"Yura?" tanya Bintang, dan saat itu juga dia menunjukkan wajah terkejutnya. Bahkan pria itu menatap lekat sang sutradara yang begitu ringan dalam mengembangkan senyum kepadanya. "Anda menawari saya bekerja sama dengan Yura?" tanya Bintang memastikan.Dengan sangat yakin sang sutradara itu mengangguk. "Yah, kenapa?" tanya pria yang usianya sudah mencapai lima puluh tahun lebih tersebut dengan sangat santai. Melihat reaksi sutradara yang terkesan biasanya saja, seketika Bintang langsung tersenyum sinis. "Sepertinya, saya terlalu membuang waktu, datang ke tempat ini," ucapnya sedikit kecewa. Bintang lantas langsung berdiri dan bersiap untuk pergi."Tunggu dulu," sang sutradara segera menahannya. Dia cukup terkejut melihat reaksi Bintang saat ini, "Bukankah ini sangat menguntungkan bagi kamu? Tenang saja, ada banyak sponsor yang berani membayar mahal untuk proyek ini."Bintang kembali menunjukan senyum sinisnya. "Menguntungkan bagi saya, atau menguntungkan bagi Anda? Sudah, jangan buang
"Kita mau kemana, Mas?" setelah berada di dalam mobil, Naina langsung bertanya kepada sosok yang menjemputnya. Untuk pertemuan kali ini Naina sudah tidak merasa canggung lagi pada sosok yang menjadi idolanya. Dialah Miko Angelo, pria tampan yang menjadi aktor idola bagi Naina. Begitu mendapat kabar tentang wanita itu, Miko langsung menghubungi Naina untuk menjemputnya. Awalnya Naina menolak, tapi setelah Miko meyakinkan, wanita yang mengidolakannya pun akhirnya pasrah.Tentu saja, sebagai penggemar, Naina sebenarnya tidak ingin melewatkan kesempatan seperti ini. Jadi, saat Naina menolaknya, itu hanya sikap pura-pura saja."Bagaimana kalau kita makan dulu? Kebetulan, aku sedari tadi belum makan," jawab Miko memberi ide sembari sesekali melirik Naina. "Kenapa Mas Miko senang banget ngajak aku makan sih?" balas Naina sedikit bercanda, "Apa Mas Miko ingin menjadikanku wanita gendut?""Hahaha... nggak lah," bantah Miko sembari tergelak. "Kebetulan aja mungkin. Lagian, bukankah lebih nyam
Untuk beberapa saat, Naina terdiam sembari menatap lekat lawan bicaranya. Wanita itu menunjukan raut wajah yang sedang berpikir dan sedikit rasa bingung untuk memberikan jawaban yang tepat atas pertanyaan yang baru saja diajukan untuknya.Tak lama setelahnya, Naina tersenyum lalu memasukan makanan yang dijadikan cemilan karena nasinya telah dia habiskan. Miko yang memperhatikan sikap Naina pun ikutan tersenyum lalu tangannya meraih gelas berisi jus alpokat yang isinya tinggal setengah."Tidak perlu dijawab, kalau kamu nggak mau menjawabnya, Nai," ucap Miko sebelum dia menyesap jus alpokat. Tentu saja hal itu membuat Naina tertegun dan kembali menatap Miko dengan wajah penuh tanya."Tanpa kamu jawab pun aku sudah tahu jawabannya," ucap Miko lagi. Kali ini dia berkata setelah menyesap minumannya namun tidak sampai habis. "Sekarang yang perlu kamu jawab, kamu mau pulang atau bagaimana?"Naina pun kembali menunjukan senyumnya. Namun senyum yang dia perlihatkan jelas sekali kalau wanita it
"Wahh! rumahnya gede banget!" seru Naina nampak begitu takjub kala mobil yang membawanya ke rumah aktor idolanya, melintasi pintu gerbang yang lumayan tinggi. Mata Naina pun saat itu juga langsung mengedar ke berbagai arah, memperhatikan apa saja yang bisa dia lihat."Rumah segede ini, Kenapa Mas Miko malah tinggal di apartemen?" Naina sontak melempar pertanyaan tanpa memandang seseorang yang baru saja disebut namanya.Miko yang sedari tadi tersenyum memperhatikan tingkah wanita yang duduk di sampingnya, sontak semakin tersenyum lebar begitu mendengar pertanyaan dari wanita itu. Miko tidak langsung menjawab, pria itu memilih memarkirkan mobil yang dia kendarai terlebih dahulu."Aku tahu, kenapa Mas Miko memilih tinggal di apartemen daripada di rumah sebesar ini," kali ini Naina menerka sembari menatap pria yang baru saja mematikan nyala mobilnya. "Pasti agar Mas Miko bebas memasukan wanita di sana, iya kan?""Hahaha..." seketika tawa Miko pecah, "sok tahu kamu," ucapnya lalu dia seger
"Tentu saja boleh," jawaban antusias seorang wanita yang usianya diperkirakan sudah menginjak angka lima puluh tahun, membuat Naina dan Miko dapat menghembuskan nafas leganya. Namun setelahnya wanita itu memperhatikan penuh selidik kepada wanita yang dibawa oleh putranya."Tapi, kasih tahu Mama, alasan yang masuk akal dulu. Mama nggak mau loh, ke depannya nanti ada masalah gara-gara Mama mengijinkan anak gadis orang nginep di sini," wanita yang dipanggil Mama oleh Miko kembali bersuara dan menatap anaknya serta Naina secara bergantian."Sebenarnya aku ajak dia nginep di sini, gara-gara Bintang, Ma," ucap Miko tak lama setelah dia dan Naina saling menatap dan terkesan saling memberi isyarat pada tatapan mereka masing-masing."Gara-gara Bintang? Bintang siapa?" sang Mama nampak terkejut dan kali ini dia lebih lekat menatap anaknya."Itu, anaknya Tante Salma," tunjuk Miko. Seketika sang mama nampak menganggukan kepalanya beberapa kali dengan raut wajah yang menunjukan kebingungan. "Ema
Naina tidak menyangka, kala dirinya mendapat perlakuan hangat oleh keluarga Miko yang lain. Ayah serta dua adik Miko, menyambut dengan senang, ketika mendengar ada wanita lain yang akan menginap di rumah mereka. Mereka pun tak lupa saling berkenalan satu sama lain dan Naina begitu sangat mudah mengakrabkan diri dengan kedua adik Miko yang usianya jauh lebih muda. Bahkan setelah makan malam, sekarang Naina sedang ngobrol dengan dua adik Miko di taman belakang rumah mereka. Mereka saling bercanda dan juga saling berbagi kisah kehidupan mereka masing-masing."Mbak Naina, kamu sih, sebenarnya ada hubungan apa dengan Mas Miko?" tanya Miki, adik laki-laki Miko yang saat ini duduk di kelas dua sekolah menengah atas. "Apa kalian pacaran?"Senyum Naina sontak terkembang menatap adik bungsu Miko yang terlihat sudah menunjukan aura tampannya. "Masa kamu tadi nggak dengerin apa yang dikatakan Mama sih, Mik?" bukan Naina yang berbicara, tapi Mika. Dia adalah perempuan Miko yang saat ini masih
Untuk beberapa waktu lamanya, dua pria yang dulu pernah akrab karena berada dalam satu management yang sama, saat ini saling terdiam. Mereka sibuk menyelami pikiran masing-masing, dengan mata yang saling menatap. Dua pria itu menunjukkan raut wajah yang mengandung arti berbeda."Naina memang cantik, tapi kamu jangan tertipu dengan kecantikannya," Bintang kembali bersuara, setelah tadi sebelumnya dia menghembuskan nafasnya cukup panjang, dan dilanjut dengan menyesap kopi dalam cangkirnya yang benar-benar sudah dingin.Mendengar ucapan Bintang yang begitu tenang, membuat Miko seketika mengangkat satu alis matanya. "Maksud kamu?" tentu saja rasa penasaran sontak hadir dalam benak Miko saat itu juga.Bintang tersenyum sinis. "Kamu tanya aja sama dia, apa yang sudah dia lakukan sama aku, waktu kita masih sama-sama sekolah. Jangan kaget kalau kamu tahu belang yang dia sembunyikan," lagi-lagi Bintang mengungkapkan sesuatu dengan sikap yang cukup tenang. Bahkan senyum Bintang terkembang kala
Bintang terdiam dan mata saling beradu pandang dengan Tante Veronica. Saat itu juga dia berpikir keras untuk mencari jawaban atas pertanyaan yang diminta oleh wanita yang usianya tidak berbeda jauh dengan usia Mamanya. Bintang pun cukup bingung sampai dia menggaruk beberapa bagian tubuhnya yang tidak gatal.Sedangkan senyum Veronica juga terkembang tipis dan cukup sinis. Melihat tingkah Bintang saat ini, wanita itu tahu Bintang sedang dalam dilema untuk menentukan jawaban yang menurutnya sangat tepat."Kamu tidak memiliki jawaban yang bisa meyakinkan Tante, kan?" Veronica langsung menerka kala beberapa detik kemudian tingkah Bintang masih menunjukan sikap yang sama. Bahkan Bintang pun nampak kaget dengan terkaan wanita yang memang benar adanya."Sudahlah, karena tidak ada alasan yang bisa membuat Tante yakin, lebih baik kamu pulang, dan biarkan, Naina menginap di sini," Veronica pun langsung mengambil keputusan yang cukup mencengangkan. "Tidak bisa begitu dong, Tante," Bintang tidak