“Jeng! Jeng! Jeng!” Seruan Ivory yang dipenuhi dengan semangat, mengalihkan pandangan Lucas dan ayahnya. Kedua pria berbeda generasi itu memandang sosok Sienna dari ujung rambut hingga ke ujung kaki dengan takjub. “Ehem! Bagaimana pendapat kalian?” tanya Ivory yang merasa sangat bangga seolah sedang memperlihatkan sebuah maha karya miliknya kepada ayah dan adiknya. Ivory berdecak sebal. “Kenapa kalian malah diam?” protesnya saat tidak mendengar tanggapan apa pun dari keduanya. Lucas berdeham pelan. Ia berusaha menata ekspresinya terlebih dahulu, lalu perlahan ia menghampiri Sienna, meraih tangan gadis itu dan bergumam, “Kamu sangat cantik, Sienna.” “Terima kasih,” cicit Sienna dengan gugup. “Itu saja?” Malah Ivory yang mengajukan protesnya. Ia menatap adiknya dengan kecewa. Padahal tadi Ivory berharap Lucas akan memberikan pujian yang lebih heboh, tetapi seperti yang diduga sebelumnya, Lucas hanya bisa menunjukkan ekspresi datarnya. “Memangnya Kakak berharap aku mengatakan apa?
“Akhirnya sandiwara telah berakhir,” gumam Sienna seraya tersenyum lepas.Gadis itu menghela napas lega setelah dirinya masuk ke dalam mobil Lucas. Pria itu telah melajukan mobilnya keluar dari kediaman keluarga Morgan.“Apa ada yang aneh dengan penampilanku, Lucas?” tanya Sienna ketika memergoki Lucas yang mencuri pandang ke arahnya.Lucas tidak menjawab. Ia hanya melirik Sienna sekilas dan kembali memfokuskan pandangannya ke jalan dan berkata, “Jangan senang terlalu cepat. Sandiwara kita belum berakhir.”Sontak, tatapan Sienna berubah menjadi tajam. “Apa maksudmu, Lucas? Apa lagi yang mau kamu lakukan?” selidiknya.“Sepertinya sekarang kamu jadi makin berani memanggil namaku langsung,” timpal Lucas tanpa menoleh.Sienna mengerucutkan bibirnya dan menatap pria itu dengan kesal. “Kamu sendiri yang menyuruhku untuk memanggilmu seperti itu. Kenapa sekarang malah menyalahkanku?” sungutnya.“Kamu pikir aku suka bersikap seperti ini?” imbuh Sienna yang enggan mengakui perasaannya.Padahal
Sienna memandang Lucas dengan wajah yang sangat syok. “Kamu benar-benar mau pergi ke sana? Bukankah tadi kita hanya berpura-pura?” selidiknya.Satu alis Lucas terangkat. “Jadi hanya karena hal ini kamu sampai berteriak dan memintaku berhenti?” selidiknya.“Ini bukan sekedar ‘hanya’, Lucas. Kita tidak mungkin datang ke acara itu bersama-sama,” ucap Sienna mengingatkan pria itu.Alis Lucas bertaut. Ia telah menatap gadis itu dengan tajam. “Apa maksudmu bicara seperti itu? Apa aku tidak pantas datang ke sana bersamamu atau aku akan membuatmu malu?” selidiknya dengan suara yang terdengar tidak senang.Sienna menghela napas panjang. Ia tidak mengerti kenapa Lucas bisa berpikiran sejauh itu.“Bukan begitu. Bukankah kita hanya berpura-pura saja di depan orang tuamu? Aku tidak ingin sandiwara dan kebohongan ini sampai menyebar ke dalam keluargaku, Lucas. Ini terlalu berlebihan,” terang Sienna atas kekhawatirannya.Lucas pun tertegun. Ucapan Sienna menyadarkannya bahwa sandiwaranya sudah melew
“Turunkan aku di sini saja, Lucas,” pinta Sienna saat mobil yang dikendarai Lucas hampir mencapai gedung Hotel Sherman. Perlahan Lucas pun menepikan kendaraannya di persimpangan jalan yang masih cukup jauh dari gedung tersebut. Ia menoleh ke arah Sienna yang baru saja melepaskan sabuk pengamannya. “Terima kasih telah mengantarkanku sampai di sini, Lucas,” ucap Sienna dengan wajah yang terlihat penuh kelegaan. Tentu saja hal tersebut menyita perhatian Lucas. Pria itu menerka bahwa Sienna sangat tertekan berada dalam satu mobil dengannya. Hanya saja Lucas tidak ingin bertanya lebih jauh. Sienna membuka sabuk pengamannya, lalu turun begitu saja tanpa mengucapkan selamat tinggal ataupun sekedar berbasa-basi padanya. “Ck, gadis itu! Makin hari dia makin menjadi saja,” keluh Lucas atas sikap sekretarisnya itu. Namun, ia tidak dapat mengajukan protesnya kepada sekretarisnya tersebut karena walau bagaimanapun ia masih membutuhkan bantuan gadis
“Bukannya kamu juga mau pergi ke acara anniversary orang tuamu?” terka Martin. Sienna terkesiap, lalu menggeleng pelan. “Tidak, aku ….” “Tidak perlu berbohong, Sienna,” sela Martin McKenzie yang telah menatapnya dengan tajam. Sienna tahu dengan penampilannya seperti ini, pria itu tidak akan percaya padanya. Pria itu pasti tidak akan membiarkannya pergi begitu saja sebelum mendapatkan penjelasan yang memuaskannya. “Aku tidak berbohong. Aku memang tidak jadi ke sana,” cicit Sienna. Ia tidak tahu harus bagaimana menjelaskan alasannya berada di tempat itu. Pastinya, Sienna tidak bisa mengatakan kepada Martin tentang Lucas. Kerutan pada dahi Martin terukir semakin dalam. Pria itu masih menatap Sienna dengan tajam. “Kenapa? Aku pikir kamu akan hadir dalam acara orang tuamu,” ucapnya. “Aku ….” Sienna masih mencari alasan yang dapat diterima oleh Martin. Akan tetapi, sebelum ia sempat menjelaskan apa pun, Martin yang sedang ter
Suara blitz terdengar memenuhi pintu masuk gedung Hotel Sherman. Terlihat banyak sekali para wartawan yang tidak ingin ketinggalan meliput para tamu yang hadir dalam acara anniversary hotel dan anniversary pernikahan Calvin Sherwood. Mereka juga tidak ketinggalan mengambil gambar Martin McKenzie yang baru saja turun dari mobilnya. Tentu saja semua orang terheran-heran melihat kehadiran gadis yang ada di samping Martin. “Siapa dia?” “Apa dia seorang artis?” “Wah! Apa dia kekasih baru Tuan Muda McKenzie?” "Ini akan jadi gosip baru nih!" Berbagai pertanyaan dan asumsi muncul dari bibir para awak media tersebut. Salah seorang wartawan langsung mengajukan beberapa pertanyaan kepada Martin, "Tuan Muda McKenzie, apa kali ini Anda akan melepaskan status lajang Anda? Apa gadis ini yang Anda tunggu selama ini?" Sayangnya, Martin tidak berminat untuk menjawab hal tersebut. Selama ini Martin McKenzie telah menjadi incaran para wartawan. Pria itu termasuk jajaran pemuda tampan dan mapan sert
Martin tertawa kecil melihat kebingungan gadis itu. Ia pun berkata, “Aku tidak berbohong kok. Kamu lihat saja sekarang. Semua orang sedang melihat ke arah kita.” Sontak, Sienna pun mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya dan melihat beberapa tatapan yang memang sempat tertuju ke arah mereka. “Mereka pasti ingin bertanya-tanya, siapa wanita cantik di sampingku ini,” imbuh Martin, masih terkekeh pelan. Sienna berdeham canggung. “Aku rasa mereka justru kagum dengan ketampanan, Kak Martin. Mereka pasti mengira aku sudah merusak pemandangan berdiri di sampingmu,” timpalnya. Martin mengulum senyumnya. Pria itu tidak menyangka Sienna malah berpikiran seperti itu. “Kamu ini … Memangnya tadi kamu tidak berkaca? Masa kamu tidak sadar kalau kamu itu sangat cantik malam ini, Sienna?” ucap Martin dengan penuh kekaguman. Ia benar-benar pangling dan merasa bangga bisa memiliki pendamping pesta secantik ini. Seulas senyuman canggung kembali terukir di bibir Sienna. Walaupun tadi kedua Nona Mud
“Sienna?” Sapaan yang meluncur dari bibir pria muda beralis tebal dengan senyuman sinis yang terukir di bibirnya itu membuat degup jantung Sienna berdebar tidak karuan. Bukan karena ia terpesona dengan pria itu, melainkan muncul rasa takut yang selama ini terbayang di dalam ingatannya. Kedua netra Sienna masih membulat syok. Ia mengeratkan genggamannya pada lengan kokoh Martin untuk menguatkan dirinya. Tindakan Sienna itu cukup menarik perhatian Martin. Namun, ia tidak mengerti kenapa Sienna bereaksi seperti itu. Padahal pria yang menyapa gadis itu adalah kakak tirinya sendiri, Clive Sherwood. “Aku pikir tadi aku salah lihat, Sienna. Ternyata memang benar kamu,” ucap Clive seraya tersenyum smirk. Namun, Sienna tidak memberikan tanggapan apa pun. Ia memilih untuk mengabaikannya. Akan tetapi, Clive tetap mengajaknya bicara. “Kita sudah lama tidak bertemu, tapi kamu ternyata berubah secantik ini. Sepertinya ‘asupanmu’ cukup terpenuhi walau sudah keluar dari rumah.” Sienna tahu jel
Di depan pintu, Felix Harvey telah menunggu dengan senyum lebar di wajahnya. Ia terpukau melihat penampilan Sienna. "Kamu cantik sekali, Putriku.""Terima kasih, Ayah," jawab Sienna malu-malu.Felix menghela napas berat. “Apa boleh Ayah tidak menyerahkanmu kepada putra Morgan itu?” gerutunya.“Ayah ….” Sienna mencebikkan bibirnya dengan malas. Ia tahu jika ayahnya masih enggan melihatnya menjadi milik orang lain karena kebersamaan mereka yang terlalu singkat. Namun, ia juga tahu bahwa ayahnya tidak serius dengan ucapannya tadi.“Bocah Morgan itu benar-benar beruntung memilikimu. Kalau dia berani menyakitimu, kembalilah kepada Ayah. Biar Ayah menghadapinya,” ucap Felix lagi.Bola mata zamrud Sienna kembali basah. Air matanya hampir menetes jika Ivona tidak buru-buru menyekanya dengan tisu yang sudah dipersiapkannya.“Paman Felix, jangan mengacaukan riasan yang sudah susah payah kubuat,” protes Ivona yang telah mendelik tajam.Felix terkekeh pelan. Ia pun menutupi wedding veil putrinya,
Pandangan Sienna beralih kepada Diane dan Aurora serta para rekan sedivisinya dulu yang juga berada di dalam ruangan itu. Hari ini mereka menjadi bridesmaid-nya. Mereka jugalah yang telah merancang tiara dan beberapa perhiasan yang telah dikenakan oleh Sienna saat ini. Semua telah diatur sedemikian rupa oleh Lucas dan kedua kakak iparnya tersebut.“Terima kasih atas kerja keras kalian selama beberapa bulan ini. Pasti kalian sangat capek, tapi hasilnya sangat luar biasa. Aku suka,” puji Sienna dengan penuh rasa terima kasih.“Perhiasan desain kami bisa dipakai oleh desainer sekelas Sienna Harvey sudah menjadi suatu kebanggaan buat kami. Benar kan, Teman-teman?” timpal Diane Hyatt seraya menoleh kepada para rekannya yang mendapatkan anggukan persetujuan.“Kemampuan Manajer Hyatt sekarang makin luar biasa, hum?” goda Sienna kepada mantan rekannya itu.Ya, sejak Sienna meninggalkan Luminous dan memilih untuk pergi ke Paris
“Ah, ya ampun! Bisa-bisanya kamu malah mesra-mesraan di sini, Luke!” Suara omelan Ivona terdengar menggelegar dan membuat Lucas perlahan melepaskan pelukannya.Wajah kakak keduanya itu sudah dipenuhi kekesalan. “Waktuku untuk mendadaninya jadi terbatas, kan?” protesnya yang membuat Sienna terkekeh geli.Tanpa menunggu tanggapan adik laki-lakinya itu, Ivona langsung menarik pergelangan tangan Sienna agar mengikutinya. “Ayo, Sienna. Aku akan membuatmu menjadi pengantin paling memukau hari ini,” ujarnya.Sebelum menghilang dari balik pintu depan vila, Ivona sempat menoleh kepada Lucas. “Sebaiknya kamu bersiap-siap sekarang, Luke. Awas nanti kamu belum selesai kalau aku sudah selesai mendandani Sienna nanti,” peringatnya.Lucas hanya bisa menghela napas pelan, lalu bergegas ikut masuk ke dalam vila. Ia tahu jika Ivona tidak main-main dengan ucapannya dan ia harus sudah siap sebelum para tamu hadir petang ini.
Setelah beberapa jam berkendara, mobil yang dikemudi Ethan akhirnya berhenti di sebuah vila besar yang terletak di pinggir kota. Bangunan vila itu terlihat megah dengan taman luas yang tertata rapi. Bagian belakang vila terhubung dengan hutan kecil yang masih sangat natural dan memiliki pemandangan indah dengan latar pegunungan yang menjulang megah di kejauhan. Lucas masih duduk di dalam mobil, menatap wajah damai Sienna yang masih terlelap di pangkuannya. Ia enggan membangunkannya karena tahu gadis itu sangat lelah setelah menempuh perjalanan selama hampir 12 jam di dalam pesawat. Jarak yang begitu jauh ditempuh Lucas selama dua tahun ini apabila ia merindukan kekasih hatinya itu. Namun, karena kesibukannya seminggu ini, ia terpaksa menahan rasa rindunya. Belaian lembut yang dilakukan Lucas pada wajah kekasihnya itu membuat gadis itu akhirnya terjaga. Perlahan sinar zamrud dari netra gadis itu terpancar lebar.
"Apa maksudmu tidak tahu? Anna, kamu sahabatku, bukan? Tolong jangan ada yang disembunyikan dariku," desak Sienna sekali lagi. “Apa benar Lucas sering bertemu dengan wanita di Goddess?” Terdengar suara dehaman berat dari Anna sebelum akhirnya ia menjawab, "A-aku juga tidak tahu. Oliver yang mengatakannya padaku. Ta-tapi … aku tidak tahu apa dia hanya salah lihat atau sengaja melebih-lebihkan saja. Mungkin saja hanya klien bisnisnya, Sienna.” Kedua alis Sienna bertaut. Jawaban sahabatnya itu tidak memuaskannya. Justru malah memperkuat kecurigaannya bahwa ada rahasia besar yang ditutupi darinya. “Kamu tahu sendiri kan seperti apa Oliver? Terkadang dia sangat menyebalkan dan sengaja membuatku kesal. Mungkin saja waktu itu dia hanya ingin mempermainkanku, biar aku mengadu padamu,” imbuh Anna. Sienna tersenyum kecil. “Kalian tidak berubah. Mau sampai kapan terus berantem seperti ini? Padahal kalian mau menikah bulan depan. Apa k
“Jadi … apa maumu?” tanya Lucas. Ia ingin mendengar pendapat kekasihnya tersebut. “kamu mau putus?” Sienna sangat terkejut mendengar penawaran pria itu. Ia menundukkan wajahnya dan bergumam, “Apa aku boleh egois dengan tetap memilih menjadi kekasihmu?” Sudut bibir Lucas terangkat tipis. Ia menarik tubuh Sienna dan memeluknya dengan erat. “Tentu saja boleh. Kalaupun kamu tidak mau bersikap egois, aku yang akan bersikap egois dengan terus berada di sisimu, Sienna. Aku akan tetap ada untukmu, apapun yang terjadi.” Sienna merasakan kehangatan pelukan Lucas, dan semua keraguan yang menggelayuti hatinya mulai memudar. Ia pun mengangguk kecil dan kembali menitikkan air mata. “Terima kasih, Lucas,” cicitnya. Selang beberapa waktu kemudian, Lucas melepaskan pelukannya. Ia mengusap sisa air mata di sepasang netra zamrud indah gadis itu dan berkata, “Dasar bodoh. Katakan padaku apa yang akan kamu lakukan? Kamu
Sienna tersipu malu. Hatinya terasa berbunga-bunga dan menyapu semua kesedihan yang menyesakkan dadanya selama dua hari ini. “Terima kasih, Lucas. Ini semua benar-benar indah.”Pelayan datang untuk mengambil pesanan mereka. Sienna dan Lucas memilih hidangan yang paling mereka sukai. Percakapan mereka berlanjut dengan santai sembari menyantap hidangan utama.Setiap hidangan yang disajikan tampak begitu mewah dan menggugah selera. Setelah hidangan utama selesai, Lucas memberikan isyarat kepada pelayan untuk membawa hidangan penutup yang spesial.“Kamu pesan dessert apa?” tanya Sienna dengan bingung.Ia menatap hidangan yang masih ditutup dengan tudung stainless steel di hadapannya, lalu menatap Lucas yang tersenyum misterius.“Luke ….”“Coba saja kamu buka,” sela Lucas seraya mengisyaratkan pelayan agar menjalankan rencananya.Sienna menatap Lucas dengan curiga, tetapi ia tidak dapat membendung rasa antusiasnya. Perlahan i
Pandangan Felix tertuju pada putrinya. Ia tidak dapat memahami maksud putrinya, tetapi gadis itu melanjutkan, “Kini aku mengerti. Pantas saja selama ini dia memperlakukan Sam lebih baik. Mungkin karena dia mirip denganmu.” Seulas senyuman miris kembali terukir di bibir Sienna. “Sebaliknya, dia membenciku, mungkin karena aku mirip dengan ibu kandungku dan kehadiranku sangat menyiksanya," imbuhnya. "Padahal dia memiliki banyak kesempatan untuk membunuhku jika dia memang tidak menyukaiku, tapi dia tidak pernah melakukannya. Aku rasa dia pasti dihantui rasa bersalah atas tindakannya dulu," lanjut Sienna atas analisanya terhadap mendiang ibu asuhnya itu. Namun, apa pun analisanya, baik ibu kandungnya maupun wanita yang berpura-pura menjadi ibu kandungnya itu, sudah tidak dapat hidup kembali. Lucas menggenggam tangan Sienna lebih erat. Sejak tadi ia tidak mengatakan apa pun, tetapi setelah mendengar cerita Felix Harvey dan pandangan Sienna terhadap Nancy, ia berpikir jika ia perlu member
“Maaf kalau Ayah baru menemukanmu sekarang, Sienna,” ucap Felix dengan sorot mata yang terselubungi penyesalan dan kerinduan yang mendalam.Sienna terhenyak.Untungnya, Lucas menopang tubuh kekasihnya tersebut sehingga tidak terjatuh. Lucas tidak terkejut sedikit pun karena dugaannya ternyata benar.Sebelumnya Oliver sempat mengatakan jika para bawahannya sempat mengikuti Ace Tucker dan melihat dia mengambil hasil dari pemeriksaan DNA seseorang di salah satu laboratorium rumah sakit.Walaupun mereka tidak berhasil menemukan laporan pemeriksaan tersebut, tetapi berdasarkan kesaksian dari tim terkait, mereka mengatakan jika sampel DNA yang menjadi perbandingan adalah milik Felix Harvey.Meski hatinya masih berkecamuk dengan berbagai emosi, Sienna berusaha menenangkan diri. Dengan suara yang bergetar pelan dan nyaris tidak terdengar, Sienna bergumam, "Paman Felix... jadi, Anda adalah … ayah kandungku?"Fel