Untuk beberapa saat, Naina terdiam sembari menatap lekat lawan bicaranya. Wanita itu menunjukan raut wajah yang sedang berpikir dan sedikit rasa bingung untuk memberikan jawaban yang tepat atas pertanyaan yang baru saja diajukan untuknya.Tak lama setelahnya, Naina tersenyum lalu memasukan makanan yang dijadikan cemilan karena nasinya telah dia habiskan. Miko yang memperhatikan sikap Naina pun ikutan tersenyum lalu tangannya meraih gelas berisi jus alpokat yang isinya tinggal setengah."Tidak perlu dijawab, kalau kamu nggak mau menjawabnya, Nai," ucap Miko sebelum dia menyesap jus alpokat. Tentu saja hal itu membuat Naina tertegun dan kembali menatap Miko dengan wajah penuh tanya."Tanpa kamu jawab pun aku sudah tahu jawabannya," ucap Miko lagi. Kali ini dia berkata setelah menyesap minumannya namun tidak sampai habis. "Sekarang yang perlu kamu jawab, kamu mau pulang atau bagaimana?"Naina pun kembali menunjukan senyumnya. Namun senyum yang dia perlihatkan jelas sekali kalau wanita it
"Wahh! rumahnya gede banget!" seru Naina nampak begitu takjub kala mobil yang membawanya ke rumah aktor idolanya, melintasi pintu gerbang yang lumayan tinggi. Mata Naina pun saat itu juga langsung mengedar ke berbagai arah, memperhatikan apa saja yang bisa dia lihat."Rumah segede ini, Kenapa Mas Miko malah tinggal di apartemen?" Naina sontak melempar pertanyaan tanpa memandang seseorang yang baru saja disebut namanya.Miko yang sedari tadi tersenyum memperhatikan tingkah wanita yang duduk di sampingnya, sontak semakin tersenyum lebar begitu mendengar pertanyaan dari wanita itu. Miko tidak langsung menjawab, pria itu memilih memarkirkan mobil yang dia kendarai terlebih dahulu."Aku tahu, kenapa Mas Miko memilih tinggal di apartemen daripada di rumah sebesar ini," kali ini Naina menerka sembari menatap pria yang baru saja mematikan nyala mobilnya. "Pasti agar Mas Miko bebas memasukan wanita di sana, iya kan?""Hahaha..." seketika tawa Miko pecah, "sok tahu kamu," ucapnya lalu dia seger
"Tentu saja boleh," jawaban antusias seorang wanita yang usianya diperkirakan sudah menginjak angka lima puluh tahun, membuat Naina dan Miko dapat menghembuskan nafas leganya. Namun setelahnya wanita itu memperhatikan penuh selidik kepada wanita yang dibawa oleh putranya."Tapi, kasih tahu Mama, alasan yang masuk akal dulu. Mama nggak mau loh, ke depannya nanti ada masalah gara-gara Mama mengijinkan anak gadis orang nginep di sini," wanita yang dipanggil Mama oleh Miko kembali bersuara dan menatap anaknya serta Naina secara bergantian."Sebenarnya aku ajak dia nginep di sini, gara-gara Bintang, Ma," ucap Miko tak lama setelah dia dan Naina saling menatap dan terkesan saling memberi isyarat pada tatapan mereka masing-masing."Gara-gara Bintang? Bintang siapa?" sang Mama nampak terkejut dan kali ini dia lebih lekat menatap anaknya."Itu, anaknya Tante Salma," tunjuk Miko. Seketika sang mama nampak menganggukan kepalanya beberapa kali dengan raut wajah yang menunjukan kebingungan. "Ema
Naina tidak menyangka, kala dirinya mendapat perlakuan hangat oleh keluarga Miko yang lain. Ayah serta dua adik Miko, menyambut dengan senang, ketika mendengar ada wanita lain yang akan menginap di rumah mereka. Mereka pun tak lupa saling berkenalan satu sama lain dan Naina begitu sangat mudah mengakrabkan diri dengan kedua adik Miko yang usianya jauh lebih muda. Bahkan setelah makan malam, sekarang Naina sedang ngobrol dengan dua adik Miko di taman belakang rumah mereka. Mereka saling bercanda dan juga saling berbagi kisah kehidupan mereka masing-masing."Mbak Naina, kamu sih, sebenarnya ada hubungan apa dengan Mas Miko?" tanya Miki, adik laki-laki Miko yang saat ini duduk di kelas dua sekolah menengah atas. "Apa kalian pacaran?"Senyum Naina sontak terkembang menatap adik bungsu Miko yang terlihat sudah menunjukan aura tampannya. "Masa kamu tadi nggak dengerin apa yang dikatakan Mama sih, Mik?" bukan Naina yang berbicara, tapi Mika. Dia adalah perempuan Miko yang saat ini masih
Untuk beberapa waktu lamanya, dua pria yang dulu pernah akrab karena berada dalam satu management yang sama, saat ini saling terdiam. Mereka sibuk menyelami pikiran masing-masing, dengan mata yang saling menatap. Dua pria itu menunjukkan raut wajah yang mengandung arti berbeda."Naina memang cantik, tapi kamu jangan tertipu dengan kecantikannya," Bintang kembali bersuara, setelah tadi sebelumnya dia menghembuskan nafasnya cukup panjang, dan dilanjut dengan menyesap kopi dalam cangkirnya yang benar-benar sudah dingin.Mendengar ucapan Bintang yang begitu tenang, membuat Miko seketika mengangkat satu alis matanya. "Maksud kamu?" tentu saja rasa penasaran sontak hadir dalam benak Miko saat itu juga.Bintang tersenyum sinis. "Kamu tanya aja sama dia, apa yang sudah dia lakukan sama aku, waktu kita masih sama-sama sekolah. Jangan kaget kalau kamu tahu belang yang dia sembunyikan," lagi-lagi Bintang mengungkapkan sesuatu dengan sikap yang cukup tenang. Bahkan senyum Bintang terkembang kala
Bintang terdiam dan mata saling beradu pandang dengan Tante Veronica. Saat itu juga dia berpikir keras untuk mencari jawaban atas pertanyaan yang diminta oleh wanita yang usianya tidak berbeda jauh dengan usia Mamanya. Bintang pun cukup bingung sampai dia menggaruk beberapa bagian tubuhnya yang tidak gatal.Sedangkan senyum Veronica juga terkembang tipis dan cukup sinis. Melihat tingkah Bintang saat ini, wanita itu tahu Bintang sedang dalam dilema untuk menentukan jawaban yang menurutnya sangat tepat."Kamu tidak memiliki jawaban yang bisa meyakinkan Tante, kan?" Veronica langsung menerka kala beberapa detik kemudian tingkah Bintang masih menunjukan sikap yang sama. Bahkan Bintang pun nampak kaget dengan terkaan wanita yang memang benar adanya."Sudahlah, karena tidak ada alasan yang bisa membuat Tante yakin, lebih baik kamu pulang, dan biarkan, Naina menginap di sini," Veronica pun langsung mengambil keputusan yang cukup mencengangkan. "Tidak bisa begitu dong, Tante," Bintang tidak
Untuk beberapa saat, Naina terdiam dengan mata menatap pria yang baru saja melempar pertanyaaan kepadanya. Naina tertegun atas pertanyaan yang diajukan oleh Miko. Seketika itu juga tumbuh dugaan yang menimbulkan banyak pertanyaan dalam benak wanita manis tersebut."Kamu tidak perlu bingung aku mengetahui masa lalu kamu darimana. Tadi kamu tahu kan, kalau aku pulang bersama Bintang?" Miko kembali bersuara. Pria itu kembali menunjukan rasa pekanya hanya dengan melihat sikap Naina yang sampai tertegun atas pertanyaannya tadi."Jadi, tadi Mas Miko keluar rumah setelah makan malam, karena Bintang?" terka Naina menyimpulkan pemikirannya sendiri kala teringat Miko yang segera pergi keluar rumah setelah selesai makan bersama keluarganya.Miko mengangguk cepat dengan wajah yang masih nampak begitu serius. "Tadi dia minta ketemuan di cafe dekat kantor agensi. Dia sebenarnya juga meminta aku untuk ngajakin kamu ikut. Tapi aku yakin, kamu akan menolaknya. Jadi aku pergi sendiri menemuinya," tera
Miko nampak terperangah. Pria yang masih setia mendengar kisah masa lalu wanita di hadapannya, seakan tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. Bahka, tak lama setelah menunjukkan wajah terkejutnya, suara tawa Miko karena kisah yang diceritakan oleh Naina, baginya sangat lucu."Hahaha... masa sampai segitunya, Nai? Kamu tahu dari mana kalau orang yang membocorkan taruhan itu orang yang ngajak?" tanya Miko disela-sela suara tawanya yang berangsur-angsur menghilang."Ya dari teman-teman satu sekolah lah. Beberapa dari mereka yang kebetulan akrab dengan dia, itu ada yang ngasih laporan sama aku kalau mereka mendengar pengakuan perbuatan wanita itu kepada Bintang. Awalnya aku tidak percaya, tapi setelah aku menanyakan langsung, dia ngaku gitu," jawab Naina. Kali ini Naina terlihat sedikit kesal. Mungkin karena teringat kembali pengkhiatan yang dilakukan oleh seseorang di masa lalu, yang membuat Naina menjadi kesal sendiri. "Lah, terus? Bintang langsung marah sama kamu, giru?" ta
Suasana hati Bintang saat ini masih belum baik-baik saja. Berbagai macam perasaan dan pikiran terus berkecamuk tanpa bisa dia ungkapkan. Sesekali tatapannya terlempar ke arah wanita yang matanya masih terpejam sejak beberapa jam yang lalu. Meskipun dokter serta beberapa perawat yang sedari tadi memantau keadaan Naina mengatakan, kalau keadaan wanita itu baik-baik saja, tapi informasi tersebut tidak sepenuhnya membuat Bintang merasa tenang. Justru dilema makin berkembang pesat memenuhi rongga dadanya."Bagaimana keadaan Naina sekarang, Tang?" sebuah suara berat khas seorang laki-laki, tiba-tiba menggema dalam ruang rawat inap, dimana saat ini Bintang sedang terbaring di atas sofa dengan mata terpejam. Mata Bintang seketika terbuka dan dia melempar pandangannya ke arah sumber suara untuk beberapa saat, lalu mata itu kembali terpejam. "Kata dokter sih, baik-baik saja. Mungkin dalam beberapa jam lagi, dia akan sadar dari tidurnya.""Syukurlah," balas pria lain, yang memilih duduk di sis
Bintang masih terdiam dengan posisi tubuh yang masih sama. Hingga beberapa puluh menit berlalu, dirinya masih dihinggapi kebimbangan setelah tadi berbicara dengan asisten perempuannya. Bintang tidak tahu, apa yang harus dia lakukan selanjutnya.Untuk saat ini, Bintang menyerahkan segala urusan yang berhubungan dengan pekerjaannya kepada Jona dan dua asistennya. Untuk sementara, mereka juga sepakat menutup mulut tentang identitas Naina dan semua yang berhubungan dengan kejadian penusukan beberapa waktu lalu. "Bintang," seru suara seseorang begitu masuk ke dalam ruang rawat inap dimana Bintang saat ini sedang membaringkan tubuhnya sendiri di atas sofa. Mata Bintang yang beberapa menit itu sedang terpejam, seketika terbuka dan dia langsung menoleh ke arah sumber suara."Bagaimana keadaan Naina? Kenapa bisa jadi begini sih?" orang itu adalah Salma. Dia terlihat cukup panik sembari memperhatikan Naina yang masih terlelap. Salma pun menoleh, manatap anaknya dan menuntut penjelasan."Aku ju
Syok, itulah yang terjadi pada Bintang saat ini. Dia yang sedang mencoba menenangkan diri di sebuah cafe and club, begitu terkejut ketika memutar badannya dan melihat apa yang terjadi di belakang tubuhnyaBukan hanya Bintang, beberapa pengunjung serta karyawan termasuk Dimdim pun juga sangat terkejut dengan kejadian tak terduga di depan mata mereka. Mungkin karena pengunjung di sana tidak terlalu banyak, jadi peristiwa yang menimpa Naina langsung menjadi perhatian."Naina!" teriak Bintang dengan suara yang begitu lantang. Pria itu segera mengambil tindakan, menyongsong tubuh Naina yang ambruk ke lantai sembari memegang perut bagian kirinya.Ya, Naina seketika ambruk ke lantai sembari mengerang dan memegang perutnya. Bintang terlihat begitu panik sampai dia sendiri juga ikut memegangi bagian perut Naina yang mengeluarkan darah. Sementara Dimdim dan beberapa pria lain saat itu juga langsung menangkap sosok misterius yang baru saja melakukan tindak kejahatan. Bahkan sosok yang belum dik
Seketika Naina sedikit ternganga begitu wanita yang sedang dia tatap, kembali mengajukan saran yang sedari tadi membuat Naina tercengang. Wanita itu tentu saja merasa bingung dengan sikap dari orang tua pria yang pernah dia sakiti hatinya di masa lalu."Apa, Tante? Menikah?" meski Naina sudah mendengar usulan Salma dengan cukup jelas, tapi wanita itu malah melempar pertanyaan karena merasa usulan itu masih tidak bisa diterima oleh akal.Salma dengan yakin, menganggukan kepalanya. "Ya, menikah. Bukankah itu ide yang bagus?" dengan enteng Salma kembali menegaskan usulannya, membuat Naina semakin tercengang dengan kedua mata menatap tak berkedip lawan bicaranya. "Maaf, Tante, kenapa Tante bisa menyarankan aku sama Bintang untuk menikah saja?" dengan sopan dan supaya tidak menyinggung perasaan, Naina melempar satu pertanyaan. Sementara Salma sendiri masih menunjukan senyum tipis penuh kehangatan, yang membuat lawan bicaranya cukup merasa nyaman dengan sikap hangat wanita, yang telah mel
Untuk beberapa saat, dua anak manusia yang sedang duduk bersama di taman depan sebuah rumah mewah, terdiam, sembari menyelami pikiran masing-masing. Dilihat dari kondisinya, pembicaraan mereka berdua belum ada tanda untuk berakhir, dan sepertinya pembahasan itu akan semakin panjang."Mungkin menurut kamu, tindakan kamu sudah benar karena apa yang kamu lakukan, itu demi menolong teman. Tapi, apa kamu tidak pernah mempertimbangkan perasaanku saat itu? Apa kamu menganggap perasaanku itu sebuah permainan, Nai?" ucap Bintang beberapa saat kemudian dengan mata menerawang ke arah lain. Naina pun sontak menoleh dan menatap pria yang saat ini baru bisa mengungkapkan rasa kecewanya akibat perbuatan Naina. Kemudian Naina menunduk tanpa mengeluarkan suaranya. Naina sadar, apapun alasan yang Naina katakan, akan tetap terlihat salah di mata Bintang."Baiklah, sekarang, semuanya terserah kamu aja, Nai. Lagian, jika aku memaksa kamu untuk terus tinggal bersamaku, semua orang akan menganggap aku yang
Naina tertegun dengan apa yang baru saja dia dengar. Saat itu juga wanita tersebut langsung menghindari tatapan Bintang yang menuntut sebuah penjelasan darinya. "Apaan sih," bantahnya agak salah tingkah.Namun, hal itu justru makin membuat Bintang menatap tajam wanita itu. Entah apa yang dirasakan Bintang saat ini, diwla justru merasakan keanehan pada sikap Naina, yang menurutnya janggal. Dia hendak mencecar Naina lagi, tapi pertanyaan Naina yang tiba-tiba meluncur, langsung membungkam mulut Bintang saat itu juga."Sekarang sudah jelas kan, siapa yang mengawali taruhan itu?" ucap Naina hati-hati.Bintang yang pikirannya sedang tertuju ke arah lain, sontak saja terdiam untuk beberapa saat. Hingga tidak membutuhkan waktu yang lama, pria itu pun bersuara, "tapi kan tetap saja apa yang kamu lakukan itu sudah keterlaluan. Sekarang, bagaimana kalau posisi kita dibalik. Jika kamu yang jadi bahan taruhan, apa yang kamu rasakan? Senang atau bagaimana?"Kali ini Naina langsung terbungkam. Wanit
"Apa!" kali ini Bintang memekik cukup keras. Selain terkejut dengan ucapan Naina, pria itu juga seketika berusaha mengingat kejadian beberapa tahun silam, di mana saat dia masih sekolah."Apa itu benar, Bel?" tanya Salma, langsung melempar pertanyaan kepada Belinda. Wanita itu juga terkejut begitu mendengar cerita dari Naina, dan Salma merasa sedikit janggal, karena cerita masa lalu anaknya memiliki versi yang berbeda."Kok ceritanya bisa berbeda dengan yang kamu ceritakan?" Salma tidak tahan menyembunyikan rasa herannya. Tapi apa yang ditanyakan Salma, cukup membuat Bintang dan Naina terkejut secara bersamaan,."Maksud Mama? Ceritanya berbeda bagaimana, Ma?" cecar Bintang dengan segala rasa penasaran yang kembali menyelimuti benaknya. Begitu juga yang dirasakan Naina. Beruntung, Bintang yang melempar pertanyaan, jadi Naina tinggal menunggu jawaban dari Salma."Sekarang, kamu jawab pertanyaan Tante, cerita mana yang benar? Cerita dari kamu apa cerita Naina barusan?" desak Salma tanpa
Naina hanya tersenyum meski Bintang menatapnya dengan tatapan serius dan menuntut sebuah jawaban darinya. Bagi Naina tidak penting menjawab pertanyaan Bintang untuk saat ini, tapi bagi Bintang, entah kenapa dia malah bersikap seperti tidak terima. Bahkan di wajahnya, Bintang menunjukan rasa terkejut yang tidak biasa."Terus bagaimana setelah itu?" tanya Salma yang sudah tidak sabar untuk mendengarkan kelanjutan cerita tentang masa lalu anaknya. Wanita itu semakin tertarik dengan kisah anak muda yang saat ini bersama Salma."Yah, dari kejadian itu aku dan teman-temanku kan jadi benci banget sama Bintang, Tante. Apapun yang berhubungan dengan Bintang, aku jadi sangat membencinya. Apa lagi jika aku mendengar para cewek memuji Bintang dari berbagai aspek, rasanya tuh, aku ingin banget menyumpal mulut mereka," jawab Naina semakin antusias."Hahaha..." suara tawa Salma pecah. Dari tiga orang yang mendengarkan cerita Naina, hanya Salma yang nampak antusias. Dua orang lainnya lebih banyak di
"Apa, Tante?" tanya Naina dengan suara yang sedikit lebih tinggi tapi masih dengan sikap yang cukup sopan. Dari raut wajahnya, nampak jelas kalau Naina cukup terkejut atas pertanyaan yang diajukan ibunya Bintang. Setelah melempar tanya kepada Salma, Naina juga seketika itu juga melempar pandangan matanya, pada wanita seusianya, yang saat ini sedang salah tingkah. Pandangan Naina cukup tajam sampai Belinda sendiri tidak berani membalas tatapannya.Bintang juga sama terkejutnya dengan pertanyaan dari Mamanya. Dari apa yang Bintang dengar, dia saat itu juga langsung menyimpulkan, kalau sosok yang memberi tahu Mamanya tentang masa lalu Bintang, pasti wanita yang saat ini sedang ditatap oleh Naina.Bintang pun melayangkan tatapan tajam pada Belinda. Bahkan, bagi Belinda, tatapan Bintang lebih menakutkan daripada tatapan yang dilayangkan Naina. Belinda tidak menyangka kalau apa yang baru saja dia ceritakan, akan langsung diungkap secepat itu kepada orangnya."Apa benar, dulu kamu pernah me