Home / Romansa / Kekasih Bayaran / Gunjingan Pelayan

Share

Gunjingan Pelayan

Author: Red Ruby
last update Last Updated: 2024-05-18 21:24:42

Keheningan segera tercipta seusai Darren berbicara. Bahkan tiga pelayan di ruangan tersebut saling lirik dalam diam. Pria itu masih menunggu dengan pandangan lurus ke depan.

"Sekali-kali aku ingin mencoba udang, Darren. Tenang saja, aku sudah minum pil anti alergi," alih Irish dan Nyonya Wina mengangguk penuh kelegaan.

"Jaga kesehatan, Sayang. Jangan membuatku khawatir," ujar Darren sembari tersenyum manis.

"Tentu." Irish mengangguk kecil lalu menunduk. Wajah tampan dan senyum mempesona pria itu, paduan yang mampu membuat pipinya memanas.

Nyonya Wina memulai aktifitas makannya tanpa berkomentar. Sedangkan Irish masih mengamati bagaimana Darren makan. Nyatanya tingkah pria itu normal, ia bisa makan tanpa bantuan.

Malam pertama di mansion megah, Irish mendapat kamar cukup luas di lantai dua. Satu koridor dengan beberapa kamar lain. Pelayan berwajah teduh mengantarnya hingga di depan pintu.

"Jika Nona butuh sesuatu, jangan sungkan untuk memanggil saya."

"Baiklah. Siapa namamu?" Irish bertanya pada wanita yang tampak sebaya dengannya.

"Julie, Nona."

"Terima kasih, Julie," ucap Irish. Ia bahkan melambaikan tangan saat pelayan itu undur diri.

Tak perlu menunggu waktu lama, Irish masuk kamar dan langsung mengunci pintu dari dalam. Tawaran Nyonya Wina dan semua fasilitas mewah ini seperti mimpi. Tadi malam ia masih tidur di kontrakan sempit dengan satu kamar. Kini di depannya terpampang nyata ranjang nyaman queen size.

Seakan belum cukup, di lemari yang lebih tepat disebut ruangan terdapat jejeran dress cantik berwarna pastel. Persis seperti warna favoritnya. Irish dibuat kagum karena semua dress juga berpasangan dengan sepatu dan tas yang tampak mahal.

'Kapan Nyonya Wina menyiapkan semua ini? Ataukah kamar ini milik seseorang sebelumnya? Theana yang asli?' Irish membatin.

Di tengah asyiknya menikmati kamar baru, Irish teringat akan sesuatu. Clutch putih yang berisi ponsel tidak ada bersamanya. Wanita itu cepat-cepat keluar kamar, hendak menanyakan keberadaan tas pada pelayan.

Suasana mansion begitu senyap. Ditambah pencahayaan di lantai dua dibuat agak redup. Tak ingin membuat keributan, Irish berjalan mengendap. Beruntung belum lama berjalan terdengar percakapan dua orang pelayan di salah satu ruangan yang pintunya setengah terbuka.

Irish hendak mengetuk. Namun pembicaraan dua orang itu membuatnya terdiam.

"Jadi wanita itu benar Nona Theana, calon istri Tuan Darren? Bukannya dia sudah meninggal?"

"Kau tidak dengar tadi Nyonya besar mengatakan itu salah paham. Nona Thea masih hidup dan selama ini berada di luar negeri."

"Oh, begitu. Tapi apa kau tidak merasa aneh. Dulu Nyonya besar sangat membenci Nona Thea, bukan? Tapi kenapa sekarang berbeda?"

"Tidak tahu. Menurutku Nona Thea juga aneh. Dia menjadi lebih ramah dan menyenangkan. Tadi dia bahkan menanyakan namaku."

"Benarkah? Nona Thea yang kutahu sangat sombong. Dengar-dengar dia juga sempat ada hubungan dengan Tuan Arthur sebelum bersama Tuan Darren. Maniak." Terdengar tawa tertahan setelahnya.

'Siapa Arthur?' tanya Irish dalam hati.

"Ssssttt, pelankan suaramu! Jangan sampai ada yang mendengarnya. Bisa habis kita nanti."

Irish tidak tahu jika dua orang itu akan keluar dari ruangan. Para pelayan juga terkejut tatkala mendapati orang yang mereka bicarakan sedang berdiri di depan pintu.

"N-nona Thea ... Anda di sini?" Julie gelagapan. Pelayan lain di sampingnya juga tak kalah panik. Tangannya yang membawa lipatan selimut dan sprai sedikit gemetar.

"Ehm, iya. Ada yang melihat tas putih kecil yang tadi saya bawa?" Irish mencoba fokus pada tujuannya.

"Kami tidak melihatnya, Nona," ujar pelayan tanpa nama setelah saling sikut dengan Julie.

"Tapi kami akan mencarinya sekarang juga. Nona tunggu saja di kamar. Kami permisi," ujar Julie yang kemudian berlalu bersama si rekan.

Beragam tanda tanya muncul di benak Irish. Ia mencoba tak peduli dan beranjak tidur. Wanita itu merebahkan diri di ranjang empuk usai mengganti pakaiannya. Tak lama berselang, sebuah ketukan mengurungkan niat Irish untuk memejamkan mata.

Irish yang mengira pelayan datang membawa clutch-nya, tanpa ragu membuka pintu. Namun yang datang bukanlah Julie maupun pelayan lain. Melainkan sosok pria tinggi berwajah tegas dengan senyum aneh.

"Kudengar calon kakak iparku datang. Ternyata benar kamu ada di sini, Sweetheart." Pria itu berusaha mengecup pipi tak bercela milik Irish, tapi secepat kilat ia menghindar.

"Jangan menggangguku!" Irish mundur dan hendak menutup pintu. Namun orang tak dikenal itu menahan dengan satu tangan dan juga kaki. Entah bagaimana Irish bisa mencium aroma aneh. Semacam alkohol.

"Kamu tidak mengenalku? Benar begitu?" Si pria terkekeh. Tangannya dengan berani menarik Irish agar keluar dari kamar.

Irish ingin berteriak jika saja pelayan tidak muncul dan menenangkan pria itu.

"Tuan Arthur, kamar Anda ada di sebelah sana. Mari saya antar." Pelayan hendak memapah.

"Lepaskan, aku bisa jalan sendiri!" Arthur menghalau tangan si pelayan dan berjalan menjauh dengan terhuyung.

"Maaf Nona, Tuan Arthur sedang mabuk. Silahkan Nona beristirahat kembali." Pelayan muda sedikit membungkuk sebelum meninggalkan Irish sendiri dalam kebingungan.

**

Esok paginya kala sarapan, mereka bertemu lagi. Arthur yang semalam ingin menggodanya kini memberi tatapan tajam. Irish menatapnya sekilas lalu berpura-pura sibuk membantu Darren mengambil roti panggang madu.

'Kenapa dia melihatku seperti itu? Memangnya ada yang aneh dengan wajahku? Apa orang itu yang semalam dua pelayan bicarakan? Untuk apa aku peduli, Mudah-mudahan dia tidak mengganguku lagi,' racau Irish dalam hati.

"Arthur, pukul berapa kamu pulang semalam?" Nyonya Wina berbicara sambil menyantap apel kukus, menu sarapan kesukaannya.

"Entahlah," jawab Arthur. Pria muda itu mengedikkan bahu, cenderung tak peduli.

"Party hampir setiap hari, tidak datang ke kantor. Kamu ingin tekanan darah bunda naik atau bagaimana?"

Kali ini Arthur tak menjawab. Ia lebih asyik menikmati roti panggang alpukat yang baru pelayan sajikan. Di sisi lain meja, Darren tersenyum.

"Arthur masih muda, Bunda. Biarkan saja dia main sebentar. Akan ada saatnya dia lebih bertanggungjawab pada perusahaan," bela Darren pada adik semata wayangnya itu.

"Kak Darren yang terbaik." Arthur kegirangan.

"Jika kamu terus membelanya, Arthur akan semakin manja, Darren," ujar Nyonya Wina gemas.

Irish memasang mode senyap menghadapi drama keluarga itu. Ia lebih sibuk mempersiapkan diri untuk agenda hari kedua menjadi Theana.

Namun siapa sangka Arthur akan menghampirinya begitu Irish berjalan sendirian menuju dapur. Sedianya, wanita itu akan membuat coklat panas untuk Darren.

"Tunggu, kita harus bicara." Arthur menghadang langkah Irish dan menunjukkan ekspresi tidak ramah.

"Tapi aku harus membuat coklat untuk Darren," kilah Irish. Wanita dengan setelan mocca itu mencari jalan tapi Arthur kian memaksanya mundur hingga punggungnya bertemu dinding.

"Jangan berpura-pura lagi. Katakan apa tujuanmu datang kemari! Mungkin kau bisa menipu Kak Darren. Tapi caramu tidak mempan untukku!" hardik Arthur.

Netra Irish membulat. Pria di depannya terlihat marah. Mungkinkah penyamarannya telah terbongkar? Tapi bagaimana bisa?

***

Related chapters

  • Kekasih Bayaran   Serupa tapi Berbeda

    Mulut Irish terbuka lalu tertutup. Namun suaranya tak kunjung keluar. Ia tak menemukan alasan untuk menjawab hardikan putra kedua dari Nyonya Wina itu."Dengar, Thea, berhenti memberi pengaruh buruk pada kakakku! Tidak cukup bagimu telah membuatnya buta? Kau belum puas?"Irish terhenyak. Entah ia harus lega atau kesal menghadapi amarah Arthur. Kata-kata tak menyenangkan baru saja jelas untuk Thea. Dan Irish harus bersabar karena pria itu belumlah selesai. "Kau melakukan semua ini agar aku cemburu, bukan? Lupakan saja, hubungan kita sudah selesai saat itu. Jadi jangan ganggu hidup kakakku lagi!"Tangan Arthur mengepal tepat di samping wajah Irish yang masih berdiri bersandar. Irish menatap mata Arthur lekat. Meski bibirnya berujar kemarahan, sorot matanya mengatakan hal lain. "Sudah selesai? Bisakah aku membuat coklat panas untuk Darren sekarang?" tanya Irish. Pertanyaan polos yang Irish lontarkan meluruhkan emosi Arthur. Pria itu mematung dan membiarkan Irish pergi melenggang menuj

    Last Updated : 2024-05-18
  • Kekasih Bayaran   Ingin Melupakan

    Arthur mencari keberadaan Irish setelah menutup panggilan. Wanita cantik itu tidak terlihat padahal beberapa saat lalu masih ada kenampakannya bersama gadis kecil. "Ke mana dia?" Arthur yang petang itu mengenakan cardigan hijau tua dan celana khaki mulai berjalan. Sementara itu Irish tak menyangka jika di toilet wanita itu akan bertemu sepupu dari pihak ibunya, Winda. Usai memastikan situasi aman, Irish menghambur ke pelukan wanita itu. "Lama tidak ada kabar, kamu makin cantik," komentar Winda seraya memperhatikan setelan mahal saudaranya itu. Terakhir mereka bertemu sekitar satu tahun lalu di acara reuni keluarga. "Kamu juga cantik, Win," balas Irish senang. "Kamu masih tinggal di kontrakan lama? Kemarin aku main ke sana ternyata kosong.""Aku tinggal di mess karyawan," jawab Irish asal. "Kerja di mana sekarang memangnya?"Pertanyaan yang paling Irish hindari kini terdengar. Tak mungkin ia mengatakan dengan jujur tentang pekerjaannya. Irish mulai memutar otak."Aku merawat ora

    Last Updated : 2024-05-18
  • Kekasih Bayaran   Pengakuan Arthur

    Irish terkejut akan serangan Arthur yang tiba-tiba. Tubuhnya yang ramping tentu tidak sanggup menahan bobot pria yang tinggi dan proporsional itu. Ditambah Arthur yang dalam keadaan lemas. Dua orang seketika terjatuh kembali ke ranjang dengan Irish pada sisi bawah."Arthur, lepaskan!" Irish meronta."Tidak, aku ingin memelukmu sepuasnya. Selama ini aku selalu cemburu tiap kali kamu dekat dengan Kak Darren." Nada bicara Arthur tak jauh berbeda dengan bocah tujuh tahun yang sedang merajuk."Tapi aku kesulitan bernafas, lepaskan aku," ujar Irish melunak."Baiklah, aku terlalu bersemangat. Maafkan aku." Arthur mengubah posisi sehingga Irish akhirnya bisa menarik napas lega."Jadi ini benar-benar mimpi, Thea?" Arthur masih mengulum senyum. Tak tampak lagi sikap angkuh dan menyebalkan ketika mereka berbelanja kemarin. Saat ini Irish bagai melihat sisi lain Arthur.'Dia terlihat sangat manis jika seperti ini,' ucap Irish dalam hati."Apa boleh aku memelukmu lagi?" Arthur menatap manik mata I

    Last Updated : 2024-06-06
  • Kekasih Bayaran   Insiden di Dapur

    Tengah malam. Suasana mansion telah lengang. Belasan pelayan pun telah beristirahat di paviliun khusus, dekat taman mawar halaman belakang.Irish membuka pintu kamarnya secara perlahan. Beberapa penerangan di koridor diatur menjadi lebih redup. Wanita itu berjalan mengendap. Lagaknya mirip seseorang yang ingin melakukan aksi rahasia.Setelah berhasil turun ke lantai dasar, ia berbelok menuju dapur. Perutnya merasa lapar dan ia tidak bisa tidur saat lapar. Maka, ia hendak mengambil sedikit cake atau apapun yang berada di sana.Ruangan dapur yang luas sangat terang ketika siang hari. Karena satu sisi jendela lebarnya didesain menerima cahaya matahari secara langsung. Tapi saat malam hari, Irish tidak menyangka jika suasananya sedikit membuat merinding."Aku cuma akan mengambil cake dan es krim lalu kembali ke kamar," gumamnya sendiri. Kaki telah mendekati tiga lemari pendingin yang berjejer di sudut.Namun dari arah westafel yang cukup gelap, muncul sesosok wanita dengan dress putih sel

    Last Updated : 2024-06-07
  • Kekasih Bayaran   Sebuah Bukti

    Irish membanting tubuhnya di ranjang. Tubuhnya memang tidak terlalu lelah, tetapi isi dalam kepalanya terus berkecamuk. Berkali ia tak memahami apa yang sedang Darren katakan. Bukan hanya masalah komunikasi, Irish ternyata sama sekali tak memahami bagaimana karakter Thea sesungguhnya.Hari ini saja ia sudah dua kali meralat ucapannya sendiri. Beruntung sepertinya Darren percaya saja. Nyonya Wina juga tak mau membahas Thea lebih jauh. Irish merasa segan jika terus menerus bertanya.'Sepertinya aku harus mencari tahu sendiri. Jika kamar ini benar milik Thea pasti ada petunjuk yang dia tinggalkan,' tekad Irish.Irish menatap jam dinding, masih ada waktu satu jam sebelum makan malam. Setidaknya tidak akan ada yang mencarinya hingga beberapa saat ke depan.Wanita itu terduduk, mengamati sekitar. Ruangan bercat ungu soft itu terdiri dari ranjang, meja rias dengan lampu-lampu tepi cermin, lengkap dengan produk-produk perawatan mahal. Pun parfum beraneka merk ternama terpajang rapi di lemari

    Last Updated : 2024-06-08
  • Kekasih Bayaran   Kemunculan di Klub Malam

    Beat musik menghentak oleh DJ menyambut indera pendengaran Arthur ketika ia baru menapaki club malam tengah kota. Mendekati tengah malam, suasana tempat yang didominasi muda mudi itu semakin ramai.Arthur duduk di kursi tinggi depan meja bartender. Menatap sekitar dengan perasaan enggan. Ia pun tak tahu mengapa harus datang ke tempat ini. Yang Arthur tahu setiap kali bertemu Thea di mansion, ia ingin melarikan diri. Netra cantik wanita itu masih membuatnya tenggelam. Tak peduli berapa berkali Thea telah menorehkan luka. Benci dan cinta, kini bercampur dalam hati Arthur."Beri aku whiskey," pinta Arthur pada bartender muda berseragam hitam.Sembari menikmati minuman di gelas sloki, Arthur memandang arah lantai dansa. Orang-orang itu bergerak sesuai dengan irama. Seseorang menepuk pundak Arthur."Kau datang, buddy?" Pria sebaya duduk di sampingnya dengan tangan membawa segelas tequila."Sedang bosan di rumah. Kau sendirian?" alih Arthur yang kemudian menandaskan minumannya."Tadinya ak

    Last Updated : 2024-06-08
  • Kekasih Bayaran   Curiga

    Angin malam menyentuh kulit putih Irish yang tidak tertutup pakaian tidur. Ia menyanggupi ajakan Arthur untuk sekedar berbicara santai di balkon lantai dua.Dari tempatnya berdiri, Irish bisa melihat secercah cahaya di sebelah barat, arah kota. Maklum saja, mansion mewah dua puluh hektar ini di bangun di sekitar hutan pinggiran kota."Aku merasa ada yang berubah darimu." Arthur bersuara usai keheningan mengisi ruang di antara keduanya."Kamu ada-ada saja. Aku masih Thea yang sama. Theana Cornell Waverly," respon Irish disertai tawa kecil. Ia merasa mendapat sedikit keuntungan usai menemukan USB flashdisk milik Thea. Setidaknya ia jadi tahu siapa nama lengkap tunangan Darren yang asli."Apa kamu masih suka pantai?" "Masih." Irish mengangguk berharap jawabannya tidak salah. Karena sejujurnya pun ia suka bermain di pantai. Teringat saat kondisi Nora belum separah sekarang, mereka selalu menikmati waktu di pantai setiap akhir pekan."Kalau begitu kamu masih ingat kita pernah memelihara s

    Last Updated : 2024-06-09
  • Kekasih Bayaran   Tatto yang Hilang

    "Mau membuat tatto bersama?" Thea dengan ransel ungu muda menjawil hidung mancung Arthur yang berdiri di sampingnya."Tatto? Kamu yakin?" Nada yang Arthur perdengarkan lebih bisa dikatakan mencibir dibandingkan bertanya. Baginya, Thea terlalu manja untuk menerima rasa sakit ketika kulit ati bertemu jarum tatto."Kamu meremehkanku rupanya. Ck, ck, ck, lihat ini. Taraaa!!" Thea mengangkat selebaran di depan wajah pria yang tahun itu baru menginjak usia dua puluh satu tahun."Couple Tatto. Valentine edition. Lalu?" Arthur membaca tulisan bergaya Lily Script One pada selebaran lalu menatap Thea lekat. Ia masih ingin menggoda wanita cantik dengan cardigan biru laut itu."Aku tidak suka mengatakan permintaanku dua kali." Thea melengos, menambah gemas pada sudut pandang Arthur."Baiklah, baiklah. Kapan kamu ingin membuat tatto? Hari ini?" tawar Arthur seraya menangkup kedua tangan pada pipi Thea. Pria itu tak ingin gadisnya merajuk lebih lama."Sebenarnya aku sudah membuat janji dengan tatto

    Last Updated : 2024-06-10

Latest chapter

  • Kekasih Bayaran   Peringatan Arthur

    Irish mengikuti Arthur dengan langkah gugup. Tatapan pria itu membuatnya merasa seolah seluruh rahasianya telah dibongkar. Mereka berhenti di teras belakang, tempat angin sejuk bertiup lembut, membawa aroma bunga mawar dari taman. Kebetulan tidak ada pelayan dan penjaga yang berseliweran di titik itu.Arthur memutar tubuhnya, menatap Irish dengan ekspresi dingin. "Kenapa kamu di sini, Irish?" tanyanya langsung, tanpa basa-basi. Irish tercekat. Nama itu keluar dari bibir Arthur tanpa keraguan, dan semua upaya untuk tetap menjadi Thea seketika runtuh. Dia mencoba menyangkal, tapi tatapan tajam Arthur membuatnya tahu bahwa itu sia-sia. "Aku... aku cuma berniat membantu Darren," jawab Irish pelan, menundukkan kepala. "Dia membutuhkan seseorang." Arthur mendengus, menyilangkan tangan di dada. "Membantu Darren? Dengan berpura-pura menjadi Thea? Kamu sadar apa yang kamu lakukan, Irish? Kamu bermain dengan api." Irish mengangkat wajahnya, menatap Arthur dengan tatapan memohon. "Aku ti

  • Kekasih Bayaran   Kanvas dan Undangan Merah

    Pagi itu, ruangan terasa hangat meski angin sejuk menyusup dari jendela terbuka. Cahaya matahari yang lembut menyinari lantai kayu, menciptakan pola cahaya dan bayangan di sekitarnya. Irish menangkap raut tak biasa yang Darren tunjukkan. Setelah beberapa saat, dia menghembuskan napas dan akhirnya melanjutkan kalimat."Darren," suara Irish terdengar lembut. "Aku ingin mencoba melukis ... mungkin ini cara yang baik untuk menghabiskan waktu bersama."Darren tersenyum. Wajahnya sudah tampak lebih tenang meskipun matanya kosong. Kuas dan aroma cat adalah hal yang membuatnya muak saat ini, tetapi ia takkan mampu menolak apapun keinginan wanita di depannya."Melukis?" Darren tersenyum lembut. "Sejak kapan kamu tertarik melukis?"Irish tersenyum canggung. "Aku pikir... aku bisa mencoba belajar darimu." Tatapannya sedikit menghindar, berusaha menyembunyikan rasa gugupnya. "Mungkin ini bisa jadi cara baru bagi kita untuk terhubung. Kamu tau, ingatanku ...."Cuma Irish yang tahu jika ini cuma a

  • Kekasih Bayaran   Untuk 'Dosa' Masa Lalu

    Malam semakin larut, Darren terbaring di tempat tidurnya, wajahnya berkeringat meski malam itu udara cukup dingin. Dalam tidur yang gelisah, ia terperangkap dalam mimpi buruk yang sering menghantui setiap malam. Mimpi itu selalu membawa Darren kembali ke hari yang mengubah segalanya.Darren yang masih mengenakan seragam putih abu-abu mengemudi di jalan berliku yang dikelilingi oleh pepohonan rimbun. Matahari mulai terbenam, menciptakan bayangan panjang di jalan. Deo, sahabatnya duduk di samping. Tertawa dan bercanda tentang rencana mereka untuk masa depan. Suasana di dalam mobil itu begitu riang dan menyenangkan."Aku punya kabar bagus, Darren, aku hampir menyelesaikan lukisan terbesarku," kata Deo dengan semangat. "Aku yakin kali ini karyaku akan masuk galeri yang selama kuimpikan.""Aku tidak sabar melihatnya. Sejak dulu aku tahu kau memang berbakat." Darren tersenyum bangga. Sesekali ia menoleh pada Deo lalu kembali fokus pada jalan.Namun, dalam sekejap, suasana itu berubah. Sebua

  • Kekasih Bayaran   Ingin Melindungi

    Tak butuh waktu lama bagi Arthur untuk mengganti setelan kantornya menjadi pakaian yang lebih nyaman digunakan. Sedang di area piano, dua sejoli itu masih bercengkrama. Diiringi canda dan tawa kecil khas pasangan. Mendengar langkah kaki mendekat, sepertinya Darren sadar jika itu adalah adik semata wayangnya. Ia memanggil Arthur yang sedianya ingin melewati mereka begitu saja."Ada apa?" Ia menatap Darren dan Irish bergantian."Apa kau sibuk?""Tidak juga. Aku sedang ingin berjalan-jalan di halaman belakang." Pria muda itu mengangkat bahu."Kebetulan sekali. Thea sedang ingin mencari udara segar. Maukah kamu menemaninya keluar?" Darren memasang senyum tenang seperti biasanya. Arthur diam sejenak, ia melirik Irish yang langsung memalingkan wajah. Entah ini ide siapa, yang jelas ia takkan menolak. Karena ada beberapa hal yang ingin ia tanyakan pada wanita itu."Ya, bukan masalah. Mari, kakak ipar," ajak Arthur dan Irish mengangkat dagu demi bisa menatapnya."Baiklah, pastikan kalian be

  • Kekasih Bayaran   Rencana Kedua

    Arthur menggenggam erat surat ditangan. Kepalanya tergeleng samar, tak menyangka akan apa yang telah ia temukan. "Ini ... perjanjian antara bunda dan Irish? Untuk berpura-pura menjadi Thea dan membujuk Darren untuk menerima donor mata?"Tak butuh waktu lama pria muda itu segera kembali menemui sang ibu. Surat perjanjian masih berada di tangannya. Ia berjalan cepat. Dengan wajah tegang, Arthur mengkonfrontasi Nyonya Wina."Apa maksudnya ini, Bunda? Kenapa ada surat perjanjian seperti ini?" Ia letakkan map di atas meja, tepat di hadapan sang ibu.Nyonya Wina terkejut tapi mencoba tetap tenang. Sebelum menghadapi sang putra kedua, ia harus memastikan jika di sekitar mereka aman. Sedangkan beberapa meter arah pukul tiga terdapat seorang pelayan yang hendak mengantar selimut untuk Darren."Arthur, sabar dulu. Mari kita bicara di tempat yang lebih tenang," ajaknya dengan gaya anggun dan kalem seperti biasanya.Dengan patuh, Arthur mengikuti langkah sang ibu kembali ke ruang kerja. Nyonya Wi

  • Kekasih Bayaran   Semakin Dekat

    Matahari mulai kembali ke peraduan. Langit jingga berangsur menjadi biru gelap. Desau angin yang menemani hujan, datang bersama senandung binatang malam.Arthur dan Irish duduk di kursi rumah kayu yang lebih tepat dikatakan pondok, ditemani penerangan lampu kecil yang temaram. Keheningan di antara mereka terasa nyaman, hanya diiringi suara hujan yang menetes di atap.Tangan Arthur meraih sebuah selimut tua yang ditemukan di sudut dan memberikannya kepada Irish. "Ini, pakai selimut ini.""Terima kasih."Kembali mereka terlibat dalam percakapan ringan. Tidak nampak kecanggungan di antara kedua orang itu. Meski demikian, Arthur secara tersirat memancing supaya Irish mau membuka diri padanya."Apa rencanamu setelah ini? Menikah dengan Kak Darren?" "Tidak, aku tidak berpikir sejauh itu," sahut Irish. Netranya menerawang melalui jendela persegi tanpa tirai."Bukankah tujuan dari hubungan kalian adalah pernikahan?" Arthur nyaris tersenyum."Hm, maksudku aku dan Darren masih muda, masih jauh

  • Kekasih Bayaran   Tidak Berharga

    Sore dengan sedikit mendung. Dua mobil terparkir rapi di halaman depan mansion. Bukan milik Nyonya Wina maupun para putranya, melainkan milik kerabat dekat yang dinantikan kehadirannya sejak berjam-jam yang lalu.Ruang tengah dan ruang makan disulap lebih cantik dengan hiasan bungan Peony putih. Para pelayan sibuk ke sana kemari mengerjakan apa saja tugas yang Nyony Wina berikan melalui kepala pelayan.Irish berjibaku di dapur, membantu membuat dessert ataupun memastikan jika mungkin ada sajian yang belum sempurna. Ia merasa lebih baik begini daripada harus berkumpul dengan orang-orang yang berbeda kasta dengannya."Benar, Nona Sofia sangat cantik," ungkap salah seorang pelayan yang baru kembali ke dapur usai menyajikan appetizer, membuat heboh seisi dapur dalam sekejap."Benar, 'kan apa yang kubilang. Calon istri Tuan Arthur sangat cantik. Mereka pasangan yang serasi," timpal pelayan yang lain."Jadi kapan mereka akan menikah?" "Tidak mungkin secepat itu, Tuan Arthur ingin kakaknya

  • Kekasih Bayaran   Yang Terancam

    Pagi menjelang siang. Irish bersama seorang pelayan tengah berada di pusat perbelanjaan kota. Lebam dan luka pada pipi Irish belum benar-benar sembuh. Tapi wanita itu dengan lincah memilih bahan kue dan juga buah sesuai pesanan si nyonya."Apa Tante Wina akan mengadakan pesta?" Irish menerka. Mereka bahkan diminta membeli memesan bunga segar untuk dekorasi."Saya dengar akan ada kerabat yang datang berkunjung, Nona.""Ooh, pantas saja. Setelah ini kita akan membeli gelato dan ... dan memakannya dengan santai?" Irish sempat tak percaya saat membaca pesan Nyonya Wina pada layar ponselnya."Saya mau gelato rasa coklat, Nona," sambar Nina mendengar pesan itu. Ia tersenyum malu-malu mau saat Irish menatapnya."Baiklah ayo kita makan gelato, kita cuma melaksanakan tugas. Benar, 'kan, Nina?" Irish dan Nina kemudian tertawa bersama.Antrian pada stan gelato cukup panjang. Sembari menunggu, Irish menitipkan tas belanja yang telah terisi penuh pada Nina. Sedang ia menuju toilet tanpa menyadari

  • Kekasih Bayaran   Pelayan Baru

    Irish bangun lebih pagi hari itu. Segera setelah mandi ia turun dengan setelan berwarna abu muda. Karenanya, Irish baru mengetahui jika kepala pelayan selalu mengadakan briefing pada belasan bawahannya.Irish mengamati para pelayan dengan seragam dan tatanan rambut rapi itu. Ia sudah hampir mengingat nama mereka. Kecuali satu orang. Pelayan baru yang masuk sejak dua hari lalu. Wanita itu selalu menunduk tiap kali berpapasan dengan Irish, tidak pernah mengeluarkan suaranya.Pukul tujuh tepat, semua anggota keluarga telah mengelilingi meja makan. Arthur dengan pakaian khas kantor begitu pula Darren. Kemarin pria itu mengatakan pada Irish jika ia harus menandatangani suatu berkas penting di kantor hari ini."Kamu mau ikut ke kantor?" Darren berbicara dengan sedikit menoleh ke arah kanan, posisi duduk Irish berada."Bunda akan mengajak Thea berbelanja, Darren," jawab Nyonya Wina mewakili Irish.Tiba saatnya makanan di sajikan. Seorang pelayan memberikan susu pisang untuk Arthur dan kopi s

DMCA.com Protection Status