Hari ini 2 bab ya kak^^
"Kamu melakukan semua ini karena sebenarnya kamu takut kalah dariku, bukan?”Wajah Nicole memerah mendengar penghinaan yang ditujukan padanya. “Siapa bilang aku takut?” hardiknya.Seulas senyuman terbentuk di bibir Sienna. "Jika kamu memang tidak takut seperti yang kamu katakan, buktikanlah dengan kemampuanmu, bukan dengan menyebarkan fitnah seperti ini. Mengenai aku akan memanfaatkan Direktur Morgan atau tidak, kalian bisa melihatnya sendiri nanti dari hasil karyaku, bukan?”Rekan-rekan mereka yang tadinya terhasut oleh ucapan Nicole mulai berpikir ulang. Diane, yang merasa geram dengan perilaku Nicole, berkata dengan tegas, "Sienna benar. Kita semua di sini harus bersikap profesional. Jika ada yang merasa ada ketidakadilan, bicarakan saja dengan atasan secara langsung. Jangan menyebarkan fitnah yang hanya akan merusak semangat tim.”Aurora mengangguk setuju. “Betul sekali. Daripada bersaing dengan cara kotor, sebaiknya kita buktikan semuanya dengan hasil karya terbaik kita. Buktikan
Di saat bibir Lucas mendarat di atas bibir Sienna, tiba-tiba saja pintu ruangannya terbuka. "Luc─”Sontak, Sienna mendorong dada Lucas dengan cepat, lalu menoleh kepada Ivory yang tampak salah tingkah karena tidak sengaja memergoki mereka. Wanita itu telah memalingkan wajahnya dengan cepat. "Ma-maaf, a-aku ...." Lucas pun menyugar surainya dengan kasar, kesal karena kesenangannya malah diusik. “Ada apa, Kak?”Dengan wajah yang sangat canggung, Ivory menjawab, “Ma-maaf, tadi saya lupa mengambil dokumen yang sudah kamu tanda tangani, Luke.”Helaan napas panjang bergulir dari bibir Lucas. Ia mengisyaratkan Ivory untuk mengambilnya di atas meja.Dengan langkah cepat Ivory berjalan ke meja tersebut dan mengambil dokumen yang dimaksud, lalu bergegas keluar dari ruangan itu. Namun, sebelum pintu ruangan ditutup kembali, Ivory sempat berkata, “Silakan lanjutkan kegiatan kalian. Anggap saja tadi hanya sekilas iklan.”Suara kekehan kecil bergulir dari bibir Ivory. Namun, ia bergegas menutup p
Lucas meletakkan alat makannya. Saat Sienna bercerita, ia tidak memberikan komentar apa pun dan mendengarkannya dengan tenang.Meskipun terkadang ucapan Sienna tersendat karena berusaha menguasai emosinya, tetapi ia pun berhasil menyelesaikan ceritanya. Sienna juga menceritakan pengakuan yang diberikan ibunya terkait Clive dan juga permintaan ibunya untuk menarik tuntutan Cindy serta Clive.“Dulu aku tidak pernah tahu apa kesalahanku sampai membuatnya begitu membenciku. Tapi, sekarang aku merasa hal itu tidak terlalu penting lagi. Sepertinya aku sudah menjadi anak durhaka yang pantas dibenci,” seloroh Sienna seraya tertawa kecil.Namun, dari balik suara tawanya Lucas dapat merasakan kepedihan gadis itu. Sudut bibir Lucas terangkat lembut. Ia meraih tangan Sienna, menepuk pelan punggung tangan gadis itu dan berkata, “Kamu bukan anak durhaka, Sienna. Ibumu saja yang terlalu egois dan berambisi.""Ya, mungkin begitu," gumam Sienna berbisik pelan.Lucas kembali berkata, "Tapi, kamu begitu
“Luke.” Panggilan Sienna mengalihkan lamunan Lucas. Pria itu pun menoleh dengan wajah bingung. “Apa yang kamu pikirkan?” Sienna mengerutkan keningnya. Lucas menatap Sienna sekilas, lalu menarik napasnya dalam-dalam. “Tidak, aku hanya sempat berpikir kalau mungkin Paman Felix memiliki tujuan tertentu untuk mendekatimu. Tapi, mungkin saja aku yang ....” Lucas tidak melanjutkan ucapannya karena tidak ingin membuat Sienna khawatir. Selain itu, ia juga merasa dugaannya itu sangat konyol walaupun mungkin saja hal itu benar. Ia pun mengambil segelas air di atas meja untuk menenangkan dirinya. Akan tetapi, tiba-tiba Sienna berkata dengan wajah yang terlihat polos, “Jadi kamu pikir dia menyukaiku?” Lucas yang baru meneguk minumannya sendiri pun tersedak karena kaget. Sienna bergegas menepuk pelan punggung Lucas yang sedang terbatuk-batuk saat ini. Ia juga mengambilkan sehelai tisu untuknya. “Kamu tidak apa-apa, Lucas?” tanya gadis itu dengan cemas. Lucas mengangguk kecil tanpa menole
Perlahan Lucas melepaskan tautan bibir mereka untuk memberikan ruang agar mereka dapat menghirup udara dengan lebih leluasa.“Sepertinya kamu cukup menikmatinya tadi,” goda Lucas saat tatapan mereka bertemu kembali.Sienna bergegas menundukkan wajahnya. Ia berusaha menyembunyikan rona merah pada kedua pipinya dan bergumam, “Kamu benar-benar sudah gila, Lucas.”Kening Lucas mengerut, tetapi seulas senyuman kembali terukir di bibirnya saat Sienna melanjutkan, “Tapi, aku memang menyukainya.”“Dasar gadis nakal,” ledek Lucas seraya mencubit pelan pipi kanan kekasihnya tersebut.Sienna hanya menyengir kecil. Kedua pipinya kembali bersemu merah dan terasa memanas. Ia tidak tahu sejak kapan ia menjadi berpikiran nakal seperti ini setiap kali berada di dekat Lucas. Ia benar-benar telah terjerat oleh pesona berbahaya dari pria itu!Di satu sisi, Lucas kembali melirik bekas memar yang masih tertinggal pada pipi kiri Sienna, lalu ia pun mengusapnya dengan lembut. “Masih sakit?” tanyanya dengan k
“Blink,” sela Sienna yang membuat Lucas terdiam.Pria itu pun mulai memahami arah pembicaraan Sienna, lalu ia berkata, “Maaf, Sienna. Aku tidak bermaksud menutupinya darimu. Tapi, aku─”“Jadi kamu sudah tahu semuanya termasuk alasanku masuk ke Luminous ini?” sela Sienna lagi. Meskipun tadi ia sudah menduga, tetapi tetap saja mendengar pengakuan Lucas, ia masih sangat kaget.Lucas pun mengangguk pelan. “Aku minta maaf. Aku tidak bermaksud membohongimu. Aku hanya ingin kamu sendiri yang bicara jujur padaku, Sayang. Tidak ada maksud lain apa pun itu,” tukasnya, berharap tidak ada kesalahpahaman di antara mereka atas ucapannya ini.Hening.Sienna terlihat bingung menanggapi kejujuran Lucas, tetapi di satu sisi, ia cukup terkejut diperlakukan dengan penuh kasih seperti inni. Meskipun terkadang Lucas tidak menunjukkannya secara gamblang, tetapi tanpa Sienna sadari, pria itu sangat mempedulikan perasaannya hingga sejauh ini.Lucas pun mengaku jika ia terpaksa mengancam Anna untuk menjawab te
“Memangnya sketsaku seburuk itu?” selidik Sienna dengan memasang wajah polosnya. “Hanya sekilas lihat saja siapa pun bisa tahu kalau kamu tidak berbakat dalam bidang ini, Sienna." Nicole kembali mencibir dan mendengus remeh. 'Cih! Kalau memang aku tidak berbakat, untuk apa kamu menjiplak desainku? Dasar munafik!' umpat Sienna dengan kesal di dalam hati. Namun, ia enggan menunjukkan kebenciannya kepada wanita itu karena ia masih tidak berniat mengungkapkan siapa dirinya kepada semua orang. “Bahkan anak kecil saja bisa membuat sketsa seperti itu.” Nicole sengaja berbicara secara berlebihan karena ia ingin menunjukkan kepada semua orang bahwa kemampuan Sienna benar-benar di bawah standar yang diinginkan Luminous. “Nicole, bicaramu sudah keterlaluan,” tukas Diane, memperingatkannya. Namun, Nicole tidak peduli. Ia lanjut berkata, "Kalau aku jadi kamu, aku memilih untuk berhenti dan tidak mengikuti seleksi itu daripada aku menjadi bahan ejekan nanti, Sienna.” Nicole berharap uca
“Bagaimana kalau sekarang kita hangout dan makan malam bareng?” ajak Aurora tiba-tiba. Diane mengangguk setuju. Sienna yang sedang membaca pesan yang baru saja masuk pada ponselnya pun menyahut, “Maaf, sepertinya aku tidak bisa ikut. Aku─” “Ya, kami tahu, kamu masih harus berkencan dengan Direktur Morgan, bukan?” sela Diane terkekeh geli, “Bukan, tapi aku masih ada janji malam ini,” ucap Sienna yang enggan menjelaskan panjang lebar. Diane maupun Aurora tidak ingin memaksa dan mencoba memahami gadis itu. Mereka pun bergegas membereskan pekerjaan dan meninggalkan tempat tersebut lebih dulu, sedangkan Sienna masih merapikan sedikit pekerjaannya sambil menunggu petang berubah menjadi malam. Sore ini Lucas memang sedang ada urusan di luar kantor. Pria itu masih menghadiri pertemuan bersama mitra bisnisnya sehingga Sienna tidak memiliki kegiatan lain setelah pulang kantor hari ini. Namun, ia sedang menunggu balasan pesan dari Anna. Sejak tadi siang ia mencoba menghubungi sahabat