"Tentu saja boleh," jawaban antusias seorang wanita yang usianya diperkirakan sudah menginjak angka lima puluh tahun, membuat Naina dan Miko dapat menghembuskan nafas leganya. Namun setelahnya wanita itu memperhatikan penuh selidik kepada wanita yang dibawa oleh putranya."Tapi, kasih tahu Mama, alasan yang masuk akal dulu. Mama nggak mau loh, ke depannya nanti ada masalah gara-gara Mama mengijinkan anak gadis orang nginep di sini," wanita yang dipanggil Mama oleh Miko kembali bersuara dan menatap anaknya serta Naina secara bergantian."Sebenarnya aku ajak dia nginep di sini, gara-gara Bintang, Ma," ucap Miko tak lama setelah dia dan Naina saling menatap dan terkesan saling memberi isyarat pada tatapan mereka masing-masing."Gara-gara Bintang? Bintang siapa?" sang Mama nampak terkejut dan kali ini dia lebih lekat menatap anaknya."Itu, anaknya Tante Salma," tunjuk Miko. Seketika sang mama nampak menganggukan kepalanya beberapa kali dengan raut wajah yang menunjukan kebingungan. "Ema
Naina tidak menyangka, kala dirinya mendapat perlakuan hangat oleh keluarga Miko yang lain. Ayah serta dua adik Miko, menyambut dengan senang, ketika mendengar ada wanita lain yang akan menginap di rumah mereka. Mereka pun tak lupa saling berkenalan satu sama lain dan Naina begitu sangat mudah mengakrabkan diri dengan kedua adik Miko yang usianya jauh lebih muda. Bahkan setelah makan malam, sekarang Naina sedang ngobrol dengan dua adik Miko di taman belakang rumah mereka. Mereka saling bercanda dan juga saling berbagi kisah kehidupan mereka masing-masing."Mbak Naina, kamu sih, sebenarnya ada hubungan apa dengan Mas Miko?" tanya Miki, adik laki-laki Miko yang saat ini duduk di kelas dua sekolah menengah atas. "Apa kalian pacaran?"Senyum Naina sontak terkembang menatap adik bungsu Miko yang terlihat sudah menunjukan aura tampannya. "Masa kamu tadi nggak dengerin apa yang dikatakan Mama sih, Mik?" bukan Naina yang berbicara, tapi Mika. Dia adalah perempuan Miko yang saat ini masih
Untuk beberapa waktu lamanya, dua pria yang dulu pernah akrab karena berada dalam satu management yang sama, saat ini saling terdiam. Mereka sibuk menyelami pikiran masing-masing, dengan mata yang saling menatap. Dua pria itu menunjukkan raut wajah yang mengandung arti berbeda."Naina memang cantik, tapi kamu jangan tertipu dengan kecantikannya," Bintang kembali bersuara, setelah tadi sebelumnya dia menghembuskan nafasnya cukup panjang, dan dilanjut dengan menyesap kopi dalam cangkirnya yang benar-benar sudah dingin.Mendengar ucapan Bintang yang begitu tenang, membuat Miko seketika mengangkat satu alis matanya. "Maksud kamu?" tentu saja rasa penasaran sontak hadir dalam benak Miko saat itu juga.Bintang tersenyum sinis. "Kamu tanya aja sama dia, apa yang sudah dia lakukan sama aku, waktu kita masih sama-sama sekolah. Jangan kaget kalau kamu tahu belang yang dia sembunyikan," lagi-lagi Bintang mengungkapkan sesuatu dengan sikap yang cukup tenang. Bahkan senyum Bintang terkembang kala
Bintang terdiam dan mata saling beradu pandang dengan Tante Veronica. Saat itu juga dia berpikir keras untuk mencari jawaban atas pertanyaan yang diminta oleh wanita yang usianya tidak berbeda jauh dengan usia Mamanya. Bintang pun cukup bingung sampai dia menggaruk beberapa bagian tubuhnya yang tidak gatal.Sedangkan senyum Veronica juga terkembang tipis dan cukup sinis. Melihat tingkah Bintang saat ini, wanita itu tahu Bintang sedang dalam dilema untuk menentukan jawaban yang menurutnya sangat tepat."Kamu tidak memiliki jawaban yang bisa meyakinkan Tante, kan?" Veronica langsung menerka kala beberapa detik kemudian tingkah Bintang masih menunjukan sikap yang sama. Bahkan Bintang pun nampak kaget dengan terkaan wanita yang memang benar adanya."Sudahlah, karena tidak ada alasan yang bisa membuat Tante yakin, lebih baik kamu pulang, dan biarkan, Naina menginap di sini," Veronica pun langsung mengambil keputusan yang cukup mencengangkan. "Tidak bisa begitu dong, Tante," Bintang tidak
Untuk beberapa saat, Naina terdiam dengan mata menatap pria yang baru saja melempar pertanyaaan kepadanya. Naina tertegun atas pertanyaan yang diajukan oleh Miko. Seketika itu juga tumbuh dugaan yang menimbulkan banyak pertanyaan dalam benak wanita manis tersebut."Kamu tidak perlu bingung aku mengetahui masa lalu kamu darimana. Tadi kamu tahu kan, kalau aku pulang bersama Bintang?" Miko kembali bersuara. Pria itu kembali menunjukan rasa pekanya hanya dengan melihat sikap Naina yang sampai tertegun atas pertanyaannya tadi."Jadi, tadi Mas Miko keluar rumah setelah makan malam, karena Bintang?" terka Naina menyimpulkan pemikirannya sendiri kala teringat Miko yang segera pergi keluar rumah setelah selesai makan bersama keluarganya.Miko mengangguk cepat dengan wajah yang masih nampak begitu serius. "Tadi dia minta ketemuan di cafe dekat kantor agensi. Dia sebenarnya juga meminta aku untuk ngajakin kamu ikut. Tapi aku yakin, kamu akan menolaknya. Jadi aku pergi sendiri menemuinya," tera
Miko nampak terperangah. Pria yang masih setia mendengar kisah masa lalu wanita di hadapannya, seakan tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. Bahka, tak lama setelah menunjukkan wajah terkejutnya, suara tawa Miko karena kisah yang diceritakan oleh Naina, baginya sangat lucu."Hahaha... masa sampai segitunya, Nai? Kamu tahu dari mana kalau orang yang membocorkan taruhan itu orang yang ngajak?" tanya Miko disela-sela suara tawanya yang berangsur-angsur menghilang."Ya dari teman-teman satu sekolah lah. Beberapa dari mereka yang kebetulan akrab dengan dia, itu ada yang ngasih laporan sama aku kalau mereka mendengar pengakuan perbuatan wanita itu kepada Bintang. Awalnya aku tidak percaya, tapi setelah aku menanyakan langsung, dia ngaku gitu," jawab Naina. Kali ini Naina terlihat sedikit kesal. Mungkin karena teringat kembali pengkhiatan yang dilakukan oleh seseorang di masa lalu, yang membuat Naina menjadi kesal sendiri. "Lah, terus? Bintang langsung marah sama kamu, giru?" ta
Di sisi lain, Bintang pulang dengan perasaan yang sangat kesal. Setelah berdebat dengan Tante Vero, Bintang dibuat tak berdaya karena posisinya memang menjadi orang yang salah dalam mengambil tindakan. Dia sungguh tidak menyangka, perbuatan isengnya akan berdampak seperti ini.Sepanjang perjalanan menuju rumah, pikiran Bintang cukup kacau dan berkecamuk. Entah alasan apa yang akan Bintang berikan kepada sang Mama jika dia pulang tidak membawa hasil. Bintang sangat tahu sedekat apa Mamanya danTante Vero. Hingga mobil yang dikendarai sampai di halaman rumahnya, wajah Bintang mendadak pias kala matanya menangkap sebuah mobil yang sangat dia kenali sudah terparkir di sana. Perasaan Bintang pun semakin tak karuan dan dia yakin sesuatu yang buruk akan terjadi begitu Bintang masuk ke dalam rumahnya.Benar saja, begitu Bintang masuk ke dalam rumah, sepasang mata yang menanti kedatangannya langsung menatap Bintang dengan penuh amarah. Bintang sontak saja langsung salah tingkah dengan jantung
"Apa, Ma! Menikah?" seru Bintang, tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. Wajahnya terlihat begitu syok kala mendengar Mamanya mengambil keputusan yang sangat jauh dari prediksinya. "Mama jangan bercanda deh," ucap pria itu meremehkan.Namun, hingga beberapa saat kemudian, kala menyadari Mamanya tak kunjung membalas ucapannya, Bintang memberanikan diri membalas tatapan wanita yang sedari tadi menatapnya dengan penuh amarah. Dari tatapan sang Mama, Bintang pun kembali dibuat tertegun kala menyimpulkan arti tatapan Mamanya saat ini."Mama lagi bercanda, kan?" terka Bintang agak ambigu. Dia tahu benar sang Mama memang terlihat tidak sedang bercanda dengan ucapan yang baru saja wanita itu katakan. "Ma, Mama tidak serius, kan?""Apa kamu sedang melihat Mama sedang bercanda, hah!" hardik Salma masih dengan porsi kemarahan yang sama. "Bisa nggak bisa, pokoknya kamu harus menikah dengan Naina, titik! Tanpa bantahan!""Ya ampun, Ma," Bintang langsung memasang strategi untuk memprotes