“Menurut saya, tidak ada salahnya juga kalau misalnya Anda berinvestasi dulu dengan membeli barang-barang untuk calon istri Anda. Selera saya dalam memilih barang-barang ini tidak perlu diragukan, Direktur Morgan,” ucap Sienna dengan bangga.Gadis itu masih mencoba membujuk Lucas agar mau menerima barang yang dibelinya tadi. Dengan begitu, ia tidak perlu membayar sepeser pun kepada Lucas. Sayangnya, Lucas malah memberikan ekspresi dingin kepadanya.‘Sudah kuduga, Zombi Kutub itu tidak mudah dikelabui,’ sungut Sienna dengan kesal di dalam hati.Namun, Sienna tetap tidak menyerah. Ia memaksakan senyuman di wajahnya lagi dan berkata dengan canggung, “Ta-tadi hanya sekedar saran saya saja, Direktur Morgan. Tidak harus menjadi beban seperti itu.”Melihat Lucas yang masih tidak menghiraukannya, akhirnya Sienna hanya bisa mencari cara lain untuk memenuhi pertanggungjawabannya.“Kalau begitu, saya akan mencoba meretur barang-barang ini kembali ke tokonya. Mungkin saja mereka mau menerimanya d
“Direktur Morgan, sa-saya rasa ini terlalu berlebihan. Saya tidak mau melakukannya,” cicit Sienna dengan canggung. Gadis itu tampak salah tingkah dan menundukkan wajahnya yang telah merona merah. “Nona Sherwood, apa yang Anda bicarakan? Siapa yang sudah berlebihan?” tanya Lucas dengan bingung. Kedua alis tebal pria itu sudah bertaut dengan netra yang tampak menyipit.Perlahan Sienna mengangkat wajahnya kembali. Ia tidak percaya dengan ekspresi yang sedang ditunjukkan oleh Lucas. 'Huh! Aku tahu, pasti kamu cuma pura-pura bodoh saja biar aku mengakuinya sendiri.’ sungutnya di dalam hati. "Nona Sherwood, sebaiknya kamu—"Sebelum Lucas mengutarakan pemikirannya, tiba-tiba saja Sienna mengangkat satu tangan di udara tepat di depan wajah pria itu sebagai aba-aba agar Lucas tidak lanjut berbicara. Lucas cukup syok melihat kelancangan sekretarisnya itu. Namun, ia memutuskan untuk mendengar terlebih dahulu penjelasan gadis itu. “Direktur Morgan, saya tahu kalau saya sudah setuju bekerja s
“Akhirnya aku bisa bertemumu, Sofaku. Aku capek sekali hari ini ….”Keluhan penuh kelegaan baru saja meluncur dari bibir Sienna. Gadis itu baru saja tiba di rumah sewaannya. Tanpa melepaskan alas kakinya, ia langsung menghempaskan tubuhnya di atas sofa panjang yang telah menjadi tempat peristirahatannya selama dua tahun terakhir ini.Netra Sienna menatap ke langit-langit datar yang hanya berhiaskan lampu penerangan seadanya. Di sekitar gadis itu tidak terlihat ada ruangan yang pantas disebut ruang tamu ataupun ruang tidur.Hanya ada satu ruangan terbuka yang dijadikan sebagai tempat peristirahatan Sienna setiap kali ia pulang untuk melepas lelah. Tidak ada ruang tamu ataupun ranjang di rumah kontrakan Sienna tersebut.Meskipun ruangan itu memiliki ukuran yang termasuk sempit, tetapi ia telah menyewanya selama dua tahun. Jarak dari pintu masuk ke sofanya bahkan tidak sampai lima meter dan terdapat dapur serta kamar mandi yang hanya terpisah oleh sekat dinding yang tipis dengan tempat i
Lucas baru saja tiba di apartemennya. Saat memasuki kediamannya, ia langsung mencari tombol saklar di dekat pintu masuknya dan seketika ruangan yang gelap langsung mendapatkan penerangan yang sempurna.Dengan satu tangannya masih menempelkan ponselnya di telinga, Lucas melangkah masuk dan berhenti sejenak di depan rak sepatunya. Ia mendaratkan bokongnya sebentar di atas rak yang bisa digunakan sebagai alas duduk.“Ya, tolong kamu periksa apa yang terjadi di Charming Boutique tadi. Saya ingin tahu apa saja yang telah dilakukan gadis itu di sana secara detail,” ucap Lucas dengan seseorang di seberang teleponnya.Satu tangannya membuka rak sepatunya dan mengambil sepasang sandal rumah, lalu mengganti alas kakinya dan meletakkan sepatu kerjanya ke dalam rak tersebut.“Saya mau besok langsung mendapat laporannya,” imbuh Lucas lagi kepada orang di seberang teleponnya tersebut.Setelah menyampaikan maksudnya, Lucas pun mengakhiri panggilan teleponnya dan melangkah masuk menuju ke ruang tamu.
“Nona Sherwood?” gumam Lucas.Kening pria itu mengernyit ketika melihat sosok sekretarisnya melalui lubang kecil pada pintu masuk unit apartemennya. Perlahan sudut bibirnya mengembang tipis saat melihat raut wajah gelisah gadis itu.Tanpa bertanya pun Lucas sudah tahu maksud dan tujuan Sienna datang semalam ini ke kediamannya. Namun, pria itu memasang wajah datar terlebih dahulu sebelum membuka pintunya.Ketika suara bel kembali terdengar, barulah Lucas membuka pintunya. “Nona Sherwood? Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya pria itu dengan pura-pura terkejut.Sienna menggigit bibir bawahnya dengan gugup. Ia memaksakan seulas senyuman di bibirnya dan berkata, “Se-selamat malam, Direktur Morgan.”Satu alis Lucas terangkat. Pria itu telah menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Tidak ada sedikit pun niat pria itu untuk mengundang gadis itu masuk ke dalam apartemennya.‘Sial! Kenapa juga dia memasang wajah seperti itu? Apa aku sudah mengganggu tidurnya?’ sungut Sienna di dalam hati. T
“Apa yang kamu lakukan di sana, Nona Sherwood?” Pertanyaan yang meluncur dari bibir Lucas membuat Sienna terkesiap. “Nona Sherwood?” panggil Lucas sekali lagi saat tidak mendengar respon dari gadis itu. Kakinya terus melangkah mendekati sekretarisnya tersebut. Perlahan gadis itu memutar tubuhnya. menghadap ke arah Lucas. “Sa-saya … saya cuma mau mengambil handphone saya saja, Direktur Morgan,” jawabnya dengan tergagap-gagap. Rasa kagetnya masih belum lenyap karena semua terjadi terlalu cepat. Netra Lucas menyipit tajam. Ia melirik sekilas pada gawai yang tadi dijatuhkan gadis itu, lalu perlahan sudut bibirnya terangkat sedikit. “Oh ya? Tapi, kenapa kamu harus bertingkah mencurigakan seperti ini,” ledeknya. ‘Sial! Apa dia sekarang sedang menuduhku seperti pencuri?’ geram Sienna di dalam hati. “Saya hanya memastikan apakah itu memang handphone saya. Sebenarnya saya datang ke sini untuk bertanya kepada Anda mengenai handphone saya yang tertinggal di restoran tadi," ucap Sienna yang
‘Gadis ini … apa dia mengira aku akan menciumnya?’ terka Lucas di dalam hati ketika melihat ekspresi yang terlukis di wajah sekretarisnya itu. Namun, ia tidak dapat memungkiri jika dirinya cukup tertarik untuk melakukannya sekali lagi. Ingatan manis yang terjadi tadi pagi di antara mereka kembali terngiang di dalam kepalanya. Walaupun ciuman gadis itu masih terasa kaku, tetapi Lucas tidak dapat melupakan kelembutan bibir yang sempat dicecapinya tadi. Ketika jarak mereka semakin tersapu, Lucas tersentak dengan pikirannya sendiri. Ketertarikannya kepada sekretarisnya itu benar-benar di luar ekspektasinya. Lucas menyeringai sinis ketika melihat Sienna telah memejamkan netranya dengan erat dan memalingkan wajah darinya. Namun, ia tetap mendekatkan wajahnya dan berbisik pelan di telinga sekretarisnya, “Sekarang kamu paham kan seperti apa cara memulai ciuman yang disengaja, Nona Sherwood? Saya harap kamu bisa mengingatnya.” Netra Sienna membulat lebar. Ia kembali menoleh ke arah Lucas ya
“Apa? Pria berotot?” sahut Lucas dengan bibir terbuka syok. Pria itu menatap Sienna dengan sorot mata tak percaya. Ia berpikir mungkin saja dirinya yang sudah salah mendengar, tetapi raut wajah Sienna terlihat memerah setelah membuat pengakuannya. “Apa kamu tidak bisa mencari hobi yang lebih normal, Nona Sherwood?” tanya Lucas seraya menarik napas panjang. “Memangnya kenapa dengan hobi saya, Direktur Morgan? Setiap orang pasti punya hobi mereka masing-masing. Memangnya Anda tidak seperti itu?” sungut Sienna dengan wajah menggerutu masam. Lucas mendengus kesal. Ia tidak menyangka akan dianggap sama oleh sekretarisnya. “Mana mungkin saya punya hobi aneh seperti itu, Nona Sherwood. Saya tidak gila,” timpalnya dengan kesal. 'Huh! Jadi maksudnya, aku sudah gila, begitu? Tapi memang sih, siapa yang bakal dianggap normal kalau punya hobi mengumpulkan foto-foto pria berotot seperti itu?' sungut Sienna seraya tersenyum kecut. Namun, ia tidak dapat berpikir jernih lagi. Semua terpaksa ia la
Di depan pintu, Felix Harvey telah menunggu dengan senyum lebar di wajahnya. Ia terpukau melihat penampilan Sienna. "Kamu cantik sekali, Putriku.""Terima kasih, Ayah," jawab Sienna malu-malu.Felix menghela napas berat. “Apa boleh Ayah tidak menyerahkanmu kepada putra Morgan itu?” gerutunya.“Ayah ….” Sienna mencebikkan bibirnya dengan malas. Ia tahu jika ayahnya masih enggan melihatnya menjadi milik orang lain karena kebersamaan mereka yang terlalu singkat. Namun, ia juga tahu bahwa ayahnya tidak serius dengan ucapannya tadi.“Bocah Morgan itu benar-benar beruntung memilikimu. Kalau dia berani menyakitimu, kembalilah kepada Ayah. Biar Ayah menghadapinya,” ucap Felix lagi.Bola mata zamrud Sienna kembali basah. Air matanya hampir menetes jika Ivona tidak buru-buru menyekanya dengan tisu yang sudah dipersiapkannya.“Paman Felix, jangan mengacaukan riasan yang sudah susah payah kubuat,” protes Ivona yang telah mendelik tajam.Felix terkekeh pelan. Ia pun menutupi wedding veil putrinya,
Pandangan Sienna beralih kepada Diane dan Aurora serta para rekan sedivisinya dulu yang juga berada di dalam ruangan itu. Hari ini mereka menjadi bridesmaid-nya. Mereka jugalah yang telah merancang tiara dan beberapa perhiasan yang telah dikenakan oleh Sienna saat ini. Semua telah diatur sedemikian rupa oleh Lucas dan kedua kakak iparnya tersebut.“Terima kasih atas kerja keras kalian selama beberapa bulan ini. Pasti kalian sangat capek, tapi hasilnya sangat luar biasa. Aku suka,” puji Sienna dengan penuh rasa terima kasih.“Perhiasan desain kami bisa dipakai oleh desainer sekelas Sienna Harvey sudah menjadi suatu kebanggaan buat kami. Benar kan, Teman-teman?” timpal Diane Hyatt seraya menoleh kepada para rekannya yang mendapatkan anggukan persetujuan.“Kemampuan Manajer Hyatt sekarang makin luar biasa, hum?” goda Sienna kepada mantan rekannya itu.Ya, sejak Sienna meninggalkan Luminous dan memilih untuk pergi ke Paris
“Ah, ya ampun! Bisa-bisanya kamu malah mesra-mesraan di sini, Luke!” Suara omelan Ivona terdengar menggelegar dan membuat Lucas perlahan melepaskan pelukannya.Wajah kakak keduanya itu sudah dipenuhi kekesalan. “Waktuku untuk mendadaninya jadi terbatas, kan?” protesnya yang membuat Sienna terkekeh geli.Tanpa menunggu tanggapan adik laki-lakinya itu, Ivona langsung menarik pergelangan tangan Sienna agar mengikutinya. “Ayo, Sienna. Aku akan membuatmu menjadi pengantin paling memukau hari ini,” ujarnya.Sebelum menghilang dari balik pintu depan vila, Ivona sempat menoleh kepada Lucas. “Sebaiknya kamu bersiap-siap sekarang, Luke. Awas nanti kamu belum selesai kalau aku sudah selesai mendandani Sienna nanti,” peringatnya.Lucas hanya bisa menghela napas pelan, lalu bergegas ikut masuk ke dalam vila. Ia tahu jika Ivona tidak main-main dengan ucapannya dan ia harus sudah siap sebelum para tamu hadir petang ini.
Setelah beberapa jam berkendara, mobil yang dikemudi Ethan akhirnya berhenti di sebuah vila besar yang terletak di pinggir kota. Bangunan vila itu terlihat megah dengan taman luas yang tertata rapi. Bagian belakang vila terhubung dengan hutan kecil yang masih sangat natural dan memiliki pemandangan indah dengan latar pegunungan yang menjulang megah di kejauhan. Lucas masih duduk di dalam mobil, menatap wajah damai Sienna yang masih terlelap di pangkuannya. Ia enggan membangunkannya karena tahu gadis itu sangat lelah setelah menempuh perjalanan selama hampir 12 jam di dalam pesawat. Jarak yang begitu jauh ditempuh Lucas selama dua tahun ini apabila ia merindukan kekasih hatinya itu. Namun, karena kesibukannya seminggu ini, ia terpaksa menahan rasa rindunya. Belaian lembut yang dilakukan Lucas pada wajah kekasihnya itu membuat gadis itu akhirnya terjaga. Perlahan sinar zamrud dari netra gadis itu terpancar lebar.
"Apa maksudmu tidak tahu? Anna, kamu sahabatku, bukan? Tolong jangan ada yang disembunyikan dariku," desak Sienna sekali lagi. “Apa benar Lucas sering bertemu dengan wanita di Goddess?” Terdengar suara dehaman berat dari Anna sebelum akhirnya ia menjawab, "A-aku juga tidak tahu. Oliver yang mengatakannya padaku. Ta-tapi … aku tidak tahu apa dia hanya salah lihat atau sengaja melebih-lebihkan saja. Mungkin saja hanya klien bisnisnya, Sienna.” Kedua alis Sienna bertaut. Jawaban sahabatnya itu tidak memuaskannya. Justru malah memperkuat kecurigaannya bahwa ada rahasia besar yang ditutupi darinya. “Kamu tahu sendiri kan seperti apa Oliver? Terkadang dia sangat menyebalkan dan sengaja membuatku kesal. Mungkin saja waktu itu dia hanya ingin mempermainkanku, biar aku mengadu padamu,” imbuh Anna. Sienna tersenyum kecil. “Kalian tidak berubah. Mau sampai kapan terus berantem seperti ini? Padahal kalian mau menikah bulan depan. Apa k
“Jadi … apa maumu?” tanya Lucas. Ia ingin mendengar pendapat kekasihnya tersebut. “kamu mau putus?” Sienna sangat terkejut mendengar penawaran pria itu. Ia menundukkan wajahnya dan bergumam, “Apa aku boleh egois dengan tetap memilih menjadi kekasihmu?” Sudut bibir Lucas terangkat tipis. Ia menarik tubuh Sienna dan memeluknya dengan erat. “Tentu saja boleh. Kalaupun kamu tidak mau bersikap egois, aku yang akan bersikap egois dengan terus berada di sisimu, Sienna. Aku akan tetap ada untukmu, apapun yang terjadi.” Sienna merasakan kehangatan pelukan Lucas, dan semua keraguan yang menggelayuti hatinya mulai memudar. Ia pun mengangguk kecil dan kembali menitikkan air mata. “Terima kasih, Lucas,” cicitnya. Selang beberapa waktu kemudian, Lucas melepaskan pelukannya. Ia mengusap sisa air mata di sepasang netra zamrud indah gadis itu dan berkata, “Dasar bodoh. Katakan padaku apa yang akan kamu lakukan? Kamu
Sienna tersipu malu. Hatinya terasa berbunga-bunga dan menyapu semua kesedihan yang menyesakkan dadanya selama dua hari ini. “Terima kasih, Lucas. Ini semua benar-benar indah.”Pelayan datang untuk mengambil pesanan mereka. Sienna dan Lucas memilih hidangan yang paling mereka sukai. Percakapan mereka berlanjut dengan santai sembari menyantap hidangan utama.Setiap hidangan yang disajikan tampak begitu mewah dan menggugah selera. Setelah hidangan utama selesai, Lucas memberikan isyarat kepada pelayan untuk membawa hidangan penutup yang spesial.“Kamu pesan dessert apa?” tanya Sienna dengan bingung.Ia menatap hidangan yang masih ditutup dengan tudung stainless steel di hadapannya, lalu menatap Lucas yang tersenyum misterius.“Luke ….”“Coba saja kamu buka,” sela Lucas seraya mengisyaratkan pelayan agar menjalankan rencananya.Sienna menatap Lucas dengan curiga, tetapi ia tidak dapat membendung rasa antusiasnya. Perlahan i
Pandangan Felix tertuju pada putrinya. Ia tidak dapat memahami maksud putrinya, tetapi gadis itu melanjutkan, “Kini aku mengerti. Pantas saja selama ini dia memperlakukan Sam lebih baik. Mungkin karena dia mirip denganmu.” Seulas senyuman miris kembali terukir di bibir Sienna. “Sebaliknya, dia membenciku, mungkin karena aku mirip dengan ibu kandungku dan kehadiranku sangat menyiksanya," imbuhnya. "Padahal dia memiliki banyak kesempatan untuk membunuhku jika dia memang tidak menyukaiku, tapi dia tidak pernah melakukannya. Aku rasa dia pasti dihantui rasa bersalah atas tindakannya dulu," lanjut Sienna atas analisanya terhadap mendiang ibu asuhnya itu. Namun, apa pun analisanya, baik ibu kandungnya maupun wanita yang berpura-pura menjadi ibu kandungnya itu, sudah tidak dapat hidup kembali. Lucas menggenggam tangan Sienna lebih erat. Sejak tadi ia tidak mengatakan apa pun, tetapi setelah mendengar cerita Felix Harvey dan pandangan Sienna terhadap Nancy, ia berpikir jika ia perlu member
“Maaf kalau Ayah baru menemukanmu sekarang, Sienna,” ucap Felix dengan sorot mata yang terselubungi penyesalan dan kerinduan yang mendalam.Sienna terhenyak.Untungnya, Lucas menopang tubuh kekasihnya tersebut sehingga tidak terjatuh. Lucas tidak terkejut sedikit pun karena dugaannya ternyata benar.Sebelumnya Oliver sempat mengatakan jika para bawahannya sempat mengikuti Ace Tucker dan melihat dia mengambil hasil dari pemeriksaan DNA seseorang di salah satu laboratorium rumah sakit.Walaupun mereka tidak berhasil menemukan laporan pemeriksaan tersebut, tetapi berdasarkan kesaksian dari tim terkait, mereka mengatakan jika sampel DNA yang menjadi perbandingan adalah milik Felix Harvey.Meski hatinya masih berkecamuk dengan berbagai emosi, Sienna berusaha menenangkan diri. Dengan suara yang bergetar pelan dan nyaris tidak terdengar, Sienna bergumam, "Paman Felix... jadi, Anda adalah … ayah kandungku?"Fel