“Bukankah disitu ada foto adikmu? Kenapa kamu masih terl
“Pergi? Memangnya pergi kemaana?” Sean tiba-tiba muncul begitu saja di tempat kerjanya. Selain itu, Patricia juga sama sekali tidak punya janji untuk pergi hari ini dengannya.“Sudah lupa dengan kesepakatan kita kemarin? Kau akan menjadi asisten pribadiku dan ikut kemana pun aku pergi. Tidak perlu bekerja di sini lagi, aku sudah jadwalmu. Jadi cukup ikuti aku saja,” perintah Sean dengan seenaknya.Apa-apaan orang itu, dia dengan seenaknya mengatur jadwal kerja tanpa mendiskusikannya terlebih dulu. Patricia bisa membayangkan jika dia bekerja padanya, Sean pasti akan bersikap semena-mena padanya. Tidak bisa, Patricia tidak bisa membiarkan dia bersikap seenaknya seperti ini.“Tapi tidak langsung hari ini juga, masih ada pekerjaan yang belum aku selesaikan. Setidaknya beri aku waktu untuk menyelesaikan semuanya,” pinta Patricia.“Tidak perlu, serahkan saja pada orang lain. Sekarang ikut aku. Kau harus bisa terbiasa dengan pola kerjaku sebelum aku menjadi CEO,” bantah Sean lagi. Orang ini
Sesuatu bergerak-gerak menyentuh kaki Patricia secara berulang-ulang. Ini benar-benar mengganggu tidurnya, Patricia menggeser kakinya kearah lain dan gangguan itu berhenti. Itu memang berhenti tapi hanya beberapa detik saja, kakinya kembali merasakan hal yang sama seperti sebelumnya. Patricia menendang benda yang mengganggu kakinya itu dengan cukup keras sampai akhirnya berhenti mengganggu kakinya. Akhirnya dia bisa kembali melanjutkan tidurku tanpa gangguan lagi. “Ouch!” Patricia terbangun karena sesuatu yang keras mengenai keningnya. Dengan mata yang masih menyipit khas orang bangun tidur, Patricia mencari tahu benda apa yang terjatuh mengenai keningnya itu sampai sedikit benjol. “Akhirnya putri tidur bangun juga. Apa kursimu terlalu nyaman sampai kamu sulit sekali untuk bangun? Aku sudah melakukan banyak cara untuk membuatku bangun, ternyata harus menggunakan sedikit kekerasan dulu baru kamu bisa bangun,” ucap Sean sambil tersenyum licik setelah berhasil mengganggu tidur Patricia.
“Benarkah ini dia? Adikku?” Patricia tidak percaya begitu melihat nama William ada didalam daftar nama yang akan di drop out dari kampus.“Nama William memang umum dan ada beberapa nama mahasiswa yang sama tapi aku sudah mengeceknya tiga kali. Bisa kupastikan itu adalah adikmu. Jika kamu ingin melihat nilai-nilai semesternya, aku bisa menunjukkannya padamu,” Sofia mengambil alih mouse yang di pegang Patricia, lalu mengetikkan sesuatu dengan cepat.“Lihatlah, ini nilai kuliah adikmu. Kamu bisa menilainya sendiri tanpa aku yang harus bicara banyak.” Patricia kembali terfokus menatap layer computer di depannya, memerhatikan satu per satu kata dan angka yang tertera. Sambil sedikit membungkuk, dia melihat nilai-nilai William selama berkuliah. Tidak dia pedulikan Sofia yang sedikit berjengit menjauhinya, Patricia sudah sangat biasa dengan sikapnya ini sedari dulu.“Bagaimana menurutmu? Aku memang tidak mengajar di kelasnya, tapi dia hanya bagus diawal saja, Dilihat dari nilainya yang terus
Punggung Patricia menabrak dinding dengan begitu keras sampai membuatnya terdiam beberapa saat. William hanya memerhatikan kakaknya dengan cemas, tapi dia tidak berani untuk mendekat. Patricia tertegun karena William ternyata berani untuk melawannya balik meski dia yang sebenarnya bersalah.“Nona, kau tidak apa-apa? Apa ada yang terasa sakit?” David mendekat dan mencoba untuk menenangkan Patricia yang masih terlihat syok.“Tidak apa-apa, tolong menjauh dariku David. Aku tidak ingin kamu terluka juga karena aku.” Patricia menolak bantuan David dan malah menatap William dengan tajam.“Jadi begitu, Will? Kamu sudah berani untuk melawanku sekarang? Kamu tahu siapa yang salah di sini bukan. Ingin menyiksaku sejauh mana, hah?” cecar Patricia. William sama sekali tidak berkutik dan terus bungkam tanpa mengatakan apa pun. Keduanya sama-sama sedang emosi.Patricia berjalan mondar-mandir untuk lebih menenangkan dirinya dari rasa marah yang meluap-luap pada William. Memukulinya bukan sebuah solu
“Apa-apaan kau! Aku masih bicara dengan ibuku dan kau malah menyeretku masuk kedalam mobil!” protes Patricia. Sean mengunci mobilnya sehingga dia tidak bisa kabur.“Kau sudah pergi meninggalkan pekerjaanmu selama dua jam dan membiarkanmu mengerjakan semuanya sendiri. Bisa-bisanya asisten pribadiku meninggalkan pekerjaannya tanpa persetujuanku. Meeting tadi hampir kacau karena kau tidak menyiapkan apa yang aku butuhkan!” Sean benar-benar marah dengan sikap seenaknya Patricia.“Aku tahu aku melakukan kesalahan, aku juga akan bertanggung jawab dengan menambah jam kerjaku selama beberapa hari. Tolong buka kuncinya, ibuku sedang menunggu di rumah, dia pasti merasa cemas karena aku tidak kembali,” pinta Patricia.“Baiklah.”“Sean! Sean!”Sean keluar dari mobilnya dan tetap mengunci Patricia dari dalam. Dia tidak mau Patricia punya kesempatan kabur dan bersembunyi dibalik ibunya. Maka, dia sendiri yang akan menghadapi ibu dari Patricia. Sean menekan bell pintu dan menunggu beberapa saat samp
Patricia semakin panik karena ternyata ibunya tidak ada di rumah. Semua sudut rumah sudah dijelajahi, namun tidak ada satu pun jejak ibunya berada bahkan dia tidak membawa ponselnya sama sekali. Ponsel milik Karina yang ditinggalkan untuk ibunya.“Kemana dia pergi? Sejak kapan dia pergi dari rumah?” bisik Patricia pada dirinya sendiri. Dia berjalan bolak balik dengan linglung, tidak tahu harus mencari ibunya kemana dan kemana dia harus mencari lebih dulu.“Haruskah aku menelpon polisi dan melaporkan orang hilang?”Ditengah rasa kebingungannya memutuskan sesuatu, Sean menelponnya.“Kau sudah pergi terlalu lama, cepat kembali dan bantu pekerjaanku. Sudah pergi tanpa izinku, pergi terlalu lama, siapa boss Perusahaan tempatmu bekerja, hah!” omel Sean di telepon.“Maaf Sean, aku pergi keluar terlalu lama. Tapi ini benar-benar serius, ibuku menghilang. Dia pergi dari rumah,” jawab Patricia dengan nada yang cemas.“Sudahlah Patricia, kau terlalu cemas berlebihan. Ibumu itu wanita dewasa, dia
Karina yang sedang duduk di sofa sambil memakan cemilannya terlihat bingung melihat kakaknya terlihat cemas. Dia sudah tahu sejak tadi menjemput ibu mereka, Patricia bersikap seperti itu. Dia pikir kakaknya seperti itu karena gugup, tapi sepertinya ada hal lain yang mengganggu pikiran kakaknya.“Ya? Bicara saja, aku akan mendengarkanmu,” sahut Karin. Patricia melirik ke arah kamar tempat ibu mereka berada.“Jangan pernah membicarakan atau mengungkit apa pun pada Mama tentang rumah dan apa pun tentang rumah itu,” ujar Patricia sambil berbisik sangat pelan.“Memangnya kenapa Mama tidak boleh tahu?” tanyanya dengan wajah polos.“Kau lupa apa saja yang sudah terjadi di rumah itu? Perampokan, preman, apa kau ingin Mama tahu dan kembali depresi memikirkan semua itu?”Mendengar hal itu membuat Karina membuka kedua mulutnya kemudian mengangguk.“Benar, aku tidak mau membuat Mama kepikiran hal itu lalu depresinya kembali,” ucap Karin menyetujui ide Patricia.“Berbohonglah apa saja jika dia mul
Patricia meremas kedua tangannya dengan gelisah, perasaan dan pikirannya bercampur aduk karena suatu kejadian yang membuat pikirannya tidak bisa melupakan hal itu dan menghapusnya dari pikirannya. Kejadian itu terus berputar-putar tanpa henti di otaknya dengan cepat.“Apa kamu gugup bertemu dengan Mama?” tanya Karina yang sejak tadi memerhatikan kakaknya yang terlihat tidak tenang di dalam mobil. Karina mengerutkan keningnya karena tidak biasanya kakaknya bersikap seperti itu dengan sangat jelas.“Hah? Ya, tentu saja aku merasa gugup. Ini pertama kalinya kita menjemput Mama pulang, dia akan kembali tinggal bersama dengan kita setelah beberapa tahun. Tentu saja aku merasa gugup,” jawab Patricia.“Aku sangat senang karena akhirnya Mama kembali bersama kita. Aku akan memberitahu Will dan dokter Malvine tentang hal ini. Tapi belakang ini Will sangat sulit dihubungi, ponselnya pun tidak aktif, apa terjadi sesuatu padanya?” tanya Karin padaku dengan wajah penasaran.Patricia menggelengkan k
“Apa yang ingin kamu bicarakan sampai membawaku ke taman rooftop?” tanya Patricia. Dia sama sekali tidak menyangka ada taman rooftop seindah ini.“Berapa dia membayarmu?” wanita itu menatap marah pada Patricia.“Apa maksudmu? Ah, jika maksudmu gajiku sebagai asisten pribadinya itu hampir tiga digit,” jawab Patricia.“Katakan padaku berapa dia membayarmu untuk menjadi teman kencannya? Aku akan membayarmu dua kali lipat jika kau mau menjauhinya,” perintahnya.“Kenapa kamu ingin aku menjauhinya? Harusnya kamu yang menjauh darinya karena dia milikku.”Kata “milikku” yang diucapkan Patricia membuat perempuan Bernama Oliv itu tersulut emosi.“Jaga kata-katamu jalang! Dia tidak akan pernah menjadi milikmu!”“Kamu yang jalang! Sudah tahu dia memilihku masih saja terus menyangkal! Seharusnya kamu sadar diri!”Tangan kanan Oliv terangkat dan menampar keras pipi Patricia sampai menimbulkan bunyi yang sangat nyaring. Tak hanya diam, Patricia juga turut membalas apa yang wanita itu lakukan padanya
Sudah selama dua minggu ini Patricia menjadi kekasih sewaan dari seorang Sean Fernandes. Banyak perubahan yang terjadi di hidupnya, termasuk gaya pakaian dia yang biasanya sederhana dan murah berubah menjadi fashionable dan bermerek mahal. Tak hanya itu, dia juga mendapat perawatan ke salon setiap akhir pekan. Dia benar-benar berubah dari ujung kaki sampai ke ujung kepala.“Tidak, hari ini aku tidak bisa menginap di tempatku. Aku dan Karina ingin menjemput Mama pulang dari rumah sakit jiwa,” tolak Patricia pada permintaan Sean yang memintanya untuk menginap kembali di rumahnya.“Ya. Dokter Fhadh menyarankan untuk perawatan di rumah agar kondisi ibuku lebih stabil lagi. Katanya, jauh dari keluarga bisa membuat kondisinya naik turun. Dokter Alvin juga dulu menyarankan hal ini tapi aku tidak mendengarkannya dan memilih sibuk bekerja. Jadi, aku tidak mau mengulang kesalahan yang sama kali ini,” beber Patricia Panjang lebar.“Kalau begitu nanti aku akan kirim makanan untuk kalian berdua,”
Patricia keluar kamar mandi dengan memakai jubah mandi dan handuk yang melilit kepalanya. Dia melihat Sean masih berada di situ dengan sebuah laptop di pangkuannya. Merasa heran karena sudah semalam ini orang itu masih saja bekerja dan dia juga tidak pernah melihatnya beristirahat sedikit pun, sekadar ketiduran di tempat kerjanya pun tidak pernah.“Apa yang ingin kamu bicarakan denganku tadi? Kamu bilang ada yang ingin dibicarakan setelah aku mandi, sekarang aku sudah selesai. Jadi apa itu?” Patricia datang menghampiri Sean lalu terhenti. “Jangan menatapku seperti itu! Atau aku akan melempar kepalamu dengan vas bunga ini!”Patricia mengambil vas bunga kecil yang terletak di meja terdekatnya dan bersiap melemparnya ke kepala Sean.“Apa gunanya mata jika tidak untuk melihat, Patcy. Ternyata seperti itu dirimu setelah mandi, menarik,” godanya pada Patricia. Patricia yang takut segera merapatkan jubah mandinya.“Kapan pelayanmu itu membawakan baju untukku?” tanya Patricia.“Mungkin sebent
Patricia terdiam beberapa saat, dia sadar apa pun jawabannya bisa jadi merugikan dirinya. Terlebih lelaki ini bisa saja memanfaatkan dan memanipulasi situasi yang terjadi.“Apa pun, aku akan melakukan apa pun asalkan kedua adikku aman dan selamat dari ancaman Evelyn. Orang seperti dia pasti tidak main-main dengan ucapannya bukan? Aku juga tidak boleh setengah-setengah untuk melindungi keluargaku. Akan kulakukan apa pun untuk melindungi mereka,” ucap Patricia sambil menatap pada Sean.“Kau yakin dengan jawaban yang keluar dari mulutmu itu? Apa pun, berarti aku berhak meminta sesuatu darimu tanpa penolakan sama sekali bukan?”Patricia kembali terdiam, dia seperti sadar sudah mengucapkan hal yang salah dan ingin menarik ucapannya kembali.“Kau ragu dengan jawabanmu bukan? Ingin menariknya kembali? Tapi apa yang sudah terucap tidak bisa kau tarik kembali. Jadi aku bertanya sekali lagi padamu, apa kau yakin dengan jawabanmu itu?”“Aku tidak punya pilihan lain. Aku tidak punya uang, tidak p
“Apa aku tidak salah dengar?” Sean memutar tubuhnya sehingga menghadap Patricia sepenuhnya, namun Patricia menolak menatap Sean dan memilih melihat lurus ke jalan.“Kau tidak salah dengar, aku menyetujui menjadi wanitamu,” balas Patricia.“Tunggu dulu Patcy, kenapa kau tiba-tiba seperti ini?”“Ini tidak tiba-tiba, aku sudah memikirkannya matang-matang.”“Kapan? Kapan kau memikirkan hal itu?” cecar Sean. “Hei, lihat aku.”Patricia menatap Sean dengan wajah datarnya. Wajahnya terlihat lelah, matanya juga sedikit sembab karena sempat menangis.“Apakah itu penting? Bukankah yang paling penting itu sudah menyetujuinya sekarang?” Patricia menjawab Sean dengan sebuah pertanyaan lagi.“Tidak, ini seperti bukan dirimu,” timpal Sean sambil menggelengkan kepala.“Memangnya kau tahu apa tentang diriku? Jangan bertingkah seolah kau tahu semua tentangku,” balas Patricia sambil memutar bola matanya.“Jujur saja aku merasa senang tapi sekaligus kecewa. Aku memang ingin mendapatkanmu, tapi bukan denga