“Direktur Morgan, bisakah Anda berhenti menatap saya seperti ini?” pinta Sienna kepada atasannya. Sejak tadi pria itu tidak mengalihkan pandangannya sama sekali dari Sienna, membuat gadis itu merasa sungkan untuk menikmati makanan yang dipesannya tadi dengan lahap. “Kenapa? Apa sekarang kamu sedang memerankan sebagai kekasih saya yang ingin mengatur cara saya menatap?” ledek Lucas yang membuat wajah Sienna merona merah. “Bukan begitu. Hanya saja saya tidak nyaman dilihat seperti itu saat makan,” jawab Sienna dengan jujur. Rasanya untuk menelan saja ia harus berhati-hati. Namun, Lucas tidak peduli dengan permintaan sekretarisnya itu. Kegugupan gadis itu memberikan daya tariknya sendiri dan tanpa sadari membuat Lucas ingin terus menatapnya. Kenyamanan yang terasa tidak asing ini mengingatkannya akan kenangannya di masa lalu, tetapi ia segera menepis pemikiran anehnya itu. “Saya hanya penasaran saja. Ternyata kamu punya selera makan yang sangat besar juga, Nona Sherwood. Apa kamu kh
“Menurut saya, tidak ada salahnya juga kalau misalnya Anda berinvestasi dulu dengan membeli barang-barang untuk calon istri Anda. Selera saya dalam memilih barang-barang ini tidak perlu diragukan, Direktur Morgan,” ucap Sienna dengan bangga.Gadis itu masih mencoba membujuk Lucas agar mau menerima barang yang dibelinya tadi. Dengan begitu, ia tidak perlu membayar sepeser pun kepada Lucas. Sayangnya, Lucas malah memberikan ekspresi dingin kepadanya.‘Sudah kuduga, Zombi Kutub itu tidak mudah dikelabui,’ sungut Sienna dengan kesal di dalam hati.Namun, Sienna tetap tidak menyerah. Ia memaksakan senyuman di wajahnya lagi dan berkata dengan canggung, “Ta-tadi hanya sekedar saran saya saja, Direktur Morgan. Tidak harus menjadi beban seperti itu.”Melihat Lucas yang masih tidak menghiraukannya, akhirnya Sienna hanya bisa mencari cara lain untuk memenuhi pertanggungjawabannya.“Kalau begitu, saya akan mencoba meretur barang-barang ini kembali ke tokonya. Mungkin saja mereka mau menerimanya d
“Direktur Morgan, sa-saya rasa ini terlalu berlebihan. Saya tidak mau melakukannya,” cicit Sienna dengan canggung. Gadis itu tampak salah tingkah dan menundukkan wajahnya yang telah merona merah. “Nona Sherwood, apa yang Anda bicarakan? Siapa yang sudah berlebihan?” tanya Lucas dengan bingung. Kedua alis tebal pria itu sudah bertaut dengan netra yang tampak menyipit.Perlahan Sienna mengangkat wajahnya kembali. Ia tidak percaya dengan ekspresi yang sedang ditunjukkan oleh Lucas. 'Huh! Aku tahu, pasti kamu cuma pura-pura bodoh saja biar aku mengakuinya sendiri.’ sungutnya di dalam hati. "Nona Sherwood, sebaiknya kamu—"Sebelum Lucas mengutarakan pemikirannya, tiba-tiba saja Sienna mengangkat satu tangan di udara tepat di depan wajah pria itu sebagai aba-aba agar Lucas tidak lanjut berbicara. Lucas cukup syok melihat kelancangan sekretarisnya itu. Namun, ia memutuskan untuk mendengar terlebih dahulu penjelasan gadis itu. “Direktur Morgan, saya tahu kalau saya sudah setuju bekerja s
“Akhirnya aku bisa bertemumu, Sofaku. Aku capek sekali hari ini ….”Keluhan penuh kelegaan baru saja meluncur dari bibir Sienna. Gadis itu baru saja tiba di rumah sewaannya. Tanpa melepaskan alas kakinya, ia langsung menghempaskan tubuhnya di atas sofa panjang yang telah menjadi tempat peristirahatannya selama dua tahun terakhir ini.Netra Sienna menatap ke langit-langit datar yang hanya berhiaskan lampu penerangan seadanya. Di sekitar gadis itu tidak terlihat ada ruangan yang pantas disebut ruang tamu ataupun ruang tidur.Hanya ada satu ruangan terbuka yang dijadikan sebagai tempat peristirahatan Sienna setiap kali ia pulang untuk melepas lelah. Tidak ada ruang tamu ataupun ranjang di rumah kontrakan Sienna tersebut.Meskipun ruangan itu memiliki ukuran yang termasuk sempit, tetapi ia telah menyewanya selama dua tahun. Jarak dari pintu masuk ke sofanya bahkan tidak sampai lima meter dan terdapat dapur serta kamar mandi yang hanya terpisah oleh sekat dinding yang tipis dengan tempat i
Lucas baru saja tiba di apartemennya. Saat memasuki kediamannya, ia langsung mencari tombol saklar di dekat pintu masuknya dan seketika ruangan yang gelap langsung mendapatkan penerangan yang sempurna.Dengan satu tangannya masih menempelkan ponselnya di telinga, Lucas melangkah masuk dan berhenti sejenak di depan rak sepatunya. Ia mendaratkan bokongnya sebentar di atas rak yang bisa digunakan sebagai alas duduk.“Ya, tolong kamu periksa apa yang terjadi di Charming Boutique tadi. Saya ingin tahu apa saja yang telah dilakukan gadis itu di sana secara detail,” ucap Lucas dengan seseorang di seberang teleponnya.Satu tangannya membuka rak sepatunya dan mengambil sepasang sandal rumah, lalu mengganti alas kakinya dan meletakkan sepatu kerjanya ke dalam rak tersebut.“Saya mau besok langsung mendapat laporannya,” imbuh Lucas lagi kepada orang di seberang teleponnya tersebut.Setelah menyampaikan maksudnya, Lucas pun mengakhiri panggilan teleponnya dan melangkah masuk menuju ke ruang tamu.
“Nona Sherwood?” gumam Lucas.Kening pria itu mengernyit ketika melihat sosok sekretarisnya melalui lubang kecil pada pintu masuk unit apartemennya. Perlahan sudut bibirnya mengembang tipis saat melihat raut wajah gelisah gadis itu.Tanpa bertanya pun Lucas sudah tahu maksud dan tujuan Sienna datang semalam ini ke kediamannya. Namun, pria itu memasang wajah datar terlebih dahulu sebelum membuka pintunya.Ketika suara bel kembali terdengar, barulah Lucas membuka pintunya. “Nona Sherwood? Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya pria itu dengan pura-pura terkejut.Sienna menggigit bibir bawahnya dengan gugup. Ia memaksakan seulas senyuman di bibirnya dan berkata, “Se-selamat malam, Direktur Morgan.”Satu alis Lucas terangkat. Pria itu telah menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Tidak ada sedikit pun niat pria itu untuk mengundang gadis itu masuk ke dalam apartemennya.‘Sial! Kenapa juga dia memasang wajah seperti itu? Apa aku sudah mengganggu tidurnya?’ sungut Sienna di dalam hati. T
“Apa yang kamu lakukan di sana, Nona Sherwood?” Pertanyaan yang meluncur dari bibir Lucas membuat Sienna terkesiap. “Nona Sherwood?” panggil Lucas sekali lagi saat tidak mendengar respon dari gadis itu. Kakinya terus melangkah mendekati sekretarisnya tersebut. Perlahan gadis itu memutar tubuhnya. menghadap ke arah Lucas. “Sa-saya … saya cuma mau mengambil handphone saya saja, Direktur Morgan,” jawabnya dengan tergagap-gagap. Rasa kagetnya masih belum lenyap karena semua terjadi terlalu cepat. Netra Lucas menyipit tajam. Ia melirik sekilas pada gawai yang tadi dijatuhkan gadis itu, lalu perlahan sudut bibirnya terangkat sedikit. “Oh ya? Tapi, kenapa kamu harus bertingkah mencurigakan seperti ini,” ledeknya. ‘Sial! Apa dia sekarang sedang menuduhku seperti pencuri?’ geram Sienna di dalam hati. “Saya hanya memastikan apakah itu memang handphone saya. Sebenarnya saya datang ke sini untuk bertanya kepada Anda mengenai handphone saya yang tertinggal di restoran tadi," ucap Sienna yang
‘Gadis ini … apa dia mengira aku akan menciumnya?’ terka Lucas di dalam hati ketika melihat ekspresi yang terlukis di wajah sekretarisnya itu. Namun, ia tidak dapat memungkiri jika dirinya cukup tertarik untuk melakukannya sekali lagi. Ingatan manis yang terjadi tadi pagi di antara mereka kembali terngiang di dalam kepalanya. Walaupun ciuman gadis itu masih terasa kaku, tetapi Lucas tidak dapat melupakan kelembutan bibir yang sempat dicecapinya tadi. Ketika jarak mereka semakin tersapu, Lucas tersentak dengan pikirannya sendiri. Ketertarikannya kepada sekretarisnya itu benar-benar di luar ekspektasinya. Lucas menyeringai sinis ketika melihat Sienna telah memejamkan netranya dengan erat dan memalingkan wajah darinya. Namun, ia tetap mendekatkan wajahnya dan berbisik pelan di telinga sekretarisnya, “Sekarang kamu paham kan seperti apa cara memulai ciuman yang disengaja, Nona Sherwood? Saya harap kamu bisa mengingatnya.” Netra Sienna membulat lebar. Ia kembali menoleh ke arah Lucas ya