Share

Bab 34

Author: Olivia Yoyet
last update Last Updated: 2025-02-14 18:37:14

34

Suasana di sekitar vila yang disewa Hendri, malam itu terlihat sepi. Lokasinya yang berada di bukit dan cukup jauh dari permukiman warga, menjadikan tempat itu terasa sunyi.

Vila itu merupakan milik kepala desa di mana Maman tinggal. Saat dikabarkan akan disewa oleh bos HWZ, sang kepala desa langsung memerintahkan orang untuk membersihkan tempat itu, sekaligus menambah banyak kasur lipat dan bantal.

Kala kelompok Hendri mendatangi kediaman kepala desa untuk mengambil kunci, pria tua tersebut terlihat semringah. Dia makin senang ketika Hendri menerangkan akan menyewa vilanya selama seminggu.

Selepas isya, Maman datang bersama putranya, Fandi, dan Jajang. Mereka membawakan ransum buat kelompok tamu, yang sudah dipesan sejak beberapa hari lalu.

"Kang, airnya bersih, teu?" tanya Maman, sesaat setelah duduk bersila di samping kanan Hendri.

"Bersih, Mang. Kamar mandi, dapur dan kamar tidurnya juga bersih," jawab Hendri sembari membuka kotak makanan bagiannya.

"Alhamdulillah. Ternya
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Kekasih Di Balik Kabut   Bab 35 - Lorong Waktu

    35Hendri mengamati bagian dalam goa, yang sudah lebih terang dibandingkan sebelumnya. Tim Barry telah bekerja cepat memasang dua lampu sorot di kanan dan kiri mulut goa. Hendri menempelkan telapak tangan kanan ke batu di tengah-tengah tempat itu, yang menjadi penutup utama jalan goa. Hendri memejamkan mata, lalu melakukan jurus empat dalam benaknya. Hal serupa juga dilakukan Zein, Ubaid dan Bayu. Mereka berdiri berderet di samping kanan Hendri. Sedangkan yang lainnya sibuk memvideokan sekeliling. "Apa cuma aku yang merasa, kalau di sini, hawanya berat sekali?" tanya Jauhari. "Memang gitu, Ri. Bahkan, lebih kuat dari kemarin sore," jawab Aditya. "Andai batu-batu itu bisa digeser, aku pengen tahu dalamnya kayak apa," papar Muchlis. "Kayaknya sulit. Karena ini reruntuhan dari atas, kata Bang Zein," balas Ridho. Tiba-tiba terdengar bunyi benda-benda jatuh. Semua orang terdiam sambil menajamkan telinga masing-masing. Kala bunyi itu terdengar kembali, mereka serentak mengarahkan pan

    Last Updated : 2025-02-14
  • Kekasih Di Balik Kabut   Bab 36

    36Yuanna jalan mondar-mandir sepanjang gudang besar. Dia benar-benar cemas, karena hingga jam 3 sore, Hendri dan ketiga rekannya belum juga keluar dari lorong waktu. Yuanna berulang kali berdoa agar akangnya bisa segera kembali. Dia tidak bisa membayangkan reaksi kedua orang tuanya dan juga Irshava, bila Hendri menghilang. Pekikan dari luar menyebabkan Yuanna bergegas membuka pintu gudang besar. Dia membulatkan mata ketika menyaksikan Zainal dan yang lainnya, tengah menarik sinar putih dari pohon besar di dekat gudang kecil. Yuanna bergegas mendekat, begitu juga dengan Sinta yang sejak tadi berada di gudang besar. Yuanna memerhatikan sekitar, di mana wajah para lelaki itu terlihat tegang. "Dek, bantu Freya buat membuka jalan!" titah Zainal sambil melirik Yuanna sekilas, sebelum pria berkaus hitam itu kembali menarik sinar putih. Tanpa menyahut, Yuanna bergegas menyambangi Freya yang tengah berdiri di depan pohon. Yuanna memasang kuda-kuda, kemudian dia menempelkan kedua telapak

    Last Updated : 2025-02-15
  • Kekasih Di Balik Kabut   Bab 37

    37Nirwan terkejut kala membaca nama pemanggil di layar ponselnya. Pria berambut tebal terdiam sejenak, sebelum menghela napas berat dan mengembuskannya sekali waktu. Tidak ada cara lain yang bisa dilakukan Nirwan, kecuali mengangkat panggilan dari bosnya di Indonesia. Meskipun deg-degan, tetapi Nirwan memaksakan diri untuk menyapa sang penelepon dengan ucapan salam. "Waalaikumsalam," balas Wirya. "Posisi, di mana, Wan?" tanyanya. "Di rumah sakit, Ndan," jelas Nirwan sambil melirik seorang pria di ranjang pasien. "Martin, kan, yang dirawat?" "Ehm, ya." "Jelaskan semuanya. Jangan ada yang ditutup-tutupi. Aku pasang speaker, supaya semua orang di sini bisa ikut mendengarksn ceritamu." Nirwan mendengkus pelan. Kemudian dia berujar, "Koko Martin nggak bangun-bangun dari subuh, waktu aku masuk ke kamarnya buat matiin alarm hape. Aku guncang-guncang badannya, tetap nggak bangun." "Aku cek napas dan denyut nadinya, masih ada, tapi lemah. Aku segera keluar kamar untuk menerangkan itu

    Last Updated : 2025-02-15
  • Kekasih Di Balik Kabut   Bab 38

    38Hendri mengusap-usap rambut adiknya yang tengah sesenggukan di dadanya. Hendri tidak sanggup memikirkan kats-kata untuk menghibur Yuanna, yang sedang menangisi Martin di seberang lautan. Hendri berpikir keras, sebelum akhirnya mengambil keputusan untuk menelepon Arsyad dan menceritakan kondisi Martin, serta peristiwa yang dialaminya kemarin. Kendatipun terkejut, tetapi Arsyad berusaha untuk tetap tenang. Lelaki tua berkumis tidak mau Zainab jadi panik. Arsyad mendengarkan penuturan putra sulungnya dengan saksama, dan tidak menyela sedikit pun. "Menurut Bapak, gimana?" tanya Hendri, setelah berhenti mengoceh. "Bapak rasa, lebih baik kalian pulang dulu, Kang. Kita rembukkan sama-sama dengan tenang," jawab Arsyad. "Tapi, aku dan yang lainnya berencana masuk lagi ke lorong waktu." "Buat apa?" "Nyari Martin." "Bapak yakin, dia dalam kondisi baik. Jadi nggak perlu dicari. Nanti akan muncul sendiri," ungkap Arsyad. "Kalian pulang dan kita bicarakan ini sama Pak Mulyadi. Mungkin be

    Last Updated : 2025-02-15
  • Kekasih Di Balik Kabut   Bab 39

    39Yuanna tertunduk lesu. Dia tidak bisa membantah keputusan orang tua dan calon mertua, yang telah sepakat untuk menunda pernikahannya dengan Martin. Hingga batas waktu yang tidak ditentukan. Kondisi Martin yang belum sadar, menjadi alasan terkuat penundaan itu. Arsyad tidak mau memaksakan pernikahan tetap dilaksanakan tiga pekan ke depan. Sebab Martin masih dinyatakan koma. Yuanna menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya perlahan. Dia mengulangi hal itu hingga beberapa kali, sampai hatinya lebih tenang. Gadis yang matanya sembap akibat terus menangis, menengadah kala dipanggil Zainab. Yuanna mendengarkan penuturan ibunya, sebelum bangkit dan jalan ke tangga. Sinta dan Freya yang berada di ruang tengah, segera bangkit untuk mengikuti langkah Yuanna menaiki tangga. Sementara Hendri yang tengah berdiri di dekat meja makan, mengamati ketiga perempuan tersebut, hingga mereka menghilang dari pandangan. Hendri mendengkus pelan. Dia mengomeli diri yang tidak bisa mencegah kekacaua

    Last Updated : 2025-02-16
  • Kekasih Di Balik Kabut   Bab 40 - Lari!

    40Yìchèn memerhatikan orang-orang yang tengah berkumpul di ruang santai. Meskipun belum terlalu hafal nama mereka, tetapi Yìchèn bisa membedakan antara satu dengan yang lainnya. Frederick dan kedua putranya, Dante dan Calvin, memiliki bentuk dagu yang sedikit runcing. Frans dan anak-anaknya, Samudra dan Sabrina, memperlihatkan wajah khas Tionghoa. Finley, putra ketiga Akong Koh Li Bun, tidak terlihat seperti orang keturunan Tionghoa. Ditambah lagi istrinya, Khadeeza, merupakan pribumi asli, hingga kedua anak mereka, yakni Harry dan Kyle mewarisi paras Indonesia. Finley menjadi satu-satunya anak Akong yang beragama Islam. Dia menjadi mualaf sebelum menikahi sang istri. Hal serupa juga dilakukan Dante dan Sabrina. Keduanya berganti keyakinan menjadi muslim, sebelum menikah dengan pasangan masing-masing. Cindy, putri satu-satunya Akong, terlihat paling putih dari keempat bersaudara tersebut. Walaupun keturunan Chinese, tetapi Cindy memiliki mata besar yang diwarisinya dari sang mama

    Last Updated : 2025-02-17
  • Kekasih Di Balik Kabut   Bab 41 - penjaga

    41Seorang pria berpakaian ala Tionghoa tempo dulu, berlari sembari menahan rasa sakit di perutnya yang terluka. Meskipun hanya tergores, tetapi tetap tidak nyaman baginya. Pria berambut pendek tersebut sontak berhenti, kala melihat seseorang tengah berlari dari samping kanan. Pria itu tertegun, saat perempuan berambut panjang tersebut memegangi lengannya, lalu menariknya. "Terus lari! Kita hampir sampai!" seru Divia sembari terus menarik Martin yang mengikutinya sambil meringis. "Teh, perutku luka. Sakit banget," tukas Martin. Divia berhenti lari, lalu memindai sekitar. "Freya, Pak Mul, kalian di mana?" tanyanya. "Ksmi di seberang sungai, Vi," jawab Mulyadi. "Aku nggak bisa nembus ke tempat Teteh. Pekat sekali," imbuh Freya yang berdiri bersama Mulyadi di balik rerimbunan pohon berukuran sedang, di tepi kanan sungai. "Martin terluka, aku nggak kuat nyeretnya," jelas Divia. "Terus maju, Vi. Bapak usahakan nyeberang," papar Mulyadi sembari jalan. Dia menembakkan tenaga dalam un

    Last Updated : 2025-02-17
  • Kekasih Di Balik Kabut   Bab 42

    42Kelebatan bayangan muncul dari dinding kanan ruang perawatan. Yuanna dan yang lainnya, sama sekali tidak menyadari ketiga sosok yang tengah mendekati ranjang. Setelah membantu Martin memasuki raganya, Lathan menghilang untuk kembali ke tempat pertempuran. Badan Divia yang berguncang, mengejutkan Yuanna dan Irshava. Kedua perempuan tersebut bergegas menyangga Divia yang nyaris jatuh. Belum hilang rasa kagetnya, Yuanna mendengar erangan dari belakang. Dia menoleh dan spontan terkejut saat menyaksikan tangan Martin bergerak-gerak. Yuanna melepaskan Divia dan berdiri. Dia mendatangi sang tunangan yang tengah meringis kesakitan. Noda merah di baju Martin mengejutkan Yuanna, yang spontan menyingkap baju untuk mengecek badan kekasihnya. "Ya, ampun!" seru Yuanna kala menyaksikan luka panjang di perut Martin. "Ada apa?" tanya Irshava yang tengah membantu Divia minum dari botol kecil. "Perut Koko terluka," jawab Yuanna. "Panggil perawat." "Jangan," sela Divia sambil membuka matanya.

    Last Updated : 2025-02-18

Latest chapter

  • Kekasih Di Balik Kabut   Bab 51

    51Kamis pagi menjelang siang, kediaman Arsyad dipenuhi banyak orang. Tenda besar yang menutupi seluruh halaman depan, seolah-olah tidak mampu meneduhi banyaknya tamu. Supaya rekan-rekan dan warga sekitar bisa mengikuti acara dengan khidmat, akhirnya Hendri memindahkan anggota rombongan dari Jakarta ke rumah seberang, yang juga milik orang tuanya. Arsyad juga telah memasang tenda yang sama besarnya di depan rumah bercat krem, yang menjadi tempat menginap keluarga besarnya dari Garut. Tanti dan Divia yang ditugaskan sebagai ketua bagian konsumsi, bekerja cepat menyiapkan meja prasmanan. Para istri tim PC juga turut membantu. Hingga dua meja besar siap digunakan untuk menampung berbagai hidangan.Seorang Ustaz kenamaan memberikan tausiah yang sangat menyentuh. Meskipun disampaikan dengan santai tetapi semua orang bisa memahami maksud sang ustaz. Setelahnya, Arsyad dan Zainab mempersilakan semua tamu untuk menyicipi hidangan yang disediakan di empat stand, di halaman samping kanan.

  • Kekasih Di Balik Kabut   Bab 50

    50Jalinan waktu terus berjalan. Tibalah saat yang dinantikan oleh Martin, yakni kedatangan keluarga besarnya dari berbagai wilayah di Malaysia. Martin menjemput langsung rombongan itu ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta, dengan ditemani Nirwan, Qianfan dan Wirya. Seusai bersalaman dan berbincang sesaat, seluruh anggota rombongan diajak untuk menaiki bus pariwisata sewaan, yang akan mengantarkan mereka langsung ke Bandung. Razman terkejut, ketika beberapa mobil Jeep Mercedes-Benz menyalip dari belakang. Dia akhirnya paham bila itu adalah kendaraan milik Tio, Dante, Alvaro, Yanuar, Samudra dan Marley, yang dikerahkan untuk mengawal bus itu. Setibanya di rest area, Wirya dan Qianfan turun. Selanjutnya, empat pengawal muda menaiki bus untuk mendampingi rombongan keluarga besar Ragnala. Wirya menaiki bus kedua yang berada di belakang bus yang ditempati keluarga Martin. Sedangkan Qianfan memasuki bus ketiga. Empat bus serupa jenis dan warna, meneruskan perjalanan. Nirwan menerang

  • Kekasih Di Balik Kabut   Bab 49

    49Suasana hening menyelimuti area belakang kantor proyek KARZD. Hanya bunyi binatang malam yang terdengar, selebihnya sunyi. Seorang perempuan muncul di dalam gudang kecil. Dia mengibaskan bagian bawah gaun salem yang mengeluarkan beberapa serpihan dedaunan kering. Perempuan berkepang satu jalan keluar menembus pintu. Dia terus melangkah lurus hingga tiba di bukit kecil. Dia memerhatikan sekeliling, lalu meneruskan langkah ke kiri. Bangunan-bangunan bermunculan seiring langkah perempuan bermata sipit tersebut. Beberapa orang juga turut hadir dalam pergantian alam itu. Perempuan berkulit putih, melanjutkan perjalanan, hingga sampai di tempat tujuan. Dia membunyikan lonceng kecil di dinding, lalu membuka pintu dan memasuki toko dengan aroma dupa yang menyengat. Perempuan itu berbicara singkat dengan pelayan toko, lali dia berbelok ke kanan untuk menuju lorong panjang. Pada deretan kiri, terdapat beberapa pintu yang dalam kondisi terbuka. Tanpa menghiraukan tatapan orang-orang di

  • Kekasih Di Balik Kabut   Bab 48

    48Yìchèn terkesiap, sesaat setelah mendengar penuturan Martin tentang peristiwa dini hari tadi. Yichen membuka kamus khusus, lalu mencari-cari sesuatu. Pria berambut sebahu tersebut menunjukkan gambar di bukunya pada Martin, yang langsung mengamati benda itu dengan antusias. Selain Martin, Hendri, Nirwan dan Wirya, turut melihat gambar itu. Kemudian Martin menunjukkan gambar kereta kuda pada Qianfan dan para orang tua di kursi seberang. "Aku nggak tahu, apa jenis keretanya sama. Tapi, bagian dalamnya memang mirip," tutur Martin. "Bahkan, kursi dan tirainya juga berlapis kain merah. Persis dengan gambar itu," lanjutnya. "Ini kereta kuda yang biasanya digunakan calon pengantin," timpal Qianfan. "Ya, betul, Paman," jawab Yìchèn. "Koko Mùchèn dan aku pernah memerhatikan kereta yang tengah dihias pegawai. Bentuknya juga seperti ini," sambungnya. Qianfan mengerutkan keningnya. "Mar, sempat nggak, kamu merhatiin pakaian yang dikenakan?" tanyanya. "Ehm, kayak baju bangsawan biasa, Pam

  • Kekasih Di Balik Kabut   Bab 47

    47Jalinan waktu terus bergulir. Kondisi Martin kian membaik dan dia mulai beraktivitas ringan, untuk melatih badannya supaya terus bergerak. Yuanna akan datang tiap Jumat sore bersama kedua orang tuanya, Fenita dan Moammar serta putranya. Mereka menginap di kediaman Hendri selama tiga hari, sebelum kembali ke Bandung. Selain keluarga Danantya, tim kantor HWZ juga bergantian datang untuk menjenguk Martin. Zein dan rekan-rekannya sengaja melakukan itu, sebagai bentuk dukungan mereka pada calon suami Yuanna tersebut. Seperti Jumat sore itu, tiga unit mobil MPV berhenti di depan rumah Hendri. Semua penumpang turun sambil membawa tas masing-masing. Arsyad dan Zainab memasuki rumah sambil mengucapkan salam. Keduanya terkejut kala melihat Harsaya dan Murti telah berada di sana terlebih dahulu. Kedua orang tua Hendri bertambah kaget, karena Sultan, Winarti, Frederick, Tarissa, Qianfan, Nancy, Gustavo dan Ira, juga berada di sana. Seusai bersalaman, para laki-laki tua membentuk kelompok

  • Kekasih Di Balik Kabut   Bab 46

    46Detik terjalin menjadi menit. Waktu terus berputar hingga merotasi hari dan berganti menjadi minggu. Siang itu, Hendri dan kelompoknya berpamitan pada keluarga Ragnala. Mereka hendak bertolak menuju Jakarta, dengan pengawalan ketat tim PBK. Alvaro, Wirya, Zulfi, Qianfan, Dante, dan Hasbi telah pulang beberapa hari lalu. Mereka hendak menyiapkan rumah sakit dan mengurus surat-surat perpindahan Martin ke Indonesia. Razman dan istrinya memeluk putra mereka yang berada di kursi roda. Demikian pula dengan Ginania dan sanak saudara, yang turut melepas kepergian Martin. Setelahnya, Nirwan mendorong kursi roda memasuki ruangan khusus untuk penumpang pesawat pribadi. Sultan sengaja mengirimkan pesawatnya, supaya perjalanan itu lebih nyaman buat Martin. Sekaligus melindungi Yìchèn dari pertanyaan pihak imigrasi. Razman, Sultan dan Frederick telah bekerjasama agar tidak ada masalah saat kelompok itu tiba di Indonesia. Terutama karena status Yìchèn yang izinnya adalah turis. Ketiga pengu

  • Kekasih Di Balik Kabut   Bab 45

    45Yìchèn mengamati sekeliling sungai dangkal, sambil mengucapkan kalimat perpisahan. Meskipun tidak bisa menemukan tempat tinggal keluarganya, tetapi Yìchèn meyakini bila sungai itulah yang pernah dilaluinya dulu, saat kabur dari kejaran kelompok makhluk astral penunggu hutan keramat. Yìchèn dan kelompoknya telah menyusuri sungai itu sepanjang hari kemarin. Mereka tiba di ujung sungai yang ternyata mengalir ke bawah goa. Wirya dan beberapa anggota kelompok itu sempat menyusuri tepi kiri goa, yang menuju hutan lebat. Mereka tidak berani memasuki tempat itu, karena menduga jika hutan tersebut adalah hutan keramat yang diceritakan Yìchèn. Pria berambut sebahu kembali memindai sekitar. Kemudian Yìchèn menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya sekali waktu. Dia menyadari, akan sulit menemukan jejak peninggalan keluarganya. Sebab itu, Yìchèn hanya bisa berdoa dirinya akan bisa kembali ke Guandong di masa depan, untuk kembali menyelidiki silsilah keluarganya. Yìchèn jalan mundur, l

  • Kekasih Di Balik Kabut   Bab 44

    44Matahari baru naik sepenggalah, ketika sekelompok orang turun dari dua mobil MPV hitam. Mereka memegangi fotokopi peta sederhana yang dibuat Donghai, berdasarkan peta asli di buku sejarah, yang ditemukannya di perpustakaan Kota Guandong. Mereka berbincang sesaat, sebelum memecah menjadi dua kelompok. Donghai, Yìchèn, To Mu, Harun dan Aditya menyisiri tepi kiri. Sedangkan sisanya mengecek area kanan sepanjang jalur sungai kecil yang dangkal. Setiap bertemu pohon besar ataupun tumpukan batu, orang-orang tersebut akan berhenti untuk memeriksa sekitar. Wirya dan Zulfi mengecek semua tempat itu dengan menyalurkan tenaga dalam masing-masing. Begitu pula dengan Jauhari, Yusuf, Aditya dan Harun. "W, di sini, tebal banget. Aku nggak bisa nembus," tutur Zulfi sembari memegangi batu besar berbentuk hampir bundar. Wirya menyambangi tempat itu dan meraba tepi batu. "Kita coba sama-sama," ajaknya, sebelum memasang kuda-kuda silat. Kedua pria tersebut menembakkan tenaga dalam secara bersama

  • Kekasih Di Balik Kabut   Bab 43

    43Secarik senyuman terbit di wajah Yuanna, ketika pagi itu Martin membuka matanya lebih lebar dibandingkan dengan dua hari silam. Saat Martin akhirnya siuman. Gadis yang mengikat rambutnya bentuk ekor kuda, meneruskan mengelap tangan dan leher serta dada Martin dengan handuk kecil yang basah. Martin memerhatikan kekasihnya, dan sangat ingin bisa berbincang dengan Yuanna. Namun, tenggorokannya masih sakit hingga sulit untuk mengeluarkan suara. Kala Yuanna mengusap jemarinya, Martin menahan tangan sang gadis. Keduanya saling menatap, sebelum Martin menggerak-gerakkan telunjuknya di telapak tangan kiri Yuanna. Perempuan berkulit putih tersebut, berusaha keras untuk menyatukan huruf demi huruf yang ditulis Martin dengan pelan. Kemudian Yuanna meletakkan handuk ke baskom kecil di lantai, lalu dia bangkit dan merunduk untuk memeluk kekasihnya. "Cepat pulih, Ko," bisik Yuanna, kemudian dia mendaratkan kecupan di dahi dan kedua pipi Martin. Pria berhidung bangir hanya bisa mengedipkan

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status