Share

Kejujuran Dewangga

Dewanti dan Namira terlibat obrolan yang serius. Dewanti tak ingin mengalah dengan perasaannya. Ia ingin Dewangga jatuh ke tangannya tanpa kendala apa pun. “Jauhi Dewangga jika kamu tidak mau dianggap sebagai perusak masa depan teman satu kantor kamu!” ancam Dewanti. Tangannya mendorong bahu sebelah kanan Namira. Namira menahan tubuhnya agar tidak runtuh seperti perasaannya sekarang. Tak ada kalimat yang keluar dari mulut Namira. Penjelasan apa pun tidak akan menyurutkan api kemarahan Dewanti. “Jika Ibu sudah selesai bicara, sebaiknya segera keluar dari ruangan ini. Saya harus melanjutkan pekerjaan,” pinta Namira seolah tidak terjadi sesuatu sebelumnya. Walaupun pada kenyataannya saat itu Namira sangat berantakan.

Tubuhnya lemas, pikirannya penuh, pandangannya kosong. Napasnya tidak beraturan. Banyak hal yang ia pendam, tak bisa dikeluarkan. “Aku kira Pak Dewangga adalah obat dari lukaku yang lama, ternyata beliau justru lukaku yang baru,” ucap Namira sambil melanjutkan lamunannya di
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status